Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HEMODIALISIS DAN DIET BAGI PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS


DI RUANGAN HEMODIALISA RS RADEN MATTAHER JAMBI
 

Hari                   : Kamis
Tanggal                  :  25 Oktober 2012
Waktu                   : 45 menit
Tempat                  :  Ruangan Hemodialisa
Sasaran                 : Keluarga Pasien
Topik kegiatan    : Penyuluhan Tentang tindakan hemodialisa dan diet bagi pasien yang
menjalani hemodialisa.

I. LATAR BELAKANG
Penyakit gagal ginjal kronik utamanya diderita oleh pasien – pasien yang telah
mengalami usia lanjut. Pasien – pasien  yang menjalani hemodialisa, tidak cukup
dilakukan sekali saja, ada yang menjalani hemodialisa secara regular / rutin tiap minggu.
Bahkan, ada pula yang menjalani hemodialisa sampai dua kali dalam tiap minggunya.
Hal ini tentu saja akan menimbulkan berbagai dampak dan komplikasi yang dialami oleh
pasien.
Pasien yang menjalani hemodialisa tentu saja memiliki rasa cemas dan khawatir
mengenai tindakan tersebut. Oleh karena itu, sebelum menjalani   proses hemodialisa ada
hal – hal yang perlu diketahui oleh setiap pasien agar kecemasan yang dialami pasien –
pasien tersebut minimal dapat berkurang. Sebagai perawat diharapkan memberikan
informasi dan pengarahan – pengarahan, serta motivasi terhadap pasien yang menjalani
hemodialisa.
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan hemodialisis diperlukan
penatalaksanaan lain seperti management dit. Anggota keluarga memiliki potensi untuk
menjadi pendorong utama koping. Selain itu, lingkungan keluarga cepat menjadi faktor
yang kritis pada pengarahan individu terhadap sebuah krisis (Hough, 1991). Oleh karena
itu dibutuhkan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien yang menunggu pasien
selama menjalani terapi hemodialisis mengenai diit pada pasien dengan hemodialisis.
II. TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang
pengetahuan tindakan hemodialisa dan diit pada pasien dengan hemodialisa.
2.  Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan mampu:
a.  Memahami dan menjelaskan pengertian hemodialisa
b.  Memahami dan menjelaskan tujuan, indikasi dan kontra indikasi serta komplikasi
pada pasien hemodialisis
c.  Memahami dan mampu menjelaskan pentingnya diit pada pasien hemodialisis.
d.  Memahami dan mampu  menyebutkan macam-macam diit pada pasien
hemodialisis.
e.  Memahami dan mampu memberikan contoh makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan bagi pasien hemodialisis.

III. SASARAN PENYULUHAN


Keluarga pasien hemodialisis yang menunggu pasien selama menjalani hemodialisis.

IV. KEGIATAN PENYULUHAN


No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

1.      Moderator mengucapkan1.      Sasaran menjawab


salam kepada sasaran salam
2.      Moderator merkenalkan2.      Sasaran menyimak
kelompok pada sasaran
3.      Moderator 3.      Sasaran menyimak
Pendahuluan
1 menyampaikan topic
5 menit
penyuluhan, tujuan penyuluhan
dan menjelaskan waktu
pelaksanaan.
4.      Fasilitator membagikan
leaflet 4.      Menerima leaflet

2 Penyajian dan
1. Penyaji menyampaikan1. Mendengarkan dan
tanya jawab materi memperhatikan
35 menit 2. Memberikan kesempatan2. Bertanya dan berdiskusi
pada peserta untuk bertanya

1.      Menyimpulkan hasil1.      Memperhatikan
penyuluhan
2.      Moderator melakukan2.      Menjawab
evaluasi secara verbal/ lisanpertanyaan
Penutup
3 dengan memberikan beberapa
5 menit
pertanyaan tentang materi yang
sudah dibahas.
3.      Mengakhiri dengan
mengucapkan salam
3.      Menjawab salam

