Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK PURI ANGRREK

AYU SRI UTAMI (2020040077)


DELFI ARYANI (2020040062)
DIAH AYU MEILINDA (2020040063)
ELMIADINI NURRIMA FITRI (2020040064)
FERONICA ROZITA PRATAMA ( 2020040065)
MUHAMMAD ARDIYANSYAH (2020040077)
SIMPLESIUS I.R SILA (2020040131)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN NERS

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt atas segala limpahan rahmat serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul”
Terapi Aktivitas Kelompok halusinasi” tepat pada waktunya. Tak lupa sholawat
serta salam senantiasa kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga
dapat berada di zaman terang benderang ini. Kami menyadari bahwa proposal ini
masih jauh dari sempurna, tetapi kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca. Kami mengucapkan terimakasih kepada pembimbing
lapangan, kepala ruangan puri aanggrek dan CI ruangan puri anggrek dan juga
dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa Yang telah membimbing kami dalam
menulis proposal ini dengan sabar. Kami berharap proposal ini dapat memberikan
pengaruh yang baik untuk pembaca. Kami menyadarai bahwa proposal ini tidak
luput dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan proposal.

Surabaya, April 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu asuhan
keperawatan dengan gangguan jiwa tidak hanya difokuskan pada aspek
psikologis, fisik, dan sosial tetapi juga kognitif. Ada beberapa terapi
modalitas yang dapat diterapkan salah satunya adalah terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi.
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapis. Pengertian TAK stimulasi
persepsi menurut adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang
mengalami kemunduruan orientasi, menstimulasi persepsi dalam upaya
memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaftif.
Pengertian yang lain menurut Budi Anna Keliat dan Akemat (2015) TAK
stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus
dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternative penyelesaian masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud terapi aktivitas kelompok halusinasi ?
2. Apa saja yang terkandung dalam terapi aktivitas kelompok halusinasi ?
3. Bagaimana proses keperawatan terapi aktivitas kelompok halusinasi ?
C. Tujuan
1. Supaya mahasiswa mengerti dan memahami terapi aktivitas kelompok
halusinasi
2. Supaya mahasiswa mengerti dan memahami Apa saja yang terkandung
dalam terapi aktivitas kelompok halusinasi
3. Supaya mahasiwa mengerti dan memahami proses keperawatan terapi
aktivitas kelompok halusinasi
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Agar mendapatkan pengetahuan tentang terapi aktivitas kelompok
halusinasi
2. Bagi Pembaca
Agar dapat mengetahui pentingnya memahami tentang terapi aktivitas
kelompok halusinasi untuk lebih menambah wawasan
3. Bagi Instituti
Makalah memahami tentang terapi aktivitas kelompok halusinasi dengan
menambah referensi bagi STIKes Husada Jombang
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan
baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat
menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata
lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya
dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2014).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan.
Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera
tersebut (Izzudin, 2014).
Halusinasi adalah pengalaman paska indra tanpa adanya
rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara – suara,
bisikan dari telinga padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu.
( Hawari, 2014 )
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indra
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem
pengindraan dimana terjadi pada saat kesadaran individu penuh atau baik
( nasutiaon, 2014)
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang
salah.( stuart, 2014 )
Kesimpulannya halusinasi adalah presepsi klien melalui panca
indra terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang
nyata.
2. Macam – Macam Halusinasi
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang
jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan
lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks.
Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
g. Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Penyebab
a. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu
terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007),
faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

