TUBERCULOSIS PARU
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 (REG 2 TK. II)
Dosen Pembimbing
" Yuliati Amperaningsih, SKM., M.Kes ”
Anggota :
A. Analisa Data
HIV/AIDS adalah salah satu masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia yaitu masih tingginya
perpindahan infeksi, angka kesakitan, serta angka kematian. HIV (Human Immunodeficiency
Virus) merupakan virus golongan Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem
kekebalan tubuh/imunitas manusia, khususnya sel CD-4 atau sering disebut sel T. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab penyakit Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) dengan cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, dengan jumlah
orang yang dilaporkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang sebenarnya
(Purwaningsih,2010). banyaknya kasus HIV di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 29.037
jiwa, ini cenderung meningkat jika dibandingkan pada tahun 2012 yaitu 21,511 jiwa.
Berdasarkan jenis pekerjaan dari tahun 1987 sampai dengan bulan September 2014 ibu rumah
tangga menempati urutan paling atas dengan jumlah 6.539 jiwa penderita (Ditjen PP & PL,
Kemenkes RI 2014). Penularan pada ibu rumah tangga dibandingkan dengan wanita pekerja
seksual (WPS) cenderung meningkat sejak tahun 2003 sampai tahun 2013. Ibu rumah tangga lebih
berisiko menderita HIV/AIDS dibanding penjaja seks karena disebabkan oleh suami pengidap
HIV dan menularkan pada istrinya melalui hubungan seks tanpa kondom (Sophian, 2013).
Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI No. 9 tahun 1994, yaitu
salah satu sasaran komunikasi informasi dan edukasi (KIE) penanggulangan HIV/AIDS dan cara
pemberian KIE pada kelompok berisiko tinggi. Informasi mengenai HIV/AIDS melalui media
komunikasi tersebut dapat meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga yang berisiko tinggi
menderita HIV/AIDS dan pengetahuan yang diterima diharapkan mampu merubah sikap dan
perilaku seks untuk mencegah HIV/ AIDS (Juliastika, 2012).
Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah ODHA pada kelompok
orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV yaitu para penjaja seks komersial dan
penyalah-guna NAPZA suntikan dibeberapa provinsi seperti DKI Jakarta,Riau, Bali, Jawa
Barat dan Jawa Timur sehingga provinsi tersebut tergolong sebagai daerah dengan tingkat
epidemi terkonsentrasi (concentrated level of epidemic). Tanah Papua sudah memasuki
tingkat epidemi meluas (generalized epidemic). Hasil estimasi tahun 2009, di Indonesia
terdapat 186.000 orang dengan HIV positif. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
telah menetapkan sebanyak 278 rumah sakit rujukan Odha (Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 780/MENKES/SK/IV/2011 tentang Penetapan
Lanjutan Rumah Sakit Rujukan Bagi Orang dengan HIV yang tersebar di hampir semua
provinsi di Indonesia. Dari Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia
sampai dengan September 2011 tercatat jumlah Odha yang mendapatkan terapi ARV
sebanyak 22.843 dari 33 provinsi dan 300 kab/kota, dengan rasio laki-laki dan perempuan
3 : 1, dan persentase tertinggi pada kelompok usia 20-29 tahun. Program penanggulangan
AIDS di Indonesia mempunyai 4 pilar, yang semuanya menuju pada paradigma Zero new
infection, Zero AIDS-related death dan Zero Discrimination.
pencegahan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kabupaten Tanah Bumbu didapatkan
hasil responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentang HI/AIDS rendah yaitu 20
responden (50%) dan tingkat pengetahuan tentang HI/AIDS tinggi yaitu 20 responden
(50%). Dimana Sebagian besar responden memiliki sikap kategori baik yaitu 37
responden (92.5%) dan upaya pencegahan HIV/AIDS rendah yaitu 26 responden (65%).
Dalam penelitian diketahui ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan umum
tentang HIV/AIDS pada ibu rumah tangga yang memiliki suami pekerja sopir antar kota
dengan upaya pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Tanah Bumbu (Octavianty et al.,
2015).
