Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

PENGEMBANGAN TEKNIK KOMUNIKASI ANTARA PERAWAT DENGAN


PASIEN
DI BANGSAL SRIKANDI RSJD Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

Oleh :
NUR AINI
0701118A047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... 3
B. Tujuan ........................................................................................ 4
C. Manfaat ...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori komunikasi ......................................... ............. 5


B. Landasan Teori Teknik komunikasi ............. 11

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pengkajian pada unit pelayanan keperawatan……………… 15


B. Identifikasi Masalah Dan Analisa Data…………………… 17
C. Diagram Fishbone………………………................................ 18
D. Alternatif Cara Penyelesaian Masalah………………………. 19
BAB IV
A. POA ............................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA 23

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi terapeutik dalam Afnuhazi (2015) merupakan komunikasi


yang dilakukan oleh perawat yang direncanakan secara sadar dengan tujuan dan
kegiatan difokuskan untuk kesembuhan klien. Komunikasi ini digunakan sebagai
alat penting untuk membina hubungan terapeutik karena mencakup penyampaian
informasi dan pertukaran pikiran dan perasaan (Kusumo, 2017).

Komunikasi terapeutik sangat terlihat jelas dalam sebuah tindakan


keperawatan, dengan kemampuan serta kepemahaman komunikasi yang dilakukan
oleh perawat menjadi suatu hal yang utama dan penting dalam keberhasilan
komunikasi terapeutik untuk mencapai kesembuhan klien. Perlu adanya hubungan
saling percaya (trust) yang didasari oleh keterbukaan serta pengertian akan
kebutuhan, harapan, dan kepentingan masing-masing. Ketika hal tersebut sudah
tercapai maka klien akan bercerita atau memberikan keterangan lengkap serta
benar mengenai dirinya, sehingga akan membantu perawat serta dokter dalam
mendiagnosis penyakitnya, yang pada akhirnya akan memberikan penanganan dan
pengobatan yang tepat bagi klien. menyampaikan isi pesan, namun menentukan kadar
hubungan interpersonal, dimana bukan hanya menentukan sebuah “content” tetapi
juga “relationship”. Melakukan suatu komunikasi interpersonal, pasien/klien atau
perawat di dalamnya harus berpikir lebih luas dalam hal berkomunikasi, tidak hanya
memikirkan apa yang ingin disampaikan saja namun lebih kepada membangun
hubungan agar pesan yang tersampaikan lebih efektif.

Menurut Rakhmat (2012) disebutkan pula bahwa ia mengembangkan apa


yang disebut sebagai “relationship-enchancement methods” (metode peningkatan
hubungan) dalam psikoterapi. Ia merumuskan metode ini dengan tiga prinsip, makin
baik hubungan interpersonal: Makin terbuka pasien yang mengungkapkan
perasaanya; Makin cenderung ia meneliti perasaan secara mendalam beserta

3
penolongnya; Makin cenderung ia mendengar dengan penuh perhatian dan
bertindak atas nasihat yang diberikan penolongnya. Jadi, ketika berkomunikasi
dengan pasien, seorang terapis harus membangun diri atau membangun hubungan
dengan klien agar proses terapi berjalan lebih maksimal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan komunikasi teraupetik antara perawat dengan pasien
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan mampu, :
a. mengerti dan memahami komunikasi
b. mengerti fungsi komunikasi
c. mengerti jenis komunikasi
d. mengerti tujuan komunikasi
e. mengerti fase dalam pelaksanaan komunikasi
f. mengerti sikap perawat dalam komunikasi
g. memahami teknik dalam komunikasi
h. memahami prinsip dalam komunikasi
i. memahami peran komunikasi dalam keperawatan
C. Manfaat
1. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori manajemen
keperawatan secara langsung khususnya dengan program penerapan komunikasi
efektif SBAR dalam pelaporan indikator mutu pasien lari (pelatihan).
2. Rumah sakit