a.) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
b.) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c.) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
b. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi
adalah:
a.) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru
mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
1. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b.) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
c.) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai
stress.
4. Tanda dan Gejala
a. Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan
gelisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan
pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan
kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien
masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya,
namun intensitas persepsi meningkat. Klien : tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa bersuara, pergerakan
mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
b. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman
internal dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada
halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara
dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien
takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu
mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi
dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang
lain.Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom
seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik
dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realitas.
c. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien
menjadi terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk
dalam gangguan psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi
semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi
terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien :
kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor
dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari
kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan
berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak
dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam
waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi
kronik jika tidak dilakukan intervensi. Perilaku klien : perilaku teror
akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
5. Pengertian TAK
Terapi kelompok merupakan psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama – sama dengan jalan diskusi satu sama lain
yang di pimpin atau di arahkan oleh seorang terapis atau petugas
kesehatan jiwa yang terlatih ( Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental
Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007 ). Terapi kelompok
adalah teraapi psikologi yang dilakukan secara untuk memberikan
stimulasi bagi pasien dengan gangguan linterpersonal ( Yosep, 2008 ).
Terapi aktivitas kelompok ( TAK ) dibagi empat yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi, terapi aktivitas
stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi relita, dan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi ( keliat, 2004).
Terapi aktivitas kelompok ( TAK ) stimulasi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok ( keliat, 2004 ).
6. Aktivitas TAK
a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi perepsi : Mengenal halusinasi
seperti waktu terjadinya halusinasi, situasi terjadinya halusinasi,
perasaan saat terjadi halusinasi.
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi
dengan menghardik.
c. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan.
d. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mencegah halusinasi
dengan bercakap – cakap.
e. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat.
B. Tujuan
1. Tujuan umum:
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulasi kepadanya.
2. Tujuan khusus:
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi.
c. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
d. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
C. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan menurut keliat dkk ( 2005 ) menerangkan bahwa
empat masalah keperawatan pada gangguan halusinasi, diantaranya adalah
resiko mencederai diri, gangguan sensori atau persepsi, isolasi sosial: menarik
diri, gangguan pemeliharaan kesehatan.
D. Kreteria Evaluasi
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi ,
kemampuan yang diharapkan adalah mengenal halusinasi, waktu
terjadinya, situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan saat terjadi
halusinasi dan masukkan ke dalam formulir evaluasi pada tabel.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi: halusinasi s. Klien mampu menyebutkan isi
(menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi (jika sedang
sendiri), perasaan (kesal dan geram). Anjurkan klien mengidentifikasi
halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.
FORMULIR EVALUASI
TAK STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI
Menyebut Menyebut Menyebut Menyebut
No Nama Klien Isi waktu terjadi situasi terjadi perasaan saat
halusinasi halusinasi halusinasi halusinasi
1. Kartika
2. Tuti
3. Refvi
4. Ayik
5. Miswanto
6 Alex
Sumber: Keliat dan Akemat (2004). Keperawatan Jiwa: Terapi aktivitas
kelompok.Jakarta:EGC.

Petunjuk pengisian:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi,
waktu, situasi, dan perasaan.
3. Jika klien mampu beri tanda √
4. Jika klien tidak mampu beri tanda X
E. Pengorganisasian Terapi Aktivitas Kelompok
1. Terapis
a. Leader : Simplesius I.R Sila
b. Co Leader : Delfi Ariyani
c. Fasilitator :
1.) Ayu Sri Utami
2.) Diah Ayu Meilinda
3.) Elmiadini Nurrima Fitri
4.) Feronica Rozita Pratama
5.) Muhammad Ardiyansyah

2. Peran Fungsi
a. Tugas Leader :
1. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
2. Merencanakan, mengatur, mengontrol, dan mengembangkan
jalannya terapi aktivitas kelompok
3. Membuka acara terapi aktivitas kelompok
4. Memimpin diskusi kelompok
5. Memberikan informasi
6. Menutup acara
b. Tugas Co Leader :
1. Mendampingi leader
2. Mengambil posisi leader jika pasif
3. Mengarahkan kembali posisi peminpin kepada leader
4. Menjadi motivator
c. Tugas Fasilitator :
1. Membantu dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan klien
sebagai anggota kelompok
2. Membantu mempersiapkan klien dan sarana yang menunjang
ketika kegiatan kelompok berlangsung
3. Memberikan motivasi kepada klien untuk tetap aktif dalam
melaksanakan terapi aktivitas kelompok
3. Seleksi Klien
Kegiatan terapi kelompok ini akan diikuti oleh :
1. Klien yang tenang dan kooperatif
2. Klien yang tidak mengalami proses fikir
3. Klien yang mempunyai emosi yang terkontrol
4. Klien yang tidak mengalami gangguan kesehatan fisik.
4. Nama Klien yang Ikut
1. Kartika
2. Tuti
3. Refvi
4. Alex
5. Miswanto
6. Ayik
5. Waktu
Terapi Aktivitas Kelompok akan dilaksanakan pada:
Hari/ Tanggal : Selasa, 27 April 2021
Waktu : 10.00 – 10.45 WIB
Tempat : Ruang Makan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
6. Tempat
Setting tempat pada Terapi Aktivitas Kelompok

