Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SINDROM NEFROTIK

2.1 Sindrom Nefrotik


2.1.1 Definisi
Sindrom nefrotik merupakan manifestasi klinis dari glomerulonefritis (GN)
ditandai dengan gejala edema, hipoalbuminemia <3,5 g/dL, lipiduria dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan
fungsi ginjal (Buku Aplikasi NANDA NIC NOC Jilid 3, 2015).
Sindrom nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan
kehilangan urinarius yang massif (Whaley dan Wong, 2010).
Nefrotik sindrom adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Nurarif dan Kusuma, 2013).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sindrom
nefrotik merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai edema.

2.1.2 Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik menurut Nurarif & Kusuma (2013) :
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi maternofetal. Resisten
terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah dicoba
pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk dan
biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder Disebabkan oleh :
a. Malaria quartana atau parasit lainnya
b. Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
c. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis,
d. trombosis vena renalis
e. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,
sengatan lebah, racun otak, air raksa.Amiloidosis, penyakit sel sabit,
hiperprolinemia, nefritis membraneproliferatif hipokomplementemik.
3. Sindrom nefrotik idiopatik
Adalah Sindrom nefrotik yang tidak diketahui penyebabnya atau juga disebut
sindrom nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsy
ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi electron, Churg
dkk membagi dalam 4 golongan yaitu kelainan minimal, nefropati
membranosa, glomerulonefritis proliferatif, glomerulosklerosis fokal
segmental.

2.1.3 Manifestasi Klinis


1. Edema
2. Oliguria
3. Proteinuria sedang sampai berat
4. Hiporoteinemia dengan rasio albumin : globulin terbalik
5. Hiperkolesterolemia
6. Ureum/kreatinin darah normal atau meninggi
7. Pucat
8. Intoleransi aktivitas
9. Penurunan haluaran urine dengan urine berwarna gelap dan berbusa
10. Hematuria
11. Anoreksia
2.1.4 Pathway

reaksi antigen-anti body

penurunan fungsi ginjal Gangguan keseimbangan


asam basa
Kerusakan
Kebocoran
glomerular asam Produksi meningkat
plasma muntah

Permeabilitas
Masuk ke Mual
glomerular meningkat
interstisital

Proteinuria Anoreksia
Edema
Hipoalbuminemia Ketidakseimbangan nutrisi
Kelemahan karena kurang dari kebutuhan
Edema yang berat Tekanan onkotik
Plasma menurun
Intoleransi igG menurun
aktifitas Cairan intravaskuler berpindah kedalam
interstisial Sel imun tertekan

Defisit perawatan diri


Menurunnya respon imun
Hipovolemia

Kompensasi ginjal aktif Resiko infeksi


merangsang renin angiotensin

Peningkatan sekresi ADH & aldosteron vasokontriksi

Retensi air dan natrium penatalaksanaan

edema Nyeri akut hospitalisasi

Kelebihan volume cairan


ansietas Kurang pengetahuan

Kerusakan jaringan epidermis dan dermis

Terjadi kemerahan

Turgor kulit jelek Kerusakan integritas kulit


2.1.5 Penatalaksanaan Medis
Menurut Wong (2010), Penatalaksanaan medis untuk Sindrom nefrotik mencakup:
1. Pemberian kortikosteroid (prednison atau prednisolon) untuk menginduksi
remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi. Kekambuhan
diatasi dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)
3. Pengurangan edema
a. Terapi diuretik (diuretik hendaknya digunakaan secara cermat untuk
mencegah terjadinya penurunan volume intravaskular, pembentukan
trombus, dan atau ketidakseimbangan elektrolit)
b. Pembatasan natrium (mengurangi edema)
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan edema dan terapi invasif)
6. Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agens lain)
7. Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin) untuk
anak yang gagal berespons terhadap steroid.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Betz & Sowden (2011), Pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1. Uji urine
a. Urinalisis : proteinuria, hematuria
b. Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah
c. Berat jenis urine
d. Osmolalitas urine
2. Uji darah
a. Kadar albumin serum
b. Kadar kolesterol serum
c. Kadar trigliserid serum
d. Kadar hemoglobin dan hematokrit
e. Hitung trombosit
f. Kadar elektrolit serum
3. Uji diagnostic
Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin).

2.1.7 Komplikasi
1. Hipovolemia
2. Infeksi Pneumokokus
3. Dehidrasi
4. Hilangnya protein dalam urine
5. Venous trombosis (Suriadi, 2011).

