Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TUBERCULOSIS PARU

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 (REG 2 TK. II)

Dosen Pembimbing
" Yuliati Amperaningsih, SKM., M.Kes ”

Anggota :

1. Oca Yulianda 2014301079


2. Zulnisa wakhdaniyah 2014301051
3. Gustia Purnama s 2014301099
4. Linda Ria Ananta 2014301065
5. Andrean 2014301098
6. Mela Resta 2014301068
7. Natasya Evi Andriyani 2014301077
8. Nuria Uspika 2014301078
9. Maila wulandari 2014301070
10. Dhita imaniar 2014301053
11. Puspa Pancalista 2014301080
12. Restu Gentari 2014301085

POLTEKKES TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN


PRODI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


Pokok Bahasan : Perawatan Pada Pasien TB Paru
Hari/Tanggal : Senin, 4 Oktober 2021
Waktu : 10.00-10.30 WIB (30 Menit)
Tempat : Ruang Rawat Inap Palem 1 RS Bhayangkara
Sasaran : Tn. Y (Pasien TB Paru)
Pelaksana : Mahasiswa Sarjana Terapan Keperawatan Tanjung Karang

A. Analisa Data

HIV/AIDS adalah salah satu masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia yaitu masih tingginya
perpindahan infeksi, angka kesakitan, serta angka kematian. HIV (Human Immunodeficiency
Virus) merupakan virus golongan Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem
kekebalan tubuh/imunitas manusia, khususnya sel CD-4 atau sering disebut sel T. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab penyakit Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) dengan cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, dengan jumlah
orang yang dilaporkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang sebenarnya
(Purwaningsih,2010). banyaknya kasus HIV di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 29.037
jiwa, ini cenderung meningkat jika dibandingkan pada tahun 2012 yaitu 21,511 jiwa.
Berdasarkan jenis pekerjaan dari tahun 1987 sampai dengan bulan September 2014 ibu rumah
tangga menempati urutan paling atas dengan jumlah 6.539 jiwa penderita (Ditjen PP & PL,
Kemenkes RI 2014). Penularan pada ibu rumah tangga dibandingkan dengan wanita pekerja
seksual (WPS) cenderung meningkat sejak tahun 2003 sampai tahun 2013. Ibu rumah tangga lebih
berisiko menderita HIV/AIDS dibanding penjaja seks karena disebabkan oleh suami pengidap
HIV dan menularkan pada istrinya melalui hubungan seks tanpa kondom (Sophian, 2013).

Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI No. 9 tahun 1994, yaitu
salah satu sasaran komunikasi informasi dan edukasi (KIE) penanggulangan HIV/AIDS dan cara
pemberian KIE pada kelompok berisiko tinggi. Informasi mengenai HIV/AIDS melalui media
komunikasi tersebut dapat meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga yang berisiko tinggi
menderita HIV/AIDS dan pengetahuan yang diterima diharapkan mampu merubah sikap dan
perilaku seks untuk mencegah HIV/ AIDS (Juliastika, 2012).

Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah ODHA pada kelompok
orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV yaitu para penjaja seks komersial dan
penyalah-guna NAPZA suntikan dibeberapa provinsi seperti DKI Jakarta,Riau, Bali, Jawa
Barat dan Jawa Timur sehingga provinsi tersebut tergolong sebagai daerah dengan tingkat
epidemi terkonsentrasi (concentrated level of epidemic). Tanah Papua sudah memasuki
tingkat epidemi meluas (generalized epidemic). Hasil estimasi tahun 2009, di Indonesia
terdapat 186.000 orang dengan HIV positif. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
telah menetapkan sebanyak 278 rumah sakit rujukan Odha (Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 780/MENKES/SK/IV/2011 tentang Penetapan
Lanjutan Rumah Sakit Rujukan Bagi Orang dengan HIV yang tersebar di hampir semua
provinsi di Indonesia. Dari Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia
sampai dengan September 2011 tercatat jumlah Odha yang mendapatkan terapi ARV
sebanyak 22.843 dari 33 provinsi dan 300 kab/kota, dengan rasio laki-laki dan perempuan
3 : 1, dan persentase tertinggi pada kelompok usia 20-29 tahun. Program penanggulangan
AIDS di Indonesia mempunyai 4 pilar, yang semuanya menuju pada paradigma Zero new
infection, Zero AIDS-related death dan Zero Discrimination.

pencegahan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kabupaten Tanah Bumbu didapatkan
hasil responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentang HI/AIDS rendah yaitu 20
responden (50%) dan tingkat pengetahuan tentang HI/AIDS tinggi yaitu 20 responden
(50%). Dimana Sebagian besar responden memiliki sikap kategori baik yaitu 37
responden (92.5%) dan upaya pencegahan HIV/AIDS rendah yaitu 26 responden (65%).
Dalam penelitian diketahui ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan umum
tentang HIV/AIDS pada ibu rumah tangga yang memiliki suami pekerja sopir antar kota
dengan upaya pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Tanah Bumbu (Octavianty et al.,
2015).

