Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“Manajemen Cairan dan Elektrolit Pada Pasien Chronic Kidney Disease”


Di Ruangan HCU Penyakit Dalam
DR, M. DJAMILPADANG

Disusun Oleh

Kelompok

Agung Siswandi Rabiatul Izaati Aluvia


Dwi Suci Ramadhany Putri Nurma Mutia Yusman
Fitri Sri Rahma Hosen
Kurnia Mayang Sari

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Ns. Ibrahim, M. Biomed ) (Ns. Aryetmi, S.Kep)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SYEDZA SAINTIKA PADANG
2022/2023
Pokok Bahasan : Manajemen Cairan dan Elektrolit
Sub Pokok Bahasan :
1) Pengaturan kebutuhan cairan penderita gagal ginjal kronik
2) Pengaturan kebutuhan elektrolit penderita gagal ginjal kronik
3) Petunjuk bagi pasien yang menjalani hemodialisis untuk menjaga
cairan
Sasaran : Klien dan keluarga klien dengan chronic kidney disease
Waktu : ± 20 menit
Tempat : HCU Penyakit Dalam
Hari / Tanggal : Rabu, 22 Februari 2023
A. Latar Belakang
Meningkatnya angka kejadian penyakit kronis menjadi permasalahan global disetiap
negara, bukan hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga menjadi bagi di negara-
negara maju. Salah satu  penyakit  penyakit kronis yang menjadi menjadi permasalahan
permasalahan yaitu penyakit penyakit ginjal kronik. kronik. Penyakit Penyakit ginjal
kronik  kronik   berada  berada diperingkat diperingkat 10 penyebab penyebab kematian
kematian di indonesia indonesia dengan prevalensi prevalensi angka kejadiannya
kejadiannya pada tahun 2016 sebesar 2% (499.800 orang) (Kemenkes tahun 2016 sebesar
2% (499.800 orang) (Kemenkes RI, 2018).
Gagal ginjal kronik menyebabkan kerusakan pada fungsi ginjal yang bersifat
progresif dan irreversibel, sehingga membuat tubuh tidak mampu untuk mempertahankan
metabolism serta keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh yang menyebabkan
kondisi uremia (Smeltzer & Bare, 2010). Oleh karena itu, diperlukan terapi untuk
menggantikan peran ginjal dalam tubuh yang dikenal dengan hemodialisa (Suparti, 2017).
Secara global ada sekitar 2 juta penduduk dunia melakukan terapi hemodialisa (HD) dari
10% penduduk dunia yang mengalami penyakit gagal ginjal. Penduduk Indone duk
Indonesia yang tercatat melakuka yang tercatat melakukan terapi hemodi terapi
hemodialisa di alisa di tahun 2016 ada tahun 2016 ada 25.446  pasien baru dan 52.835 p
pasien baru dan 52.835 pasien lama (Kemenkes RI, 2 asien lama (Kemenkes RI, 2018).
Septiwi (2011) mengatakan hemodialisa dapat dilakukan 2-3 kali perminggu dengan
durasi waktu yang berbeda tergantung dari jenis frekuensi HD yang dipilih oleh pasien.
Hemodialisa selain  bermanfaat  bermanfaat dan berperan dan berperan dalam
menjalankan fungi menjalankan fungi ginjal hemodialisa juga hemodialisa juga memiliki
dampak memiliki dampak yang  buruk bagi pasien berupa  berupa komplikasi komplikasi
1
akut dan komplikasi komplikasi kronis. kronis. Komplikasi Komplikasi akut yang terjadi
terjadi yaitu hipotensi, hipotensi, hipertensi, reaksi alergi aritmia, emboli udara, kram
otot, mual, muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan
menggigil. Sedangkan komplikasi kronis yang dapat terjadi antara lain antara lain
penyakit jantung, malnutrisi, hipertensi, anemia, tensi, anemia, renal osteodystrophy,
neuropathy, disfungsi reproduksi, gangguan perdarahan, infeksi, amiloidosis, acquired
cystic kidney disease (Himmerfarb & Ikizler, 2010).
Kelebihan volume cairan ihan volume cairan dapat menyeba dapat menyebabkan
edema bkan edema di sekitar di sekitar tubuh,. Kondisi ini h,. Kondisi ini akan membuat
akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung. Kelebihan
volume cairan juga dapat menyebabkan sesak nafas. Hal lain yang terjadi pada pasien
gagal ginjal kronik yang nik yang tidak  membatasi cairan adalah peningkatan berat
badan melebihi berat badan normal. Terapi diet pada  pasien  pasien GGK hanya bers
hanya bersifat membantu membantu memperlambat memperlambat progresifitas
progresifitas gagal ginjal kronis. kronis. Pemberian Pemberian suplemen seperti zat besi,
asamfolat, kalsium, dan Vitamin D mungkin diperlukan. Pada pasien gagal ginjal kronis,
fokus terapi gizi bisa menghindari asupan elektrolit yang berlebihan dari makanan karena
kadar elektrolit bisa meningkat akibat klirens renal yang menurun (Rahayu, 2019).
Diet yang bersifat membatasi akan merubah gaya hidup dan dirasakan pasien sebagai
gangguan serta tidak disukai bagi banyak penderita gagal ginjal kronis. Jika pembatasan
ini diabaikan (pelanggaran diet / tidak patuh), komplikasi yang dapat membawa kematian
seperti hiperkalemia dan edema paru dapat terjadi. Pengaturan diet pada pasien gagal
ginjal yang menjalani hemodialisis sedemikian kompleks, pengaturan diet tersebut sangat
sukar untuk dipatuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan
kualitas hidup pasien (Rahayu, 2019) Kepatuhan pada program kesehatan merupakan
prilaku yang dapat di observasi dan dengan begitu dapat langsung diukur, kepatuhan itu
sendiri adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan
yang telah ditentukan (Rahayu, 2019)

B. Tujuan Penyuluhan :
1. Tujuan Umum
2
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, diharapkan sasaran mampu
mengetahui tentang manajemen cairan dan elektrolit untuk penderita chronic kidney
disease.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami dan menjelaskan pengaturan kebutuhan cairan pada penderita gagal
ginjal kronik
b. Memahami dan menjelaskan pengaturan kebutuhan elektrolit bagi penderita
gagal ginjal kronik.
c. Memahami dan menyebutkan petunjuk bagi pasien yang menjalani hemodialisis
untuk menjaga cairan
C. Materi : Terlampir
D. Pelaksanaan Kegiatan
1) Topic : Manajemen Cairan dan Elektrolit
2) Sasaran : Klien dan keluarga klien dengan chronic kidney disease
3) Metode :
a) Ceramah
b) Tanya Jawab
E. Waktu Dan Tempat
1) Hari/Tanggal :Rabu, 22 Februari 2023
2) Jam : 10:00 wib – selesai
3) Tempat : R.HCU Penyakit Dalam
F. Media :
a) Leaflet
b) infokus

G. Seting Tempat

3
Ket :
: Dosen Pembimbing Akademik & Klinik
: Pemateri
: Moderator
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
: Dokumen Tator
H. Pengorganisasian
1) Pemateri : Nurma Mutia Yusman
2) Moderator : Sri Rahma Hosen
3) Fasilitator : Agung Siswandi
Rabiatul Izaati Aluvia
Dwi Suci Ramadhany Putri
4) Observer : Kurnia Mayang Sari
5) Dokumentasi : Fitri
I. Tugas pelaksana
1) Pemateri
a) Bertangguang jawab atas acara penyuluhan
b) Memimpin jalannnya penyuluhan
c) Menjelaskan materi materi penyuuhan
2) Moderator
a) Membuka acara
b) Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
c) Menjelaskan tujuan dan topic
d) Menjelaskan kontrak waktu
e) Mengevaluasi kesimpulan acara yang dilakukan
f) Menutup acara
4
3) Fasilitator
a) Memotivasi peserta agar berperan aktif
b) Membuat absensi acara penyuluhan
c) Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu penyuluhan
4) Observer
Mengawasi proses pelaksana kegiatan dari awal sampai akhir
5) Dokumentasi
Mendokumentasikan jalannya acara