Sebagai bahan masukan untuk perencanaan pengembangan Sistem Pemberian

Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) dan sebagai bahan informasi untuk

melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program penerapan komunikasi

teraupetik perawat dengan pasien

4
3. Ruang Srikandi RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta

Sebagai informasi mengenai pelaksanaan program komunikasi teraupetik di Ruang

Srikandi RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta sehingga dapat mengadakan perbaikan

secara bertahap dan terencana.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian komunikasi
a. Definisi
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, yang dilakukan oleh
penyampaian pesan ditujukan kepada penerima pesan (Mundakir, 2006).
Komunikasi adalah penyampaian informasi verbal dan non verbal untuk mencapai
kesamaan pengertian dari pengirim informasi kepada penerima, sehingga
menimbulkan tingkah laku yang diinginkan oleh pengirim dan penerima informasi
(Purwanto & Riyadi, 2009).
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu
proses pengiriman atau pertukaran (stimulus, signal, symbol, informasi) baik dalam
bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke penerima pesan dengan tujuan
untuk perubahan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Komunikasi terapeutik merupakan suatu komunikasi yang sangat
memperhatikan kemampuan berbahasa, karena sifatnya yang ditujukan untuk
memberi terapi kepada pasien/klien atau lawan bicara. Komunikasi terapeutik
sendiri merupakan bagian dari komunikasi interpersonal dalam dunia kesehatan
khususnya bidang keperawatan yang membutuhkan rasa percaya/kepercayaan
trust), sikap suportif (supportiveness), dan sikap terbuka (open mindedness) dari
masingmasing pihak. Dalam kajian Afnuhazi (2015), komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat,direncanakan secara sadar
dengan tujuan dan kegiatan difokuskan untuk menyembuhkan klien. Oleh karena
itu, dalam menyampaikan pesan komunikasi terapeutik dibutuhkan kehati-hatian,
karena menyentuh psikologis seseorang dan harus memahami kondisi lawan
bicara atau seseorang yang ingin diberi terapi (klien/pasien).
Dalam melakukan komunikasi terapeutik harus memperhatikan teknik-
teknik dalam penyampaiannya agar dapat diterima dengan baik oleh klien

6
sehingga klien pun paham. Beberapa teknik komunikasi terapeutik menurut
Stuart (1998) antara lain: mendengarkan dengan sepenuh perhatian,menunjukkan
penerimaan, menanyakan pertanyaan yang berkaitan, menyatakan hasil observasi,
menawarkan informasi,memberikan penghargaan, menawarkan diri, memberikan
kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan, memberikan kesempatan
kepada klie untuk menguraikan persepsinya, refleksi dan humor. Seorang perawat
harus memiliki keterampilan komunikasi terapeutik. Dengan keterampilan
tersebut seorang perawat akan mudah membangun kepercayaan terhadap klien
atau pasien, yang pada akhirnya mencapai tujuan keperawatan sehingga pasien
mudah memahami dan mengikuti proses terapi, pada akhirnya memberikan
kesembuhan pada klien atau pasien itu sendiri.
pada benda objektif. Paradigma konstruktivisme dipilih oleh peneliti
dikarenakan peneliti berusaha untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses
komunikasi interpersonal (komunikasi terapeutik) yang dilakukan oleh perawat
kepada pasien gangguan jiwa. Peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif
dalam proses pengumpulan data untuk melihat relitas dari proses komunikasi
terapeutik tersebut, dengan tujuan untuk menggali dan mengonstruksi realitas
sosial yang ada mengenai pemahaman perawat terhadap proses hubungan
komunikasi terapeutik.
b. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi sangat luas dan menyentuh banyak aspek kehidupan.
Ada beberapa fungsi komunikasi yaitu :
a) Informasi, pengumpulan, penyimpanan, proses, penyebaran berita, data,
gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat
dimengerti secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain.
b) Sosialisasi
Fungsi sosialisasi sangat efektif bila dilakukan dengan pendekatan yang
tepat baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

7
c) Motivasi
Berfungsi sebagai penggerak semangat, pendorong bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu yang diinginkan oleh komunikator.
d) Pendidikan
Proses pengalihan (transformasi) ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta
membentuk keterampilan dan kemahiran dapat dilakukan melalui
komunikasi yang baik dan efektif.
e) Integrasi
Adanya kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi dan pesan yang
dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap, berperilaku dan berpola fikir
sebagai sarana untuk menghargai dan memahami pandangan orang lain
dalam berkomunikasi (Munkadir, 2006).
c. Jenis Komunikasi
Berdasarkan bentuk komunikasi antar individu, komunikasi dapat dibedakan
atas dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
a) Komunikasi verbal, merupakan pertukaran informasi dengan menggunakan
kata – kata, baik dalam bentuk lisan maupan tertulis. Komunikasi verbal
bergantung pada bahasa, contoh penggunaan komunikasi verbal adalah ketika
perawat memberikan penjelasan kepada pasien.
b) Komunikasi nonverbal, merupakan pertukaran informasi tanpa penggunaan
bahasa atau kata – kata. Komunikasi nonverbal disebut juga bahasa tubuh (body
language). Informasi dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara nonverbal
dengan berbagai cara, seperti penggunaan sentuhan, kontak mata, ekspresi wajah,
postur, kontak mata, gerak tubuh, posisi tubuh, kondisi fisik umum, gaya
berpakaian, suara, dan kondisi diam (Tamsuri, 2005).