FOKUS KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Wong, (2008), Pengkajian kasus Sindrom nefrotik sebagai berikut :
1. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.
2. Kaji riwayat kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan adanya
peningkatan berat badan dan kegagalan fungsi ginjal.
3. Observasi adanya manifestasi dari sindrom nefrotik : kenaikan berat badan,
edema, bengkak pada wajah (khususnya di sekitar mata yang timbul pada saat
bangun pagi , berkurang di siang hari), pembengkakan abdomen (asites),
kesulitan nafas (efusi pleura), pucat pada kulit, mudah lelah, perubahan pada
urine (peningkatan volume, urine berbusa).
4. Pengkajian diagnostik meliputi analisa urin untuk protein, dan sel darah merah,
analisa darah untuk serum protein (total albumin/globulin ratio, kolesterol)
jumlah darah, serum sodium.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
5. Ansietas behubungan dengan proses hospitalisasi
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas
C. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut NOC: NIC :
berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Observasi TTV
dengan agen keperawatan selama 1x24 - Lakukan pengkajian nyeri secara
injuri jam diharapkan nyeri dapat komprehensif termasuk lokasi,
berkurang dengan kriteria karakteristik, durasi, frekuensi,
hasil : kualitas dan faktor presipitasi
- Melaporkan bahwa - Pertahankan tirah baring selama
nyeri berkurang fase akut letakkan pasien pada
- Mampu mengenali posisi semi fowler.
nyeri - Kolaborasi dalam pemberian
- Mampu mengontrol terapi.
nyeri ( tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri)
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
2. Kelebihan NOC: NIC :
volume cairan Setelah dilakukan tindakan - Observasi TTV
berhubungan keperawatan selama 1x24 - Pertahankan cairan intake dan
dengan jam diharapkan volume output yang akurat
gangguan cairan dalam tubuh klien - Kaji lokasi dan luas edema
mekanisme dapat berkurang dengan - Kolaborasi pemberian diuretik
regulasi kriteria hasil : sesuai intruksi
- Terbebas dari edema - Batasi masukan cairan
- Terbebas dari kelelahan, - Timbang berat badan setiap hari
kecemasan atau
kebingungan
3. Ketidakseimban NOC: NIC :
gan nutrisi Setelah dilakukan tindakan - Observasi TTV
kurang dari keperawatan selama 1x24 - Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh jam diharapkan kebutuhan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
berhubungan nutrisi terpenuhi dengan menentukan jumlah kalori dan
dengan faktor kriteria hasil: nutrisi yang dibutuhkan klien
biologis - Berat badan ideal sesuai - Monitor jumlah nutrisi dan
dengan tinggi badan kandungan kalori
- Tidak ada tanda-tanda - Berikan informasi tentang
malnutrisi kebutuhan nutrisi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan Ht
- Monitor kalori dan intake nutrisi
4. Kerusakan NOC: NIC :
Setelah dilakukan tindakan
integritas kulit - Observasi TTV
berhubungan keperawatan selama 1x24 - Jaga kebersihan kulit agar tetap
dengan edema jam diharapkan kerusakan bersih dan kering
integritas kulit klien dapat- Mobilisasi klien (ubah posisi klien
membaik dengan kriteria miring kanan/kiri) tiap 2 jam
hasil : sekali
- Integritas kulit yang - Monitor kulit akan adanya
baik bisa dipertahankan kemerahan
- Luka/lesi dapat- Monitor tanda dan gejala infeksi
membaik pada area luka
- Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
5. Ansietas NOC: NIC :
behubungan Setelah dilakukan tindakan - Gunakan pendekatan yang
dengan proses keperawatan selama 1x24 menenangkan
hospitalisasi jam diharapkan kecemasan - Temani klien untuk memberikan
berkurang dengan kriteria keamanan dan mengurangi takut
hasil : - Dengarkan dengan penuh
- TTV dalam batas perhatian
normal - Kolaborasi dengan dokter untuk
- Postur tubuh, ekspresi mengurangi kecemasan
wajah, bahasa tubuh - Bantu klien mengenai situasi
dan tingkat aktivitas yang menimbulkan kecemasan
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
6. Defisit NOC: NIC :
perawatan diri Setelah dilakukan tindakan - Dorong klien untuk melakukan
berhubungan keperawatan selama 1x24 perawatan diri secara mandiri
dengan jam diharapkan klien atau dengan bantuan
hambatan mampu melakuka - Jelaskan perawatan mandiri yang
mobilitas perawatan diri dengan benar
kriteria hasil :
- Klien mampu
melakukan perawatan
diri (mandi, makan,
berpakaian dan
eliminasi) secara
mandiri atau dengan
bantuan

Anda mungkin juga menyukai