Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG LUKA TEKAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan : Edukasi Luka Tekan
Sasaran : Pasien dan keluarga
Hari/tgl : Selasa, 18 Oktober 2022
Tempat : Ruang Widuri RSAB Harapan Kita
Pelaksana : Mahasiswa Stikes Pertamedika
Waktu : 40 menit

TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga pasien di
ruang widuri mampu memahami tentang decubitus/luka tekan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 40 menit di harapkan
pasien dan keluarga pasien di ruang widuri dapat :
a. Memahami pengertian Dekubitus
b. Tanda dan gejala Dekubitus
c. Penyebab dekubitus
d. Memahami cara pencegahan dekubitus.
MATERI
1. Definisi dekubitus
2. Penyebab dekubitus
3. Faktor resiko dekubitus
4. Grade dekubitus
5. Tanda dan gejala dekubitus
6. Pencegahan dekubitus
MEDIA
Leaflet dan lembar balik

RENCANA KEGIATAN
Tahap dan
No. Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
1. 10 menit 1. Petugas menyiapkan Leaflet, 1. Peserta
sebelum lembar balik untuk para peserta penyuluhan
acara edukasi menerima
dimulai leaflet

2. Pendahuluan Pembukaan: 1. Menjawab


5 menit 1. Mengucapkan salam dan salam dan
memperkenalkan diri memfokuskan
2. Menjelaskan kontrak waktu dan perhatian pada
mekanisme kegiatan pembawa acara
2. Menyampaikan tujuan dan 2. Mendengarkan
maksud dari penyuluhan kontrak
3. Menyebutkan materi penyuluhan pembelajaran
yang akan diberikan 3. Mendengarkan
tujuan dari
penyuluhan
4. Mendengarkan
materi yang
penyuluhan
diberikan
3. Kegiatan inti Pelaksanaan: 1. Memberikan
20 menit 1. Menggali pengetahuan dan pendapat
pengalaman sasaran penyuluhan 2. Mendengarkan
mengenai dekubitus dan cara dan
pencegahan dekubitus. memperhatikan
2. Menjelaskan materi: 3. Peserta
a. Menjelaskan pengertian, mengajukan
tanda dan gejala, dan pertanyaan
penyebab dekubitus. tentang materi
b. Cara pencegahan dekubitus. yang kurang
3. Memberikan kesempatan untuk dipahami
peserta mengajukan pertanyaan 4. Mendengarkan,
untuk materi yang belum memperhatikan,
dipahami dan dapat
4. Menjawab pertanyaan yang memahami
diajukan oleh sasaran penjelasan
penyuluhan
4. Penutup Evaluasi: 1. Para peserta
5 menit 1. Post test menjawab
2. Menanyakan kembali materi yang pertanyan yang
telah disampaikan diberikan
3. Penyuluh menyimpulkan materi penyuluh
yang sudah disampaikan 2. Para peserta
4. Ucapan terima kasih mendengarkan
5. Salam kesimpulan
materi yang
disampaikan
EVALUASI
1. Evaluasi isi
a. Seluruh materi tersampaikan kepada pesrta
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai rundown
3. Evaluasi hasil
a. peserta hadir mengikuti penyuluhan
b. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan

MATERI EDUKASI
MATERI EDUKASI
EDUKASI TENTANG LUKA TEKAN
1. Dekubitus
a) Pengertian dekubitus
Dekubitus/luka tekan adalah luka pada jaringan kulit yang

disebabkan oleh tekanan yang berlangsung lama dan terus menerus (Doh,

1993 dalam Martin, 1997). Istilah dekubitus diambil dari kata Latin

decumbere, yang artinya berbaring. Ini merupakan luka yang terjadi karena

tekanan atau iritasi kronis. Keadaan ini terjadi pada kulit punggung pasien

yang selalu terbaring di tempat tidur atau yang sulit bangkit dari ranjang

perawatan dalam waktu yang lama.

Dekubitus mengakibatkan kerusakan/ kematian kulit sampai

jaringan di bawah kulit, Kadang sampai menembus otot sampai mengenai

tulang. Hal in disebabkan adanya penekanan pada suatu bagian tubuh yang

berlangsung terus menerus misalnya karena tekanan dari tempat tidur, kursi
roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya sehingga peredaran darah di

sekitar daerah itu terhenti, yang mengakibatkan kerusakan/ kematian kulit dan

jaringan sekitarnya (Pranarka, 1999).

Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus/ luka dekubitus adalah

bagian dimana terdapat penonjolan tulang, yaitu sikut, tumit, pinggul,

pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala bagian belakang. Lokasi yang

sering terkena dekubitus adalah daerah tumit, siku, kepala bagian belakang,

dan daerah sekitar bokong.

b) Penyebab dekubitus
Kulit kaya akan pembuluh darah yang mengangkut oksigen ke

seluruh lapisannya. Jika aliran darah terputus lebih dari 2-3 jam, maka kulit

akan mati, yang dimulai pada lapisan kulit paling atas (epidermis).

Penyebab dari berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan.

Jika tekanan menyebabkan terputusnya aliran darah, maka kulit yang

mengalami kekurangan oksigen pada mulanya akan tampak merah dan

meradang lalu membentuk luka terbuka (ulkus). Gerakan yang normal akan

mengurangi tekanan sehingga darah akan terus mengalir. Kulit juga memiliki

lapisan lemak yang berfungsi sebagai bantalan pelindung terhadap tekanan

dari luar (Kozier, 1991).

Risiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus ditemukan pada :

1) Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat

lemah, dipasung).

2) Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri

merupakan suatu tanda yang secara normal mendorong seseorang untuk


bergerak. Kerusakan saraf (misalnya akibat cedera, stroke, diabetes)

dan bed rest bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk

merasakan nyeri.

3) Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak

memiliki lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak

mengalami pemulihan sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang

penting.

Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa

menyebabkan terbentuknya ulkus.

c) Tanda dan gejala dekubitus


Perlu diwaspadai terjadinya dekubitus jika ditemui tanda-tanda

seperti kulit tampak kemerahan yang tidak hilang setelah tekanan ditiadakan,

pada keadaan yang lebih lanjut kulit kemerahan di sertai adanya pengelupasan

sedikit. Bila keadaan ini dibiarkan setelah 1 minggu akan terjadi kerusakan

kulit dengan batas yang tegas. Biasanya kerusakan ini bisa mencapai tulang

dan lapisan di bawah kulit. Luka tekan yang tidak ditangani dengan baik dapat

mengakibatkan infeksi yang lebih luas sehingga masa perawatan pasien

menjadi panjang dan peningkatan biaya rumah sakit.

d) Grade dekubitus

Berikut merupakan tingkatan luka decubitus:

- Grade 1 : Terjadi kemerahan pada kulit


- Grade 2 : Kehilangan kulit superfisial ( dermis dan epidermis )
- Grade 3 : Kehilangan jaringan subkutan
- Grade 4 : Kehilangan jaringan sampai pada otot, tendon dan tulang
e) Faktor resiko
Faktor risiko terjadinya dekubitus antara lain, yaitu :

1) Mobilitas dan aktivitas

Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi

tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien

yang berbaring terus menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk

merubah posisi berisiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas

adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan.

Penelitian yang dilakukan Suriadi (2003) di salah satu rumah sakit di

Pontianak juga menunjukan bahwa mobilitas merupakan faktor yang

signifikan untuk perkembangan luka tekan.

2) Penurunan sensori persepsi

Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan

untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan di atas tulang yang

menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah

terkena luka tekan.

3) Kelembaban

Kelembaban yang disebabkan karena inkontinensia dapat

mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang

mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu

kelembaban juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan

(friction) dan perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih

signifikan dalam perkembangan luka tekan dari pada inkontinensia urin

karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat


merusak permukaan kulit.

4) Tenaga yang merobek ( shear )

Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek jaringan,

pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan

dengan tulang yang menonjol. Contoh yang paling sering dari tenaga

yang merobek ini adalah ketika pasien diposisikan dalam posisi semi

fowler yang melebihi 30 derajat. Pada posisi ini pasien bisa merosot ke

bawah, sehingga mengakibatkan tulangnya bergerak ke bawah namun

kulitnya masih tertinggal. Ini dapat mengakibatkan oklusi dari pembuluh

darah, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti otot, namun

hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada permukaan kulit.

5) Pergesekan ( friction)

Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang

berlawanan. Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak

permukaan epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat

penggantian sprei pasien yang tidak berhati-hati.

6) Nutrisi

Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya

diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan.

Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka

tekan pada orangtua berhubungan dengan penurunan berat badan,

rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.

7) Usia
Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka

tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.

Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum

albumin, penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta

penurunan kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini

berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi

berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang

merobek.