L CL
K
K

F
F

K K

K
F

Keterangan Gambar :
L : Leader

: Co Leader
CL

: Klien/ Pasien
K

: Fasilitator
F
7. Alat – alat :
a. Papan nama
b. Kertas
c. Pensil \ pulpen
d. Bola Kecil
e. Musik Box / Speaker
F. Proses Terapi Aktivitas Kelompok
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
1.) Leader memberikan salam kepada semua klien
2.) Leader memperkenalkan diri dan anggota kelompoknya seperti
co leader, fasilitator dan observer serta menyebutkan nama
panggilan leader dan anggotanya (pakai papan nama)
3.) Menanyakan nama dan nama panggilan semua klien (beri papan
nama).
b. Evaluasi/validasi
1.) Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1.) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan,
yaitu mengenal pengalaman halusinasi.
2.) Leader menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
a. Lamanya kegiatan 45 menit
b. Leader membacakan tata tertib
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
2. Fase Kerja
a. Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal
halusinasi tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya,
perasaan klien pada saat terjadi halusinasi dan jenis halusinasi.
b. Leader menunjuk klien dengan permainan musik bola, yaitu pasien
berdiri berhdapan dengan manepel bola didahi, setelah itu co leader
akan memainkan lagu dan pasien akan berjoged sambil berjalan dari
garis start ke garis finis dengn dipandu oleh fasilitator, apa bila bola
tersebut jatuh maka pasien akan mendapat hadiah berupa (snack,
menyebut identitas diri, cara memakai masker dan melepas masker
serta cara mencuci tangan yang baik dan benar), permainan musik
bola akan dimainkan secara berurutan sampai semua klien mendapat
giliran.
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
d. Simpulkan kembali apa yang telah di lakukan klien (obeservasi daya
ingat dan responn)
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1.) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2.) Leader memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak Lanjut
1.) Leader meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1.) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi.
2.) Menyepakati waktu dan tempat.
G. Antisipasi Masalah
a. Tata Tertib
1.) Peserta bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok
2.) Peserta berpakaian rapi dan bersih
3.) Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama
mengikuti terapi aktivitas kelompok
4.) Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung
5.) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas
kelompok berlangsung
6.) Jika ada pertanyaan peserta mengangkat tangan terlebih dahulu dan
berbicara setelah dipersilahkan oleh leader
7.) Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok
8.) Anggota harus bersikap terbuka
9.) Waktu sesuai dengan yang sudah disepakati
H. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“ Selamat pagi semuanya ?”
“ Perkenalkan kami mahasiswa akper serulingmas cilacap, nama
saya Rizka Nurmala Sari saya paling suka di panggil Rizka, dari
ujung kanan ada Ani Safitri dia paling suka di panggil Ani, di
sebelahnya ada Nurul Laela Itiqomah paling suka di panggil Nurul,
di sebelah Nurul ada Halima Tusadiah dia paling suka di panggil
Halimah, terakhir disebelah saya ada Noti Mardiana Majid, dia
paling suka di panggil Noti ( Memakai Papan Nama )“
“Saya ingin tahu siapa nama kalian semua, dari ujung kanan siapa
namanya? Dan paling suka di panggil siapa ? ( diberi nama )”
b. Evaluasi atau Validasi
“ Bagus semuanya, ngomong – ngomong bagaimana perasaan kalian
semuanya pagi ini ?”
“Apakah kalian masih ingat dengan kami dan janji kita kemarin,
yaitu tentang kegiatan terapi kelompok ?”
c. Kontrak
“Bagus kalian masih mengingatnya, baiklah pada Terapi Aktivitas
Kelompok kali ini kita akan mengenal pengalaman halusinasi”
“Baiklah semuanya saya akan membacakan peratutan aktivitas hari