Masalah mengenai HIV/AIDS pada ibu rumah tangga melatarbelakangi kami untuk
melakukan penyuluhan mengenai HIV pada Ibu rumah tangga agar informasi tersebut
dapat meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga di kota semarang khususnya
kecamatan Tembalang mengenai pencegahan penularan serta perawatan HIV/AIDS di
rumah.
B. Diagnosa Keperawatan
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan
memahami tentang HIV/AIDS pada Ibu rumah tangga.
B.Tujuan Khusus
1. Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
2. Mengetahui pengertian HIV/AIDS
3. Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
4. Mengetahui cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS
5. Mengetahui cara perawatan ODHA di rumah
C. Materi Penyuluhan
1. Definisi HIV/ AIDS
2. Tanda dan Gejala
3. Cara Penularan Dan Peniefakan
4. Pengobatan HIV / AIDS
5. Perawatan Kompherensif Berkesinambungan
6. Perawatan HIV di Rumah
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
Tahapan
NO dan Kegiatan
Kegiatan Penyuluhan
Waktu Peserta
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 2 hari sebelum acara dilakukan
b. Pengumpulan SAP 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
c. Pasien hadir pada tempat yang telah ditentukan
2. Evaluasi Proses
a. Acara dimulai tepat waktu
b. Pasien antusias terhadap materi penyuluhan
c. Pasien mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telahdijelaskan
d. Pasien mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a. Ada umpan balik positif dari pasien seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan penyaji
b. Pasien mampu menjawab pertanyaan dengan benar.
c. Pasien mampu menjelaskan kembali pengertian HIV/AIDS.
d. Pasien mampu menjelaskan kembali tanda dan gejala HIV/AIDS.
e. Pasien mampu menjelaskan kembali cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS.
f. Pasien mampu menjelaskan kembali cara perawatan ODHA di rumah.
H. Sumber Pustaka
Juliastika, et al. 2012. Hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap dan
tindakan penggunaan kondom pria pada wanita pekerja seks di Kota Manado. Ejournal
Universitas Sam Ratulangi Manado; 1 (1) 15 - 20.
Octavianty, L., Rahayu, A., Rosadi, D., & Rahman, F. (2015). Pengetahuan, Sikap Dan
Pencegahan Hiv/Aids Pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat, ll(1), 53.
https://doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3464
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit
yang timbul karena kekebalan tubuh yang menurun yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah
terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran
penernaan, otak dan kanker.(KPAD Kab. Jember, 2015).
Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat berkembang biaknya Virus.
Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh
maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak mampu melawan
penyakit yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza
atau pilek biasa. Saat tubuh manusia terserang virus HIV maka tidaklah langsung
menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup
lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif
yang mematikan (Andy 2011).
1. Demam
2. Rasa lemah dan lesu
3. Sendi-sendi terasa nyeri
4. Batuk
5. Nyeri tenggorokan
Gejala selanjutnya adalah memasuki tahap dimana sudah mulai timbul gejala- gejala yang
mirip dengan gejala-gejala penyakit lain, gejala-gejala diatas ini memang tidak khas,
karena dapat juga terjadi pada penyakit-penyakit lain. Namun gejala-gejala ini menunjukkan
sudah adanya kerusakan pada system kekebalan tubuh yaitu:
1. Demam berkepanjangan
2. Penurunan berat badan (lebih dari 10 % dalam waktu 3 hari)
3. Kelemahan tubuh yang mengganggu/menurunkan aktifitas fisik sehari-hari
4. Pembangkakan kelenjar di leher, lipat paha, dan ketiak
5. Diare atau mencret terus menerus tanpa sebab yang jelas
6. Batuk dan sesak nafas lebih dari 1 bulan secara terus menerus
7. Kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan
Gejala penurunan kekebalan tubuh ditandai dengan mudahnya diserang penyakit lain, dan
disebut infeksi oportunitis. Maksudnya adalah penyakit yang disebabkan baik oleh virus
lain, bakteri, jamur, atau parasit (yang bisa juga hidup dalam tubuh kita), yang bila system
kekebalan tubuh baik kuman ini dapat dikendalikan oleh tubuh. Padatahap ini pengidap
HIV telah berkembang menjadi penderita AIDS. Pada umumnya penderita AIDS akan
meninggal dunia sekitar 2 tahun setelah gejala AIDS ini muncul. Gejala AIDS yang
timbul adalah :
