Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“DEMAM BERDARAH DENGUE”

Disusun Oleh:
MAHASISWA PROFESI NERS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Demam Berdarah Dengue
Pokok Bahasan : Demam Berdarah Dengue
Sasaran : Keluarga pasien dan pengunjung RS di Ruang Tunggu IGD
Hari dan Tanggal : Selasa 24 Desember 2019
Jam: 09.00 WIB
Tempat : Ruang Tunggu IGD
Alokasi Waktu : 60 Menit
Pemberi Materi : Mahasiswa
Metode : Ceramah, Tanya jawab

1. Latar Belakang

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang


disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer & Suprohaita, 2000).
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang berlangsung
akut menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi lebih banyak
menimbulkan korban pada anak–anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan
perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue, sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypty (betina). Sehingga penularannya melalui gigitan
nyamuk Aedesaegypty tersebut (Suharso, 1994).
Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis maupun
daerah subtropis.Data yang dihimpun dari seluruh dunia menunjukkan bahwa
Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam berdarah dengue
setiap tahunnya. Sementara itu, World Health Organization (WHO) mencatat
sejak tahun 1968 hingga 2009, bahwa negara Indonesia merupakan negara dengan
kasus demam berdarah dengue tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit demam
berdarah dengue merupakan penyakit kesehatan masyarakat yang utama di
Indonesia. Seiring dengan mobilitas serta kepadatan penduduk di Indonesia,
jumlah penderita dan luas daerah penyebaran penyakit DBD semakin
bertambah.Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus Dengue dari genus
flavivirus, famili flaviviridae, ditularkan manusia melalui gigitan nyamuk aedes
yang terinfeksi oleh virus dengue. (Depkes RI, 2010).

Jumlah kasus DBD yang semakin meningkat di berbagai daerah


memunculkan berbagai usaha dalam upaya pencegahan yang dilakukan bertujuan
untuk memutuskan rantai penularannya, yaitu pengendalian yang dilakukan
terhadap vektor nyamuk ( Aedes aegypti dewasa). Upaya ini dilakukan karena
upaya pencegahan melalui pemberian vaksin tidak menghasilkan hasil yang
memuaskan.( Soemarmo, 2005). Pencegahan utama demam berdarah dengue
terletak pada upaya mengurangi maupun menghapuskan vektor nyamuk demam
berdarah yaitu Aedes aegypti. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan
oleh masyarakat untuk mencegah timbulnya DBD adalah dengan menggerakan
program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Untuk terlaksananya program
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dimasyarakat, maka diperlukan sosialisasi
secara terus menerus oleh pihak-pihak yang terkait, terutama oleh petugas-
petugas kesehatan yang terlibat dalam wilayah tersebut.

2. Tujuan Intruksional
a. Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit, keluarga pasien


mengetahui tentang cara pencegahan Demam Berdarah Dengue.
b. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan, keluarga pasien dapat:


1. Menjelaskan pengertian, penyebab dan tanda gejala DBD
2. Menjelaskan pencegahan DBD (fogging, 3M Plus, pemantauan jentik
nyamuk danovitrap)
3. Menjelaskan peran kader jumantik
3. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Ceramah, Diskusi, dan Tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu :Leaflet, LCD dan Screen, TOA
3. Tempat dan Waktu
a. Tempat Kegiatan : Ruang Tunggu IGD
b. Hari/Tanggal : Selasa 24 Desember 2019
4. Materi dan Pemateri : Demam Berdarah Dengue oleh Mahasiswa Ners
5. Sasaran:Keluarga pasien dan pengunjung RS di Ruang Tunggu IGD
6. Waktu : 60Menit
7. Struktur Pengorganisasian :
Ketua : Nafis Abdul A’la
Pemateri : Fadilah Dwi Mariana
Nina Dyah Mardiana
Moderator : Moh. Hamdan
Notulen : Himayah Sabibi
Observer : Miftahul Arifin
Andhika Dwi Parastra
Dokumentasi : Rahman Riyadi
Moh. Tirto
Fasilitator : Fauzi Dhiyaurrahman
Ach. Firmansyah
Ach. Syakir Hamidi
Ach. Zulfan Wardani

4. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media


Pendahuluan 5 menit 1. Memberi salam 1. Menjawab Tanya jawab -
2. Memperkenalkan diri dan salam
menjelaskan kontrak 2. Mendengarkan
waktu dan
3. Menjelaskan tujuan memperhatikan
penyuluhan dan pokok 3. Menjawab
materi yang akan pertanyaan
disampaikan
4. Menggali pengetahuan
audiens
tentang DBD
Penyajian 30menit Menjelaskan materi: 1. Mendengarkan Diskusi PPTdan
Leaflett
1. Pengertian DBD dan
2. Penyebab DBD memperhatikan
3. Tanda dan gejala DBD 2. Mengajukan
4. Pencegahan DBD pertanyaan
(fogging, 3M Plus,
pemantauan jentik
nyamuk dan ovitrap)
4. Peran kader jumatik

Penutup 10 Menit 1. Penegasan materi 1. Menjawab Diskusi dan -


Tanya Jawab
pertanyaan yang
2. Meminta peserta untuk
diberikan oleh
menjelaskan kembali
penyuluh
materi yang telah
2. Membalas
disampaikan dengan
salam
singkat menggunakan
bahasa pesertasendiri
3. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang
materi yang telah
disampaikan
4. Menutup acara dan
mengucapkan salam

5. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
1. Jumlah peserta yang hadir penyuluhan minimal 80%.
2. Penyuluhan menggunakan PPT dan leaflet
3. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang Tunggu IGD RSSA
Malang
4. Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari
Sebelumnya.
b. Evaluasi Proses
1. Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan.
2. Peserta mendengarkan penjelasan dengan baik dan berperan secara aktif
dalam penyuluhan.
3. Selama penyuluhan berlangsung tidak ada peserta yang meninggalkan
tempat.
c. Evaluasi Hasil
1. Mencatat atau menampilkan pertanyaan dari peserta dan jawaban dari
narasumber.
6. MATERI PENYULUHAN (Terlampir)
Materi Penyuluhan
1. Definisi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer & Suprohaita, 2000).
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang berlangsung
akut menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi lebih banyak
menimbulkan korban pada anak–anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan
perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue, sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypty (betina). Sehingga penularannya melalui gigitan
nyamuk Aedesaegypty tersebut (Suharso, 1994).

2. Penyebab
a. Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia
dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang
termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang
biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-
sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-
selArthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Suharso, 1994)

b. Vector

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu


nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya.
(Mansjoer & Suprohaita; 2000).

Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor


penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus).
Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari
terutama padawaktu pagi hari dan senja hari(Suharso, 1994).

c. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia


akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga
iamasih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus
dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang
yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah
mendapatimunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Suharso, 1994)

d. Lingkungan

a. Kepadatan penduduk

Semakin padat penduduk, semakin mudah nyamuk Aedes menularkan


virusnya dari satu orang ke orang lainnya.Pertumbuhan penduduk yang tidak
memiliki pola tertentu dan urbanisasi yang tidak terencana serta tidak
terkontrol merupakan salah satu faktor yang berperan dalam munculnya
kembali kejadianluar biasa penyakit DBD (WHO, 2000).

b. Sanitasi lingkungan

Kondisi sanitasi lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan


nyamuk Aedes, terutama apabila terdapat banyak kontainer penampungan air
hujan yang berserakan dan terlindung dari sinar matahari, apalagi berdekatan
denganrumah penduduk (Soegijanto, 2004).
c. Keberadaan kontainer

Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk


Aedes, karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat
perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat
populasi nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD
dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD
cepat meningkatyang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB penyakit
DBD.

d. Tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap

o Benda yang bergantungan, seperti pakaian


o Semak–semak atau tumbuhan, terutama ditempat gelap dan lembab
Penampungan air
3. Tanda dan Gejala Demam Berdarah
o Demam tinggi yang berlangsung 2-7 hari, tanpa penyebab jelas.
o Tampak lemah dan lesu.
o Nyeri ulu hati.
o Manifestasi perdarahan spontan :
 Uji tourniquet positif
 Peteki (bintik-bintik merah), perdarahan gusi, hematemesis, melena
(BAB berwarna hitam atau bercampur darah), mimisan
o Hepatomegali (pembesaran hati atau hepar)
o Nadi cepat dan lemah, bisa sampai tidak teraba, kulit dingin dan gelisah
o Trombositopeni ( ≤ 100.000 sel/ml )
o Penderita gelisah disertai tangan dan kaki dingin berkeringat
4. Pencegahan DBD
a. Fogging / Penyemprotan
a. Dengan pestisida fosfat organic penghambat kolinesterase
b. Dapat membunuh hanya nyamuk dewasa, jentik masih tetap hidup.
c. Fogging tidak bisa membrantas nyamuk Ae.aegypti secara tuntas. Foging
hanya bermanfaat apabila didahului dengan PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk). Selain itu fogingg hanya bermanfaat apabila dilakukan dengan
konsentrasi obat yang tepat.
d. Hanya bermanfaat apabila dilakukan dalam suatu wilayah dengan radius
100 meter, suhu udara dan kecepatan angin yang tepat.
e. Dapat menimbulkan kekebalan terhadap turunan lanjutan dari jenis
nyamuk Aedes aegypti
f. Pecemaran udara bisa membahayakan kesehatan bagi manusia dan
hewan.
g. Bisa menimbulkan keracunan pada manusia, dengan gejala :
o Sakit kepala, pusing, tremor, pupil mengecil, penglihatan kabur /
gelap,kejang, muntah, kejang perut, diare, sesak nafas, berkeringat
o Keluar lender dari hidung, bahkan bisa blocking jantung
h. Prosedur Foging untuk RT dan RW
1. Ada penderita yang sudah ditanyakan positif DBD oleh puskesmas/
dokter/ layanan kesehatan/ RS.
2. Jumantik melacak jentik radius 100 meter dari rumah penderita (sekitar
20rumah) dan didapati ≥ 5 % positif jentik dari 20 rumah yang
diperiksa.
3. Membuat surat permohonan pengasapan atau foging ditujukan ke
Dinas.
4. Kesehatan kota malang melalui puskesmas dengan melampirkan
identitas penderita.
5. Selama menunggu tindak lanjut dari dinas kesehatan kota malang maka
PSN harus tetap dijalankan.
b. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
Cara yang poaling tepat dan efektif untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti
adalah dengan memutus rantai berkembangan biakan nyamuk dengan gerakan
3M Plus yaitu :
 Menguras tempat bak mandi, tendon, gentong, vas bunga, tempat minum
burung, tanaman air minimal 1 minggu sekali. Selain menguras maka
perlu dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk.

 Menutup rapat-rapat tempat penampungan air (TPA) seperti ember,


gentong, drum, dll

 Mengubur / menimbun / memusnahkan barang bekas yang dapat


menampung air
 PLUS
a. Memelihara ikan pemakan jentik ditempat-tempat penampungan air

b. Membersihkan tanah / kavling kosong dari genangan air


c. Mengupayakan agar jangan ada baju bergantungan di kamar.

