Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN DEKUBITUS
DI RUANG 28
RS. SAIFUL ANWAR MALANG

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT


RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG

MALANG
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Tema : Pencegahan dan Perawatan Luka Dekubitus


Sasaran : Pasien dan Keluarga Ruang Rawat Inap 28
Hari/Tanggal : Kamis, 5 September 2019
Waktu : 09.00 – 09.30 WIB (30 menit)
Tempat : Di Ruang 28

A. Latar Belakang
Luka Decubitus/ Ulkus Dekubitus atau istilah lain Bedsores adalah
kerusakan/kematian kulit yang terjadi akibat gangguan aliran darah setempat dan iritasi
pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan
dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka waktu
yang lama. Dekubitus merupakan luka yang timbul karena tekanan terutama pada bagian
tulang-tulang yang menonjol akibat tirah baring yang lama di tempat tidur. Kasus dekubitus
dapat terjadi pada semua umur terutama pada lanjut usia dengan frekuensi kejadiannya
sama pada pria dan wanita (Siregar,2005).
Ulkus dekubitus atau luka tekan terjadi akibat tekanan yang sama pada suatu bagian
tubuh yang mengganggu sirkulasi. Pertama jaringan kulit memerah. Jika sel mati (nekrosis)
akibat kurang nutrisi menjadikan kulit rusak dan pembentukan ulkus. Akibatnya luka baring
menjadi lebih besar dan dalam.
Oleh karena uraian diatas, maka penulis ingin melakukan pendidikan kesehatan
mengenai ulkus dekubitus agar masyarakat mengetahui mengenai penyakit ulkus dekubitus,
cara penanganan dan pencegahannya agar dapat mengurangi resiko.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan penyuluhan, diharapkan keluarga yang menunggu
hemodialisa memahami mengenai ulkus dekubitus
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang gagal ginjal kronik, pasien dan
keluarga pasien mampu :
a. Menjelaskan kembali pengertian perawatan luka decubitus dengan
kalimatnya sendiri
b. Menyebutkan tujuan perawatan luka
c. Menyebutkan kembali alat-alat perawatan luka
d. Menyebutkan kerugian tidak melakukan perawatan luka
C. Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian dekubitus
2. Faktor resiko yang dapat menyebabkan dekubitus
3. Tanda dan gejala dekubitus
4. Cara pencegahan dan penanganan dekubitus
5. Komplikasi dekubitus
D. Materi (terlampir)
E. Metode
1. Ceramah
F. Media dan Alat Pengajaran
1. Leaflet
2. Power point
G. Setting tempat

Keterangan :
: pemateri
: audien

H. Kegiatan Penyuluhan
N Wakt Nama Tujuan Kegiatan Pelatih Kegiatan Metode
o. u Kegiatan Peserta
1. 5 Pembukaa 1. Peserta 1. Membuka Menjawab Ceramah
menit n memahami penyuluhan salam Singkat
tujuan dengan Mendengarkan
diadakannya mengucapkan dan
penyuluhan salam memperhatikan
2. Peserta 2. Memperkenalkan
memahami diri
informasi 3. Menyampaikan
mengenai tujuan penyuluhan
waktu dan 4. Menyampaikan
metode waktu yang
penyuluhan dibutuhkan
selama
penyuluhan
5. Menyampaikan
tata tertib selama
penyuluhan
2. 15 Penyampai 1. Menggali Menjelaskan materi Mendengarkan Ceramah
menit an isi pengetahuan mengenai luka dan
materi peserta dekubitus. memperhatikan
mengenai
luka dekubitus
2. Menjelaskan
materi

3. 5 Tanya Mempersilahk - Berdiskusi dengan - Memberika diskusi


menit jawab, an peserta
peserta mengenai n
diskusi, untuk
penutup bertanya luka dekubitus pertanyaan
1. Memberi
- Berdiskusi
jawaban
untuk mengenai
pertanyaan
materi yang
peserta
2. Memberi belum
reinforcement
dipahami
3. Menyimpulka
n materi
4. Mengucap
terimakasih
dan salam

I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan media yang akan digunakan
b. Persiapan tempat yang akan digunakan
c. Kontrak waktu
d. Persiapan SAP
2. Evaluasi Proses
a. Perserta mengikuti kegiatan pengajaran dengan baik
b. Perserta terlibat aktif dalam pembelajaran
c. Perserta aktif bertanya dan menjawab pertanyaan disampaikan
3. Evaluasi Hasil Akhir Diharapkan peserta penyuluhan dapat:
a. Perserta mampu memahami apa itu luka dekubitus
b. Perserta mampu menyebutkan kembali beberapa faktor yang dapat
menyebabkan luka dekubitus
c. Perserta mampu menyebutkan kembali beberapa tanda dan gejala luka
dekubitus
d. Peserta mampu menyebutkan kembali beberapa cara pencegahan luka
dekubitus
e. Peserta mampu aktif bertanya dan berdiskusi mengenai luka dekubitus
MATERI

