Anda di halaman 1dari 6

Kuliah dr. Sagiran Sp.

B 72
Jumat, 20 February 2009
Edited by : MyAy_Be

Peran Keluarga pada Perawatan Pasien Pasca Bedah


dr. Sagiran Sp.B Edited by : MyAy_Be

Assalamualaikum, waaah, gimana udah masuk minggu tiga, gmn kesannya?? Hmmm... ini materi insyaallah mudah
difahami, krn dokternya juga enak neranginnya.. mulai aja ya... Bismillah..

PERAWATAN PASCA BEDAH bisa dilakukan sejak pasien di rumah sakit dan tindak lanjut setelah
pasien oprasi dan perawatan setelahnya.
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan proses pembedahan (sejak informed concent s/d
temuan hasil operasi)
Perawatan luka operasi
Nutrisi makanan yang diperlukan pasien setelah operasi
Mobilisasi setelah pasien operasi, pasien dilatih untuk mulai melakukan gerakan-gerakan ringan
sampai normal seperti biasa. Hal ini penting untuk mengembalikan fungsi normal organ/bagian tubuh yang
dioprasi.
Perawatan jaringan hasil operasi
Tindakan lanjutan
Pembedahan atau operasi :
Semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan ditangani

A. Pembedahan
Sayatan Penutupan dan penjahitan luka
Penampilan kelainan Perawatan pascabedah
Perbaikan kelainan
1. Sayatan bedah dibuat sedapat mungkin sesuai dengan arah lipatan kulit agar luka dapat sembuh dengan
baik tanpa meninggalkan bekas yang mencolok atau keloid
2. Penutupan dan penjahitan luka dilakukan untuk mempertemukan dan mempertahankan posisi kedua
permukaan luka tanpa mengganggu peredaran darah setempat agar luka dapat sembuh dengan baik.
3. Perawatan pasca bedah, biasanya luka yang selesai dijahit ditutup dengan alasan untuk melindunginya dari
infeksi, disamping agar cairan luka terserap, luka kekeringan dan luka tidak tergaruk oleh penderita. Selain
itu perdarahan dapat dihentikan dengan memberi sedikit tekanan.

B. Penyakit Bedah
Penyakit dg indikasi pembedahan
Persiapan oleh dokter pembedah : pengetahuan ttg penyakitnya dan teknik bedahnya
Persiapan dan perencanaan sarana bedah
Personil yg ikut dlm pembedahan

C. Penderita
Siap secara fisik dan psikologis
Tahu kalau akan dibedah dan diobati
Telah dijelaskan tindakan bedah yang akan dilakukan
Telah dijelaskan tentang komplikasi yang mungkin terjadi

72 MISC 2005 | Family Medicine | Peran keluarga dalam Perawatan pasca operasi
Supported By: Restu Fotocopy 0274.7001172
Kuliah dr. Sagiran Sp.B 73
Jumat, 20 February 2009
Edited by : MyAy_Be

Menandatangani informed consent, sebaiknya keluarganya juga tahu

D. Alat dan pembedah


Alat bedah, personil, dokter pembedah, adalah pembawa yang potensial untuk memindahkan bakteri
Kulit Penderita
Flora komensal, stfilokokus epidermidis, Flora transien, dipindahkan kekulit penderita melalui
sumber pencemaran, S aureus
Visera
Sumber bakteri, ke luka operasi melalui anus, pembedahan usus.
Darah
Penderita infeksi/sepsis, darah mengandung virus/ bakteripindah ke orang lain lewat alat
E. Pengendalian Infeksi
Lingkungan pembedahan Pengendalian infeksi dari usus
Personil kamar bedah Sterilisasi mekanis usus
Pakaian dasar dan gaun bedah Penggunaan antibiotika
Cuci tangan dengan air mengalir Sterilisasi alat bedah
Teknik tanpa singgung Hemostasis
Penyucihamaan Penyaliran/drainage
Penutupan lapangan pembedahan