1. Radang paru
2. Radang saluran pencernaan
3. Radang karena jamur di mulut dan kerongkongan
4. Kanker kulit
5. TBC
6. Gangguan susunan saraf / neurologis.
C. Cara Penularan Dan Peniefakan
HIV dapat ditularkan melalaui beberapa cara yaitu sebagau berikut :
Selain itu terdapat beberapa cara atau upaya untuk mencegah terjadinya penularan
HIV/AIDS yang dikenal dengan prinsip ABCDE, yaitu sebagai berikut :
1) A ’ Abstinence
Abstinence merupakan suatu upaya untuk tidak melakukan hubungan seksual, terutama
bagi seseorang yang belum menikah.
2) B - Be Faithful
Be Faithful merupakan suatu upaya untuk tidak berganti-ganti pasangan atau dengan
kata lain menunjukkan sikap saling setia kepada pasangannya.
3) C ’ Condom
Melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan menggunakan alat pelindung
atau kondom.
3. Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang
juga dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri.
4. Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki sel-sel
CD4.
5. Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang
digunakan HIV untuk memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4.
1. Konseling dan tes HIV sukarela (Voluntary counseling and Testing / VCT) adalah
pelayanan dan perawatan, tempat mereka (ODHA) datang untuk bertanya, belajar,
menerima status HIV/AIDS seseorang dengan privasi yang terjaga.
2. Tatalaksana klinis kasus infeksi simtomatik dengan diagnosa dini yang memadai,
pengobatan yang rasional, maupun pemulangan yang terencana.
3. Asuhan keperawatan yang mampu memberikan kenyamanan pasien dan hegienis, mampu
mengendalikan infeksi dengan baik, melatih dan mendidik keluarga tentang perawatan di
rumah dan pencegahan penularan.
4. Promosi gizi yang baik, dukungan psikologis dan emosional, dukungan spritual, dan
konseling.
5. Melakukan kontrol secara rutin dan meminum obat secara teratur agar HIV tidak resisten
terhadap obat.
7. Dukungan sosial atau rujukan kepada pelayanan sosial untuk mengatasi permasalahan
tempat tinggal, pekerjaan, bantuan hukum, dan mencegah diskriminasi. (Depkes
RI,2010)
b Melalui penggunaan jarum suntik atau semprit bergantian dengan orang yang
terinfeksi HIV
c Dari ibu ke bayinya sebelum bayi dilahirkan, selama kelahiran atau melalui pemberian
ASI.
d Petugas kesehatan seperti perawat, beresiko tertular HIV jika mereka tertusuk jarum
yang mengandung darah yang tercemar HIV atau terpercik darah yang tercemar HIV
pada mata, hidung, mulut atau pada luka atau radang yang terbuka.
e Hanya sedikit orang yang tinggal serumah dengan ODHA atau orang yang merawat
ODHA pernah terinfeksi. Infeksi mungkin terjadi melalui pemakaian pisau cukur
bergantian, menyentuh darah ODHA pada luka atau radang yang terbuka, atau cara
lain yang berhubungan dengan darah ODHA.
f Cuci semua pakaian penderita secara terpisah.Gunakan sarung tangan saat mengurus
pakaian kotor, cuci dalam air panas dan deterjen enzimatik
g Letakkan sarung tangan, tampon, bantalan linen-saver, tisu, dan barang lain dalam
plastik bersegel sebelum dibuang
h Buang jarum injeksi yang telah digunakan ke dalam plastik tahan tusuk atau kaleng
metal dan disegel. Jangan mematahkan jarum.
i Jangan berbagi barang seperti sikat gigi, pencukur, atau barang lainnya yang bisa
mengandung darah yang terkontaminasi.
d.Menanyakan apa yang dapat kita lakukan untuk membuatnya nyaman. Banyak orang
merasa malu untuk meminta bantuan, khususnya bantuan seperti memakai kakus,
i. Ajarkan keluarga untuk tidak meludah sembarangan, menutup mulut ketika batuk
atau bersin, keluarga juga dapat menjemur tempat tidur bekas pasien secara teratur,
membuka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk,
karena kuman TB paru akan mati bila terkena sinar matahari (Kemenkes RI,2014)