Masalah mengenai HIV/AIDS pada ibu rumah tangga melatarbelakangi kami untuk
melakukan penyuluhan mengenai HIV pada Ibu rumah tangga agar informasi tersebut
dapat meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga di kota semarang khususnya
kecamatan Tembalang mengenai pencegahan penularan serta perawatan HIV/AIDS di
rumah.

B. Diagnosa Keperawatan
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan
memahami tentang HIV/AIDS pada Ibu rumah tangga.
B.Tujuan Khusus
1. Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
2. Mengetahui pengertian HIV/AIDS
3. Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
4. Mengetahui cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS
5. Mengetahui cara perawatan ODHA di rumah
C. Materi Penyuluhan
1. Definisi HIV/ AIDS
2. Tanda dan Gejala
3. Cara Penularan Dan Peniefakan
4. Pengobatan HIV / AIDS
5. Perawatan Kompherensif Berkesinambungan
6. Perawatan HIV di Rumah
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan

Tahapan
NO dan Kegiatan
Kegiatan Penyuluhan
Waktu Peserta

Sebelum acara 1. Memberi salam 5. Menjawab


dimulai 2. Memperkenalkan diri salam
3. Menjelaskan 6. Mendengarkan
1 5 menit 4. Menjelaskan tujuan penyuluhan dan dan
pokok Materi yang akan 7. memperhatikan
disampaikan 8. Menjawab
pertanyaan

Penyajian Menggali pengetahuan pasien tentang Mendengarkan dan


memperhatikan
HIV
Menjelaskan materi:
15 menit  Pengertian HIV/AIDS
2  Tanda dan gejala HIV/AIDS
 Cara penularan dan
pencegahan HIV/AIDS
 Cara perawatan ODHA di
rumah
1. Mengajukan
Penutupan Penegasan materi 2. pertanyaan
1. Memberikan kesempatan kepada 3. Menjawab
peserta untuk bertanya
10 Menit pertanyaan yang
2. Meminta peserta untuk menjelaskan
kembali materi yang telah diberika oleh
disampaikan dengan singkat penyuluh
3 3. Menggunakan bahasa peserta 4. Membalas salam
sendiri
4. Memeberikan kesempatan kepada
peserta tentang materi yang telah di
sampaikan
5. Menutup acara dengan
mengucapkan salam

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 2 hari sebelum acara dilakukan
b. Pengumpulan SAP 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
c. Pasien hadir pada tempat yang telah ditentukan
2. Evaluasi Proses
a. Acara dimulai tepat waktu
b. Pasien antusias terhadap materi penyuluhan
c. Pasien mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telahdijelaskan
d. Pasien mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil
a. Ada umpan balik positif dari pasien seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan penyaji
b. Pasien mampu menjawab pertanyaan dengan benar.
c. Pasien mampu menjelaskan kembali pengertian HIV/AIDS.
d. Pasien mampu menjelaskan kembali tanda dan gejala HIV/AIDS.
e. Pasien mampu menjelaskan kembali cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS.
f. Pasien mampu menjelaskan kembali cara perawatan ODHA di rumah.
H. Sumber Pustaka

Andy.2011. HIV/AIDS PadaIbuHamil. http://ilmu-pasti-pengungkap-


kebenaran.blogspot.com/2011/11/hivaids-pada-ibu-hamil.html

Juliastika, et al. 2012. Hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap dan
tindakan penggunaan kondom pria pada wanita pekerja seks di Kota Manado. Ejournal
Universitas Sam Ratulangi Manado; 1 (1) 15 - 20.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV


dan Sifilis dari Ibu ke Anak bagi Tenaga Kesehatan.

Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember. 2015. Mengenal & Menanggulangi


HIV & AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba. Jember: Komisi Penanggulangan
AIDS Kabupaten Jember.

