PERAWATAN COLOSTOMY
A. TUJUAN
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang Perawatan Kolostomi diharapkan pasien
dan keluarga dapat mengerti dan memahami lebih jelas tentang Perawatan Kolostomi.
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Perawatan Kolostomi selama 30
menit, diharapkan pasien dan keluarga mampu:
2. Menjelaskan pengertian kolostomi
3. Menyebutkan tujuan perawatan kolostomi
4. Menyebutkan perawatan kolostomi
5. Menyebutkan Jenis jenis kolostomi
6. Menyebutkan waktu penggantian kantong kolostomi
7. Menyebutkan masalah kesehatan yang terjadi akibat kolostomi
8. Menyebutkan Prinsip diet pada pasien kolostomi
9. Menyebutkan alat alat untuk perawatan kolostomi
10. Menyebutkan langkah langkah perawatan kolostomi
B. STRUKTUR PENYULUHAN
1. Tempat : Ruang Gladiol, Rs. Dr.Soetomo Surabaya
2. Pelaksanaan : 09: 00 WIB
3. Lama Pemainan : 30 menit
4. Jumlah anggota : 30 pasien
5. Alat dan sarana : Leaflet dan Booklet
6. Perilaku yang diharapkan dari pasien dan keluarga:
a. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang pengertian kolostomi
b. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang tujuan perawatan kolostomi
c. Pasien dan keluarga mampu memahami perawatan kolostomi
d. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang Jenis jenis kolostomi
e. Pasien dan keluarga mampu memahami penggantian kantong kolostomi
f. Pasien dan keluarga mampu Menyebutkan masalah kesehatan yang terjadi
akibat kolostomi
g. Pasien dan keluarga mampu Menyebutkan Prinsip diet pada pasien kolostomi
h. Pasien dan keluarga mampu Menyebutkan alat alat untuk perawatan
kolostomi
i. Pasien dan keluarga mampu Menyebutkan langkah langkah perawatan
kolostomi
7. Aturan penyuluhan:
a. Pasien dan keluarga dikumpulkan dalam satu ruangan
b. Masing-masing pasien dan keluarga berespon terhadap apa yang ada
dihadapannya
C. PENGORGANISASIAN
1. Moderator, bertugas: Gita Retno Damayanti
a. Memimpin dan mengorganisasikan jalannya penyuluhan mulai dari pembukaan
sampai selesai
b. Mengarahkan penyuluhan
c. Memandu proses penyuluhan
2. Penyaji, bertugas: Yusriul Kamil
a. Menyampaikan atau menjelaskan pokok bahasan penyuluhan
b. Menggali pengetahuan peserta
c. Membuat kriteria evaluasi
3. Fasilitator, bertugas: Irma Junita Sari
a. Memfasilitasi pasien dan keluarga untuk bersiap penyuluhan
b. Membimbing pasien dan keluarga untuk mengikuti jalannya penyuluhan
c. Memperhatikan respon pasien dan keluarga saat penyuluhan
d. Mengajak pasien dan keluarga untuk bersosialisasi dengan sekitarnya
4. Observer, bertugas: Panji Bagus
a. Mangawasi jalannya penyuluhan
b. Mencatat proses penyuluhan disesuaikan dengan rencana
c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses penyuluhan
d. Menyusun laporan dan menilai hasil penyuluhan dibantu dengan moderator
D. DENAH
Observer
Fasilitator
Penyaji
Booklet Moderator
E. KEGIATAN
WAKTU TAHAP RESPON
3 menit Pembukaan :
Mengucapkan salam Peserta menjawab salam
Memperkenalkan diri Peserta mengenal perawat
Menjelaskan maksud dan tujuan Peserta memperhatikan
Kontrak waktu dengan pasien dan Peserta menyetujui kontrak
keluarga waktu
15 menit Pelaksanaan :
Penyampaian materi Peserta memperhatikan
penyampaian materi
Menjelaskan tentang fungsi Ginjal Peserta mengetahui tentang
Fungsi ginjal
Menjelaskan tentang pengertian Peserta mengetahui tentang
gagal ginjal pengertian gagal ginjal
kronik
Menjelaskan tentang Penyebab Peserta mengetahui
Gagal Ginjal Kronik Penyebab Gagal Ginjal
Kronik
Menjelaskan tentang tanda dan Peserta mengetahui tanda
gejala Gagal Ginjal Kronik dan gejala gagal ginjal
kronik
Menjelaskan tentang Komplikasi Peserta mengetahui
dari Gagal Ginjal Kronik Komplikasi dari Gagal
Ginjal Kronik
Menjelaskan tentang pencegahan Peserta mengetahui
Gagal Ginjal Kronik pencegahan Gagal Ginjal
Kronik
Menjelaskan tentang Peserta mengetahui
Penatalaksanaan Gagal Ginjal penatalaksanaan Gagal
