Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA RONDE KEPERAWATAN

Tema : Pencegahan decubitus pada pasien tirah baring


Sasaran : Pasien dan keluarga 
Hari/tanggal : 28 April 2023
Waktu :14.00 – 14.30 (30 menit)
Tempat : IRNA AMBUN PAGI

A. LATAR BELAKANG
. Decubitus merupakan masalah yang sering dihadapi oleh pasien dengan penyakit kronis, lemah
dan lumpuh dalam waktu yang lama dan banyak juga dialami oleh pasien yang dirawat di rumah
sakit. Ulkus dekubitus adalah luka akibat tekanan di kulit karena posisi tubuh tidak berganti
dalam waktu yang lama. Luka akan muncul di area kulit yang paling banyak mendapatkan
tekanan, seperti tumit, siku, pinggul, dan tulang ekor. Pencegahan decubitus merupakan prioritas
pada pasien tirah baring yang mengalami keterbatasan mobilisasi.

B. TUJUAN
1. TujuanUmum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga pasien mampu memahami
tentang pencegahan dekubitus.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30menit di harapkan pasien dan
keluarga pasien dapat :
a. Memahami pengertian Dekubitus
b. Tanda dan gejala Dekubitus
c. Penyebab dekubitus 
d. Memahami cara pencegahan dekubitus.

C. POKOK BAHASAN
Pencegahan decubitus pada pasien tirah baring di rawat inap Ambun Pagi RSUP DR.
M.Djamil Padang.

D. SUB POKOK BAHASAN


a. Definisi dekubitus
b. Penyebab dekubitus
c. Faktor resiko dekubitus
d. Grade dekubitus
e. Tanda dan gejala dekubitus
f. Pencegahan dekubitus

E. Metode
a. Ceramah
b. Demonstrasi  
c. Diskusi dan Tanya jawab

F. Media danAlat
a. Lembar balik
b. leaflet

G. RENCANA KEGIATAN

Tahap dan
Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
 Pendahuluan Pembukaan: 1. Menjawab salam dan
5 menit 1. Mengucapkan salam dan memfokuskan perhatian pada
memperkenalkan diri pembawa acara
2. Menjelaskan kontrak waktu dan 2. Mendengarkan kontrak
mekanisme kegiatan pembelajaran
3. Menyampaikan tujuan dan maksud dari 3. Mendengarkan tujuan dari
kegiatan ronde penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan 4. Mendengarkan materi yang
diberikan penyuluhan diberikan
Kegiatan inti Pelaksanaan: 1. Memberikan pendapat
20 menit 1. Menggali pengetahuan dan pengalaman 2. Mendengarkan dan
sasaran mengenai dekubitus dan cara memperhatikan
pencegahan dekubitus. 3. Peserta mengajukan
2. Menjelaskan materi: pertanyaan tentang materi yang
3. Menjelaskan pengertian, tanda dan kurang dipahami
gejala, dan penyebab dekubitus. 4. Mendengarkan,
4. Cara pencegahan dekubitus. memperhatikan, dan dapat
5. Memberikan kesempatan untuk peserta memahami penjelasan
mengajukan pertanyaan untuk materi
yang belum dipahami
6. Menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh pasien / keluarga
Penutup Evaluasi: 1. sasaran  menjawab pertanyan
5 menit 1. Menanyakan kembali materi yang telah yang diberikan penyuluh
disampaikan 2. sasaran mendengarkan
2. Menyimpulkan materi yang sudah kesimpulan materi yang
disampaikan disampaikan
3. Ucapan terima kasih
4. Salam

H. PENGORGANISASIAN
Pembimbing : Ns. Sepriati, S.Kep
Moderator :
Penyaji : Ns.Elvina, S.Kep
Observer : 

I. JOB DESKRIPSI
1. Moderator
 Membuka acara
 Memperkenalkan diri  dan pendamping
 Menjelaskan tujuan dan topik
 Menjelaskan kontrak waktu
 Menyerahkan jalannya ronde kepada pemateri
 Mengarahkan alur diskusi
 Memimpin jalannya diskusi
 Menutup acara
2. Pemateri
 Memberikan materi mengenai Persiapan Laparoskopi pada Pasien Digestif
3. Fasilitator
 Memotivasi peserta agar berperan aktif
 Membuat absensi penyuluhan
 Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan
4. Observer
 Mengamati seluruh proses penyuluhan
J. SETING TEMPAT
pasien keluarga

penyaji moderator

fasilitator observer

K.  Evaluasi:

1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Kontrak dengan  pasien pada H-1, diulangi kontrak pada hari H.
c. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias dalam menyimak uraian materi tentang pengertian, tanda dan gejala,
penyebab dekubitus dan cara pencegahan dekubitus.
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan ronde selama 30 menit peserta mampu :
a. Pasien/Keluarga dapat menyebutkan tentang pengertian decubitus.
b. Pasien/Keluarga mampu menyebutkan, tanda dan gejala decubitus
c. Pasien/Keluarga mampu menyebutkan penyebab decubitus 
d. Pasien/Keluarga mampu memahami cara pencegahan decubitus