ini
1. Peserta bersedia mengikuti terapi aktifitas kelompok
2. Peserta berpakaian rapi dan bersih
3. Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama
mengikuti terapi aktivitas kelompok
4. Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung
5. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas
kelompok berlangsung
6. Jika ada pertanyaan peserta mengangkat tangan terlebih dahulu
dan berbicara setelah dipersilahkan leader
7. Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok
8. Anggota harus bersikap terbuka
9. Waktu sesuai dengan yang sudah di sepakati yaitu 45 menit
2. Fase Kerja
“ Baiklah Semuanya kegiatan ini kita mulai”
“Kami akan Membagikan kertas dan pensil\pulpen kepada kalian,
kemudian kalian tuliskan pengalaman halusinasi seperti menyebutkan isi
halusinasi, waktu halusinasi, situasi saat halusinasi, perasaan saat
halusinasi”
“ Bagus sekali semuanya sudah mengisi kertas yang kami bagikan,
sekarang kita mulai untuk membacakan pengalaman halusinasi yang
sudah kalian tulis, nanti kalian maju satu – satu dengan permainan musik
bola, nanti kalian berdiri di belakang garis yang sudah kami buat,
kemudian kami akan memutar musik dan memberikan bola ke salah satu
dari kami yang ada disini. Saat musik telah dimainkan, bola mulai
berputar dari satu orang dan ke yang lainnya sampai pada saat musik di
matikan. Sssat musik dimmatikan, dimana bola tersebut berhenti berarti
disitu kalian akan menceritakan pengalaman halusinasinya didepan.
Permainan musik bola ini akan dimainkan ssampai semua peserta
kegiatan mendapat giliran membacakan hasil pengalaman halusinasi di
depan, bagaimana kalian setuju?”
“Baiklah kalau kalian setuju kita mulai permainannya”
“Terima kasih semuanya karena sudah membacakan pengalaman
halusinasi, dan semua yang kalian bacakan itu sangat baik”
“ Baiklah kalau pengalaman halusinasi muncul lagi kalian bisa
melakukan merhardik dengan cara jika kalian melihat atau mendengar
sesuatu kalian harus berbicara dengan keras husss... pergi dari saya,,,
jangan dekat – dekat saya kalian palsu atau ketika sedang makan
kemudian pengalaman halusinasi kalian datang kalian harus bilang
makanan ini enak, sangat... sangat enak, begitu di ulang – ulang sampai
suara dan bayangan itu tidak terdengar atau tidak nampak lagi, apakah
kalian paham.“
“Bagus kalau kalian paham, coba kalian peragakan! Nah begitu,....bagus!
Coba lagi, Bagus kalian semua sudah bisa menghardik, ingat kalau
pengalaman halusinasi kalian muncul lagi lakukan menghardik seperti
yang kami ajarkan.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti kegiatan ini”
“Tepuk tangan untuk kalian semua, kalian semua sangat bagus”
“Mungkin dari kalian yang masih memiliki pengalaman halusinasi yang
belum di tulis, untuk itu sekarang kalian boleh menulisnya”
“Mas. Mas... Mba..mba besok kita ada akan ada terapi aktivitas
kelompok sseperti ini lagi dengan kegiatan mempraktekan cara
menghardik dan cara mengontrol halusinasi kalian semua dan dapat
diterapkan dirumah sakit dan sampai kalian pulang ke rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta :

Dirjen Yanmed

Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa Barat. 2011. Kumpulan materi keperawatan

jiwa. RSJ Jawa Barat

Stuart & Sunden. 1998. Ilmu Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Hartono,Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika

Isaacs, Ann.2004. Panduan Belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik.

Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna.2004. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta :

EGC

Keliat, Budi Anna. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :

EGC

Purwaningsih, wahyu dan Ina Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.

Jogjakarta :NUHA MEDIKA

Riyadi, Sujono.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai