Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN PEMBATASAN CAIRAN PADA

PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) ST. V


DENGAN HEMODIALIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD WANGAYA
PADA TANGGAL 30 DESEMBER 2021

OLEH
PUTU THANIA PRAMESUARI AGUNG DWIPUTRA (2114901180)
LUH NITA NOVIANTARI (2114901169)
PUTU AYU DIAH SRI KRISNAYANTI (2114901168)
KOMANG LINTANG KUMALA DEWI (2114901172)
I MADE AGUS SURYAWAN PUTRA (2114901217)
YONING AYU BRAHTYASWARI (2114901060)
-

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI
TAHUN AJARAN 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Manajemen pembatasan cairan pada pasien Chronic


Kidney Disease (CKD) St. V dengan Hemodialisis
Sub Pokok Bahasan : Pembatasan cairan pada pasien Chronic Kidney
Disease (CKD) St. V dengan Hemodialisis
Sasaran : Pasien yang sedang manjalani proses hemodialisis
di ruang Hemodialisa RSUD Wangaya
Hari / Tanggal : Kamis, 30 Desember 2021
Jam : 10.00 - selesai
Durasi : 30 menit
Tempat : Ruang Hemodialisa RSUD Wangaya
Pemateri : Mahasiswa kelompok 12 Profesi Ners ITEKES Bali

A. LATAR BELAKANG
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan kelainan dari struktur atau fungsi ginjal. Keadaan ini
muncul selama lebih dari 3 bulan dan dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan. Penurunan fungsi ginjal dapat menimbulkan gejala pada pasien
PGK (NKF-KDIG, 2013). Jika terjadi kerusakan ginjal yang berat maka
produksi eritropoetin di ginjal terganggu akhirnya produksi sel darah
merah berkurang. Seiring dengan perdarahan, defisiensi besi, kerusakan
ginjal, dan diikuti dengan penurunan laju filtrasi glomerulus, maka derajat
anemia akan meningkat.
Ketidakmampuan ginjal dalam menjalankan fungsinya
menyebabkan terjadinya akumulasi produk sisa metabolisme dan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh yang akan
mempengaruhi keseimbangan seluruh sistem tubuh. Penyakit CKD akan
mempengaruhi penurunan LFG dan fungsi ginjal memburuk lebih lanjut,
retensi natrium dan air biasa terjadi. Hal ini dapat menyebabkan resiko
edema dan hipertensi, pasien juga akan merasa cepat lelah, sesak nafas,
dan nafsu makan menurun. Penanganan pada pasien CKD tahap akhir
dilakukan beberapa terapi diantaranya yaitu terapi pengganti ginjal seperti
transplantasi ginjal, dialisis peritoneal, maupun hemodialisa
Hemodialisa (HD) adalah sebuah proses yang bertujuan untuk
mengeluarkan produk limbah dan cairan yang berada didalam tubuh, serta
menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh yang tidak dapat berfungsi
dengan baik (Smeltzer & Bare, 2013). Didunia saat ini tercatat ada lebih
dari 2 juta pasien yang menjalani terapi HD. Pasien HD di Amerika
Serikat mencapai 350 ribu orang, Jepang 300 ribu orang, sedangkan di
Indonesia hampir mencapai 15 ribu orang (Setiati, dkk, 2014)
Pasien yang memilih terapi pengganti ginjal HD harus memahami
hal-hal penting seperti pembatasan asupan cairan, hal ini mempunyai
tujuan untuk mengurangi resiko edema dan komplikasi kardiovaskuler.
Komplikasi kardiovaskuler pada pasien HD akan meningkatkan angka
mortalitas dan morbiditas lebih dari 50%. Cairan yang dikonsumsi pasien
CKD harus diawasi dengan benar. Sebagian besar pasien merasa kesulitan
untuk membatasi asupan cairan yang masuk, karena tidak mendapatkan
pengetahuan atau tidak paham bagaimana cara yang bisa memudahkan
pasien dalam pembatasan asupan cairan tersebut. Salah satu faktor yang
diperlukan dalam pembatasan asupan cairan adalah pengetahuan. Oleh
karena itu, penting bagi perawat untuk mengedukasi pasien dan keluarga
tentang pembatasan cairan pada pasien ckd on hd untuk tetap menjaga
kualitas hidup pasien tetap optimal.

B. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga dan
pasien dapat memahami tentang manajemen cairan pada pasien chronic
kidney disease on hemodialisa.
C. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit mengenai manajemen
cairan pada pasien chronic kidney disease on hemodialisa diharapkan
keluarga dan pasien dapat:
1. Keluarga dan pasien mampu menjelaskan pengertian chornic kidney
disease
2. Keluarga dan pasien mampu menjelaskan penyebab dari chornic
kidney disease
3. Keluarga dan pasien mampu menyebutkancara pembatasan cairan pada
klien dengan chronic kidney disease on hemodialisa untuk mengurangi
rasa haus.

D. MATERI PENYULUHAN
Terlampir

E. METODE PENYULUHAN
Metode yang digunakan ketika penyuluhan adalah diskusi dan ceramah

F. MEDIA
Penyuluhan yang dilakukan menggunakan media, yaitu :
1. leaflet (brosur).
2. Power Point
3. LCD
4. Proyector
G. KEGIATAN PENYULUHAN

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran


Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit 1. Memberi salam 1. Menjawab
2. Memperkenalkan salam
diri 2. Mendengarka
3. Menjelaskan n penyaji
tujuan kedatangan 3. Menyimak
perawat
2. Pelaksanaan/ 15 menit 1. Menggali 1. Menjawab
penyajian pengetahuan dan salam
materi pengalaman tentang 2. Mendengarka
manajemen asupan n penyaji
cairan pada pasien 3. Memberikan
HD. umpan balik
2. Menjelaskan materi
penyuluhan berupa:
a. Pengertian
penyakit CKD
b. Penyebab
penyakit CKD
c. Manajemen
cairan pada
pasien CKD on
HD
3. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
mengajukan
pertanyaan
mengenai materi
yang disampaikan.
3. Penutup 10 menit 1. Mengevaluasi 1. Menjawab
pengetahuan sasaran pertanyaan
akan materi yang yang diajukan
diberikan berupa perawat
pengertian CKD, 2. Mendengarkan
penyebab CKD, dan 3. Menyimak
menejemen cairan 4. Menjawab
pada pasien CKD salam
2. Menyimpulkan hasil
penyuluhan
3. Kontrak waktu
kegiatan selanjutnya
4. Mengucapkan
terima kasih dan
memberikan salam
penutup

H. EVALUASI
1. Struktur
a. Persiapan media dan alat
Media dan alat yang digunakan saat penyuluhan sudah lengkap dan
dapat digunakan :
1) Media
a) Satuan acara penyuluhan (SAP)
b) Power point
c) Leaflet
2) Alat
a) Laptop
b) Proyektor
b. Persiapan materi
Materi telah disiapkan dalam bentuk power point dan leaflet
c. Undangan
1) Seluruh pasien yang sedang melaksanakan hemodialisa rutin
diruang hemodialisa RSUD Wangaya,
2) Seluruh staf dan kepala ruangan hemodialisa RSUD Wangaya,
3) Perwakilan dari PKRS RSUD Wangaya,
4) Serta Dosen pembimbing akademik stase keperawatan medikal.
2. Proses Penyuluhan
a. Penyuluhan terkait manajemen pembatasan cairan pada pasien CKD
dengan hemodialisis
b. Selama penuluhan di lakukan terdapat interaksi positif antara
penyuluh dan peserta, ditandai dengan keaktifan sasaran dalam
bertanya dan adanya kemauan sasaran untuk mendengarkan
penyuluhan kesehatan dengan baik
c. Kehadiran sasaran dan undangan 100% dan sasaran hadir tepat waktu,
dan mengikutin rangkaian acara penyuluhan kesehatan hingga selesai

3. Hasil
a. Jangka pendek
Peserta memahami 85% dari materi yang disampaikan, berupa konsep
gagal ginjal, hemodialisis (cuci darah), dan pembatasan cairan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan pada pasien gagal ginjal kronis
dengan hemodialisis
b. Jangka panjang
Meningkatkan pemahaman peserta terkait, pengertian gagal ginjal
kronik, mengerti penyebab gagal ginjal, mengerti resiko gagal ginjal,
dan mengerti bagaimana manajemen pembatasan cairan yang harus
dilakukan bagi penderita gagal ginjal kronik dengan mengingatkan
peserta untuk terus memperbarui informasi mengenai hal tersebut
melalui penyuluhan yang dilaksanakan oleh perawat HD, bertanya
pada tenaga kesehatan tentang informasi penyakit dan diet yang tidak
diketahui, serta tetap tekun dalam melakukan terapi hemodialisis.

I. DAFTAR PUSTAKA
NKF-KDGI. (2013). Clinical Practice Guideline for the Evaluation and
Management of Chronic Kidney Disease. ISSN. 2013;3(1): 1-
63.
Setiati, dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 6 ed. Jakarta :
Interna Publishing.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.

J. Lampiran

MATERI PENYULUHAN PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISIS


DENGAN TOPIK MANAJEMEN PEMBATASAN CAIRAN
A. Pengertian Chronic Kidney Disease dengan Hemodialisis
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan kelainan dari struktur atau fungsi ginjal. Keadaan ini muncul selama
lebih dari 3 bulan dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan. Penurunan
fungsi ginjal dapat menimbulkan gejala pada pasien PGK (NKF-KDIG,
2013). Penurunan fungsi ginjal yang signifikan pada pasien CKD akan
mengakibatkan kemampuan ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh terganggu. Pada tahap lanjut tubuh akan mengikat cairan dan
elektrolit sehingga terjadi retensi air dan natrium. Pembatasan asupan cairan
pada pasien hemodialisa sangat penting untuk diperhatikan, hal ini
mempunyai tujuan untuk mengurangi resiko edema dan komplikasi
kardiovaskuler. Terapi yang dilakukan oleh pasien CKD adalah hemodialisa.
Hemodialisa berasal dari bahasa Yunani, hemo yang berarti darah, dan
dialysis yang berarti memisahkan dengan yang lain. Yang dimaksud
hemodialisis adalah membersihkan sisa-sisa metabolism atau zat-zat toksin
lain dalam darah disaring melalui membran semipermeabel kemudian
dibuang.
Pembatasan cairan merupakan jumlah asupan cairan yang diperbolehkan
pada pasien gagal ginjal ditentukan oleh jumlah urine yang dapat diproduksi
pasien dalam 24 jam. Umumnya, sekitar 500-700 ml cairan per hari ditambah
urine output (ml). Misalnya, kalau pasien bisa buang air kecil sebanyak 500
ml peer hari, total asupan cairan yang diperbolehkan adalah 1200 ml per hari
(700 ml + 500 ml).
Fenomena yang didapatkan sebagian besar pasien tidak mendapatkan
pemahaman mengapa harus dilakukan pembatasan asupan cairan tersebut,
pasien hanya mematuhi perintah tanpa mengetahui tujuannya. Pasien hanya
memahami bahwa jumlah asupan cairannya harus dibatasi, tetapi jenis
minuman dan makanan yang harus dibatasi belum diketahui oleh pasien.
Kurangnya dukungan keluarga yang mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang pembatasan asupan cairan pasien juga akan mempengaruhi kepatuhan
pasien.
B. Penyebab Chronic Kidney Disease dengan Hemodialisa