Octavianty, L., Rahayu, A., Rosadi, D., & Rahman, F. (2015). Pengetahuan, Sikap Dan
Pencegahan Hiv/Aids Pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat, ll(1), 53.
https://doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3464

Purwaningsih S. 2010. Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia. Jurnal Kependudukan


Indonesia; 3 (2): 11 - 16.

Sophian A. 2013. Determinan penggunaan pelayanan voluntary counseling and testing


(VCT) oleh ibu rumah tangga berisiko tinggi HIV positif di Kabupaten Biak Numfor
Papua. Karya Tulis Ilmiah: Jayapura

MATERI PENYULUHAN PERAWATAN PASIEN TB PARU

A. Definisi HIV/ AIDS


Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih di
dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang
yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu
membutuhkan pengobatan. Meskipun demikian,orang tersebut dapat menularkan
virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi
penggunaan alat suntik dengan orang lain(KPAD Kab. Jember, 2015).

Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit
yang timbul karena kekebalan tubuh yang menurun yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah
terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran
penernaan, otak dan kanker.(KPAD Kab. Jember, 2015).
Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat berkembang biaknya Virus.
Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh
maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak mampu melawan
penyakit yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza
atau pilek biasa. Saat tubuh manusia terserang virus HIV maka tidaklah langsung
menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup
lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif
yang mematikan (Andy 2011).

B. Tanda dan Gejala


Gejala penularan HIV/AIDS terjadi beberapa hari atau beberapa minggu setelah
terinfeksi HIV, gejala-gejala ini hanya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu
saja, lalu hilang dengan sendirinya. Seseorang mungkin akan menjadi sakit dengan
gejala-gejala seperti flu, yaitu:

1. Demam
2. Rasa lemah dan lesu
3. Sendi-sendi terasa nyeri
4. Batuk
5. Nyeri tenggorokan

Gejala selanjutnya adalah memasuki tahap dimana sudah mulai timbul gejala- gejala yang
mirip dengan gejala-gejala penyakit lain, gejala-gejala diatas ini memang tidak khas,
karena dapat juga terjadi pada penyakit-penyakit lain. Namun gejala-gejala ini menunjukkan
sudah adanya kerusakan pada system kekebalan tubuh yaitu:

1. Demam berkepanjangan
2. Penurunan berat badan (lebih dari 10 % dalam waktu 3 hari)
3. Kelemahan tubuh yang mengganggu/menurunkan aktifitas fisik sehari-hari
4. Pembangkakan kelenjar di leher, lipat paha, dan ketiak
5. Diare atau mencret terus menerus tanpa sebab yang jelas
6. Batuk dan sesak nafas lebih dari 1 bulan secara terus menerus
7. Kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan
Gejala penurunan kekebalan tubuh ditandai dengan mudahnya diserang penyakit lain, dan
disebut infeksi oportunitis. Maksudnya adalah penyakit yang disebabkan baik oleh virus
lain, bakteri, jamur, atau parasit (yang bisa juga hidup dalam tubuh kita), yang bila system
kekebalan tubuh baik kuman ini dapat dikendalikan oleh tubuh. Padatahap ini pengidap
HIV telah berkembang menjadi penderita AIDS. Pada umumnya penderita AIDS akan
meninggal dunia sekitar 2 tahun setelah gejala AIDS ini muncul. Gejala AIDS yang
timbul adalah :
1. Radang paru
2. Radang saluran pencernaan
3. Radang karena jamur di mulut dan kerongkongan
4. Kanker kulit
5. TBC
6. Gangguan susunan saraf / neurologis.
C. Cara Penularan Dan Peniefakan
HIV dapat ditularkan melalaui beberapa cara yaitu sebagau berikut :

1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS


Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani,
cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur, atau mulut
sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah
(PELKESI,1995). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding
vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah
pasangan seksual (Syaiful, 2000).

2. Ibu pada bayinya


Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan CDC
Amerika, prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru
terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak
20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu
kemungkinannya mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan juga terjadi selama
proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara kulit atau
membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan (Lily V,
2004).

3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS


Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan
menyebar ke seluruh tubuh.
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat lain yang darah
cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV,dan langsung di gunakan untuk orang
lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV (PELKESI,1995).

5. Alat-alat untuk menoleh kulit


Alat tajam dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang, membuat
tato,memotong rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut
mungkin di pakai tampa disterilkan terlebih dahulu.