V. METODE
1.  Ceramah
2.  Diskusi

VI. MEDIA
1.  LCD Proyektor
2.  Leaflet
3.  Laptop

VII. MATERI PENYULUHAN


A. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dalam tubuh kita, ginjal tidak mampu melaksanakan proses
tersebut (Brunner& Sunddarth, 2001).
Salah satu terapi yang diberikan pada pasien dengan gagl ginjal kronis adalah
hemodialisa. Tujuan terapi dialisa adalah untuk mempertahankan kehidupan dan
kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali (Brunner & Suddarth, 2001).
Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis ” artinya pemisahan
zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari zat-zat sampah,
melalui proses penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan
berupa mesin dialisis. Hemodialisis dikenal secara awam dengan istilah ‘cuci darah’.

B. Konsep Proses Dialisa


Pada hemodialisis darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan diedarkan dalam
sebuah mesin di luar tubuh, sehingga cara ini memerlukan jalan keluar-masuk aliran
darah. Untuk itu dibuat jalur buatan di antara pembuluh arteri dan vena atau
disebut fistula arteriovenosa melalui pembedahan. Lalu dengan selang darah dari
fistula, darah dialirkan dan dipompa ke dalam mesin dialisis. Untuk
mencegah pembekuan darah selama proses pencucian, maka diberikan obat antibeku
yaitu Heparin.
Sebenarnya proses pencucian darah dilakukan oleh tabung di luar mesin yang
bernama dialiser. Di dalam dialiser, terjadi proses pencucian, mirip dengan yang
berlangsung di dalam ginjal. Pada dialiser terdapat 2 kompartemen serta sebuah
selaput di tengahnya. Mesin digunakan sebagai pencatat dan pengontrol aliran
darah, suhu, dan tekanan. Aliran darah masuk ke salah satu kompartemen dialiser.
Pada kompartemen lainnya dialirkan dialisat, yaitu suatu carian yang memiliki
komposisi kimia menyerupai cairan tubuh normal. Kedua kompartemen dipisahkan
oleh selaput semipermeabel yang mencegah dialisat mengalir secara berlawanan arah.
Zat-zat sampah, zat racun, dan air yang ada dalam darah dapat berpindah melalui
selaput semipermeabel menuju dialisat. Itu karena, selama penyaringan darah, terjadi
peristiwa difusi dan ultrafiltrasi. Ukuran molekul sel-sel dan protein darah lebih besar
dari zat sampah dan racun, sehingga tidak ikut menembus selaput semipermeabel.
Darah yang telah tersaring menjadi bersih dan dikembalikan ke dalam tubuh
penderita. Dialisat yang menjadi kotor karena mengandung zat racun dan sampah, lalu
dialirkan keluar ke penampungan dialisat.
Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu zat dalam campuran, dari bagian
pekat ke bagian yang lebih encer. Difusi dapat terjadi bila ada perbedaan kadar zat
terlarut dalam darah dan dalam dialisat. Dialisat berisi komponen seperti larutan
garam dan glukosa yang dibutuhkan tubuh. Jika tubuh kekurangan zat tersebut saat
proses hemodialisis, maka difusi zat-zat tersebut akan terjadi dari dialisat ke darah.
Ultrafiltrasi merupakan proses berpindahnya air dan zat terlarut karena
perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat. Tekanan darah yang lebih
tinggi dari dialisat memaksa air melewati selaput semipermeabel. Air mempunyai
molekul sangat kecil sehingga pergerakan air melewati selaput diikuti juga oleh zat
sampah dengan molekul kecil.
Kedua peristiwa tersebut terjadi secara bersamaan. Setelah proses penyaringan
dalam dialiser selesai, maka akan didapatkan darah yang bersih. Darah itu kemudian
akan dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 hingga 12 jam dalam seminggu untuk
menyaring seluruh darah dalam tubuh. Tabi biasanya akan dibagi menjadi tiga kali
pertemuan selama seminggu, jadi 3 - 5 jam tiap penyaringan. Tapi hal ini tergantung
juga pada tingkat kerusakan ginjalnya.
Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan
dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4–5 jam dengan frekuensi 2
kali seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10–15 jam/minggu dengan QB 200–
300 mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000) hemodialisa memerlukan waktu 3–
5 jam dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2–3 hari diantara
hemodialisa, keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa
ikut berperan menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam
proses hemodialisa.Price dan Wilson (1995) menjelaskan bahwa dialisat pada suhu
tubuh akan meningkatkan kecepatan difusi, tetapi suhu yang terlalu tinggi
menyebabkan hemolisis sel-sel darah merah sehingga dapat menyebabkan pasien
meninggal. Robekan pada membran dializer yang mengakibatkan kebocoran kecil
atau masif dapat dideteksi oleh fotosel pada aliran keluar dialisat. Hemodialisa
rumatan biasanya dilakukan tiga kali seminggu, dan lama pengobatan berkisar dari 4
sampai 6 jam, tergantung dari jenis sistem dialisa yang digunakan dan keadaan pasien.