Kronik Ginjal Kronik
10 menit Evaluasi :
Tanya Jawab Peserta bertanya dan
menjawab
Remodeling (menanyakan kembali Peserta memahami materi
kepada peserta) dan mampu menjawab
pertanyaan
2 menit Penutup:
Menutup pertemuan dengan Peserta mendengarkan
menyimpulkan materi yang telah kesimpulan
dibahas
Peserta menjawab salam
Memberikan salam penutup
F. ANTISIPASI MASALAH
Jika pada saat kegiatan berlangsung terjadi masalah seperti:
1. Apabila ada peserta yang akan meninggalkan proses penyuluhan: mencegah pasien
dan menganjurkan peserta untuk duduk kembali dan menjelaskan kepada peserta
tentang pentingnya personal hygiene
2. Apabila tidak ada peserta yang bertanya: memancing pesrta agar bertanya dengan cara
menanyakan keluhannya, sehingga peserta akan termotivasi untuk bertanya
3. Apabila responden tidak menjawab saat diberikan pertanyaan: penyaji sedikit
mengulang dan menjelaskan apa yang telah disampaikan lalu anjurkan peserta untuk
mengulang apa yang sudah disampaikan
4. Apabila peserta ramai saat penyuluhan berlangsung: fasilitator memberikan instruksi
kepada peserta agar tidak ramai dan kembali fokus pada penyuluhan
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan SAP
b. Kesiapan media dan tempat
c. Peserta yang hadir minimal 70% dari jumlah peserta di undang
d. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
b. Kegiatan berjalan sesuai dengan SAP
c. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
d. Peserta antusias terhadap penyuluhan yang dilakukan
e. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
f. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
3. Evaluasi hasil
a. Peserta mampu memahami maksud dan tujuan dari diadakannya penyuluhan
tentang penyakit gagal ginjal kronik
b. Peserta mengetahui pokok masalah yang telah di diskusikan
c. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
H. MATERI
(Terlampir)
PERAWATAN KOLOSTOMI
Latar Belakang
Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus besar
(Smeltzer & Bare, 2002). Indonesian Ostomy Association (INOA) mengatakan bahwa
jumlah kasus yang menggunakan stoma terus meningkat, dan penyebab tersering di
Indonesia sendiri adalah karena keganasan (Indonesian Ostomy Association, 2010). Kurnia
(2012) memaparkan, sekitar 100.00 orang yang dilakukan indikasi pemasangan toma pada
umumnya disebabkan oleh kanker kolorektal, kanker kandung kemih, kolitis ulseratif,
penyait Crohn, diverticulitis, obstruksi, inkontinensia urin dan fekal, dan trauma. Indikasi
pemasangan kolostomi pada neonates dan dewasa tentu berbeda. Lukong, Jabo, dan Mfuh
(2012) melakukan penelitian terhadap 38 neonatus, dan indikasi pemasangan kolostomi
yang ditemukan adalah karena malformasi anorektal (97,4%) dan atresia kolon (2,6%).
Penyebab terbanyak dari indikasi pembuatan kolostomi adalah karena kanker atau
keganasan. The Union for International Cancer Control (UICC) mengumumkan adanya hari
kanker sedunia pada tahun 2005, seiring dengan tingginya angka kejadian kanker di dunia.
Jenis kanker, menurut UICC kebanyakan dapat dicegah dengan cara menjaga gaya hidup
sehat masyarakat perkotaan, yaitu menjaga pola makan sehat dan berat badan ideal,
melakukan olahraga secara rutin, teratur dan terukur, serta mengurangi asupan alkohol
(Anna, 2011).
Dalam, merawat pasien kolostomi membutuhkan ketelitian kebersihan dan kesiapan
yang baik karena jika tidak maka akan menimbulkan komplikasi infeksi yang
mengakibatkan penyembuhan menjadi lama bahkan bertambah parah (Bets, 2002).
Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya
infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat
diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolostomi
sangat bermakna untuk mencegah infeksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
merawat klien dengan kolostomi ialah terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi
perubahan konsistensi serta frekuensi BAB klien.