d. Menggunakan obat nyamuk oles untuk mencegah gigitan


e. Menggunakan obat nyamuk untuk mengusir nyamuk
f. Menggunakan kelambu saat tidur

g. Upaya pemberantasan secara kimia untuk jentik dengan Abate terutama


ditempat yang sulit untuk dikuras. Bila sulit untuk dikuras maka dapat
dengan menaburkan bubuk abate 2-3 bulan sekali dengan takaran 1 gram
abat dalam 100 lt air.
c. Pemantauan Jentik Nyamuk
a. Periksa jentik/ uget-uget dibak mandi/WC, penampunagn air dikulkas,
tem,pat
b. minum burung, drum, tempat-tempat penampungan air lainnya
c. Jika tidak terlihat maka tunggu sekitar 1 menit, jika terdapat jentik maka
jentik
d. akan muncul ke permukaan
e. Gunakan senter untuk memeriksa penampungan air yang gelap
f. Periksa vas bunga hidup, kaleng-kaleng bekas, dan talang rumah
g. Catat pada kartu jentik hasil yang ditemukan saat pemeriksaan jentik
h. Juru pemantaun jentik (jumantik) tingkat RT bias bergantian untuk
memeriksa jentik tiap bulan
d. Ovitrap
o Pengertian Ovitrap
Ovitrap (singkatan dari oviposition trap) adalah perangkat untuk
mendeteksi kehadiran Ae aegypti dan Ae albopictus pada keadaan densitas
populasi yang rendah dan survey larva dalam skala luas tidak produktif
(misalnya BI < 5), sebaik pada keadaan normal (WHO, 2005).Secara khusus,
ovitrap digunakan untuk mendeteksi infestasi nyamuk ke area baru yang
sebelumnya telah dieliminasi.Ovitrap standar berupa gelas kecil bermulut
lebar dicat hitam bagian luarnya dan dilengkapi dengan bilah kayu atau bambu
(pedel) yang dijepitkan vertikal pada dinding dalam.Gelas diisi air
setengahnya hingga ¾ bagian dan ditempatkan di dalam dan di luar rumah
yang diduga menjadi habitat nyamuk Aedes aegypti(Polson et al.
2002).Ovitrap memberikan hasil setiap minggu, namun temuan baru dapat
memberikan hasil tiap 24 jam.Pedel diperiksa untuk menemukan dan
menghitung jumlah telur yang terperangkap.Telur ditetaskan untuk
menentukan spesies nyamuk Aedesaegypti.Persentase ovitrap yang positif
menginformasikan tingkat paparan nyamuk Aedes spp. Jumlah telur
digunakan untuk estimasi populasi nyamuk betina dewasa (Morato et al.
2005).
Ovitrap memiliki beberapa bagian, antara lain : media ovitrap, kasa
penutup, ovistrip dan atraktan. Berbagai penelitian modifikasi ovitrap telah
dilakukan.
1. Media Ovitrap
Salah satu tempat perkembangbiakan nyamuk berupa kaleng bekas. [6]
Sebuah penelitian mengenai kaleng bekas telah dilakukan dan hasilnya
penggunaan Lethal Ovitrap (LO) dari kaleng bekas memiliki dampak
positif dapat menurunkan indeks-indeks jentik secara signifikan. Hal ini
membuktikan bahwa kaleng bekas berpotensi untuk dikembangkan
sebagai alat pengendalian vektor DBD yang produktif dan aplikatif.
2. Bahan Media Untuk Bertelur (Ovistrip)
Ovistrip memiliki pengaruh dalam mengundang nyamuk, penelitian yang
pernah dilakukan antara kain tetron warna merah, kain kantong terigu,
kertas saring, dan karet ban warna merah, hasilnya pada ovistrip kain
tetron warna merah yang paling banyak terdapat telur nyamuk (Hartomo,
2008).
3. Kasa Penutup
Warna kasa penutup autocidal ovitrap tidak memiliki pengaruh dalam
mengundang nyamuk dalam meletakkan telur (Santoso, 2008).
4. Atraktan
Atraktan adalah sesuatu yang memiliki daya tarik atau dapat mengundang
serangga (nyamuk) untuk menghampiri baik secara kimiawi maupun
visual (fisik).Atraktan dari bahan kimia dapat berupa senyawa ammonia,
CO2, asam laktat, actenol dan asam lemak. Zat atau senyawa tersebut
berasal dari bahan organik atau merupakan hasil proses metabolisme
makhluk hidup, termasuk manusia. Atraktan fisika dapat berupa getaran
suara dan warna, baik warna tempat atau cahaya.
o Air limbah rumah tangga
Penelitian menggunakan air limbah berupa air sabun, air kran, dan air
detergent hasilnya air sabun dan air dari kran merupakan media yang
dipilih oleh nyamuk Aedes sp untuk meletakkan telurnya, sedangkan air
detergen tidak dipilih oleh nyamuk Aedes sp untuk meletakkan telurnya
(Sudarmaja dan Mardihusodo, 2009).
o Air rendaman jerami
Ovitrap dengan penambahan air rendaman jerami (hay infusion) 10%
terbukti dapat menghasilkan telur terperangkap 8 kali lebih banyak
dibanding versi aslinya (Hendayani, 2007).Air rendaman jerami dibuat
dari satu kilogram jerami kering, dipotong dan direndam dalam satu liter
air selama 7 hari.Air rendaman disaring agar bersih kemudian satu liter air
rendaman jerami ditambah dengan sembilan liter aquades untuk
mendapatkan air rendaman jerami dengan konsentrasi 10%.Air rendaman
jerami menghasilkan CO2 dan ammonia, suatu senyawa yang terbukti
mempengaruhi saraf penciuman nyamuk Aedes sp (Hendayani, 2007).
o Air rendaman biji jinten
Air rendaman biji jinten dibuat dari satu kilogram biji jinten dihancurkan
dan direndam dalam satu liter air selama 7 hari.Selanjutnya, air rendaman
disaring agar bersih kemudian satu liter air rendaman biji.
o Air rendaman cabai merah segar
Air rendaman cabai merah segar dibuat dari satu kilogram cabai merah
segar, dihancurkan dan direndam dalam satu liter air selama 7 hari.
Selanjutnya, air rendaman disaring agar bersih kemudian satu liter air
rendaman cabai merah segar diencerkan menggunakan aquades sesuai
konsentrasi.
Atraktan dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku, memonitor atau
menurunkan populasi nyamuk secara langsung, tanpa menyebabkan cedera
bagi binatang lain dan manusia, dan tidak meninggalkan residu pada
makanan atau bahan pangan.