A. Pengertian
Ulkus Dekubitus atau Bedsores adalah kerusakan/ kematian kulit yang terjadi akibat
gangguan aliran darah setempat dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol,
dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian
atau benda keras lainnya dalam jangka waktu yang lama.
Luka dekubitus, juga disebut ulkus dekubitus atau luka akibat tirah baring,
merupakan area kemerahan, luka, atau ulkus pada kulit di atas penonjolan tulang. Ulkus
dekubitus atau luka tekan terjadi akibat tekanan yang sama pada suatu bagian tubuh yang
mengganggu sirkulasi. Pertama jaringan kulit memerah. Jika sel mati (nekrosis) akibat
kurang nutrisi kulit rusak dan pembentukan ulkus. Akibatnya luka baring menjadi lebih besar
dan dalam.
Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana terdapat
penonjolan tulang, yaitu bagian siku, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, punggung dan
kepala bagian belakang.

B. Stadium Luka Decubitus


1. Dekubitus derajat I
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis. Kulit yang
kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion,
kemudian dimassage 2-3 kali/hari.
2. Dekubitus derajat II
Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal. Perawatan luka harus memperhatikan
syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan
dihembus dengan udara hangat bergantian untuk meransang sirkulasi. Dapat
diberikan salep topikal, mungkin juga untuk merangsang tumbuhnya jaringan
muda/granulasi. Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena
malahan dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
3. Dekubitus derajat III
Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan
sering sudah ada infeksi. Usahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat
mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga
permeabel untuk masukknya udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban luka
dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenarasi sel-sel kulit. Jika luka
kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis.
4. Dekubitus derajat IV
Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula diserta
jaringan nekrotik. Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan
nekrotik yang ada harus dibersihkan, sebab akan menghalangi pertumbuhan
jaringan/ epitelisasi.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Luka Decubitus/ Luka Tekan


1. Mobilitas dan aktivitas
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh,
sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien yang berbaring
terus menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi beresiko tinggi
untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah faktor yang paling signifikan dalam
kejadian luka tekan. Penelitian yang dilakukan Suriadi (2003) di salah satu rumah
sakit di Pontianak juga menunjukan bahwa mobilitas merupakan faktor yang
signifikan untuk perkembangan luka tekan.
2. Penurunan sensori persepsi
Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan untuk
merasakan sensori nyeri akibat tekanan diatas tulang yang menonjol. Bila ini terjadi
dalam durasi yang lama, pasien akan mudah terkena luka tekan.
3. Kelembapan
Kelembapan yang disebabkan karena inkontinensia dapat mengakibatkan
terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang mengalami maserasi akan
mudah mengalami erosi.. Selain itu kelembapan juga mengakibatkan kulit mudah
terkena pergesekan (friction) dan perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih
signifikan dalam perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena
adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.
4. Tenaga yang merobek (shear)
Contoh yang paling sering dari tenaga yang merobek ini adalah ketika pasien
pada posisi, pasien bisa merosot kebawah sehingga mengakibatkan tulangnya
bergerak kebawah namun kulitnya masih tertinggal.
5. Pergesekan (friction)
Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis
kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian sprei pasien yang tidak
berhati-hati.
6. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya
diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Kurangnya
nutrisi atau intake makanan akan menyebabkan jaringan kulit rusak dan mati.
Sehingga menjadi faktor risiko terjadinya luka tekan.
7. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka tekan
karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan
mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan
respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan kohesi antara
epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain
akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan,
pergesekan, dan tenaga yang merobek.
8. Tekanan arteriolar yang rendah
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap
tekanan sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu
mengakibatkan jaringan menjadi iskemia. Studi yang dilakukan oleh Nancy
Bergstrom ( 1992) menemukan bahwa tekanan sistolik dan tekanan diastolik
yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka tekan.
9. Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik juga
merupakan faktor resiko untuk perkembangan dari luka tekan.
10. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil
penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang signifikan antara merokok dengan
perkembangan terhadap luka tekan.
11. Temperatur kulit
Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur
merupakan faktor yang signifikan dengan resiko terjadinya luka tekan.Menurut
hasil penelitian, faktor penting lainnya yang juga berpengaruh terhadap risiko
terjadinya luka tekan adalah tekanan antar muka ( interface pressure). Tekanan
antar muka adalah kekuatan per unit area antara tubuh dengan permukaan
matras.
D. Luka Dekubitus Umum Terjadi Pada :
1) Pasien Lansia
2) Pasien yang sangat kurus
3) Pasien kegemukan (Obesitas)
4) Pasien yang tak dapat bergerak dan lemah
5) Pasien Inkontinensia urin
E. Alat atau Perlengkapan dalam Perawatan Luka Dekubitus
1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurgis
3. Kasa steril
4. Gunting plester
5. Plester/perekat
6. Alkohol 70 %
7. Desinfektant
8. Larutan NaCl
9. Sarung tangan bersih
10. Sarung tangan steril
11. Lidi kapas steril
12. GCO-puregen oil (Minyak kelapa hijau)