8) Tekanan arteriolar yang rendah

Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap

tekanan sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu

mengakibatkan jaringan menjadi iskemia. Studi yang dilakukan oleh

Nancy Bergstrom (1992) menemukan bahwa tekanan sistolik dan

tekanan diastolik yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka

tekan.

9) Stress emosional

Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik

juga merupakan faktor risiko untuk perkembangan dari luka tekan.

10) Merokok

Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan

memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut

hasil penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang signifikan antara

merokok dengan perkembangan terhadap luka tekan.


11) Temperatur kulit

Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur

merupakan faktor yang signifikan dengan risiko terjadinya luka tekan.

f) Pencegahan dekubitus
Upaya pencegahan dekubitus menurut berbagai ahli secara garis besar

meliputi

mobilisasi, perawatan kulit, penggunaan alat/ sarana dan penataan lingkungan

perawatan serta pendidikan kesehatan (Basta, 1991; Mc. Farland, 1993; Bell

& Mathew, 1993; Ortwitch, 1995 dalam Noviaestari, 1997) serta pemenuhan

kebutuhan cairan dan nutrisi yang adekuat (Kozier, 1991).

Perawatan yang dapat dilakukan adalah :

1) Rubah posisi pasien sedikitnya 2 jam sekali. Ketika merubah hindari

pergesekan seperti menggeser pasien dengan linen atau alat-alat

lain.Merubah posisi dapat menghindari penekanan pada area kulit yang

lama.

2) Anjurkan masukan nutrisi yang tepat dan cairan yang adekuat. Cairan

yang adekuat dapat memberikan hidrasi/kelembaban yang baik pada

kulit.

3) Segera bersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif terhadap

kulit. Cuci dan keringkan daerah tersebut dengan segera. Kulit yang

terkenan fesef atau urin yang lama dapat merusak lapisan kulit.

4) Laporkan adanya area kemerahan dengan segera. Iritasi dapat ditandai

dengan adanya kemerahan pada kulit.


5) Jaga agar kulit tetap bersih dan keringkelembaban kulit yang berlebih

dapat beresiko mengalami dekubitus.lipatan dan kerutan dapat

meningkatkan tekanan pada permukaan kulit..

6) Jaga agar linen tetap kering, bersih dan bebas dari kerutan/ tidak kusut

dan benda keras.

7) Mandikan pasien dan beri perhatian khusus pada daerah-daerah yang

berisiko mengalami tekanan atau gesekan.

8) Masase sekitar daerah kemerahan dengan menggunakan lotion.

9) Beri sedikit bedak tabur yang mengandung calamine, zinc, camphor yang

bermanfaat untuk mencegah kerusakan kulit akibat garukan karena gatal.

Jangan sampai bedak menumpuk atau menggumpal.

10) Lakukan latihan ROM minimal 2 kali sehari untuk mencegah kontraktur.

Latihan gerak / ROM dapat mencegah terjadinya atrofi otot pada tirah

baring yang lama.

11) Periksa kesesuaian dan penggunaan penahan atau restrein.Penggunan

restrain yang terlalu ketat dapat beresiko terjadinya dekubitus.

12) Periksa selang NGT dan kateter untuk memastikan bahwa selang tersebut

tidak pada posisi yang dapat menyebabkan iritasi.

13) Gunakan kasur busa, kasur kulit, atau kasur perubah tekanan. Jika pasien

harus menjalani tirah baring dalam waktu yang lama, bisa digunakan

kasur khusus, yaitu kasur yang diisi dengan air atau udara.
DAFTAR PUSTAKA
BPPSDM Pusdiknakes Depkes. 2006. Kurikulum Pendidikan DIII Keperawatan.
Jakarta : Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2001. Pedoman Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan.
Jakarta :Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2003. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia
Lanjut. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Hegner, Caldwell. 2003. Asisten Keperawatan. Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Kozier, B. 1991. Fundamental of Nursing. Four Edition. Addison Wisley.
Majalah Keperawatan. Nursing Journal of Padjadjaran University. Volume 4 No.
7 September 2002 – Maret 2003.
Mukti, Erni Novieastari. 2005. Penelusuran Hasil Penelitian tentang Intervensi
Keperawatan dalam Pencegahan terjadinya Luka Dekubitus pada Orang Dewasa.
Jakarta : www.fikui.ac.id.
Notoatmodjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.
Pranarka. 1999. Buku Ajar Geriatri, Ilmu Kesehatan Usila. Edisi 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Sari, Yunita. Luka Tekan (Pressure Ulcer) : Penyebab Dan Pencegahan.
Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Anda mungkin juga menyukai