Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERAWATAN COLOSTOMY

Pokok Bahasan : Perawatan colostomy


Sub Pokok Bahasan :
1. Menjelaskan pengertian kolostomi
2. Menyebutkan tujuan perawatan kolostomi
3. Menyebutkan perawatan kolostomi
4. Menyebutkan Jenis jenis kolostomi
5. Menyebutkan waktu penggantian kantong kolostomi
6. Menyebutkan masalah kesehatan yang terjadi akibat kolostomi
7. Menyebutkan Prinsip diet pada pasien kolostomi
8. Menyebutkan alat alat untuk perawatan kolostomi
9. Menyebutkan langkah langkah perawatan kolostomi
Sasaran : Keluarga dan Pasien
Tempat : Ruang Gladiol RS Dr.Soetomo surabaya
Jenis : Penyuluhan

A. TUJUAN
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang Perawatan Kolostomi diharapkan pasien
dan keluarga dapat mengerti dan memahami lebih jelas tentang Perawatan Kolostomi.
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Perawatan Kolostomi selama 30
menit, diharapkan pasien dan keluarga mampu:
2. Menjelaskan pengertian kolostomi
3. Menyebutkan tujuan perawatan kolostomi
4. Menyebutkan perawatan kolostomi
5. Menyebutkan Jenis jenis kolostomi
6. Menyebutkan waktu penggantian kantong kolostomi
7. Menyebutkan masalah kesehatan yang terjadi akibat kolostomi
8. Menyebutkan Prinsip diet pada pasien kolostomi
9. Menyebutkan alat alat untuk perawatan kolostomi
10. Menyebutkan langkah langkah perawatan kolostomi

B. STRUKTUR PENYULUHAN
1. Tempat : Ruang Gladiol, Rs. Dr.Soetomo Surabaya
2. Pelaksanaan : 09: 00 WIB
3. Lama Pemainan : 30 menit
4. Jumlah anggota : 30 pasien
5. Alat dan sarana : Leaflet dan Booklet
6. Perilaku yang diharapkan dari pasien dan keluarga:
a. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang pengertian kolostomi
b. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang tujuan perawatan kolostomi
c. Pasien dan keluarga mampu memahami perawatan kolostomi
d. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang Jenis jenis kolostomi
e. Pasien dan keluarga mampu memahami penggantian kantong kolostomi
f. Pasien dan keluarga mampu Menyebutkan masalah kesehatan yang terjadi
akibat kolostomi
g. Pasien dan keluarga mampu Menyebutkan Prinsip diet pada pasien kolostomi
h. Pasien dan keluarga mampu Menyebutkan alat alat untuk perawatan
kolostomi
i. Pasien dan keluarga mampu Menyebutkan langkah langkah perawatan
kolostomi
7. Aturan penyuluhan:
a. Pasien dan keluarga dikumpulkan dalam satu ruangan
b. Masing-masing pasien dan keluarga berespon terhadap apa yang ada
dihadapannya

C. PENGORGANISASIAN
1. Moderator, bertugas: Gita Retno Damayanti
a. Memimpin dan mengorganisasikan jalannya penyuluhan mulai dari pembukaan
sampai selesai
b. Mengarahkan penyuluhan
c. Memandu proses penyuluhan
2. Penyaji, bertugas: Yusriul Kamil
a. Menyampaikan atau menjelaskan pokok bahasan penyuluhan
b. Menggali pengetahuan peserta
c. Membuat kriteria evaluasi
3. Fasilitator, bertugas: Irma Junita Sari
a. Memfasilitasi pasien dan keluarga untuk bersiap penyuluhan
b. Membimbing pasien dan keluarga untuk mengikuti jalannya penyuluhan
c. Memperhatikan respon pasien dan keluarga saat penyuluhan
d. Mengajak pasien dan keluarga untuk bersosialisasi dengan sekitarnya
4. Observer, bertugas: Panji Bagus
a. Mangawasi jalannya penyuluhan
b. Mencatat proses penyuluhan disesuaikan dengan rencana
c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses penyuluhan
d. Menyusun laporan dan menilai hasil penyuluhan dibantu dengan moderator