6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian


Jarum suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di gunakan oleh
parah pengguna narkoba (injecting drug user-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV.
Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga mengguna
tempat penyampur, pengaduk,dan gelas pengoplos obat,sehingga berpotensi tinggi
untuk menularkan HIV.

Selain itu terdapat beberapa cara atau upaya untuk mencegah terjadinya penularan
HIV/AIDS yang dikenal dengan prinsip ABCDE, yaitu sebagai berikut :

1) A ’ Abstinence
Abstinence merupakan suatu upaya untuk tidak melakukan hubungan seksual, terutama
bagi seseorang yang belum menikah.

2) B - Be Faithful
Be Faithful merupakan suatu upaya untuk tidak berganti-ganti pasangan atau dengan
kata lain menunjukkan sikap saling setia kepada pasangannya.

3) C ’ Condom
Melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan menggunakan alat pelindung
atau kondom.

4) D - Don't Share Syringe / Don't Inject


Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit secara bergantian dengan
orang lain, terutama di kalangan pemakai narkoba.
5) E - Saνe Equipment
Hindari pemakaian alat / bahan tidak steril.
D. Pengobatan HIV / AIDS
Obat-obatan Antiretroviral
Obat-obatan Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati
infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan
virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena
itu, kombinasi golongan ARV akan diberikan pada penderita. Beberapa golongan ARV
adalah:

1. NNRTI (Non-nucleoside reνerse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini akan


bekerja dengan menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV untuk
menggandakan diri.

2. NRTI (Nucleoside reνerse transcriptase inhibitors). Golongan ARV ini menghambat


perkembangan HIV di dalam sel tubuh.

3. Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang
juga dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri.

4. Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki sel-sel
CD4.

5. Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang
digunakan HIV untuk memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4.

E. Perawatan Kompherensif Berkesinambungan


Perawatan kompherensif melibatkan suatu jejaring kerja diantaranya sumber daya yang ada
dalam rangka memberikan pelayanan dan perawatan holistik, kompherensif dan dukungan yang
luas bagi ODHA dan keluarganya. Sebelum diputuskan untuk memberikan perawatan
kompherensif perlu ditimbangkan beberapa hal antara lain sumber daya yang memadai yaitu
dukungan dana, bahan dan alat, sumber daya manusia baik dari pihak pemerintah atau
masyarakat. Komponen perawatan kompherensif meliputi :

1. Konseling dan tes HIV sukarela (Voluntary counseling and Testing / VCT) adalah
pelayanan dan perawatan, tempat mereka (ODHA) datang untuk bertanya, belajar,
menerima status HIV/AIDS seseorang dengan privasi yang terjaga.

2. Tatalaksana klinis kasus infeksi simtomatik dengan diagnosa dini yang memadai,
pengobatan yang rasional, maupun pemulangan yang terencana.
3. Asuhan keperawatan yang mampu memberikan kenyamanan pasien dan hegienis, mampu
mengendalikan infeksi dengan baik, melatih dan mendidik keluarga tentang perawatan di
rumah dan pencegahan penularan.

4. Promosi gizi yang baik, dukungan psikologis dan emosional, dukungan spritual, dan
konseling.

5. Melakukan kontrol secara rutin dan meminum obat secara teratur agar HIV tidak resisten
terhadap obat.

6. Menguranginya dan menyingkirkan stigma, membangun sikap positif dari masyarakat


terhadap ODHA dan keluarganya, termasuk para petugas kesehatan.

7. Dukungan sosial atau rujukan kepada pelayanan sosial untuk mengatasi permasalahan
tempat tinggal, pekerjaan, bantuan hukum, dan mencegah diskriminasi. (Depkes
RI,2010)

F. Perawatan HIV di Rumah


Penularan HIV
a Melalui seks vagina, anal atau mulut tanpa kondom dengan seseorang yang terinfeksi
HIV

b Melalui penggunaan jarum suntik atau semprit bergantian dengan orang yang
terinfeksi HIV

c Dari ibu ke bayinya sebelum bayi dilahirkan, selama kelahiran atau melalui pemberian
ASI.

d Petugas kesehatan seperti perawat, beresiko tertular HIV jika mereka tertusuk jarum
yang mengandung darah yang tercemar HIV atau terpercik darah yang tercemar HIV
pada mata, hidung, mulut atau pada luka atau radang yang terbuka.

e Hanya sedikit orang yang tinggal serumah dengan ODHA atau orang yang merawat
ODHA pernah terinfeksi. Infeksi mungkin terjadi melalui pemakaian pisau cukur
bergantian, menyentuh darah ODHA pada luka atau radang yang terbuka, atau cara
lain yang berhubungan dengan darah ODHA.