d. Tujuan Komunikasi Teraupetik


Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi pasien
kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada perkembangan pasien yang

8
meliputi :
a) Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan kesadaran dan penghargaan diri.
Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
mempertahankan egonya. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi
perubahan dalam diri pasien.
b) Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfial dan saling
bergantung dengan orang lain dan mandiri. Melalui komunikasi terapeutik
pasien diharapkan dapat belajar menerima dan diterima orang lain.
c) Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realities, terkadang pasien menetapkan ideal diri atau
tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.
d) Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri personal disini
termasuk status, peran, dan jenis kelamin.melalui komunikasi terapeutik
diharapkan perawat dapat membantu pasien meningkatkan indentitas diri yang
jelas (Suryani, 2005).

e. Fase Dalam pelaksanaan komunikasi teraupetik


Dalam melaksanakan komunikasi terapeutik perawat mempunyai empat fase
komunikasi, yang setiap fase mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh
perawat. Empat fase tersebut yaitu fase preinteraksi, orientasi atau perkenalan, kerja
dan terminasi. Adapun tugas-tugas yang harus diselesaikan pada tiap fase adalah
sebagai berikut :
a) Fase Preinteraksi
Merupakan fase persiapan sebelum terjadi kontak pertama antara perawat dan
pasien. Pada fase ini perawat harus mengeksplorasi diri terhadap perasaan –
perasaan diri seperti ansietas, ketakutan dan keraguan. Tugas perawat dalam
fase ini adalah mengumpulkan informasi tentang pasien dan
mengeksplorasikan perasaan diri.

9
b) Fase Orientasi
Pada fase orientasi, perawat dan pasien pertama kali bertemu. Pada fase ini,
penting bagi perawat untuk memperkenalkan dirinya dengan menggunakan
nama, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam membina hubungan perawat
dengan pasien, kunci utama adalah terbinanya hubungan saling percaya,
adanya komunikasi terbuka, memahami penerimaan dan merumuskan
kontrak. Tugas perawat dalam tahapan ini adalah mengeksplorasi perasaan,
mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan, mengalisis
kekuatan dan kelemahan diri, mengumpulakan data tentang pasien, serta
merencanakan pertemuan.
c) Fase Kerja
Merupakan fase dimana kerjasama terapeutik perawat dengan pasien paling
banyak dilakukan. Tugas perawat pada fase ini adalah memenuhi kebutuhan
atau mengembangkan pola – pola adaptif pasien serta melaksanakan kegiatan
sesuai dengan perencanaan pada tahap preinteraksi. Tahap kerja adalah inti
dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik, karena didalamnya perawat
dituntut membantu dan mendukung pasien untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya dan kemudian menganalisa respons atau pesan komunikasi verbal
dan non verbal yang disampaikan oleh pasien.
d) Fase Terminasi
Merupakan tahap perpisahan dimana perawat akan mengakhiri interaksinya
dengan pasien, tahap ini bersifat sementara maupun menetap. Terminasi
adalah satu tahap yang sulit tapi sangat penting dari hubungan terapeutik
karena rasa percaya dan hubungan intim antara perawat dan pasien
telahberlangsung optimal. Fase ini untuk merubah perasaan dan mengevaluasi
kemajuan pasien (Tamsuri, 2005).

f. Sikap Perawat Dalam Komunikasi Teraupetik


Sikap merupakan suatu predisposisi umum untuk berespons atau bertindak
secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang disertai emosi positif atau