D. DENAH

Observer

Peserta Peserta Peserta

Peserta Peserta Peserta

Fasilitator
Penyaji

Booklet Moderator

E. KEGIATAN
WAKTU TAHAP RESPON
3 menit Pembukaan :
Mengucapkan salam Peserta menjawab salam
Memperkenalkan diri Peserta mengenal perawat
Menjelaskan maksud dan tujuan Peserta memperhatikan
Kontrak waktu dengan pasien dan Peserta menyetujui kontrak
keluarga waktu
15 menit Pelaksanaan :
Penyampaian materi Peserta memperhatikan
penyampaian materi
Menjelaskan tentang fungsi Ginjal Peserta mengetahui tentang
Fungsi ginjal
Menjelaskan tentang pengertian Peserta mengetahui tentang
gagal ginjal pengertian gagal ginjal
kronik
Menjelaskan tentang Penyebab Peserta mengetahui
Gagal Ginjal Kronik Penyebab Gagal Ginjal
Kronik
Menjelaskan tentang tanda dan Peserta mengetahui tanda
gejala Gagal Ginjal Kronik dan gejala gagal ginjal
kronik
Menjelaskan tentang Komplikasi Peserta mengetahui
dari Gagal Ginjal Kronik Komplikasi dari Gagal
Ginjal Kronik
Menjelaskan tentang pencegahan Peserta mengetahui
Gagal Ginjal Kronik pencegahan Gagal Ginjal
Kronik
Menjelaskan tentang Peserta mengetahui
Penatalaksanaan Gagal Ginjal penatalaksanaan Gagal
Kronik Ginjal Kronik
10 menit Evaluasi :
Tanya Jawab Peserta bertanya dan
menjawab
Remodeling (menanyakan kembali Peserta memahami materi
kepada peserta) dan mampu menjawab
pertanyaan
2 menit Penutup:
Menutup pertemuan dengan Peserta mendengarkan
menyimpulkan materi yang telah kesimpulan
dibahas
Peserta menjawab salam
Memberikan salam penutup

F. ANTISIPASI MASALAH
Jika pada saat kegiatan berlangsung terjadi masalah seperti:
1. Apabila ada peserta yang akan meninggalkan proses penyuluhan: mencegah pasien
dan menganjurkan peserta untuk duduk kembali dan menjelaskan kepada peserta
tentang pentingnya personal hygiene
2. Apabila tidak ada peserta yang bertanya: memancing pesrta agar bertanya dengan cara
menanyakan keluhannya, sehingga peserta akan termotivasi untuk bertanya
3. Apabila responden tidak menjawab saat diberikan pertanyaan: penyaji sedikit
mengulang dan menjelaskan apa yang telah disampaikan lalu anjurkan peserta untuk
mengulang apa yang sudah disampaikan
4. Apabila peserta ramai saat penyuluhan berlangsung: fasilitator memberikan instruksi
kepada peserta agar tidak ramai dan kembali fokus pada penyuluhan

G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan SAP
b. Kesiapan media dan tempat
c. Peserta yang hadir minimal 70% dari jumlah peserta di undang
d. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
b. Kegiatan berjalan sesuai dengan SAP
c. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
d. Peserta antusias terhadap penyuluhan yang dilakukan
e. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
f. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
3. Evaluasi hasil
a. Peserta mampu memahami maksud dan tujuan dari diadakannya penyuluhan
tentang penyakit gagal ginjal kronik
b. Peserta mengetahui pokok masalah yang telah di diskusikan
c. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan

H. MATERI
(Terlampir)

PERAWATAN KOLOSTOMI
Latar Belakang
Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus besar
(Smeltzer & Bare, 2002). Indonesian Ostomy Association (INOA) mengatakan bahwa
jumlah kasus yang menggunakan stoma terus meningkat, dan penyebab tersering di
Indonesia sendiri adalah karena keganasan (Indonesian Ostomy Association, 2010). Kurnia
(2012) memaparkan, sekitar 100.00 orang yang dilakukan indikasi pemasangan toma pada
umumnya disebabkan oleh kanker kolorektal, kanker kandung kemih, kolitis ulseratif,
penyait Crohn, diverticulitis, obstruksi, inkontinensia urin dan fekal, dan trauma. Indikasi
pemasangan kolostomi pada neonates dan dewasa tentu berbeda. Lukong, Jabo, dan Mfuh
(2012) melakukan penelitian terhadap 38 neonatus, dan indikasi pemasangan kolostomi
yang ditemukan adalah karena malformasi anorektal (97,4%) dan atresia kolon (2,6%).
Penyebab terbanyak dari indikasi pembuatan kolostomi adalah karena kanker atau
keganasan. The Union for International Cancer Control (UICC) mengumumkan adanya hari
kanker sedunia pada tahun 2005, seiring dengan tingginya angka kejadian kanker di dunia.
Jenis kanker, menurut UICC kebanyakan dapat dicegah dengan cara menjaga gaya hidup
sehat masyarakat perkotaan, yaitu menjaga pola makan sehat dan berat badan ideal,
melakukan olahraga secara rutin, teratur dan terukur, serta mengurangi asupan alkohol
(Anna, 2011).
Dalam, merawat pasien kolostomi membutuhkan ketelitian kebersihan dan kesiapan
yang baik karena jika tidak maka akan menimbulkan komplikasi infeksi yang
mengakibatkan penyembuhan menjadi lama bahkan bertambah parah (Bets, 2002).
Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya
infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat
diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolostomi
sangat bermakna untuk mencegah infeksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
merawat klien dengan kolostomi ialah terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi
perubahan konsistensi serta frekuensi BAB klien.
Klien akan merasakan adanya perubahan tersebut, dan disinilah fungsi perawat sebagai
educator untuk menjelaskan perubahan-perubahan tersebut agar klien dapat menerima
dengan baik. Edukasi yang diberikan tidak hanya berupa cara perawatan kolostomi, namun
juga meliputi apa yang harus dilakukan klien terkait dietnya agar pengeluaran fesesnya
tidak mengganggu kegiatannya.

A. PENGERTIAN KOLOSTOMI
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon
dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau
menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD).
Kolostomi adalah pembuatan stoma (lubang) pada kolon atau ususbesar dibentuk bila
usus tersumbat oleh tumor (Harahap, 2006) (Smeltzer & Bare, 2006).
Kolostomi merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan usus besar ke dinding
abdomen anterior (Melville & Baker 2010). Akhir atau ujung dari usus besar yang
dikeluarkan pada abdomen disebut sebagai stoma.
B. TUJUAN PERAWATAN KOLOSTOMI
Prinsip Umum dan Tujuan :
Prinsip umum :
o Ganti kantong kolostomi secara berkala dan sesuai kebutuhan.
o Bersihkan stoma secara dengan menggunakan NaCL atau air hangat,lalu keringkan
o Perhatikan kondisi stoma dan kulitsekitar stoma setiap membukakantong kolostomi
dan setelah membersihkan stoma.
o Pastikan lubang kantong kolostomi terpasang pas dengan stoma.
Tujuan :
Menjaga kebersihan pasien
Mencegah terjadinya infeksi
Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya
Mencegah timbulnya bau yang tidak sedap
Mencegah penyakit agar tidak bertambah parah

C. PERAWATAN KOLOSTOMI
Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke 3 sampai hari ke 6 pascaoperatif.
Perawat menangani kolostomi sampai pasien dapat mengambil alih perawatan ini.
Perawatan kulit harus diajarkan bersamaan dengan bagaimana menerapkan drainase
kantung dan melaksanakan irigasi. Menurut Brunner dan suddarth (2006), ada beberapa
yang harus diperhatikan dalam menangani kolostomi, antara lain;
Perawatan Kulit
Rabas efluen akan bervariasi sesuai dengan tipe ostomi. Pada kolostomi transversal,
terdapat feses lunak dan berlendir yang mengiritasi kulit. Pada kolostomi desenden
atau kolostomi sigmoid, feses agak padat dan sedikit mengiritasi kulit. Pasien
dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut
menggunakan sabun ringan, memberikan barrier kulit protektif di sekitar stoma, dan
mengamankannya dengan meletakan kantung drainase. Kulit dibersihkan dengan
perlahan menggunakan sabun ringan dan waslap lembab serta lembut. Adanya
kelebihan barrier kulit dibersihkan. Sabun bertindak sebagai agen abrasif ringan untuk
mengangkat residu enzim dari tetesan fekal. Selama kulit dibersihkan, kasa dapat
digunakan untuk menutupi stoma.
Memasang Kantung
Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus
sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan terlebih dahulu. Barier kulit
peristoma dipasang. Kemudian kantung dipasang dengan cara membuka kertas
perekat dan menekanya di atas stoma. Iritasi kulit ringan memerlukan tebaran bedak
stomahesive sebelum kantung dilekatkan.
Mengangkat Alat Drainase
Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat bagian
sehingga berat isinya tidak menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan
keluar isinya. Pasien dapat memilih posisi duduk atau berdiri yang nyaman dan
dengan perlahan mendorong kulit menjauh dari permukaan piringan sambil menarik
kantung ke atas dan menjauh dari stoma. Tekanan perlahan mencegah kulit dari
trauma dan mencegah adanya isi fekal yang tercecer keluar.
Mengirigasi Kolostomi
Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari gas, mukus,
dan feses. Sehingga pasien dapat menjalankan aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa
takut terjadi drainase fekal. Dengan mengirigasi stoma pada waktu yang teratur,
terdapat sedikit gas dan retensi cairan pengirigasi.

D. JENIS JENIS KOLOSTOMI


a. Loop Stoma atau transversal
Merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan membuat mengangkat usus ke
permukaan abdomen, kemudian membuka dinding usus bagian anterior untuk
memungkinkan jalan keluarnya feses. Biasanya pada loop stoma selama 7 10 hari
pasca pembedahan disangga oleh semacam tangkai plastik agar mencegah stoma
masuk kembali ke dalam rongga abdomen. (Sumber: Melville & Baker, 2010)
b. End Stoma
Merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan memotong usus da mengeluarkan
ujung usus proksimal ke permukaan abdomen sebagai stoma tunggal. Usus bagian
distal akan diangkat atau dijahit dan ditinggalkan dalam rongga abdomen. (Sumber:
Melville & Baker, 2010)
c. Fistula Mukus
Fistula mukus merupakan bagian usus distal yang dikeluarkan kepermukaan abdomen
sebagai stoma non-fungsi. Biasanya fistula mucus terdapat pada jenis stoma double
barrel dimana segmen proksimal dan distal usus di keluarkan ke dinding abdomen
sebagaidua stoma yangterpisah. (Sumber: Melville & Baker, 2010)
d. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan,
atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses
melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan
satu ujung lubang). (Sumber: Melville & Baker, 2010)
e. Kolostomi Temporer (sementara)
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula
dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang
yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.Lubang
kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang
disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi
pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. (Sumber: Melville & Baker, 2010)
E. WAKTU PERGANTIAN KANTONG KOLOSTOMI
Kantong kolostomi harus dikosongkan jika sudah atau penuh (Truven Health
Analytics Inc.2012).
Burch (2013) menyatakan mayoritas pasien dengan kolostomi mengganti kantong
kolostominya 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu, dengan rata-rata penggantian
kolostomi secara rutin selama satu hari sekali.
Diantara waktu makan
Sebelum pemberian obat-obatan yang mempengaruhi fungsi usus
Saat kantong sudah penuh atau penuh sebagian.
Saat posisi nyaman

