PENYULUHAN (SAP)
PRESSURE ULCER
(DEKUBITUS)
KELOMPOK 6
Ida Ayu Ditasari (C2121128)
Cintya Yunta Dewi (C2121129)
Komang Mia Meliani (C2121130)
Ni Made Ayu Widyasari (C2121131)
Sita Harnita (C2121132)
Ni Putu Citra Danayati (C2121133)
Taroci Yessy Yustiani Leo (C2121134)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PRESSURE ULCER (DEKUBITUS)
Tujuan Instruksional Umum ( TIU ) Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
8. Mendengarkan &
memperhatikan
III.Penutup - Memberikan pertanyaan tentang materi 1. Menjawab pertanyaan 1’ Leaflet
empiema yang telah disampaikan 2. Mendengarkan 2’
- Menyimpulkan materi
EVALUASI
Cara: Lisan
Bentuk pertanyaan:
1. Sebutkan Pengertian Dekubitus
2. Sebutkan Tipe Dekubitus
3. Jelaskan Proses Terjadinya Dekubitus dan Faktor Penyebab
Dekubitus
4. Sebutkan Penampilan Klinis Dekubitus
5. Jelaskan Pencegahan Dekubitus dan Pengobatan/Intervensi
Dekubitus
PENCEGAHAN DEKUBITUS
A. Pengertian Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot
sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada
penderita lanjut usia. Dinegara-negara maju, prosentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan
terjadi dalam dua minggu pertama dalam perawatan.
Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan
bertambahnya usia antara lain:
• Berkurangnya jaringan lemak subkutan
• Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.
B. Tipe Ulkus Dekubitus
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus dan
perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus dapat dibagi menjadi tiga :
Tipe normal Tipe arterioskelerosis Tipe terminal
Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit akan tetap utuh karena
sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas tersebut. Tetapi sebagai
contoh bila seorang penderita immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring
diatas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit
mencapai 30-45 mmHg.
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nokrosis jaringan kulit.
Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversibel bila
kurang dari 2 jam. Seorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami
dakubitus selama dapat mengganti posisi beberapa kali perjammnya.
Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik tambahan yang dapat memudahkan
terjadinya dekubitus:
1. Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi
dengan setengah berbaring
2. Faktor terlipatnya kulit akiab gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat tidur,
sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh lainnya.
3. Faktor teragannya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas tempatnya berbaring
akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringan setempat.
4. Faktor tubuh sendiri (faktor intrinsik) juga berperan untuk terjadinya dekubitus antara lain:
A. Faktor Intrinsik
• Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit akan tipis (tortora &
anagnostakos, 1990)
• Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit berkurang sehingga
rentan mengalami deformasi dan kerusakan.
• Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem arteriovenosus yang kurang kompeten
menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.
• Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan insufisiensi kardiovaskuler
perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti pada sistem pernapasan menyebabkan tingkat
oksigenisasi darah pada kulit menurun.
• Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
• Anemia
• Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek penyembuhan
dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akam menyebabkan kadar albumin darah menurun
• Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, juga mempermudah
dan meperjelek dekubitus
• Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
B. Faktor Ekstrinsik
Derajat I Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampak sebagai daerah
kemerahan/eritema indurasi atau lecet.
Derajat II Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemah
subkutan, tampak sebagai ulkus yang dangkal, degan tepi yang jelas dan perubahan
warna pigmen kulit.
Derajat III Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan dan menggaung,
berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan
nekrotik yang berbau.
Derajat IV Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang di dasar ulkus yang dapat
mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.
PENCEGAHAN
DEKUBITUS
Karena dekubitus lebih mudah dicegah daripada diobati, maka sedini mungkin harus dicegah dengan cara :
1. Anjurkan pasien untuk duduk dikursi roda atau seri gery untuk menegakkan mereka setiap 10 menit untuk
mengurangi tekaan atau membantu pasien melakukannya.
2. Anjurkan masukan cairan dan nutrisi yang tepat dan adekuat. Karena kerusakan kulit lebih mudah terjadi dan
lambat untuk sembuh jika nutrisi pasien buruk.
3. Segera membersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif terhadap kulit.
4. Inspeksi daerah dekubitus umum terjadi, laporkan adanya area kemerahan dengan segera.
5. Jaga agar kulit tetap kering
6. Jaga agar linen tetap sering dan bebas dari kerutan
7. Beri perhatian khusus pada daerah – daerah yang beresiko terjadi dekubitu.
8. Masase sekitar daerah kemerahan dengan sering menggunakan lotion
9. Jangan gunakan losion pada kulit yang rusak
10. Beri sedikit bedak tabur pada area pergesekan tapi jangan biarkan menumpuk.menggumpal
11. Gunakan kain pengalas bila memindahkan pasien tirah baring
12. Lakukan latihan serak minimal 2x sehari untuk mencegah kontraktur
13. Gunakan kasur busa, kasur kulit atau kasur perubah tekanan.
PENGOBATAN /
INTERVENSI
Tahap – tahap kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan terjadi dalam 4 tahap, maka dari itu pengobatan atau
intervensi keperawatan pada tiap tahap/dapat membatasi proses dan menghindari kerusakan lebih lanjut.
Tahap satu, yang ditandai dengan :
A. Kulit menjadi kemerahan, akan berubah warna biru ke abu – abuan disekitar daerah yang mengalami tekanan.
Pada orang yang berkulit gelap daerah tersebut terlihat lebih kering.
Tindakan:
1. Beritahu perawat
2. Jaga agar area sekitar kulit yang rusak tetap bersih dan kering
3. Kurangi semua tekanan berlebihan pada area tersebut
4. Menganjurkan diet bergizi dan cairan yang adekuat
5. Jaga agar kulit yang rusak tetap tertutup sesuai instruksi, biasanya dengan balutan steril kering atau penutup
proteksif lainnya.
6. Lakukan pengobatan dengan lampu panas sesuai instruksi dokter
7. Tempatkan pasien pada matras egrate, agar berat badan terdistritansi ke seluruh permukaannya dan
memberikan sirkulasi udara.
8. Laporkan indikasi infeksi seperti bau atau drainase, pendarahan dan perubahan ukuran.
9. Pokumatasikan adanya area yang potensia rusak pada catatan pasien menggunakan kata – kata dan diagram.
B. Kulit memerah dan terdapat lesi seperti suka melepuh didaerah tersebut, kulit bisa rusak atau tidak.
Tindakan
1. Pindahkan tekanan dengan mengganti posisi pasien
2. Masase dengan lembut daerah sekitar area yang memerah untuk mencegah pembentukan luka
baring dengan .
3. Laporkan ke perawat
4. Dokumentasikan pada catatan perawatan
Tindakan.
1. Perawatan yang diabaikan sama dengan perawatan tahap – tahap dan dilanjutkan dengan
tepat jika berlanjut ke tahap 3.
SESI DISKUSI
SEKIAN DAN TERIMAKASIH