Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN WALKIE-TALKIE

PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-7 TAHUN) UNTUK


MENURUNKAN KECEMASAN SEBAGAI DAMPAK HOSPITALISASI
DI RUANG MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI

Oleh:

1. Meisya Dhicki Candra (071182002)


2. Sang Ayu Ketut (071182005)
3. Destri Mahesti (071182012)
4. Meta Alinta (071182021)
5. Subagyo (071182047)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

A. Program bermain
Terapi bermain walkie-talkie
B. Waktu bermain
1. Hari/tanggal : Jum’at, 13 Desember 2019
2. Pukul : 10.00 W.I.B
3. Tempat : Ruang bermain melati 2 RSUD Dr.Moewardi
C. Pengorganisasian
1. Leader : Destri Mahesti.
2. Fasilitator : Meta alinta, Sang Ayu Ketut, Subagyo.
3. Observer : Meisya Dhicki Candra
D. Sistematika proses
No. Kegiatan Pukul
1. Persiapan: 09.50 W.I.B
1. Menyiapkan ruangan.
2. Menyiapkan alat.
3. Menyiapkan anak dengan keluarga
. Proses:
2. Membuka terapi bermain dengan mengucapkan 10.00 W.I.B
salam, berdo’a, memperkenalkan diri dan
menyampaikan kontrak waktu

3. Menjelaskan kepada anak dan keluarga tentang 10.01 W.I.B


tujuan dan manfaat terapi bermain.
4. Menyebarkan kuesioner kecemasan pre-terapi 10.02 W.I.B
bermain.
5. Menjelaskan cara bermain
6. Memberi kesempatan untuk bertanya/ klarifikasi
7. Memberikan identitas nama pasien (name tag)

8. Mendemontrasikan pembuatan media walkie- 10.03 W.I.B


talkie.
9. Mengajak anak membuat media walkie- talkie.
10. Mengajak anak mempraktekkan cara bermain
walkie-talkie.
11. Mengevaluasi respon anak dan keluarga selama
proses terapi bermain.
12. Menyebarkan kuesioner kecemasan post-terapi
bermain.
3. Penutup: 10.25 W.I.B
13. Menyimpulkan (reward/reinforcement positif)
14. Berdo’a bersama dengan anak-anak

E. Diskripsi kegiatan
Sebelum kegiatan dimulai, tim mempersiapkan ruangan dan media
bermain walkie-talkie. Setelah ruang dan media siap digunakan, tim
melakukan jemput bola kepada pasien yang telah dikontrak sebelumnya
sesuai kriteria inklusi dan eklusi. Saat pasien dan keluarga mulai berdatangan,
observer mulai mengatur posisi duduk pasien, setelah sesuai skema tempat
duduk yang telah ditentukan sebelumnya observer melaporkan kepada leader
bahwa pasien dan keluarga siap diberikan terapi bermain.
Leader memimpin jalannya acara dengan mengucapkan salam kepada
pasien dan keluarga, setelah itu tim memperkenalkan diri dan menjelaskan
tugasnya. Leader menjelaskan tujuan dan manfaat dilakukan terapi bermain
serta menjelaskan prosedur terapi bermain walki-talkie. Setelah itu observer
mulai menyebarkan kuesioner kecemasan pre-terapi bermain kepada keluarga
pasien. Setelah kuesioner terisi lengkap, lalu observer mengumpulkan seluruh
kuesioner pre dan leader mulai perannya dalam memimpin kegiatan terapi
bermain yang diawali dengan demonstrasi pembuatan media walkie-talkie
oleh fasilitator diikuti oleh pasien. Pasien dapat membuat media walkie-talkie
berjumlah 3, kemudian leader memberikan contoh cara mengaplikasikan
permainan walkie-talkie dengan fasilitator. Setelah itu leader memerintahkan
pasien untuk mempraktekkan walkie-talkie kepada pasien lain dengan kata-
kata yang telah ditentukan, pada saat ini lah fasilitator memfasilitasi pasien
dalam melakukan komunikasi menggunakan walkie-talkie dan observer
bertugas untuk mengamati tingkat kecemasan pasien secara objektif.
Diakhir acara observer kembali menyebarkan kuesioner kecemasan post-
terapi bermain kepada keluarga dan seluruh keluarga bersedia untuk mengisi
kuesioner tersebut. Setelah itu, tim memberikan reward berupa sikat dan pasta
gigi anak-anak dengan tujuan agar pasien patuh melakukan oral hygiene
untuk mencegah gigi berlubang. Saat kuosioner kecemasan post-terapi
bermain dan reward telah dibagikan, leader menanyakan perasaan pasien
setelah bermain walkie-talkie, hasilnya seluruh pasien mengatakan senang
dan bahagia bisa membuat dan mengaplikasikan walkie-talkie. Setelah itu
leader menutup acara dengan doa dan diakhiri dengan foto bersama.
F. Hasil
1. Pre-terapi bermain
Hasil kuesioner pre menunjukkan bahwa sebanyak 4 pasien atau 66%
mengalami kecemasan akibat dilakukan perawatan di rumah sakit.
2. Post-terapi bermain
Hasil kuesioner post menunjukkan bahwa sebanyak 2 pasien atau 33%
tetap mengalami kecemasan hospitalisasi walaupun telah diberikan
tindakan terapi bermain walkie-talkie.
DOKUMENTASI

A. Pembukaan

B. Proses
C. Penutup

Anda mungkin juga menyukai