F. MASALAH KESEHATAN YANG TERJADI AKIBAT KOLOSTOMI


Masalah yang banyak terjadi pasca pembuatan kolostomi adalah
1. Iritasi
Biasanya terjadi pada kulit di sekitar stoma pada area kulit peristomal. Hal ini banyak
terjadi pada lansia, oleh karena lapisan epitel dan lemak subkutan yang semakin tipis
karena proses penuaan sehingga kulit menjadi semakin mudah mengalami iritasi
(Smeltzer & Bare, 2002).
2. Infeksi Candida Albicans
Individu yang memiliki stoma memiliki resiko terkena infeksi Candida albicans yang
biasa dikenal sebagai infeksi ragi atau jamur. Hal ini dikarenakan kulit peristomal
memilikikarakteristik hangat, lembap dan tertutup (oleh kantong kolostomi)dimana
lingkungan ini kondusif terhadap pertumbuhan jamur. Kulityang terkena infeksi ini
akan berubah menjadikemerahan dan terasa gatal. (Eucomed, 2012)
3. Pengeluaran gas dan bau dari stoma
Pengeluaran gas dan bau pada stoma menjadi masalah pada ostomate karena berbeda
dengan pengeluaran melalui anus, pengeluarannya melalui stoma tidak dapat
dikontrol. Gas yang terdapat pada saluran pencernaan didapatkan dari beberapa jenis
makanan seperti makanan berpengawet, brokoli, kubis, jagung, timun, bawang, dan
lobak. Gas juga didapatkan dari menelan udara (secara tak sengaja) pada saat
berbicara, makan, merokok dan sebagainya. Oleh karena itu ostomate dianjurkan
untuk mengunyah makanan secara perlahan untuk meminimalkan udara yang masuk.
Bau pada gas atau feses yang dikeluarkan juga dapat diakibatkan oleh beberapa
makananseperti telur, keju, ikan, bawang, dan kubis (Canada Care Medical,n.d).
4. Konstipasi
Konstipasi dapat terjadi pada ostomate akibat diet yang tidak seimbang serta intake
makanan berserat ataupun cairan yang kurang (Gutman, 2011). Apabila ostomate
mengalami konstipasi maka perlu peningkatan asupanmakanan berserat seperti
gandum, sayur dan buat, serta asupan cairan. Konsumsi air minimal yang
direkomendasikan adalah 8-10 gelas air per hariatau 1,5 hingga 2 liter air per hari
(dapat termasuk teh, kopi ataupun jus)(Hampton 2007). Melakukan aktivitas fisik
ringan seperti bersepeda, joggingjuga dapat membantu meningkatkan pergerakan
bowel dan mengatasikonstipasi.
5. Diare
Diare umumnya terjadi pada pasien dengan ileostomi namun dapat terjadi juga pada
klien dengan kolostomi. Individu dengan pembuatan stoma di kolon asenden dan
transversal akan mengalami perubahan konsistensi feses seperti diare, namun hal ini
normal karena penyerapan air pada kolon asenden dan transversal masih minimal.
Penatalaksanaan diare, sepertihalnya konstipasi, meliputi manajemen diet. Pada saat
diare terjadi, individu akan beresiko kehilangan banyak kalium, sehingga butuh
asupan makanan mengandung kalium seperti pisang, jeruk, tomat, ubi, kentang, dan
gandum (Canada Care Medical, n.d)

G. PRINSIP DIET PADA OSTOMET


Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait nutrisi pada pasien dengan kolostomi ialah
(Canada Care Medical, n.d; Gutman, 2011) :
1. Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, dapat meningkatkan produksi gas,
meningkatkan jumlah feses, dapat menyebabkan sumbatan pada stoma
2. Perbanyak makanan yang dapat mengatasi gangguan pencernaan seperti diare
(menambah makanan yang mengandung potassium) ataupun konstipasi (menambah
makanan tinggi serat), dan yang dapat mengurangi bau pada feses
3. Mengembalikan aktivitas usus dan mencegah produksi gas dengan makan tiga kali
sehari.
4. Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan emosional, stress, atau
kurangnya aktivitas fisik
5. Usahakan disertai banyak minum.
Contoh makanan makanan yang : (Smeltzer & Bare, 2002)
1. Mengandung potassium (rendah/non lemak, tinggi serat) : pisang, daging (non lemak),
jeruk, tomat, kentang (jika mengalami diare, kurangi konsumsi keju, selai kacang, dan
susu).
2. Mengandung gas : brokoli, kubis, bawang, timun, jagung dan lobak.
3. Dapat mengurangi bau pada feses: daun sup, mentega yang terbuat dari susu, yogurt,
jus tomat, jeruk, dan cranberi.
4. Dapat menyebabkan sumbatan : kelapa parut, kacang-kacangan, buah yang
dikeringkan, jagung, apel tanpa kulit,dll.
5. Dapat meningkatkan jumlah feses : gandum dan biji bijian, kismis, buah prun,
sayuran mentah.
6. Dapat merubah warna feses : bit, vitamin untuk meningkatkan zat besi,dll.
7. Dapat menimbulkan bau : kubis,kol, keju, telur, ikan, kacang polong, bawang, jengkol,
pete

H. ALAT ALAT KOLOSTOMI


Untuk mengganti kantong kolostomi
a. Colostomy bag atau cincin tumit
b. Bantalan kapas.
c. Kain berlubang, dan kain persegi empat.
d. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl.
e. Kapas kering atau tissue.
f. pasang sarung tangan bersih.
g. Kantong plastic untuk balutan kotor.
h. Baju ruangan / celemek.
i. Zink salep.
j. Perlak dan alasnya.
k. Plester dan gunting.
l. Bila perlu obat desinfektan.
m. Bengkok.
n. Set ganti balut
Untuk Irigasi kolostomi (Burch, 2013).:
a. Kontainer atau wadah air,
b. Tube (selang untuk mengalirkan cairan),
c. Cone dan plastic sleeve plastic sleeve berguna untuk mengalirkan
keluaran feses dan cairan irigasi ke dalam toilet.