Lama pemasangan ovitrap: Lama pemasangan ovitrap adalah 7 hari


terhitung mulai dari penempatan botol ovitrap. Setelah 7 hari botol ovitrap harus
diganti dengan cara membuka pembungkus warna hitam dan membuang larutan
yang di dalam botol di tempat kering untuk mencegah berkembangnya telur/larva
nyamuk di dalam larutan jinten ditambah dengan sembilan liter aquades untuk
mendapatkan air rendaman biji jinten konsentrasi 10%. Air biji jinten
menghasilkan Asam laktat, suatu senyawa yang terbukti mempengaruhi saraf
penciuman nyamuk Aedes sp.
5. Peran Kader Jumantik
Jumantik adalah kader yang berasal dari masyarakat di suatu daerah yang
pengawasan dan pembentukan kinerja menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh
kabupaten/kota. Adapun susunan organisasinya sebagai berikut:

DDinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Puskesmas

Petugas PP dan LP / Supervisor


Monitoring Kinerja
Jumantik
Melalui Pemantauan
Jentik Berkala (PJB)

Juru Pemantau Jentik

Dari bagan diatas menunjukkan Jumantik yang telah direkrut dibimbing


dan dimonitor oleh petugas kesehatan lingkungan/pengelola program yang
ditunjuk oleh Kepala Puskesmas.Selanjutnya kepala Puskesmas
bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan (Kemenkes RI, 2012).