Bagaimana HIV tidak ditularkan:


a Kita tidak akan terinfeksi HIV dari udara, makanan, air, gigitan serangga, hewan,
piring, pisau, garpu, sendok, Kloset/WC, cium pipi, bersalaman atau lainnya yang
tidak melibatkan darah, air mani, cairan vagina, atau ASI.
b Kita tidak akan terinfeksi HIV dari kotoran, cairan hidung, air liur, keringat, air mata,
air seni atau muntah kecuali cairan ini bercampur darah. Kita dapat membantu ODHA
dengan makan, mengganti pakaian bahkan memandikannya tanpa resiko terinfeksi,
asal kita dapat melindungi diri kita misalnya pakai sarung tangan sekali pakai jika
harus membersihkan atau menolong ODHA yang sedang diare. Cucilah tangan dengan
teliti setelah melepaskan sarung tangan.

Mencegah Penularan HIV di rumah


a Mencuci tangan
b Sarung tangan, gaun, dan masker
c Cuci piring yang digunakan penderita dengan air panas bersabun
d Penderita AIDS tidak memerlukan kamar mandi dan dapur yang terpisah kecuali bila
penderita mengalami inkontinen atau diare atau luka herpes.
e Bila darah, urin atau cairan tubuh lainnya tumpah, bersihkanlah segera dengan air
sabun panas dan desinfektan.

f Cuci semua pakaian penderita secara terpisah.Gunakan sarung tangan saat mengurus
pakaian kotor, cuci dalam air panas dan deterjen enzimatik

g Letakkan sarung tangan, tampon, bantalan linen-saver, tisu, dan barang lain dalam
plastik bersegel sebelum dibuang

h Buang jarum injeksi yang telah digunakan ke dalam plastik tahan tusuk atau kaleng
metal dan disegel. Jangan mematahkan jarum.

i Jangan berbagi barang seperti sikat gigi, pencukur, atau barang lainnya yang bisa
mengandung darah yang terkontaminasi.

Menghindari ODHA terkena infeksi lainnya


a Cuci tangan sebelum : memasak, makan, menyuapi makanan dan memberi obat
b Cuci tangan setelah : memakai kertas tissu toilet, mengganti popok/pakaian dalam
c Gunakan air bersih (matang) untuk makan/minum terutama untuk anak-anak
d Cucilah seprei/handuk/baju dengan sabun dan air
e Simpanlah makanan dalam tempat tertutup sehingga tidak tercemar oleh kotoran/lalat
f Bila ada anggota keluarga yang sakit, cucilah gelas sebelum digunakan orang lain
g Jangan meludah disembarang tempat
h Cucilah dengan air bersih buah-buahan dan sayuran segar yang langsung dimakan
tanpa dimasak

i Membuang sampah pada tempatnya, kelola dengan benar (ditimbun/dibakar).


Membantu ODHA merasa nyaman di rumah:
a.Menghormati kemandirian dan kebebasan pribadinya.
b. Membiarkan dia mengatur segala sesuatu yang dia bisa.
c.Mintalah izin untuk masuk ke ruangannya, atau untuk duduk bersamanya, dan
sebagainya. Perkataan “Boleh saya bantu?” membiarkan dia tetap bisa memegang
kendali.

d.Menanyakan apa yang dapat kita lakukan untuk membuatnya nyaman. Banyak orang
merasa malu untuk meminta bantuan, khususnya bantuan seperti memakai kakus,

e.mandi, bercukur, makan, dan berpakaian.


f. Menjaga rumah tetap bersih dan kelihatan bercahaya dan menyenangkan.
g. Menempatkan kamar ODHA dekat kamar mandi.
h. Menyediakan serbet kertas (tisu), handuk, keranjang sampah, selimut tambahan dan
benda-benda lain yang mungkin diperlukan dekat ODHA, sehingga dia dapat
menjangkaunya sendiri dari tempat tidur atau kursi.

i. Ajarkan keluarga untuk tidak meludah sembarangan, menutup mulut ketika batuk
atau bersin, keluarga juga dapat menjemur tempat tidur bekas pasien secara teratur,
membuka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk,
karena kuman TB paru akan mati bila terkena sinar matahari (Kemenkes RI,2014)

Anda mungkin juga menyukai