1. Lingkungan pembedahan : lingkungan sekitar pembedahan merupakan daerah aseptik. Karenanya kamar
bedah tidak dapat dipakai tindakan lain agar aseptiknya tetap terjaga. Untuk menjaganya tetap steril
adalah mengurangi jumlah kuman dengan cara mengganti udara 18-25 kali setiap jam.
2. Personel kamar bedah : harus mengetahui disiplin dasar mengenai higiene pribadi, kebersihan kulit,
pakaian dalam, termasuk kebersihan perineum. Serta selama diruang bedah, personel bicara seperlunya,
membatasi berjalan-jalan dalam kamar bedah dan membatasi kontak dengan orang lain.
3. Pakaian dasar dan gaun bedah : pakaian dasar tidak boleh dipakai diluar ruang bedah dan harus dipakai
oleh siapa saja yang masuk kamar bedah. Gaun bedah harus memenuhi syarat steril, disediakan diatas
meja instrumen, menutupi tubuh secara melingkar, berlengan panjang, menutup leher dan sampai bawah
lutut.
4. Cuci tangan dengan air mengalir menggunakan teknik Feurbringer :
a) Genggam sabun dan sikat
b) Sikat tangan secara sistematik, satu persatu jari disikat
c) Sikat kuku dan lengan bawah sampai siku
d) Ulangi beberapa kali (dg larutan sabun selama 10 menit dan desinfektan standar selama 35
menit)
e) Tutup keran dengan siku, tangan dikeringkan dg kain handuk steril, yang dijatuhkan segera
setelah menyentuh siku
f) Tangan harus selalu lebih tinggi dari siku
5. Teknik tanpa singgung : ambil handuk keringkan tangan dan pergelangan tangan ke lengan bawah
ke siku handuk langsung dijatuhkan sebab dikontaminasi oleh siku.
6. Penyucihamaan : pada penyucihamaan kulit digunakan larutan antiseptik.

7. Penutupan lapangan pembedahan : umumnya digunakan kain linen steril, tujuannya untuk mengurangi
kontaminasi.
8. Pengendalian infeksi dari usus : usus merupakan sumber utama bakteri anerob dan aerob. Agar tidak
terjadi infeksi, infeksi usus harus dibersihkan. Banyak cara untuk melakukan sterilasasi tetapi secara
garis besar dibedakan cara mekanis dan penggunaan antibiotik untuk membunuh bakteri usus yang umum
yaitu E. Coli (aeroab) dan Bacteroides fragilis (ananerob).

73 MISC 2005 | Family Medicine | Peran keluarga dalam Perawatan pasca operasi
Supported By: Restu Fotocopy 0274.7001172
Kuliah dr. Sagiran Sp.B 74
Jumat, 20 February 2009
Edited by : MyAy_Be

9. Sterilisasi mekanis usus : dengan pemberian makanan tertentu selama masa prabedah dan diakhiri
dengan pemberian laksans atau enema kolon.
10. Penggunaan antibiotika : antibiotik yang digunakan untuk sterilisasi adalah golongan aminoglikosid,
eritromisis, metronidazole, semuanya peroral. Aminogilkosid juga dapat diberikan perenteral. Tujuan
utama pemberian antibiotik ini bukan penyucihamaan lapangan pembedahan, melainkan profilaksis infeksi.
11. Sterilisasi alat bedah : metode penyucihamaan dengan radiasi ion atau radiasi sinar gamma (tidak
mengakibatkan alat yang disinari menjadi radioaktif)
12. Hemostasis : perdarahan pada tindak bedah harus segera dihentikan untuk menjaga hemostasis, bisa
dilakukan dengan cara ligasi yaitu menjepit pembuluh yang terbuka dengan klem kecil dan dilakukan
ikatan atau ikat jahit. Cara lain adalah dengan diatermi dengan alat elektrokauter. Dapat juga dengan
metode tidak langsung yaiu metode hipotensi sehingga perdarahan berkurang.
13. Penyaliran/drainase : dilakukan setelah luka bedah ditutup agar penumpukan cairan dan darah dari luka
bedah dapat dikeluarkan. Drainase dapat dilakukan secara pasif berupa pipa salir dari bahan karet dan
secara aktif dengan menghubungkan pipa salir pada sistem isap tertutup sehingga cairan mengalir
karena terhisap.