J. Kegiatan

No Langkah- Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran


langkah

1 Pendahuluan 3 menit a. Memberi salam a. Menjawab salam


b. Memperkenalkan diri b. Menanggapi
perkenalan
c. Menjelaskan maksud dan
tujuan c. Mendengarkan dan
memperhatikan
d. Kontrak waktu
d. Menanggapi dan
menyepakati kontrak
waktu
e. Memberi pertanyaan
kepada klien/apersepsi e. Menjawab
pertanyaan
2 Pelaksanaan 7 menit a. Menjelaskan materi a. Menyimak dan
kegiatan penyuluhan secara mendengarkan
berurutan dan teratur. dengan seksama
Materi:
1) Pengaturan
kebutuhan cairan
penderita gagal ginjal
kronik
2) Pengaturan
kebutuhan elektrolit
penderita gagal ginjal
kronik
3) Petunjuk bagi pasien b. Memberikan respon
yang mejalani
hemodialisis untuk
menjaga cairan
b. Memperhatikan respon
klien

5
3 Evaluasi 5 menit a. Memberi kesempatan a. Bertanya
klien untuk bertanya
b. Menanyakan kembali b. Menjawab
materi c. Membalas
c. Memberi reinforcement reinforcement
positif
d. Menjawab RTL

d. RTL:
Meminta klien
menyebutkan kebutuhan
cairan per hari bagi
penderita gagal ginjal
kronik

4 Penutup 5 menit a. Meminta/memberi pesan a. Memberikan pesan


dan kesan dan kesan
b. Menyimpulkan materi b. Mendengarkan
c. Mengakhiri materi c. Memperhatikan
d. Mengucapkan d. Menjawab salam
terimakasih dan salam

K. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Diharapkan peserta duduk pada posisinya
b. Media dan alat sesuai dengan perencanaan
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
b. Leader memimpin jalannya kegiatan
c. Fasilitator menempatkan diri di tengah – tengah peserta
d. Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk dapat
mengawasi jalannya kegiatan
e. Peserta dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai.
3. Evaluasi Akhir
Setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok diharapkan ;
a. Menjelaskan kebutuhan cairan penderita gagal ginjal kronik
b. Menyebutkan pantangan asupan cairan
c. Menyebutkan pantangan asupan natrium

6
d. Menyebutkan dua dari petunjuk bagi pasien yang menjalani hemodialisis untuk
menjaga cairan

Lampiran Materi

Manajemen Cairan dan Elektrolit pada Pasien Chronic Kidney Disease

A. Pengaturan Kebutuhan Cairan

7
Air adalah komponen pembentuk tubuh yang paling banyak jumlahnya. Pada orang
dewasa kurang lebih 60% berat badan adalah air (air dan elektrolit). Pembatasan cairan
perlu dilakukan seiring dengan menurunnya kemampuan ginjal. Karena jika pasien gagal
ginjal kronik mengkonsumsi terlalu banyak cairan, maka cairan yang ada akan
menumpuk didalam tubuh sehingga dapat menyebabkan edema (pembengkakan). Oleh
sebab itu agar tidak terjadi penumpukan cairan maka jumlah cairan yang boleh
dikonsumsi dalam satu hari yaitu sebanyak: 500 cc + jumlah urin dalam satu hari.
Perlu diingat juga bahwa makanan yang berkuah seperti sup, ice cream, susu, syrup,
yoghurt, juga dihitung sebagai cairan.
Penderita gagal ginjal kronik telah berkurang fungsi pengolahan cairannya, sehingga
jumlah cairan harus dibatasi. Cairan yang masuk kedalam tubuh harus seimbang dengan
cairan yang dikeluarkan dari tubuh. Seringkali penderita gagal ginjal kronik memerlukan
tambahan diuretic untuk mengeluarkan kelebihan cairan dari dalam tubuh.
Pantangan besar:
1. Air kelapa
2. Minuman isotonic
Dengan perhatian khusus: Kopi, susu, teh, lemon tea.

