A. LATAR BELAKANG
. Decubitus merupakan masalah yang sering dihadapi oleh pasien dengan penyakit kronis, lemah
dan lumpuh dalam waktu yang lama dan banyak juga dialami oleh pasien yang dirawat di rumah
sakit. Ulkus dekubitus adalah luka akibat tekanan di kulit karena posisi tubuh tidak berganti
dalam waktu yang lama. Luka akan muncul di area kulit yang paling banyak mendapatkan
tekanan, seperti tumit, siku, pinggul, dan tulang ekor. Pencegahan decubitus merupakan prioritas
pada pasien tirah baring yang mengalami keterbatasan mobilisasi.
B. TUJUAN
1. TujuanUmum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga pasien mampu memahami
tentang pencegahan dekubitus.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30menit di harapkan pasien dan
keluarga pasien dapat :
a. Memahami pengertian Dekubitus
b. Tanda dan gejala Dekubitus
c. Penyebab dekubitus
d. Memahami cara pencegahan dekubitus.
C. POKOK BAHASAN
Pencegahan decubitus pada pasien tirah baring di rawat inap Ambun Pagi RSUP DR.
M.Djamil Padang.
E. Metode
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Diskusi dan Tanya jawab
F. Media danAlat
a. Lembar balik
b. leaflet
G. RENCANA KEGIATAN
Tahap dan
Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
Pendahuluan Pembukaan: 1. Menjawab salam dan
5 menit 1. Mengucapkan salam dan memfokuskan perhatian pada
memperkenalkan diri pembawa acara
2. Menjelaskan kontrak waktu dan 2. Mendengarkan kontrak
mekanisme kegiatan pembelajaran
3. Menyampaikan tujuan dan maksud dari 3. Mendengarkan tujuan dari
kegiatan ronde penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan 4. Mendengarkan materi yang
diberikan penyuluhan diberikan
Kegiatan inti Pelaksanaan: 1. Memberikan pendapat
20 menit 1. Menggali pengetahuan dan pengalaman 2. Mendengarkan dan
sasaran mengenai dekubitus dan cara memperhatikan
pencegahan dekubitus. 3. Peserta mengajukan
2. Menjelaskan materi: pertanyaan tentang materi yang
3. Menjelaskan pengertian, tanda dan kurang dipahami
gejala, dan penyebab dekubitus. 4. Mendengarkan,
4. Cara pencegahan dekubitus. memperhatikan, dan dapat
5. Memberikan kesempatan untuk peserta memahami penjelasan
mengajukan pertanyaan untuk materi
yang belum dipahami
6. Menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh pasien / keluarga
Penutup Evaluasi: 1. sasaran menjawab pertanyan
5 menit 1. Menanyakan kembali materi yang telah yang diberikan penyuluh
disampaikan 2. sasaran mendengarkan
2. Menyimpulkan materi yang sudah kesimpulan materi yang
disampaikan disampaikan
3. Ucapan terima kasih
4. Salam
H. PENGORGANISASIAN
Pembimbing : Ns. Sepriati, S.Kep
Moderator :
Penyaji : Ns.Elvina, S.Kep
Observer :
I. JOB DESKRIPSI
1. Moderator
Membuka acara
Memperkenalkan diri dan pendamping
Menjelaskan tujuan dan topik
Menjelaskan kontrak waktu
Menyerahkan jalannya ronde kepada pemateri
Mengarahkan alur diskusi
Memimpin jalannya diskusi
Menutup acara
2. Pemateri
Memberikan materi mengenai Persiapan Laparoskopi pada Pasien Digestif
3. Fasilitator
Memotivasi peserta agar berperan aktif
Membuat absensi penyuluhan
Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan
4. Observer
Mengamati seluruh proses penyuluhan
J. SETING TEMPAT
pasien keluarga
penyaji moderator
fasilitator observer
K. Evaluasi:
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Kontrak dengan pasien pada H-1, diulangi kontrak pada hari H.
c. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias dalam menyimak uraian materi tentang pengertian, tanda dan gejala,
penyebab dekubitus dan cara pencegahan dekubitus.
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan ronde selama 30 menit peserta mampu :
a. Pasien/Keluarga dapat menyebutkan tentang pengertian decubitus.
b. Pasien/Keluarga mampu menyebutkan, tanda dan gejala decubitus
c. Pasien/Keluarga mampu menyebutkan penyebab decubitus
d. Pasien/Keluarga mampu memahami cara pencegahan decubitus
Lampiran materi
PENCEGAHAN DEKUBITUS
a) Pengertian dekubitus
Dekubitus adalah luka pada jaringan kulit yang disebabkan oleh tekanan yang
berlangsung lama dan terus menerus (Doh, 1993 dalam Martin, 1997). Istilah dekubitus diambil
dari kata Latin decumbere, yang artinya berbaring. Ini merupakan luka yang terjadi karena
tekanan atau iritasi kronis. Keadaan ini terjadi pada kulit punggung pasien yang selalu terbaring
di tempat tidur atau yang sulit bangkit dari ranjang perawatan dalam waktu yang lama.
Kadang sampai menembus otot sampai mengenai tulang. Hal in disebabkan adanya penekanan
pada suatu bagian tubuh yang berlangsung terus menerus misalnya karena tekanan dari tempat
tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya sehingga peredaran darah di sekitar
daerah itu terhenti, yang mengakibatkan kerusakan/ kematian kulit dan jaringan sekitarnya
(Pranarka, 1999).
Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus/ luka dekubitus adalah bagian dimana
terdapat penonjolan tulang, yaitu sikut, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, punggung dan
kepala bagian belakang. Lokasi yang sering terkena dekubitus adalah daerah tumit, siku, kepala
b) Penyebab dekubitus
Kulit kaya akan pembuluh darah yang mengangkut oksigen ke seluruh lapisannya.
Jika aliran darah terputus lebih dari 2-3 jam, maka kulit akan mati, yang dimulai pada lapisan
Penyebab dari berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika tekanan
menyebabkan terputusnya aliran darah, maka kulit yang mengalami kekurangan oksigen pada
mulanya akan tampak merah dan meradang lalu membentuk luka terbuka (ulkus). Gerakan
yang normal akan mengurangi tekanan sehingga darah akan terus mengalir. Kulit juga
memiliki lapisan lemak yang berfungsi sebagai bantalan pelindung terhadap tekanan dari luar
(Kozier, 1991).
1. Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah, dipasung).
2. Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan suatu tanda
yang secara normal mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf (misalnya
akibat cedera, stroke, diabetes) dan bed rest bisa menyebabkan berkurangnya
lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna karena
Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan terbentuknya
ulkus.
kemerahan yang tidak hilang setelah tekanan ditiadakan, pada keadaan yang lebih lanjut kulit
kemerahan di sertai adanya pengelupasan sedikit. Bila keadaan ini dibiarkan setelah 1 minggu
akan terjadi kerusakan kulit dengan batas yang tegas. Biasanya kerusakan ini bisa mencapai
tulang dan lapisan di bawah kulit. Luka tekan yang tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan infeksi yang lebih luas sehingga masa perawatan pasien menjadi panjang dan
d) Grade dekubitus
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh, sedangkan
aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien yang berbaring terus menerus di
tempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi berisiko tinggi untuk terkena luka tekan.
Imobilitas adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan. Penelitian
yang dilakukan Suriadi (2003) di salah satu rumah sakit di Pontianak juga menunjukan
bahwa mobilitas merupakan faktor yang signifikan untuk perkembangan luka tekan.
Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan untuk merasakan
sensari nyeri akibat tekanan di atas tulang yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi
3. Kelembaban
maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami
erosi. Selain itu kelembaban juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan
(friction) dan perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam
perkembangan luka tekan dari pada inkontinensia urin karena adanya bakteri dan enzim
Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek jaringan, pembuluh darah
serta struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan dengan tulang yang menonjol.
Contoh yang paling sering dari tenaga yang merobek ini adalah ketika pasien diposisikan
dalam posisi semi fowler yang melebihi 30 derajat. Pada posisi ini pasien bisa merosot ke
tertinggal. Ini dapat mengakibatkan oklusi dari pembuluh darah, serta kerusakan pada
jaringan bagian dalam seperti otot, namun hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada
permukaan kulit.
5. Pergesekan ( friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan.
Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian sprei pasien yang tidak berhati-hati.
6. Nutrisi
sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Menurut penelitian Guenter
(2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada orangtua berhubungan dengan
penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak
mencukupi.
7. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka tekan karena kulit
dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan kehilangan
elastisitas kulit, serta penurunan kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini
berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi berkurang
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap tekanan
sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu mengakibatkan jaringan
menjadi iskemia. Studi yang dilakukan oleh Nancy Bergstrom (1992) menemukan bahwa
tekanan sistolik dan tekanan diastolik yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka
tekan.
9. Temperatur kulit
Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur merupakan faktor yang
f) Pencegahan dekubitus
Upaya pencegahan dekubitus menurut berbagai ahli secara garis besar meliputi
mobilisasi, perawatan kulit, penggunaan alat/ sarana dan penataan lingkungan perawatan serta
pendidikan kesehatan (Basta, 1991; Mc. Farland, 1993; Bell & Mathew, 1993; Ortwitch, 1995
dalam Noviaestari, 1997) serta pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi yang adekuat
(Kozier, 1991).
1. Rubah posisi pasien sedikitnya 2 jam sekali. Ketika merubah hindari pergesekan seperti
menggeser pasien dengan linen atau alat-alat lain.Merubah posisi dapat menghindari
2. Anjurkan masukan nutrisi yang tepat dan cairan yang adekuat. Cairan yang adekuat dapat
3. Segera bersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif terhadap kulit. Cuci dan
keringkan daerah tersebut dengan segera. Kulit yang terkenan fesef atau urin yang lama
4. Laporkan adanya area kemerahan dengan segera. Iritasi dapat ditandai dengan adanya
5. Jaga agar kulit tetap bersih dan keringkelembaban kulit yang berlebih dapat beresiko
kulit..
6. Jaga agar linen tetap kering, bersih dan bebas dari kerutan/ tidak kusut dan benda keras.
7. Mandikan pasien dan beri perhatian khusus pada daerah-daerah yang berisiko mengalami
untuk mencegah kerusakan kulit akibat garukan karena gatal. Jangan sampai bedak
10. Lakukan latihan ROM minimal 2 kali sehari untuk mencegah kontraktur. Latihan gerak /
ROM dapat mencegah terjadinya atrofi otot pada tirah baring yang lama.
11. Periksa kesesuaian dan penggunaan penahan atau restrein.Penggunan restrain yang terlalu
12. Periksa selang NGT dan kateter untuk memastikan bahwa selang tersebut tidak pada
13. Gunakan kasur busa, kasur kulit, atau kasur perubah tekanan. Jika pasien harus menjalani
tirah baring dalam waktu yang lama, bisa digunakan kasur khusus, yaitu kasur yang diisi