F. Asepsis dan pencegahan infeksi


Prinsip bedah untuk mempertahankan bebas kuman. Syarat mutlak tindakan pembedahan.
Antisepsis, tindakan untuk mencapai bebas kuman. Kuman penyebab sepsis : stafilokokus-----------
kulit
E. coli-----------------usus
G. Sumber infeksi
Udara
Bakteri tumbuh pada suhu 20 37 C. Mikroba menempel dialat bedah, kulit atau alat lain. Perlu kondisi
tertentu; suhu, kelembaban, O2/tdk, nutrisi tertentu, udara. Macam-macam bakteri diantaranya adalah :
a) Bakteri anaerob umumnya dari usus, hidup tanpa oksigen
b) Bakteri fakultatif anerob-aerob dpt hidup tanpa/dg oksigen
c) Bakteri autotrof menggunakan CO2 sbg bahan untk sintesis nutrien dari senyawa anorganik
d) Bakteri heterotrof perlu senyawa organik kompleks
H. Perlakuan terhadap jaringan
Perlakukan jaringan dengan baik, tanpa tekanan atau tarikan yg berlebihan. Tidak boleh
digunakan kekerasan, atau dg kekuatan otot. Gunakan teknik tanpa singgung, deseksi tajam/secara
tumpul
Bahan Jahitan
Jenis bahannya, kemampuan tubuh untuk meyerapnya, susunan filamennya. Benang yg berasal dr usus
domba murni---catgut, catgut kromik bahannya bercampur dg cairan kromat.
- Catgut murni diserap dalam 1 minggu, kromik dalam 2-3 minggu
- Benang sintetis : poliglikolik, poliglaktin, dapat diapakai disemua jaringan, termasuk kulit.

I. Berbagai cara penjahitan kulit


1. Jahitan simpul tunggal 5. Jahitan matras horizontal
2. Jahitan jelujur 6. Jahitan subkutikuler/intrakutan
3. Jahitan jelujur vertical 7. Dengan stapler
4. Jahitan matras vertikal (Donati) 8. Dengan Agrafe

74 MISC 2005 | Family Medicine | Peran keluarga dalam Perawatan pasca operasi
Supported By: Restu Fotocopy 0274.7001172
Kuliah dr. Sagiran Sp.B 75
Jumat, 20 February 2009
Edited by : MyAy_Be

Jahitan simpul tunggal : caranya dibuat dengan jarak 1 cm antar jahitan. Keuntungannya apabila
jahitan ini putus, hanya satu tempat yang terbuka dan apabila terjadi infeksi cukup dibuka dibangian
terinfeksi saja. Tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Jahitan jelujur : digunakan satu benang untuk seluruh panjang luka sehingga pengerjaannya lebih cepat.
Tetapi apabila ada benang putus, maka sepanjang luka akan terbuka begitu juga jika terjadi infeksi.
Jahitan jelujur vertical
Jahitan matras vertikal (Donati) : dilakukan dengan menjahit sedalam penampang vertikal luka.
Keuntungan cara ini adalah luka tertutup rapat sampai ke dasar luka sehingga dapat dihindari rongga
dalam luka.
Jahitan matras horizontal
Jahitan subkutikuler/intrakutan ; yaitu melakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat dibawah
dermis. Biasanya rapi dan sering idak tampak.
Dengan stapler
Dengan Agrafe penutupan luka bedah cukup baik dengan menggunakan agrafe yang dipasang dengan
pinset michel.