1. Kelebihan (overload) cairan ekstraseluler yang sulit dikendalikan dan /
atau hipertensi.
2. Hiperkalemia yang refrakter terhadap restriksi diit dan terapi
farmakologis.
3. Asidosis metabolik yang refrakter terhadap pemberian terapi
bikarbonat.
4. Hiperfosfatemia yang refrakter terhadap restriksi diit dan terapi
pengikat fosfat.
5. Anemia yang refrakter terhadap pemberian eritropoietin dan besi.
6. Adanya penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa
penyebab yang jelas.
7. Penurunan berat badan atau malnutrisi, terutama apabila disertai gejala
mual, muntah, atau adanya bukti lain gastroduodenitis.
8. Selain itu indikasi segera untuk dilakukanya hemodialisis adalah adanya
gangguan neurologis (seperti neuropati, ensefalopati, gangguan
psikiatri), pleuritis atau perikarditi yang tidak disebabkan oleh
penyebab lain,serta diatesis hemoragik dengan pemanjangan waktu
perdarahan.
C. Penatalaksanaan Pembatasan Cairan pada pasien dengan Hemodialisis
1. Hindari makanan dengan rasa asin dan pedas. Rasa asin dan pedas akan
meningkatkan rasa haus, sedangkan rasa asin akan cenderung
meningkatkan tekanan darah
2. Biasakan untuk membaca kandungan label kandungan zat gizi pada
makanan yang dibeli agas bisa diketahui beberapa kandungan
garamteruama natrium dalam makanan tersebut, seperti pada saus,
kecap, sosis, dan lain – lain
3. Berusaha untuk selalu berada di tempat yang sejuk, tidak berlama –
lama di tempat yang udaranya panas
4. Lakukan perencanaan dan pembagian cairan yang akan dikonsumsi
dalam sehari, misalnya jika dibatasi 1000 ml/hari dapat dibagi dalam 6
kali minum dengan pembagian; sarapan sekitar 150ml, snack pagi
100ml, makan siang 250ml, snack sore 100ml, makan malam 150ml.
Sisanya 150ml didapat dari makanan, baik berupa sayuran, buah –
buahan, sup, snack, dan lain – lain
5. Hindari minum dengan sir es atau air es yang manis, karena keduanya
tidak dapat menghilangkan rasa haus kecuali dengan jumlah yang
banyak
6. Saat minum obat gunakan sedikit air. Sebaiknya obat diminum setelah
makan, sehingga jumlah cairan yang sudah direncanakan pada saat
makan juga cukup digunakan untuk minum obat kecuali obat yang
harus dimunum sebelum makan
7. Gunakan gelas yang kecil saat minum, dan jangan langsung menelan
minuman yang masuk ke mulut, akan tetapi telan secara perlahan
8. Tanyakan pada dokter yang merawat, apakah obat – obatan yang
diberikan akan menimbulkan efek samping berupa rasa kering pada
mulut
9. Untuk mengurangi rasa kering di mulut, sikatlah gigi, kumur – kumur
(menggunakan botol yang berisi air dingin yang sudah di campur
dengan daun mint dan diberikan secara spray, dimana banyaknya cairan
yangdigunakan tetap diperhitungkan dalam jumlah cairan yang
dikonsumsi). Menghisap permen dengan rasa lemon (lemon dapat
merangsang pengeluaran air liur sehingga membantu mengatasi
kekeringan mulut)
10. Makanlah buah apel hijau atau papaya, karena papaya dan apel hijau
dapat memberikan rasa segar. Jika ingin mengkonsumsi buah – buahan
yang lain, harus dikupas dan direndam air panas selama 10 menit.
Untuk sayuran lebih baik dimakan dalam keadaan matang atau sudah
melalui perendaman air panas selama 10 menit
11. Sering bertukar pengalaman dengan pasien lain bagaimana cara
mengatasi rasa haus, saling mendukung dan membantu meningkatkan
kedisiplinan saat rasa haus timbul.

Anda mungkin juga menyukai