B. Pengaturan Kebutuhan Elektrolit


1. Natrium
Di dalam tubuh, natrium dibutuhkan tubuh bekerjasama dengan kalium untuk
mengatur tekanan darah. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
tinggi natrium menyebabkan kita menjadi banyak minum, padahal asupan cairan pada
pasien gagal ginjal kronik perlu dibatasi. Asupan garam yang dianjurkan sebelum
dialysis antara 2,5 – 5 gram/hari.
Pantangan besar:
a. Makanan dan minuman kaleng (Na benzoate)
b. Manisan dan asinan
c. Keripik
d. MSG/Vetsin/Moto (Mono Natrium Glutamat)
e. Ikan asin dan daging asap
Perhatian khusus: Garam (makanan tidak boleh terlalu asin)

2. Kalium
8
Kadar kalium darah harus dipertahankan dalam batas normal. Pada beberapa
pasien, kadar kalium darah meningkat disebabkan karena asupan kalium dari
makanan yang berlebih atau obat-obatan yang diberikan. Pembatasan asupan kalium
dianjurkan bila kadar kalium dalam darah > 5,5 mEq. Asupan kalium yang dianjurkan
adalah 40 mg/kg BB/hari.
Pantangan:
a. Pisang, mangga
b. Tomat, bayam
c. Umbi-umbian
Dengan perhatian khusus:
a. Sayuran rebus, timun, jamu
b. Kacang dan produk olahannya
Relatif aman:
a. Pare, lobak, bawang merah, bawang putih
b. Selada, seledri, tauge
c. Apel, dan pir

3. Fosfat
Pada penderita gagal ginjal kronik akan terjadi penumpukan fosfat dalam darah.
Dokter akan memberikan pengikat fosfot untuk mengurangi penumpukan fosfot. Diet
fosfot sangat berbeda untuk masing-masing individu, dan diet fosfot tidak boleh
terlalu ketat karena dapat menyebabkan kekurangan protein. Dalam hal diet fosfot ini
anda harus berkonsultasi dengan dokter anda. Namun secara umum diet fosfot ini
adalah:
Dengan perhatian khusus:
a. Susu (maksimal 150 ml/hari)
b. Jeroan, hati
c. Kerang, ikan kering, dan ikan asin
d. Coklat dan kacang
Relatif aman:
a. Ikan segar
b. Daging tanpa lemak (Dada ayam tanpa kulit)

C. Petunjuk bagi Pasien yang Menjalani Hemodialisis untuk Menjaga Cairan.


9
Ada beberapa petunjuk bagi pasien untuk menjaga cairan tubuh pada pasien yang
menjalani hemodialisa.
1. Menggunakan sedikit garam (maksimal 1 sendok the garam dalam sehari) dalam
makanan dan hindari menambahkan garam makanan.
2. Menggunakan bumbu dari rempak-rempah.
3. Menghindari dan batasi penggunaan makanan olahan.
4. Menghindari makanan yang mengandung monosodium glutamate/micin/moto (mie
instan, aneka fast food/junk food/frozen food, bakso, makanan yang diberi
micin/moto)
5. Mengukur tambahan cairan dalam tempat tertentu.
6. Membagi jumlah cairan rata dalam sehari.
7. Menggunakan gelas kecil (ukuran 250 cc) bukan gelas besar.
8. Setiap minum hanya setengah gelas besar (gelas ukuran 500 cc).
9. Es batu kubus bisa membantu untuk mengurangi rasa haus. Satu es batu kubus sama
dengan 30 ml air (2 sendok makan).
10. Membilas mulut dengan berkumur, tetapi airnya tidak ditelan.
11. Merangsang produksi saliva, dengan menghisap irisan jeruk lemon/jeruk bali, permen
karet rendah kalori.
12. Minum obat jika perlu
13. Ketika pergi, menjaga tambahan cairan seperti ekstra minum ketika bersosialisasi
14. Penting untuk menjaga pekerjaan/kesibukan
15. Cek berat badan tiap hari sebelum makan pagi, akan membantu untuk mengetahui
tingkat cairan antar hemodialysa.

10
Daftar Pustaka
Bote. 2009. Keseimbangan Cairan Tubuh. Diakses tanggal 23 Maret 2019.
http://botefilia.com/index.php/archives/2009/01/11/
Mansjoer, Arif., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Moore, Lisa, MD. 2005. Keseimbangan Cairan Tubuh. Diakses tanggal 23 Maret 2019.
www.e-medicine.com
Prawirohardjo, Sarwono. 1994. Faal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Wikyasastro, Hanifa. 1997. Faal Tubuh. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

11

Anda mungkin juga menyukai