Lokasi penjahitan Jenis benang Ukuran

Fasia Semua 2.0 1


Otot Semua 3.0 0
Kulit Tak terserap 2.0 6.0
Lemak Terserap 2.0 3.0
Hepar Kromik catgut 2.0 0.
Ginjal Semua catgut 4.0
Pankreas Sutera, kapas 3.0
Usus halus Catgut, sutera, kapas 2.0 3.0
Usus besar Sutera, kromik 2.0 3.0
Tendo Tak terserap 5.0 3.0
Kapsula sendi Tak terserap 3.0 2.0
Peritoneum Kromik catgut 3.0 2.0
Bedah mikro Tak terserap 7.0 11.0

J. Perawatan luka bedah


Ditutup dg kasa steril, vaselin, salep Penutup luka yang sudah basah oleh
antibiotika darah hrs segera diganti
Melindungi terhadap infeksi Penggantian harus dg cara aseptic
Cairan luka yang keluar terserap Sekaligus dicari asal perdarahan tersebut
Luka tidak kekeringan Sumber perdarahan harus segera ditangani
Luka tidak tergaruk pasien Luka tidak perlu dilihat setiap hari dengan
Memberikan tekanan, menghentikan membuka penutup luka
perdarahan Bila luka telah sembuh, jahitan bisa diangkat
Secara psikologis lebih baik bagi Daerah muka diambil 3-4 hari
pasien dan keluarganya Daerah lain 7 10 hari

75 MISC 2005 | Family Medicine | Peran keluarga dalam Perawatan pasca operasi
Supported By: Restu Fotocopy 0274.7001172
Kuliah dr. Sagiran Sp.B 76
Jumat, 20 February 2009
Edited by : MyAy_Be

Saat pengangkatan jahitan

Saat pengangkatan
Daerah jahitan
(hari ke )

Wajah, kelopak mata, lidah 4


Skrotum 5
Kulit kepala 67
Tangan dan jari 7
Dinding perut; sayatan melintang 79
sayatan vertikal 9 11
Pinggang dan bahu 11- 12

K. Perawatan khusus
STSG/FTSG Nekrotomi/debridemen
Tampon Irigasi
Drainage Dilatasi anal

a. STSG/FTSG (Speed Thickness Skin Grafi/Full Thickness Skin Grafi)


Apabila ada luka dan jaringan kulitnya hilang, caranya adalah harus dicarikan kulit di
tempat anggota tubuh lain yang jaringannya longgar kemudian lakukan pencangkokan.
b. Tampon : memasukkan kain kassa pada suatu rongga atau ruangan yang mengeluarkan
cairan/debris. Misalnya abses di perianal, payudara atau punggung. Tujuannya untuk
mengeluarkan debris yang diproduksi agar dapat terserap sehingga proses
penyembuhannya sempurna.
c. Drainase : memakai selang, biasanya pada tubuh yang ada rongganya. Contohnya
hidrosefalus, rongga dada (dilakukan WSD water sealed drainase- pada kasus
pneumothorax, hidrothorax, atau effusi pleura)
d. Necrotomi : menganakat jaringan nekrosis/mati. Dapat pula dilakukan debrimen yaitu
mengambil jaringan asing. Contohnya pada kasus DM yang mengalami mikroangiopati
dan neuropati sebagai jaringan mati harus dipotong.
e. Irigasi : berguna untuk membasuh darah yang keluar dari prostatik bed (pada kasus
oprasi prostat).
f. Dilatasi anal : pada pasien megacolon kongenital, biasanya dilakukan dilatasi anal. Pada
pasien atresia ani dan laparotomi, dilatasi anal digunakan untuk merangsang peristaltik.