10
negatif serta diperlukan penilaian positif, negatif dan netral tanpa reaksi afektif
(Maramis, 2006). Perawat hadir secara utuh baik fisik maupun psikologis pada
waktu berkomunikasi dengan pasien. Perawat tidak cukup mengetahui teknik
komunikasi dan isi komunikasi tetapi yang sangat penting adalah sikap atau
penampilan dalam berkomunikasi (Mundakir, 2006).
Haber J. (1982) dikutip Suryani (2005) mengidentifikasikan lima sikap atau cara
menghadirkan diri secara fisik, yaitu :
a) Berhadapan
Berhadapan artinya menghadap pasien dengan jujur dan terbuka yaitu sikap
tubuh dan wajah menghadap ke pasien. Artinya dari posisi ini adalah “saya siap
membantu anda”.
b) Mempertahankan kontak mata
Kontak mata menunjukkan bahwa perawat mendengar dan memperhatikan
pasien. Kontak mata pada level yang sama atau sejajar berarti menghargai dan
menyatakan keinginan untuk nyaman bagi tetap berkomunikasi. Sikap ini juga
dapat menciptakan perasaan nyaman bagi pasien.
c) Membungkuk ke arah pasien
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu
yang dialami pasien. Posisi ini juga menunjukkan bahwa perawat merespon dan
perhatian pada pasien untuk membantu pasien.
d) Mempertahankan sikap terbuka
Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.
Sikap terbuka perawat akan meningkatkan kepercayaan pasien pada perawat atau
petugas kesehatan lainnya.
e) Tetap rileks
Menciptakan lingkungan yang nyaman, rileks, dan menjaga privasi pasien sangat
penting dalam membantu pasien untuk membuka diri. Sikap ini dapat
mengontrol kesimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam berespons
terhadap pasien

11
g. Teknik dalam komunikasi Teraupetik
Dalam menanggapi pesan yang disampaikan pasien, ada beberapa tehnik
komunikasi yang perlu dilakukan perawat sebagai berikut :
a) Mendengarkan
Merupakan proses aktif menerima informasi dan mempelajari respons seseorang
terhadap pesan yang diterima. Dengan mendengarkan perawat mengetahui
perasaan pasien, memberikan kesempatan lebih banyak padapasien untuk bicara.
Perawat harus menjadi pendengar yang aktif dengan tetap kritis dan korektif bila
apa yang disampaikan pasien perlu diluruskan.
b) Pertanyaan terbuka
Memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan perawat
dapat memberikan dorongan pasien untuk menyelesaikan topik yang akan
dibicarakan.
c) Mengulang
Mengulang pokok pikiran utama yang diekspresikan pasien dengan
menggunakan kata – kata sendiri.
d) Klarifikasi
Berupaya untuk menjelaskan kedalam kata – kata idea atau pikiran pasien yang
tidak jelas, atau meminta pasien untuk menjelaskan kembali.
e) Refleksi
Mengulang kembali apa yang dibicarakan pasien.
f) Pemusatan
Pertanyaan yang membantu pasien untuk meluaskan topik pembicaraan yang
penting serta menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih
jelas dan fokus pada realita.
g) Berbagi persepsi
Meminta pendapat pasien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan atau
sebaliknya. Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan
memberikan informasi.
h) Pengindentifikasian tema

12
Menyatakan isu atau masalah pokok yang terjadi berulang kali.
i) Diam
Tidak ada komunikasi verbal, memberikan kesempatan pasien untuk
mengutarakan pikirannya.
j) Humor
Pengeluaran energi melalui lelucon atau nada bercanda (Stuart & Sundeen,
1998).
h. Prinsip Dalam Komunikasi Teraupetik
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam mempertahankan
hubungan terapeutik :
a) Hubungan terapeutik perawat dengan pasien yang saling menguntungkan.
Hubungan perawat dengan pasien tidak hanya sekedar penolong tetapi lebih dari
itu, yaitu hubungan antar manusia yang bermartabat.
b) Perawat harus menghargai keunikan pasien, tiap individu mempunyai karakter
yang berbeda – beda, karena itu perawat perlu memahami perilaku pasien dengan
melihat latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
c) Komunikasi yang dilakukan dapat menjaga harga diri pemberi atau penerima
pesan, sehingga perawat mampu menjaga harga diri dirinya sendiri dan harga diri
pasien.
d) Menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus tercapai terlebih
dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan
masalah, dengan membina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien
adalah kunci dari komunikasi terapeutik (Suryani, 2005).
i. Faktor yang mempengaruhi Komunikasi
Setiap orang mempunyai sifat yang unik dan masing-masing dapat membuat
penafsiran dari pesan komunikasi yang dilakukan. Perbedaan penafsiran yang
disebabkan beberapa hal dapat mengganggu jalannya komunikasi yang efektif (
Mundakir, 2006). Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a) Persepsi

13
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau
peristiwa. Persepsi dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaaan persepsi
dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
b) Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga penting bagi
perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat berusaha untuk mengetahui
dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang
tepat dengan pasien.
c) Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti
marah, sedih, senang akan dapat mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
d) Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Latar
belakang sosial budaya akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
Faktor ini memang sedikit pengaruhnya namun paling tidak dijadikan pegangan
bagi perawat dalam bertutur kata, bersikap, dan melangkah dalam berkomunikasi
dengan pasien.
e) Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan.
Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit berespon terhadap
pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang
lebih tinggi. Perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan pasien sehingga
perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat kepada pasien.
f) Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan diantara orang yang
berkomunikasi. Cara berkomunikasi seseorang perawat dengan koleganya
dengan cara berkomunikasi seorang perawat kepada pasien akan berbeda

14
tergantung perannya. Kemajuan hubungan perawat-pasien adalah bila hubungan
tersebut saling menguntungkan dalam menjalin ide dan perasaannya.
g) Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana
yang bising tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan,
ketegangan, dan ketidaknyamanan (Damaiyanti, 2008).
j. Peran Komunikasi Dalam Keperawatan
Komunikasi dalam keperawatan adalah suatu proses untuk menciptakan
hubungan antara perawat dengan pasien, keluarga pasien, maupun tim kesehatan lain
untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan pasien (Dalami, 2010).
Komunikasi dalam keperawatan disebut juga dengan komunikasi terapeutik,
merupakan komunikasi yang dilakukan perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan sehingga memberikan terapi untuk proses penyembuhan pasien dan
membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi. Melalui
komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat menghadapi, mempersepsikan, dan
menghargai keunikan pasien (Nurhasanah, 2009).

15
BAB III
ANALISA MASALAH

A. Pengkajian Fungsi Pengarahan Dan Pengawasan


a. Komunikasi
Kajian data :
1. Strategi komunikasi
a) Wawancara
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang Srikandi yang dilakukan
pada tanggal 2 mei 2019 didapatkan hasil komunikasi antara perawat
dengan pasien kurang efektif. Kegiatan komunikasi tersebut sudah ada
SOP tetapi kadang kadang tidak dilakukan, kadang dilakukan tetapi tidak
sesuai dengan SOP yang ada.
b) Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan selama beberapa hari selama pengkajian
didapatkan hasil bahwa strategi komunikasi antara perawat dengan pasien
kurang efektif karena perawat hanya beberapa kali melakukan
komunikasi dengan pasien maka perlu dilakukan strategi komunikasi
antara perawat dengan pasien agar lebih efektif

2. Model komunikasi
a) Observasi
Berdasarkan observasi di ruang Srikandi di dapatkan hasil bahwa
komunikasi perawat dengan pasien kurang efektif, kadang perawat
dalam berkomunikasi hanya seperlunya saja. Di ruang Srikandi sudah
ada SOP komuikasi dengan pasien tetapi kurang efektif karena SOP
kadang kadang tidak digunakan saat berkomunikasi. Maka dari itu
perlu dilakukan strategi komunikasi antara perawat dengan pasien.

Masalah : belum optimal dan belum efektif komunikasi antara


perawat dengan pasien,sehingga penulis ingin mencoba strategi
komunikasi antara perawat dengan pasien.

16
B. Analisa SWOT

Opportunity
Aspek yang dikaji Stregth (kelebihan) Weakness (kekurangan) Threath (ancaman)
(peluang)

Komunikasi antara 1. Sudah terdapat SOP 1. Belum optimalnya Perawat sudah Tidak ada hubungan
perawat dengan tentang komunikasi penerapan komunikasi menjalankan saling percaya antara
pasien perawat dengan perawat dengan pasien komunikasi perawat dengan pasien
pasien dengan pasien
meskipun tidak
terlalu sering dan
2. Penerapan 2.kurangnya motivasi tidak sesuai SOP
komunikasi perawat dan kesadaran dan
dengan pasien sudah pelaksanaan
komunikasi perawat
dijalankan meskipun
dengan pasien
tidak terlalu sering

17
C. Identifikasi masalah dan analisa data

No Data focus Masalah

 Data subyekif Ketidakefektifan komunikasi antara


perawat dengan pasien
Strategi komunikasi

Wawancara

Berdasarkan wawancara dengan kepala


ruang Srikandi yang dilakukan pada
tanggal 2 mei 2019 didapatkan hasil
strategi komunikasi antara perawat
dengan pasien kurang efektif. Kegiatan
tersebut sudah ada SOP tetapi kadang
kadang tidak dilakukan, kadang
dilakukan tetapi tidak sesuai dengan SOP
yang ada.