Klien akan merasakan adanya perubahan tersebut, dan disinilah fungsi perawat sebagai
educator untuk menjelaskan perubahan-perubahan tersebut agar klien dapat menerima
dengan baik. Edukasi yang diberikan tidak hanya berupa cara perawatan kolostomi, namun
juga meliputi apa yang harus dilakukan klien terkait dietnya agar pengeluaran fesesnya
tidak mengganggu kegiatannya.
A. PENGERTIAN KOLOSTOMI
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon
dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau
menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD).
Kolostomi adalah pembuatan stoma (lubang) pada kolon atau ususbesar dibentuk bila
usus tersumbat oleh tumor (Harahap, 2006) (Smeltzer & Bare, 2006).
Kolostomi merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan usus besar ke dinding
abdomen anterior (Melville & Baker 2010). Akhir atau ujung dari usus besar yang
dikeluarkan pada abdomen disebut sebagai stoma.
B. TUJUAN PERAWATAN KOLOSTOMI
Prinsip Umum dan Tujuan :
Prinsip umum :
o Ganti kantong kolostomi secara berkala dan sesuai kebutuhan.
o Bersihkan stoma secara dengan menggunakan NaCL atau air hangat,lalu keringkan
o Perhatikan kondisi stoma dan kulitsekitar stoma setiap membukakantong kolostomi
dan setelah membersihkan stoma.
o Pastikan lubang kantong kolostomi terpasang pas dengan stoma.
Tujuan :
Menjaga kebersihan pasien
Mencegah terjadinya infeksi
Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya
Mencegah timbulnya bau yang tidak sedap
Mencegah penyakit agar tidak bertambah parah
C. PERAWATAN KOLOSTOMI
Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke 3 sampai hari ke 6 pascaoperatif.
Perawat menangani kolostomi sampai pasien dapat mengambil alih perawatan ini.
Perawatan kulit harus diajarkan bersamaan dengan bagaimana menerapkan drainase
kantung dan melaksanakan irigasi. Menurut Brunner dan suddarth (2006), ada beberapa
yang harus diperhatikan dalam menangani kolostomi, antara lain;
Perawatan Kulit
Rabas efluen akan bervariasi sesuai dengan tipe ostomi. Pada kolostomi transversal,
terdapat feses lunak dan berlendir yang mengiritasi kulit. Pada kolostomi desenden
atau kolostomi sigmoid, feses agak padat dan sedikit mengiritasi kulit. Pasien
dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut
menggunakan sabun ringan, memberikan barrier kulit protektif di sekitar stoma, dan
mengamankannya dengan meletakan kantung drainase. Kulit dibersihkan dengan
perlahan menggunakan sabun ringan dan waslap lembab serta lembut. Adanya
kelebihan barrier kulit dibersihkan. Sabun bertindak sebagai agen abrasif ringan untuk
mengangkat residu enzim dari tetesan fekal. Selama kulit dibersihkan, kasa dapat
digunakan untuk menutupi stoma.
Memasang Kantung
Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus
sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan terlebih dahulu. Barier kulit
peristoma dipasang. Kemudian kantung dipasang dengan cara membuka kertas
perekat dan menekanya di atas stoma. Iritasi kulit ringan memerlukan tebaran bedak
stomahesive sebelum kantung dilekatkan.
Mengangkat Alat Drainase
Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat bagian
sehingga berat isinya tidak menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan
keluar isinya. Pasien dapat memilih posisi duduk atau berdiri yang nyaman dan
dengan perlahan mendorong kulit menjauh dari permukaan piringan sambil menarik
kantung ke atas dan menjauh dari stoma. Tekanan perlahan mencegah kulit dari
trauma dan mencegah adanya isi fekal yang tercecer keluar.
Mengirigasi Kolostomi
Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari gas, mukus,
dan feses. Sehingga pasien dapat menjalankan aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa
takut terjadi drainase fekal. Dengan mengirigasi stoma pada waktu yang teratur,
terdapat sedikit gas dan retensi cairan pengirigasi.
b. Irigasi Kolostomi.
Merupakan suatu cara untuk mengeluarkan feses, yang dilakukan secara terjadwal
dengan memasukkan sejumlah air dengan suhu yang sama dengan tubuh (hangat)
(Putri, 2011). Pergerakan bowel baiknya dalam keadaan regular dan bebas dari masalah
saat akan dilakukan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi tidak dapat dilakukan bila
pasien mengalami iritasi pada ususnya, prolaps stoma, hernia peristomal, dan pada
stoma yang terdapat pada kolon asenden dan tranversal (Putri, 2011).