C. Tujuan Hemodialis
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang
lain.
2.  Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3.  Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4.  Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

D. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
Price dan Wilson (1995) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang jelas
berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan harus
dimulai. Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan kesehatan
penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan.
Pengobatan biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja
purna waktu, menderita neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis
lainnya. Pengobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas
6 mg/100 ml pada pria , 4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro filtration rate
(GFR) kurang dari 4 ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus
berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak
dilakukan lagi.
Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003)
secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15
mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan
LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis.
Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila
terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik
berulang, dan nefropatik diabetik.
Kemudian Thiser dan Wilcox (1997) menyebutkan bahwa hemodialisa
biasanya dimulai ketika bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini
sebanding dengan kadar kreatinin serum 8–10 mg/dL. Pasien yang terdapat gejala-
gejala uremia dan secara mental dapat membahayakan dirinya juga dianjurkan
dilakukan hemodialisa. Selanjutnya Thiser dan Wilcox (1997) juga menyebutkan
bahwa indikasi relatif dari hemodialisa adalah azotemia simtomatis berupa
ensefalopati, dan toksin yang dapat didialisis. Sedangkan indikasi khusus adalah
perikarditis uremia, hiperkalemia, kelebihan cairan yang tidak responsif dengan
diuretik (oedem pulmonum), dan asidosis yang tidak dapat diatasi.

2.  Kontra Indikasi


Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah
hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan
sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari
hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa,
akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi
hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi
infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan
lanjut (PERNEFRI, 2003).

E. Komplikasi Hemodialisa
          Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama
tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain :
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa
sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi
pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
2.  Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya
dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan
kelebihan tambahan berat cairan.
3.  Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan
kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh
terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari
osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari
darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-
kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak
yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi
pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
5.  Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada
pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai
dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga
merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7.  Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan
sakit kepala.
8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9.  Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak
adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

F. Diet untuk Pasien Hemodialisa


Seseorang yang sudah mengalami gagal ginjal harus menjaga pola makannya
karena banyak makanan yang justru bisa memperparah kondisi penyakitnya. Penderita
sakit ginjal tidak bisa mengonsumsi buah dan sayur sesukanya, dengan jumlah yang
sama seperti orang sehat. Harus dipahami bahwa ada sayur dan buah yang berpotensi
memperparah kondisi kesehatan penderita. Oleh karena itu, penderita gagal ginjal
harus benar-benar mengetahui kandungan buah dan sayur yang mereka konsumsi.
“Penderita gagal ginjal sebaiknya mengurangi konsumsi buah-buahan karena sebagian
buah-buahan berkadar Kalium (potassium) tinggi,” ujar dokter Dian Novita Chandra,
M.Gizi, Staf Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
kepada Warta Kota belum lama ini.
Kadar kalium yang sangat tinggi (hiperkalemia) dapat menyebabkan irama
jantung terganggu. Penderita harus bisa membatasi jumlah konsumsi buah setiap
harinya. Misalnya buah apel, penderita ginjal hanya bisa mengonsumsi setengahnya
saja. Namun yang juga harus diingat, jika kondisi penderita ginjal sudah tidak bisa
lagi berkermh, maka sebaiknya hentikan konsumsi buah dan sayur hingga lancar
berkemih.
Sementara itu, bagi penderita yang belum menjalani cuci darah. dianjurkan
untuk melakukan diet rendah protein 40-45 gram/hari. Hal ini tentunya tergantung
fungsi ginjal penderita yang dapat diketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Jika
fungsi ginjal kurang dari 15 persen, maka pertu melakukan cuci darah.
Lain lagi pada penderita gagal ginjal yang sudah lama alias menahun atau
kronis. Penderita gagal ginjal kronis harus menjalani diet ketat dengan beberapa
tujuan yaitu untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dan
untuk menjaga agar penderita dapat beraktivitas seperti orang normal. Prinsip
diet bagi penderita gagal ginjal kronis adalah:
1. Diet lunak atau biasa.
2.  Sebagai sumber karbohidrat: gula pasir, selai, sirup, dan permen.
3.  Cukup energi dan rendah protein
4.  Sebagai sumber protein, diutamakan protein hewani, misalnya: susu, sapi, daging,
dan ikan. Banyaknya sesuai dengan kegagalan fungsi ginjal penderita.
5.  Sebagai sumber lemak, diutamakan lemak tidak jenuh, dengan kebutuhan sekitar
25 persen dari total energi yang diperlukan.
6.  Untuk kebutuhan air, dianjurkan sesuai dengan jumlah urine 24 jam; sekitar 500
mililiter melalui minuman dan makanan.
7.  Untuk kebutuhan kalium dan natrium dengan keadaan penderita.
8. Untuk kebutuhan kalori, sekitar 35 Kkal/Kg berat badan/hari.
9.  Membatasi asupan garam dapur jika ada hipertensi(darah tinggi) atau edema
(bengkak).
10. Dianjurkan juga mengonsumsi agar-agar karena selain mengandung sumber energi
juga mengandung serat yang larut.

Makanan yang sebaiknya dibatasi bagi penderita gagal ginjal kronik antara lain:
1. Sumber karbohidrat seperti: nasi, jagung, kentang, makaroni, pasta, hevermout,
ubi.
2.  Protein hewani, seperti: daging kambing, ayam, ikan, hati, keju, udang, telur.
3.  Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti: apel, alpukat, jeruk, pisang,
pepaya dan daun pepaya, seledri, kembang kol, peterseli, buncis.

G. Pentingnya Diit pada Pasien Hemodialisis


Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa
mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal tidak mampu mengekskresikan produk
akhir metabolisme, substansiyang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum
pasien dan bekerja sebagai racun. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut
secara kolektif dikenal dengan gejala uremik dan akanmempengaruhi setiap sistem
tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih berat gejala yang timbul.
Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan 
demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat
mengakibatkan gagal jantung kongestifserta edema paru. Dengan demikian
pembatasan cairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini. Dengan
penggunaan hemodialisa yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki
meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian atau pembatasan pada asupan
protein, natrium, kalium dan cairan.

2.7.3 Macam-macam diit pada pasien hemodialisis


Unsur-unsur gizi (nutrient) yang memiliki makna khusus dalam pengobatan conventional
yangdapat digunakan sebagai terapi pendamping sudah harus dilaksanakan dan memerlukan
pemantauanketat.
1. Cairan dan Natrium
Gejala pertama pada keadaan gagal ginjal menahun adalah ketidakmampuan nefron yang
masih berfungsi itu untuk meningkatkan filtarat glomelurus secara baik dan mengatur eksresi
natriumkedalam air seni, dengan semakin parahnya kegagalan ginjal dan menurunnya glomer
ulus(GFR) hingga 10 % atau kurang dari nilai normlnya, maka produksi air seni akan
menjadisedikit sehingga masukan air dan natrium dalam jumlah yang lazim tidak dapat ditole
rir.Kebutuhan penderita akan air dapat ditentukan lewat pengukuran jumlah air seni yangdike
luarkan selama 24 jam dengan memakai gelas silinder dan ditambah air 500 ml, ini
akanmenganti jumlah kehilangan air yang hilang dari dalam tubuh (volume urine + 500 ml).
2. Natrium 
Natrium perlu dibatasi karena natrium diperlukan di dalam tubuh
walaupun faal ginjal sudahmenurun. Hal ini penting bila terdapat hipertensi, edema dan
bendungan paru- paru. Parameter yang digunakan untuk menilai kecukupan natrium adalah
berat badan, kadar Na urine, serumdan laju filtrasi glomerulus. Pemberian natrium harus
diberikan dalam jumlah maksimal yangdapat ditolerir dengan tujuan untuk mempertahankan
volume cairan ekstraseluler terkendalinyaasupan natrium yang ditandai nya terkontrolnya
tekanan darah dan pembengkakan (oedema).

3.Protein
Asupan protein disesuaikan dengan derajat ganguan fungsi ginjal/ laju filtrasi glomeruluskura
ng dari 25%, berdasarkan berbagai hasil- hasil penelitian di dapatkan bahwa pada GGK
di perlukan peranan asupan protein sampai 0,5-0,6 gr/kg BB/hari, rata- rata 0,5 gr / kg BB/
hariagar tercapai keseimbangan metabolisme protein yangoptimal. Dari protein 0,5 gr/kg
BB/hari ini hendaknya diusahakan sekurang-kurangnya 60%atau
0,35 gr/kg BB/ hari berupa proteindengan nilai biologik tinggi. Protein dengan nilai biologik t
inggi adalah protein dengan susunan asam amino yang menyerupai aturan aminoessensial dan
pada umumnya berasal dari protein hewani (susu, telur, ikan, unggas, daging
tidak  berlemak).
4. Kalium
Kalium jarang meningkat pada GGK, bila terjadi hiperkalemia maka biasanya berkaitan
denganoliguri ( berkurangnya volume urine/, keadaan metabolic, obat- obatan yang mengand
ungkalium. Kadar kalium dalam dalam serum harus dijaga dalam suatu kisaran yang sempit
yaitu3,5 hingga 5 Eq/I untuk mencegah timbulnya kegawatan jantung karena hiperkalmia.
5. Kalori/ Energi
Asupan energi kebanyakan penderita GGK menunjukkan kurang gizi, hal ini disebabkan oleh
berbagaifactor metabolisme dan kurangnya asupan kalori. Kalori cukup tinggi di hasilkan
darisumber karbohidrat dan lemak merupakan hal yang
penting bagi penderita kronik  pembatasan masukan protein yang diperlukan untuk memperb
aiki keseimbangannitrogen, guna mencegah oksidasi protein. Untuk memproduksi energi disa
rankanmasukan kalori paling sedikit 35kkal/kg BB/hari, kebutuhan asupan kalori
penderitaGGK yang stabil adalah 35 kkal/kg BB/hari. Kebutuhan kalori harus dipenuhi guna
mencegah terjadinya pembakaran proteintubuh dan merangsang pengeluaran insulin.
6. Lemak 
Lemak terbatas, diutamakan pengguna lemak tak jenuh ganda. Lemak normal untuk
pasiendialisis 15-30 % dari kebutuhan energi total.7. VitaminDefisiensi asam folat, piridoksin
dan vitamin C dapat terjadi sehingga perlu suplemen vitamintersebut. diantaranya vitamin
larut lemak, kadar vitamin A meningkat sehingga harus dihindari pemberian vitamin A pada
GGK. Vitamin E dan K tidak membutuhkan suplementasi.

2.7.4 Tujuan Diet Penyakit Ginjal Kronik 


1.Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa
fungsiginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.2.Mencegah dan menurunkan
kadar ureum darah yang tinggi (uremia).3.Mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit.4.Mencegah atau mengurangi progresifitas gagal ginjal, dengan
memperlambat turunnya lajufiltrasi glomerulus (Almatsier, 2006). Pada penderita GGK
sering terjadi mual, muntah, anoreksia, dan gangguan lain yang menyebabkanasupan gizi
tidak adekuat/tidak mencukupi. Syarat Pemberian Diet pada Gagal Ginjal Kronik Syarat
pemberian diet pada gagal ginjal kronik adalah (Almatsier 2006):
1.Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.
2.Protein rendah, yaitu 0,6 – 0,75 gr/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.
3.Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan total energi, diutamakan lemak tidak
jenuhganda.
4.Karbohidrat cukup, yaitu : kebutuhan energi total dikurangi yang berasal dari protein
danlemak.
5.Natrium dibatsi apabila ada hipertensi, edema, acites, oliguria, atau anuria,
banyak natriumyang diberikan antara 1-3 g.
6.Kalium dibatasi (60-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5
mEq), oliguria,atau anuria.
7.Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urine sehari ditambah dengan
pengeluaran cairanmelalui keringat dan pernapasan (±500 ml).
8.Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C, vitamin D.
9.Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu :
·         Diet Protein Rendah I : 30 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 50
kg.
·         Diet Protein Rendah II : 35 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 60
kg.
·         Diet Protein Rendah III : 40 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 65
kg.Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat bergantung pada keadaan dan
berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih
rendah daripadastandar. Untuk protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino
esensial murni.
2.7.5 Menu diit yang dianjurkan
 Pola Konsumsi Makanan Penderita Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisa
Pola konsumsi makanan merupakan gambaran mengenai jumlah jenis dan frekuensi bahan
makananyang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri khas pada suatu
kelompok masyarakattertentu. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi
kebutuhan gizi seseorang(Harper, 1985). Sedangkan menurut Suharjo (1996), pola konsumsi
pangan adalah cara seseorangatau sekelompok orang dalam memilih makanan sebagai
tanggapan terhadap pengaruh
fisiologis, psikologis, kebudayaan, dan sosial. Pengaturan diet atau makanan pada gagal ginja
l sangat berpengaruh bagi penyakit ginjal.

Contoh susunan bahan makanan sehari untuk pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialis
Waktu Bahan makanan berat URT
Pagi Beras 75 gr 1 gelas tim
Telur 50 gr 1 butir
Mezena 20 gr 4 sdm
Sayuran 50 gr ¾ gelas
Gula pasir 20 gr 2 sdm
Minyak 10 gr 1 sdm
Tepung susu whole 10 gr 2 sdm
Pukul Maizena 10 gr 2 sdm
10.00 Gula pasir 20 gr 2 sdm
Minyak 10 gr 1 sdm
Beras 75 gr 1 gelas tim
Daging 25 gr 1 potong kecil
Telur 25 gr ½ butir
Siang Sayuran 75 gr ¾ gelas
Buah 100gr 1 potong pepaya
Minyak 10 gr 1 sdm
gula pasir 10 gr 1 sdm
Pukul 16.00 Maizena 10 gr 1 sdm
Gula pasir 20 gr 2 sdm
Minyak 10 gr 1 sdm
Sore Beras 75 gr 1 gelas tim
Daging 25 gr 1 potong kecil
Telur 25 gr ½ butir
Sayuran 75 gr ¾ gelas
Buah 100 gr 1 potong papaya
Minyak 10 gr 1 sdm
Gula pasir 10 gr 1 sdm
 Pukul 21.00 Tepung susu whole 20 gr 4 sdm
Gula pasir 20 gr 4 sdm
Sumber : Poli gizi RSUD dr. Pringadi Medan 2009

Dimana energi = 2000 kal; protein 40 gr;diet rendah protein rendah garam
Pagi Siang Malam
< 10.00 10.00 < 16.00 16.00 < 20.00 20.00
Nasi Kue talam Nasi Agar-agar Nasi susu
Telur ceplok Teh manis Ikan panggang Teh manis Daging bistik
Tumis labu Cah sayur Sup sayur
siam Papaya Papaya
Susu Teh manis Teh manis

Pada Penderita ginjal kronik hemodialisa demikian kompleks, dengan mengatur asupan
energi, protein, dan beberapa mineral seperti kalium, natrium, dan air. Pengaturan diit sukar
dipatuhioleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup
penderita (Sidabutar, 1992). 

VII. RENCANA EVALUASI KEGIATAN


1. Evaluasi Struktur :
a.  Satuan acara penyuluhan (SAP) sudah siap
b. 80% alat dan bahan yang diperlukan sudah tersedia
2. Evaluasi Proses
a.  Kegiatan berlangsung tepat waktu
b. Peserta yang hadir 90 % dari  total peserta
c. 90 % peserta berada ditempat sesuai waktu yang telah ditentukan
d. 90% peserta tetap mengikuti kegiata penyuluhan sampai selesai
e. 70% peserta yang aktif bertanya dari total 
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menyebutkan definisi hemodialisis
b. Peserta dapat menyebutkan komplikasi hemodialisis
c. Peserta dapat menjelaskan pentingnya diit pasien hemodialisis
d. Peserta dapat menyebutkan contoh makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
untuk dikonsumsi pasien hemodialisis
Materi Diet pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa

Diet rendah protein, natrium, potassium dan tinggi kalori

Diberikan kepada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal yang menahun (Penyakit
Ginjal Kronik/Menahun)

Tujuan Diet

Tujuan diet bagi pasien yang menjalani hemodialisa adalah untuk:

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa


fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.

2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia).

3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Mencegah atau mengurangi progresifitas gagal ginjal, dengan memperlambat


turunnya laju filtrasi glomerulus (Almatsier, 2006).

Syarat Diet

1. Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien.

2. Energi 35 kkal/kg BB Ideal (BBI).

3. Protein 1,3- 1,5 g/kg BBI, 60-75% protein hewani dan sisanya protein nabati.

4. Lemak 25-30 % dari energi total, diutamakan lemak tidak jenuh.


5. Karbohidrat 60-65 % dari energi total.

6. Kebutuhan cairan sesuai dengan jumlah urine 24 jam + 500 ml (cairan yang keluar
melalui keringat dan pernapasan).

7. Kalium dibatasi jika terjadi Hiperkalemia.

8. Garam dapur/Natrium dibatasi apabila pasien mengalami edema/bengkak karena


penumpukan cairan serta hipertensi.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan:

Sumber protein: kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tahu, tempe, kacang kedelai,
kacang hijau. Sumber protein nabati selain mempunyai protein yang kurang juga mempunyai
mutu yang kurang juga mengandung fosfor yang cukup tinggi.

Sumber vitamin dan mineral: sayur dan buah yang mengandung kalium tinggi jika penderita
memiliki hiperkalemia

Susunan Bahan Makanan Sehari untuk Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis

Susunan Bahan Makanan Sehari untuk Gagal Ginjal Yang Menjalani

Hemodialisis
Cara Mengatur Diet
Keberhasilan terapi diet yang diberikan dapat dilihat dari:

1. Terkendalinya supan natrium yang ditandai dengan terkontrolnya tekanan darah dan
odema (bengkak)

2. Cukupnya asupan kalori yang ditandai dengan tidak adanya katabolisme

3. Asupan protein sesuai dengan anjuran yang ditandai dengan menurunnya kadar ureum
dalam darah

4. Terkendalinya asupan kalium yang ditandai dengan terkontrolnya kadar kalium di


dalam darah

Anda mungkin juga menyukai