 Data objektif

Observasi

Berdasarkan observasi di ruang Srikandi belum optimal dan belum efektif


di dapatkan hasil bahwa komunikasi komunikasi antara perawat dengan
pasien,sehingga penulis ingin
perawat dengan pasien kurang efektif,
mencoba strategi komunikasi antara
kadang perawat dalam berkomunikasi perawat dengan pasien
hanya seperlunya saja. Di ruang Srikandi
sudah ada SOP komuikasi dengan pasien
tetapi kurang efektif karena SOP kadang
kadang tidak digunakan saat
berkomunikasi. Maka dari itu perlu
dilakukan strategi komunikasi antara
perawat dengan pasien.

18
D. Prioritas masalah

Prioritas masalah Jumlah


No Masalah T R prioritas
Importancy IxTxR
P S RI PC DU Pe
1. belum optimal dan belum
efektif komunikasi antara
perawat dengan
pasien,sehingga penulis
ingin mencoba strategi
komunikasi antara
perawat dengan pasien

Keterangan :

1. Importancy (I) atau pentingnya masalah


Prevalency (P) : Masalah lebih banyak serius
Secerity (S) : Akibat yang ditimbulkan apabila tidak ditangani.
Rate of Increase (RI) : Angka kenaikan

19
Public concern (PC) : Perhatian masyarakat
Degree of Unmeetneeds(DU) : Tingkat keinginan yang tidak terpenuhi
Politic Climate (PC) : Politic Climate
2. Technology (T) : Tehnologi yang tersedia
3. Resource (R) : Sumber daya yang tersedia (manusia,dana,alat,dll)

E. Alternatif cara penyelesaian masalah

Penyebab masalah Rencana penyelesaian masalah


Ketidakefektifan komunikasi antara perawat dengan pasien 1. Mendiskusikan kepada perawat tentang pentingnya
komunikasi antara perawat dengan pasien sesuai dengan
SOP
2. Melakukan sosialisasi pentingnya komunikasi antara
perawat dengan pasien sesuai SOP
3. Melakukan/Action role model pelaksanaan komunkasi
antara perawat dengan pasien sesuai dengan SOP

20
F. Diagram fishbone

MAN

kurangnya motivasi dan kesadaran


dan pelaksanaan komunikasi
perawat dengan pasien

Ketidakefektifan
komunikasi antara
perawat dengan
pasien

METODE
MATERIAL
Komunikasi antara perawat dengan
sudah tersedia SOP operan
pasien kadang kadang sudah
dilakukan tetapi tidak sesuai
SOP

21
BAB IV

PLAN OF ACTION

NO Rencana tindakan metode sasaran Bahan dan alat waktu tempat pelaksana
1. Mendiskusikan diskusi Karu dan SOP komunikasi - ruang Nur aini
pentingnya komunikasi perawat perawat dengan pasien srikandi
antara perawat dengan
pasien sesuai dengan
SOP

2. Melakukan sosialisasi Diskusi dan Karu dan Materi komunikasi - Ruang Nur aini
pentingnya komunikasi sosialisa perawat antara perawat dengan srikandi
antara perawat dengan pasien serta jurnal
pasien sesuai SOP yang berjudul
“Communication in
Nursing Practice”

3. Melakukan/Action role action Karu dan action - Ruang Nur aini


model pelaksanaan perawat srikandi
komunkasi antara
perawat dengan pasien
sesuai dengan SOP

22
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, N.R. (2015) Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.Yogyakarta,


Gosyen Publishing

Creswell, J.W. (2015) Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih di Antara Lima
Pendekatan. Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Damaiyanti, M. (2010) Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung,


Refika Aditama

Kusumo, M.P. (2017) Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan


Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja. JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen
Rumah Sakit). [Online] 6 (1), 72–81. Available from:
http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs/article/view/2350

Pujilekosono, S. (2015) Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang, Intrans


Publishing

Rakhmat, J. (2012) Psikologi Komunikasi. Bandung, Remaja Rosdakarya

Stuart, G.W. (1998) Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta, EGC

23
24
25
26

Anda mungkin juga menyukai