 Tatakerja/Koordinasi di Lapangan
Tatakerja/koordinasi jumantik di lapangan adalah sebagai berikut :

1. Tatakerja jumantik mengacu pada petunjuk teknis pemberantasan sarang


nyamuk penular DBD dan ketentuan-ketentuan lainnya yang brelaku di
wilayah setempat
2. Jumantik dapat berperan dalam kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit lainnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masalah/penyakit
yang ada di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2012).
 Kriteria Jumantik
Kader juru pemantau jentik direkrut dari masyarakat sesuai dengan tujuan
berfungsi sebagai penggerak masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk. Adapun criteria yang dimaksud adalah(Kemenkes RI, 2012) :
a. Pendidikan : minimal SMA atau sederajat.
b. Berasal dari desa/kelurahan yang bersangkutan.
c. Belum/tidak mempunyai pekerjaan tetap.
d. Mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab.
e. Mampu menjadi motivator bagi masyarakat di tempat tinggalnya.
f. Mampu bekerjasama dengan petugas pustu/puskesmas dan masyarakat.
 Tugas dan Tanggung Jawab Jumantik (Kemenkes RI, 2012)
a. Membuat rencana/jadwal kunjungan ke seluruh rumah dan tempat-
tempat umum wilayah kerjanya.
b. Melakukan kegiatan pemantauan jentik di seluruh tempat tinggal dan
tempat- tempat umum di wilayah kerjanya.
c. Membuat catatan/rekapitulasi hasil pemeriksaan jentik.
d. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik ke Puskesmas sebulan sekali.
e. Memberikan penyuluhan PSN 3M Plus untuk pencegahan DBD secara
perorangan atau kelompok.
f. Berperan sebagai penggerak dan pengawas masyarakat agar mau
melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama di sekitar tempat
tinggalnya.
g. Bersama supervisor melakukan pemantauan wilayah setempat (PWS)
dan pemetaan per RW hasil pemmeriksaan jentik setiap bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI.2012. Pencegahan dan Pemberantasan Demam


Berdarah Dengue di Indonesia, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam


Berdarah Dengue (PSN DBD), Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta

Hartomo.2008. Pengaruh Berbagai Jenis Bahan Media Untuk Bertelur (Ovistrip)


Terhadap Jumlah Telur Aedes Aegypti Yang Terperangkap di Lingkungan
Rumah.

Hendayani, Y., 2007.Pengaruh Berbagai Konsentrasi Air Rendaman Jerami pada


Ovitrap terhadap Jumlah Telur Aedes sp yang Terperangkap.

Kusuma H.,&Nurarif A.H. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


NANDA NIC- NOC, Media Hardy, Yogyakarta, hal 24

Mansjoer, Arif&Suprohaita.(2000). Kapita Slekta KedokteranJilid II. Fakultas


Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.

Polson, K.A., et al., 2002. The Use of Ovitrap Baited with Hay Infusion as a
Surveillance Tool for Aedes aegypti Mosquitoes in Cambodia. Dengue
Bulletin, Vol 26: 178 – 184.

Purnawan J. 1995. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Rejeki S. 2001. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia,DKKS RI


Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan.

Santoso, J., 2010.Pengaruh Warna Kasa Penutup Autocidal Terhadap Jumlah


Jentik Nyamuk Aedes Aegypti yang Terperangkap.
Soegijanto, S. 2004. Demam Berdarah Dengue.Surabaya : Airlangga University
Press.

Sudarmaja, I.M. and S.J. Mardihusodo. 2009. Pemilihan Tempat Bertelur Nyamuk
Aedes aegypti pada Air Limbah Rumah Tangga di Laboratorium. Jurnal
Veteriner. 10 No. 4 : 205-207.

Suharso D. (1994).Pedoman Diagnosis danTerapi. F.K. UniversitasAirlangga.


Surabaya.

Sumarmo. 1998. Demam Berdarah Pada Anak,Penerbit Universitas


Indonesia.Jakarta. Suroso dan Torry Chrishantoro. 2004.Arti Diagnostik
dan Sifat Imunologik PadaInfeksiDengue,Thesis.Yogyakarta

WHO.2004. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah


Dengue., Jakarta: EGC

WHO. 2000. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah


Dengue. Terjermahan dari WHO Regional Publication SEARO No.29 :
Prevention Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta :
Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai