Hari : Kamis
Tanggal : 25 Oktober 2012
Waktu : 45 menit
Tempat : Ruangan Hemodialisa
Sasaran : Keluarga Pasien
Topik kegiatan : Penyuluhan Tentang tindakan hemodialisa dan diet bagi pasien yang
menjalani hemodialisa.
I. LATAR BELAKANG
Penyakit gagal ginjal kronik utamanya diderita oleh pasien – pasien yang telah
mengalami usia lanjut. Pasien – pasien yang menjalani hemodialisa, tidak cukup
dilakukan sekali saja, ada yang menjalani hemodialisa secara regular / rutin tiap minggu.
Bahkan, ada pula yang menjalani hemodialisa sampai dua kali dalam tiap minggunya.
Hal ini tentu saja akan menimbulkan berbagai dampak dan komplikasi yang dialami oleh
pasien.
Pasien yang menjalani hemodialisa tentu saja memiliki rasa cemas dan khawatir
mengenai tindakan tersebut. Oleh karena itu, sebelum menjalani proses hemodialisa ada
hal – hal yang perlu diketahui oleh setiap pasien agar kecemasan yang dialami pasien –
pasien tersebut minimal dapat berkurang. Sebagai perawat diharapkan memberikan
informasi dan pengarahan – pengarahan, serta motivasi terhadap pasien yang menjalani
hemodialisa.
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan hemodialisis diperlukan
penatalaksanaan lain seperti management dit. Anggota keluarga memiliki potensi untuk
menjadi pendorong utama koping. Selain itu, lingkungan keluarga cepat menjadi faktor
yang kritis pada pengarahan individu terhadap sebuah krisis (Hough, 1991). Oleh karena
itu dibutuhkan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien yang menunggu pasien
selama menjalani terapi hemodialisis mengenai diit pada pasien dengan hemodialisis.
II. TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang
pengetahuan tindakan hemodialisa dan diit pada pasien dengan hemodialisa.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan mampu:
a. Memahami dan menjelaskan pengertian hemodialisa
b. Memahami dan menjelaskan tujuan, indikasi dan kontra indikasi serta komplikasi
pada pasien hemodialisis
c. Memahami dan mampu menjelaskan pentingnya diit pada pasien hemodialisis.
d. Memahami dan mampu menyebutkan macam-macam diit pada pasien
hemodialisis.
e. Memahami dan mampu memberikan contoh makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan bagi pasien hemodialisis.
2 Penyajian dan
1. Penyaji menyampaikan1. Mendengarkan dan
tanya jawab materi memperhatikan
35 menit 2. Memberikan kesempatan2. Bertanya dan berdiskusi
pada peserta untuk bertanya
1. Menyimpulkan hasil1. Memperhatikan
penyuluhan
2. Moderator melakukan2. Menjawab
evaluasi secara verbal/ lisanpertanyaan
Penutup
3 dengan memberikan beberapa
5 menit
pertanyaan tentang materi yang
sudah dibahas.
3. Mengakhiri dengan
mengucapkan salam
3. Menjawab salam
V. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
VI. MEDIA
1. LCD Proyektor
2. Leaflet
3. Laptop
C. Tujuan Hemodialis
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang
lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
D. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
Price dan Wilson (1995) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang jelas
berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan harus
dimulai. Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan kesehatan
penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan.
Pengobatan biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja
purna waktu, menderita neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis
lainnya. Pengobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas
6 mg/100 ml pada pria , 4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro filtration rate
(GFR) kurang dari 4 ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus
berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak
dilakukan lagi.
Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003)
secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15
mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan
LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis.
Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila
terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik
berulang, dan nefropatik diabetik.
Kemudian Thiser dan Wilcox (1997) menyebutkan bahwa hemodialisa
biasanya dimulai ketika bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini
sebanding dengan kadar kreatinin serum 8–10 mg/dL. Pasien yang terdapat gejala-
gejala uremia dan secara mental dapat membahayakan dirinya juga dianjurkan
dilakukan hemodialisa. Selanjutnya Thiser dan Wilcox (1997) juga menyebutkan
bahwa indikasi relatif dari hemodialisa adalah azotemia simtomatis berupa
ensefalopati, dan toksin yang dapat didialisis. Sedangkan indikasi khusus adalah
perikarditis uremia, hiperkalemia, kelebihan cairan yang tidak responsif dengan
diuretik (oedem pulmonum), dan asidosis yang tidak dapat diatasi.
E. Komplikasi Hemodialisa
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama
tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain :
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa
sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi
pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya
dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan
kelebihan tambahan berat cairan.
3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan
kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh
terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari
osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari
darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-
kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak
yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi
pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada
pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai
dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga
merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7. Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan
sakit kepala.
8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak
adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
Makanan yang sebaiknya dibatasi bagi penderita gagal ginjal kronik antara lain:
1. Sumber karbohidrat seperti: nasi, jagung, kentang, makaroni, pasta, hevermout,
ubi.
2. Protein hewani, seperti: daging kambing, ayam, ikan, hati, keju, udang, telur.
3. Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti: apel, alpukat, jeruk, pisang,
pepaya dan daun pepaya, seledri, kembang kol, peterseli, buncis.
3.Protein
Asupan protein disesuaikan dengan derajat ganguan fungsi ginjal/ laju filtrasi glomeruluskura
ng dari 25%, berdasarkan berbagai hasil- hasil penelitian di dapatkan bahwa pada GGK
di perlukan peranan asupan protein sampai 0,5-0,6 gr/kg BB/hari, rata- rata 0,5 gr / kg BB/
hariagar tercapai keseimbangan metabolisme protein yangoptimal. Dari protein 0,5 gr/kg
BB/hari ini hendaknya diusahakan sekurang-kurangnya 60%atau
0,35 gr/kg BB/ hari berupa proteindengan nilai biologik tinggi. Protein dengan nilai biologik t
inggi adalah protein dengan susunan asam amino yang menyerupai aturan aminoessensial dan
pada umumnya berasal dari protein hewani (susu, telur, ikan, unggas, daging
tidak berlemak).
4. Kalium
Kalium jarang meningkat pada GGK, bila terjadi hiperkalemia maka biasanya berkaitan
denganoliguri ( berkurangnya volume urine/, keadaan metabolic, obat- obatan yang mengand
ungkalium. Kadar kalium dalam dalam serum harus dijaga dalam suatu kisaran yang sempit
yaitu3,5 hingga 5 Eq/I untuk mencegah timbulnya kegawatan jantung karena hiperkalmia.
5. Kalori/ Energi
Asupan energi kebanyakan penderita GGK menunjukkan kurang gizi, hal ini disebabkan oleh
berbagaifactor metabolisme dan kurangnya asupan kalori. Kalori cukup tinggi di hasilkan
darisumber karbohidrat dan lemak merupakan hal yang
penting bagi penderita kronik pembatasan masukan protein yang diperlukan untuk memperb
aiki keseimbangannitrogen, guna mencegah oksidasi protein. Untuk memproduksi energi disa
rankanmasukan kalori paling sedikit 35kkal/kg BB/hari, kebutuhan asupan kalori
penderitaGGK yang stabil adalah 35 kkal/kg BB/hari. Kebutuhan kalori harus dipenuhi guna
mencegah terjadinya pembakaran proteintubuh dan merangsang pengeluaran insulin.
6. Lemak
Lemak terbatas, diutamakan pengguna lemak tak jenuh ganda. Lemak normal untuk
pasiendialisis 15-30 % dari kebutuhan energi total.7. VitaminDefisiensi asam folat, piridoksin
dan vitamin C dapat terjadi sehingga perlu suplemen vitamintersebut. diantaranya vitamin
larut lemak, kadar vitamin A meningkat sehingga harus dihindari pemberian vitamin A pada
GGK. Vitamin E dan K tidak membutuhkan suplementasi.
Contoh susunan bahan makanan sehari untuk pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialis
Waktu Bahan makanan berat URT
Pagi Beras 75 gr 1 gelas tim
Telur 50 gr 1 butir
Mezena 20 gr 4 sdm
Sayuran 50 gr ¾ gelas
Gula pasir 20 gr 2 sdm
Minyak 10 gr 1 sdm
Tepung susu whole 10 gr 2 sdm
Pukul Maizena 10 gr 2 sdm
10.00 Gula pasir 20 gr 2 sdm
Minyak 10 gr 1 sdm
Beras 75 gr 1 gelas tim
Daging 25 gr 1 potong kecil
Telur 25 gr ½ butir
Siang Sayuran 75 gr ¾ gelas
Buah 100gr 1 potong pepaya
Minyak 10 gr 1 sdm
gula pasir 10 gr 1 sdm
Pukul 16.00 Maizena 10 gr 1 sdm
Gula pasir 20 gr 2 sdm
Minyak 10 gr 1 sdm
Sore Beras 75 gr 1 gelas tim
Daging 25 gr 1 potong kecil
Telur 25 gr ½ butir
Sayuran 75 gr ¾ gelas
Buah 100 gr 1 potong papaya
Minyak 10 gr 1 sdm
Gula pasir 10 gr 1 sdm
Pukul 21.00 Tepung susu whole 20 gr 4 sdm
Gula pasir 20 gr 4 sdm
Sumber : Poli gizi RSUD dr. Pringadi Medan 2009
Dimana energi = 2000 kal; protein 40 gr;diet rendah protein rendah garam
Pagi Siang Malam
< 10.00 10.00 < 16.00 16.00 < 20.00 20.00
Nasi Kue talam Nasi Agar-agar Nasi susu
Telur ceplok Teh manis Ikan panggang Teh manis Daging bistik
Tumis labu Cah sayur Sup sayur
siam Papaya Papaya
Susu Teh manis Teh manis
Pada Penderita ginjal kronik hemodialisa demikian kompleks, dengan mengatur asupan
energi, protein, dan beberapa mineral seperti kalium, natrium, dan air. Pengaturan diit sukar
dipatuhioleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup
penderita (Sidabutar, 1992).
Diberikan kepada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal yang menahun (Penyakit
Ginjal Kronik/Menahun)
Tujuan Diet
Syarat Diet
3. Protein 1,3- 1,5 g/kg BBI, 60-75% protein hewani dan sisanya protein nabati.
6. Kebutuhan cairan sesuai dengan jumlah urine 24 jam + 500 ml (cairan yang keluar
melalui keringat dan pernapasan).
Sumber protein: kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tahu, tempe, kacang kedelai,
kacang hijau. Sumber protein nabati selain mempunyai protein yang kurang juga mempunyai
mutu yang kurang juga mengandung fosfor yang cukup tinggi.
Sumber vitamin dan mineral: sayur dan buah yang mengandung kalium tinggi jika penderita
memiliki hiperkalemia
Susunan Bahan Makanan Sehari untuk Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis
Hemodialisis
Cara Mengatur Diet
Keberhasilan terapi diet yang diberikan dapat dilihat dari:
1. Terkendalinya supan natrium yang ditandai dengan terkontrolnya tekanan darah dan
odema (bengkak)
3. Asupan protein sesuai dengan anjuran yang ditandai dengan menurunnya kadar ureum
dalam darah