L. NUTRISI
Puasa pasca operasi Waktu
Pantangan makanan Jumlah
Jenis makanan

M. Mobilisasi
Gerakan usus post anestesi Cegah dekubitus
Tekanan hidrostatika Weight bearing
Gerakan sendi-sendi

76 MISC 2005 | Family Medicine | Peran keluarga dalam Perawatan pasca operasi
Supported By: Restu Fotocopy 0274.7001172
Kuliah dr. Sagiran Sp.B 77
Jumat, 20 February 2009
Edited by : MyAy_Be

Mobilisasi harus dilakukan tepat waktu, harus diperhatikan apabila mobilisasi dilakukan pada pasien dengan
patah tulang belakang atau cedera kepala.
1. Gerakan usus post anestesi dilakukan dengan cara pasien miring kanan/kiri pada posisi berbaring
untuk meramgsang gerakan peristaltik. Cara sederhana untuk mengetahui apakah peristaltik pasien
telah pulih adalah dengan cara menanyakan apakah pasien sudah kentut. Jadi apabila pasien pasca
oprasi telah kentut, maka diet dapat diberikan.
2. Tekanan hidrostatika : pasien pasca oprasi terutama pada kasus oprasi di tungkai atau lengan, harus
rajin menggerakkan tangan/kakinya walaupun secara perlahan untuk menghindari penumpukan cairan
dan tekanan hidrostatika dapat dijaga tetap normal dan pasien tidak mengalami
pembengkakak/edema.
3. Gerakan sendi : dilakukan agar pasien pasca oprasi dapat kembali menggunakan sendinya secara
normal seperti sebelum oprasi terjadi
4. Cegah dekubitus : kadang2 pada masyarakat awam, pasien pasca oprasi tidak boleh bergerak
sedikitpun dan diminta untuk tetap berbaring di tempat tidur untuk beberapa hari. Padahal hal ini
tidak dibenarkan, karena pasien yang berbaring terus akan menyebabkan bagia tubuh yang menjadi
penumpu akan terjadi dekubitus (luka karena tekanan), yang paling sering ada dibagian sacrum, tumit
atau scapula.
5. Weight bearing : adalah alat untuk menumpu berat badan terutama untuk pasien kasus patah tulang.
FWB Full Weight Bearing- diperuntukkan bagi pasien yang baru saja menjalani operasi, biasanya
selama 8 minggu kemudian diganti dg PWB Partial- yaitu alat yang menopang sebagian tubuh saja.
Apabila yang luka kaki kanan maka PWB nya pada lengan kanan, sehingga pasien dapat berjalan
seimbang. PWB selama 2 minggu. Setelah itu diharapkan pasien dapat berjalan mandiri tanpa bantuan
alat.

N. Perawatan jaringan hasil operasi


Histopatologi
ER/PR (Estrogen/Progesteron untuk mengetahui perlu tidaknya terapi hormonal)
Kultur dan sensitivitas test
Imunohistokemia

O. Tindak lanjut perawatan

Angkat jahitan Dilatasi berkala minimal 3 bulan sekali.


Angkat implant pada pasien dengan Contoh pada pasien atresia ani atau striktura
KB implant, setelah 5 tahun harus diangkat uretra
Sitostatika Operasi ulang/lanjutan biasanya pada
Radioterapi pasien kuadrantektomi (diambil sebagian) tapi

Hormonal terapi biasanya untuk lebih baik dengan cara radical mastektomi

pasien tumor (pengangkatan seluruh jaringan payudara)

Alhamdulillah, selesai juga. Ini editanq yg terakhir untuk blok ini, maaf kalo msh byk kekurangannya. Makasih untuk
putri_APL utk cakulnya... Makasih byk untuk MeiBe wuuuiiiih, so many times and moment that we spent latelty. 4 KTI,
ttp smangat!!!! caiiiYooooo.... inget lho ...@$%^&%$!

77 MISC 2005 | Family Medicine | Peran keluarga dalam Perawatan pasca operasi
Supported By: Restu Fotocopy 0274.7001172

Anda mungkin juga menyukai