F. Cara Perawatan Dekubitus


1. Hilangkan tekanan pada daerah-daerah yang luka dengan mengubah-ubah posisi.
2. Mengusahakan adanya udara antara badan dan tempat tidur berjalan lancar.
3. Bersihkan luka dekubitus dengan menggunakan kasa bersih yang steril dengan
menggunakan caiaran NaCl (cairan infus) dan di angin-anginkan selama 5 menit lalu
oleskan betadin kebagian luka yang agak dalam dan biarkan sampai kering (betadin
digunakan agar mencegah infeksi), setelah itu baru oleskan lagi dengan puregan oil
(minyak kelapa hijau) ke seluruh luka dekubitus dan usahakan jangan ditutup agar
luka cepat kering.
4. Jika dekubitus ada pada daerah punggung sesekali biarkan pasien tidur agak miring
atau merubah posisi tidur pasien
5. Oleskan puregan oil (minyak kelapa hijau) pada pagi hari dan malam hari, tentunya
setelah dibersihkan dan jika luka masih kemerahan (awal dekubitus) oleskan
puregan oil ini dengan cara di massage secara perlahan-lahan keseluruh luka
dekubitus.
6. Memerlukan waktu beberapa minggu untuk proses penyembuhan jika jaringan kulit
sudah mati (nekrotik) dan jika sampai ke tulang butuh waktu lebih lama lagi tapi
kadang tergantung kondisi fisik dan kejiwaan pasien jadi pasien harus selalu punya
semangat yang kuat dan selalu ceria (proses penyembuhan biasanya berbeda-beda
tiap pasien).
7. Mengatur pola makan pasien yaitu makanan yang memenuhi gizi seimbang (sesuai
tumpeng gizi).
8. Jika luka bernanah, agak membesar dan membentuk lobang agak dalam segera
bawa ke fasilitas kesehatan tingkat I seperti Puskesmas/ dokter pribadi. Jika semakin
memburuk segera rujuk ke rumah sakit.

G. Tindakan Pencegahan Dekubitus


1) Meningkatkan status kesehatan klien
Memperbaiki dan menjaga keadaan umum klien, misalnya anemia diatasi,
hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang cukup, mengonsumsi vitamin
(vitamin C) dan mineral (Zn).
2) Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah
a. Alih posisi/ alih baring /tidur selang seling, paling lama tiap dua jam. Keburukan
pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang
sudah sangat kurang, dan kadang-kadang mengganggu istirahat klien bahkan
menyakitkan.
b. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh klien,
misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik turun, kasur air yang
temperatur airnya dapat diatur. (keberatan alat canggih ini adalah harganya
mahal, perawatannya sendir harus baik dan dapat rusak.
c. Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat
terganggu, dapat dikurangi antara lain:
1. Menjaga posisi klien, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau sudah
memungkinkan untuk duduk dikursi.
2. Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil untuk menahan
tubuh klien, “kue donat” untuk tumit.
3) Mengkaji Status Pasien
Untuk pasien yang lemah atau lemas, lakukanlah perubahan posisi. Ketika
menggunakan posisi lateral, hindari tekanan secara langsung pada daerah trochanter.
Bila ingin memposisikan pasien pada posisi lateral, maka posisikanlah pasien pada
posisi lateral inklin 30 , posisi ini memungkinkan distribusi tekanan pada daerah yang
lebih luas. Posisi lateral inklin 30 derajat terdapat di bawah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth
edition, Menlo Park, Calofornia.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Sjamsuhidayat, R. Wim de jong. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta, EGC
LEMBAR PENGESAHAN

PENYULUHAN INI TELAH DISAHKAN DAN DISETUJUI PADA :

Hari/Tanggal : Kamis, 5 September 2019

Tempat : Ruang 28 RSUD dr. Saiful Anwar Malang

DISUSUN OLEH:

MAHASISWA PROFESI NERS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

MAHASISWA STIKES KENDEDES MALANG

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Kepala Ruang 28

Anda mungkin juga menyukai