I. LANGKAH LANGKAH PERAWATAN KOLOSTOMI


a. Penggantian kantong kolostomi dimulai dengan :
1. Cuci tangan, keringkan,lalu gunakan sarung tangan. Letakkan perlak dan alasnya di
bagian kanan atau kiri penderita sesuai letak stoma. Letakkan bengkok di atas perlak
dan didekatkan ke tubuh ostomate
2. Buka kantong dengan melepaskan perlekatan kantong kolostomi dengan kulit
abdomen secara perlahan sambil sedikit menekan kulit abdomen yang menempel
dengan kantong. Letakkan colostomy bag kotor dalam bengkok / kantong plastic
untuk sampah yang telah disiapkan.
3. Bersihkan stoma dengan menggunakan kapas yang di basahi dengan air hangat atau
NaCl. Jika ingin menggunakan sabun, gunakan sabun yang tidak mengandung
minyak ataupun parfum karena dapat mengiritasi (Truven Health Analytics
Inc,2012). Kemudian keringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati- hati
menggunakan kassa steril.
4. Observasi kulit dan stoma. Stoma yang normal akan terlihat merah atau pink terang,
lembap, tidak mengerut dan tampak seperti membran mukosa oral, tidak ada
sumbatan serta tidak ada nyeri,dan memiliki produksi feses (Borwell, 2011). Stoma
yang tidak sehat atau mengalami nekrosis ditunjukkan dengan warna hitam atau biru
kehitaman. Permukaan stoma yang tidak sehat akan tampak kering, terdapat darah
yang terus keluar, stoma menonjol atau masuk ke dalam sebanyak 5 cm, ujung stoma
mengerut, sedikit atau tidak ada produksi feses dan terdapat nyeri pada area stoma.
5. Oleskan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
6. Sesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy, tempelkan kantong kolostomi
dengan posisi sesuai kebutuhan masukkan stoma melalui lubang kantong
kolostomi,dan rekatkan/memasang colostomy bag dengan tepat tanpa udara
didalamnya dengan plester hipoalergenik.
7. Bereskan alat alat yang telah di pakai, rapihkan kembali lingkungan sekitar
ostomate. Lepas sarung tangan, lalu buang ke kantong plastik untuk sampah yang
telah disiapkan, lalu cuci tangan.

b. Irigasi Kolostomi.
Merupakan suatu cara untuk mengeluarkan feses, yang dilakukan secara terjadwal
dengan memasukkan sejumlah air dengan suhu yang sama dengan tubuh (hangat)
(Putri, 2011). Pergerakan bowel baiknya dalam keadaan regular dan bebas dari masalah
saat akan dilakukan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi tidak dapat dilakukan bila
pasien mengalami iritasi pada ususnya, prolaps stoma, hernia peristomal, dan pada
stoma yang terdapat pada kolon asenden dan tranversal (Putri, 2011).

c. Langkah langkah irigasi kolostomi sebagai berikut (Burch, 2013; Putri,


2011;Smeltzer & Bare, 2002) :
1) Isi wadah dengan air hangat, tinggikan setinggi bahu (posisi duduk di toilet).
2) Alirkan cairan irigasi hingga ke ujung selang (membuang udara yang ada di
sepanjang selang)
3) Posisikan kantong stoma (plastic sleeve) ke toilet
4) Olesi pelumas atau pelicin cone (jelly) sebelum masuk kestoma
5) Masukkan cone kedalam stoma dengan perlahan, kemudian alirkan cairan sebanyak
300-500cc
6) Untuk hasil yang maksimal, alirkan kembali 500cc- 1000cc,tahan selama 10 detik
setelah cairan mengalir.
7) Biarkan feses, cairan dan flatus keluar dari stoma menujutoilet melalui sleeve
selama 10-15 menit.
8) Tutup kantong atau ganti kantong dengan kantong kolostomibiasa dan bereskan alat.

Anda mungkin juga menyukai