Lampiran materi
PENCEGAHAN DEKUBITUS 

a) Pengertian dekubitus

Dekubitus adalah luka pada jaringan kulit yang disebabkan oleh tekanan yang

berlangsung lama dan terus menerus (Doh, 1993 dalam Martin, 1997). Istilah dekubitus diambil

dari kata Latin decumbere, yang artinya berbaring. Ini merupakan luka yang terjadi karena

tekanan atau iritasi kronis. Keadaan ini terjadi pada kulit punggung pasien yang selalu terbaring

di tempat tidur atau yang sulit bangkit dari ranjang perawatan dalam waktu yang lama.

Dekubitus mengakibatkan kerusakan/ kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit,

Kadang sampai menembus otot sampai mengenai tulang. Hal in disebabkan adanya penekanan

pada suatu bagian tubuh yang berlangsung terus menerus misalnya karena tekanan dari tempat

tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya sehingga peredaran darah di sekitar

daerah itu terhenti, yang mengakibatkan kerusakan/ kematian kulit dan jaringan sekitarnya

(Pranarka, 1999).

Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus/ luka dekubitus adalah bagian dimana

terdapat penonjolan tulang, yaitu sikut, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, punggung dan

kepala bagian belakang. Lokasi yang sering terkena dekubitus adalah daerah tumit, siku, kepala

bagian belakang, dan daerah sekitar bokong.

b) Penyebab dekubitus 

Kulit kaya akan pembuluh darah yang mengangkut oksigen ke seluruh lapisannya.

Jika aliran darah terputus lebih dari 2-3 jam, maka kulit akan mati, yang dimulai pada lapisan

kulit paling atas (epidermis).

Penyebab dari berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika tekanan

menyebabkan terputusnya aliran darah, maka kulit yang mengalami kekurangan oksigen pada

mulanya akan tampak merah dan meradang lalu membentuk luka terbuka (ulkus). Gerakan

yang normal akan mengurangi tekanan sehingga darah akan terus mengalir. Kulit juga
memiliki lapisan lemak yang berfungsi sebagai bantalan pelindung terhadap tekanan dari luar

(Kozier, 1991).

Risiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus ditemukan pada :

1. Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah, dipasung).

2. Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan suatu tanda

yang secara normal mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf (misalnya

akibat cedera, stroke, diabetes) dan bed rest bisa menyebabkan berkurangnya

kemampuan untuk merasakan nyeri.

3. Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan

lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna karena

kekurangan zat-zat gizi yang penting.

Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan terbentuknya

ulkus.

c) Tanda dan gejala dekubitus


Perlu diwaspadai terjadinya dekubitus jika ditemui tanda-tanda seperti kulit tampak

kemerahan yang tidak hilang setelah tekanan ditiadakan, pada keadaan yang lebih lanjut kulit

kemerahan di sertai adanya pengelupasan sedikit. Bila keadaan ini dibiarkan setelah 1 minggu

akan terjadi kerusakan kulit dengan batas yang tegas. Biasanya kerusakan ini bisa mencapai

tulang dan lapisan di bawah kulit. Luka tekan yang tidak ditangani dengan baik dapat

mengakibatkan infeksi yang lebih luas sehingga masa perawatan pasien menjadi panjang dan

peningkatan biaya rumah sakit.

d) Grade dekubitus

Berikut merupakan tingkatan luka decubitus:

Grade 1 : Terjadi kemerahan pada kulit


Grade 2 : Kehilangan kulit superfisial ( dermis dan epidermis )
Grade 3 : Kehilangan jaringan subkutan
Grade 4 : Kehilangan jaringan sampai pada otot, tendon dan tulang
e) Faktor resiko
Faktor risiko terjadinya dekubitus antara lain, yaitu :

1. Mobilitas dan aktivitas

Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh, sedangkan

aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien yang berbaring terus menerus di

tempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi berisiko tinggi untuk terkena luka tekan.

Imobilitas adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan. Penelitian

yang dilakukan Suriadi (2003) di salah satu rumah sakit di Pontianak juga menunjukan

bahwa mobilitas merupakan faktor yang signifikan untuk perkembangan luka tekan.

2. Penurunan sensori persepsi

Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan untuk merasakan

sensari nyeri akibat tekanan di atas tulang yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi

yang lama, pasien akan mudah terkena luka tekan.

3. Kelembaban

Kelembaban yang disebabkan karena inkontinensia dapat mengakibatkan terjadinya

maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami

erosi. Selain itu kelembaban juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan

(friction) dan perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam

perkembangan luka tekan dari pada inkontinensia urin karena adanya bakteri dan enzim

pada feses dapat merusak permukaan kulit.

4. Tenaga yang merobek ( shear )

Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek jaringan, pembuluh darah

serta struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan dengan tulang yang menonjol.

Contoh yang paling sering dari tenaga yang merobek ini adalah ketika pasien diposisikan

dalam posisi semi fowler yang melebihi 30 derajat. Pada posisi ini pasien bisa merosot ke

bawah, sehingga mengakibatkan tulangnya bergerak ke bawah namun kulitnya masih

tertinggal. Ini dapat mengakibatkan oklusi dari pembuluh darah, serta kerusakan pada
jaringan bagian dalam seperti otot, namun hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada

permukaan kulit.

5. Pergesekan ( friction)

Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan.

Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit.

Pergesekan bisa terjadi pada saat  penggantian sprei pasien yang tidak berhati-hati.

6. Nutrisi

Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi

sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Menurut penelitian Guenter

(2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada orangtua berhubungan dengan

penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak

mencukupi.

7. Usia

Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang tinggi untuk terkena luka tekan karena kulit

dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan kehilangan

otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan respon inflamatori, penurunan

elastisitas kulit, serta penurunan kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini

berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi berkurang

toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang merobek.

8. Tekanan arteriolar yang rendah

Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap tekanan

sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu mengakibatkan jaringan

menjadi iskemia. Studi yang dilakukan oleh Nancy Bergstrom (1992) menemukan bahwa

tekanan sistolik dan tekanan diastolik yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka

tekan.

9. Temperatur kulit
Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur merupakan faktor yang

signifikan dengan risiko terjadinya luka tekan.

f) Pencegahan dekubitus

Upaya pencegahan dekubitus menurut berbagai ahli secara garis besar meliputi

mobilisasi, perawatan kulit, penggunaan alat/ sarana dan penataan lingkungan perawatan serta

pendidikan kesehatan (Basta, 1991; Mc. Farland, 1993; Bell & Mathew, 1993; Ortwitch, 1995

dalam Noviaestari, 1997) serta pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi yang adekuat

(Kozier, 1991).

Perawatan yang dapat dilakukan adalah :

1. Rubah posisi pasien sedikitnya 2 jam sekali. Ketika merubah hindari pergesekan seperti

menggeser pasien dengan linen atau alat-alat lain.Merubah posisi dapat menghindari

penekanan pada area kulit yang lama.

2. Anjurkan masukan nutrisi yang tepat dan cairan yang adekuat. Cairan yang adekuat dapat

memberikan hidrasi/kelembaban yang baik pada kulit.

3. Segera bersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif terhadap kulit. Cuci dan

keringkan daerah tersebut dengan segera. Kulit yang terkenan fesef atau urin yang lama

dapat merusak lapisan kulit.

4. Laporkan adanya area kemerahan dengan segera. Iritasi dapat ditandai dengan adanya

kemerahan pada kulit.

5. Jaga agar kulit tetap bersih dan keringkelembaban kulit yang berlebih dapat beresiko

mengalami dekubitus.lipatan dan kerutan dapat meningkatkan tekanan pada permukaan

kulit..

6. Jaga agar linen tetap kering, bersih dan bebas dari kerutan/ tidak kusut dan benda keras.

7. Mandikan pasien dan beri perhatian khusus pada daerah-daerah yang berisiko mengalami

tekanan atau gesekan.

8. Masase sekitar daerah kemerahan dengan menggunakan lotion.


9. Beri sedikit bedak tabur yang mengandung calamine, zinc, camphor yang bermanfaat

untuk mencegah kerusakan kulit akibat garukan karena gatal. Jangan sampai bedak

menumpuk atau menggumpal.

10. Lakukan latihan ROM minimal 2 kali sehari untuk mencegah kontraktur. Latihan gerak /

ROM dapat mencegah terjadinya atrofi otot pada tirah baring yang lama.

11. Periksa kesesuaian dan penggunaan penahan atau restrein.Penggunan restrain yang terlalu

ketat dapat beresiko terjadinya dekubitus.

12. Periksa selang NGT dan kateter untuk memastikan bahwa selang tersebut tidak pada

posisi yang dapat menyebabkan iritasi. 

13. Gunakan kasur busa, kasur kulit, atau kasur perubah tekanan. Jika pasien harus menjalani

tirah baring dalam waktu yang lama, bisa digunakan kasur khusus, yaitu kasur yang diisi

dengan air atau udara.

Anda mungkin juga menyukai