Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SAP )

Pokok Bahasan : Gagal Ginjal Kronis


Hari/Tanggal : Jum’at, 29 November 2019
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Tunggu Hemodialisa
Sasaran : Keluarga pasien di Ruang Hemodialisa
Pelaksana : PROFESI NERS

A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, klien mampu memahami tentang
Gagal Ginjal Kronik lebih ke gejala odema

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit klien dapat:
Memahami konsep tentang Gagal Ginjal Kronik

C. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan ini adalah keluarga pasien yang berada di Ruang
Hemodialisa RSUD dr .Saiful Anwar Malang

D. Materi
Terlampir

E. Metode
a. Diskusi
b. Ceramah

F. Media
a. PPT
b. LCD + Laptop
c. Leaflet

G. Setting Tempat

H. Job Description
- Moderator : Pelaksana
- Penyaji : Pelaksana
- Fasilitator & Observer: Pelaksana

I. Proses Pelaksanaan
Tahap K e g i a t an
Waktu
kegiatan Penyuluh Sasaran
2 Menit Pembukaa 1. Memberi salam 1. Menjawab salam dan
n 2. Memperkenalkan diri Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan 2. Mendengarkan yang
penyuluhan disampaikan oleh moderator
4. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
5. Menyampaikan kontrak
waktu
25 Kegiatan Penyampaian materi oleh pemateri 1. Mendengarkan dengan
Menit Inti : seksama.
1. Menjelaskan pengertian
Gagal Ginjal Kronis
2. Menjelaskan faktor resiko
Gagal Ginjal Kronis
3. Menjelaskan tanda dan gejala
Gagal Ginjal Kronis,
penekanan pada odema
4. Menjelaskan pencegahan
Gagal Ginjal Kronis
5. Menjelaskan penatalaksanaan
Gagal Ginjal Kronis
3 Menit Penutup Bersama-sama menyimpulkan : Bersama-sama menyimpulkan :
Melakukan diskusi (menjawab 1. Bertanya mengenai hal-hal yang
pertanyaan) kurang jelas dan belum
1. Melakukan evaluasi dengan dimengerti
memberikan pertanyaan 2. Sasaran dapat menjelaskan
sederhana kembali point-point yang
2. Menyampaikan ringkasan diajarkan
materi 3. Mendengarkan
3. Menyampaikan hasil evaluasi
4. Mengakhiri pertemuan dan
mengucapkan terima kasih atas
perhatiannya.

J. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Kesiapan materi
2. Kesiapan SAP
3. Kesiapan media yang digunakan
4. Peserta hadir ditempat penyuluhan
5. Penyelenggaraan dilaksanakan di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Saiful Anwar-
Malang
b. Evaluasi Proses
1. Tidak ada anggota keluarga yang meninggalkan acara atau tempat penyuluhan
selama dilakukan penyuluhan
2. Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi Tanya jawab.
3. Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri.
c. Evaluasi Hasil
1. Keluarga pasien mampu memahami tentang Gagal Ginjal Kronik
2. Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar
melalui pertanyaan lisan secara serempak.

Lampiran Materi

1. DEFINISI
Gagal ginjal kronik (GGK) didefinisikan sebagai nilai LFG yang berada dibawah
batas normal selama lebih dari 3 bulan (Davey, 2005). Kondisi GGK merupakan
perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat biasanya berlangsung selama
beberapa tahun (Wilson, 2006). Ginjal mengalami kegagalan dalam mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit yang mengakibatkan uremia (Brunner
dan Suddarth, 2001).
Gagal ginjal Kronik ditentukan dengan 2 kriteria yaitu pertama, kerusakan ginjal
yang terjadi lebih dari 3 bulan disertai kelainan struktural maupun fungsional dengan
atau tanpa penurunan LFG yang bermanifestasi adanya kelainan patologis dan terdapat
tanda kelainan pada ginjal yang berupa kelainan pada komposisi darah, urin atau
kelainan pada tes pencitraan (imaging tests). Kedua, LFG kurang dari 60
ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (KDOQI, 2002).

2. FAKTOR RESIKO
Pasien yang menderita penyakit-penyakit berikut ini lebih rentan terhadap gagal
ginjal kronis :
a. Diabetes Melitus (Kencing Manis)
b. Glomerulonefritis (suatu kondisi di mana struktur kecil di dalam ginjal, yang dikenal
sebagai glomeruli, meradang), termasuk lupus nefritis (radang ginjal yang disebabkan
oleh Lupus Eritematosus Sistemik ((SLE - Systemic Lupus Erythematosus), penyakit
dari sistem kekebalan tubuh)
c. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
d. Riwayat penyakit ginjal pada keluarga (penyakit ginjal herediter)

3. TANDA DAN GEJALA


Penderita gagal ginjal kronik akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala sesuai
dengan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari dan usia penderita.
Penyakit ini akan menimbulkan gangguan pada berbagai organ tubuh anatara lain :
a. Manifestasi kardiovaskular
Hipertensi, gagal jantung kongestif, edema pulmonal, perikarditis
b. Manifestasi dermatologis
Kulit pasien berubah menjadi putih seakan-akan berlilin diakibatkan penimbunan
pigmen urine dan anemia. Kulit menjadi kering dan bersisik. Rambut menjadi rapuh
dan berubah warna. Pada penderita uremia sering mengalami pruritus.
c. Manifestasi gastrointestinal Anoreksia, mual, muntah, cegukan, penurunan aliran
saliva, haus, stomatitis.
d. Perubahan neuromuskular
Perubahan tingkat kesadaran, kacau mental, ketidakmampuan berkosentrasi, kedutan
otot dan kejang.
e. Perubahan hematologis
Kecenderungan perdarahan
f. Keletihan dan letargik, sakit kepala, kelemahan umum, lebih mudah mengantuk,
karakter pernapasan akan menjadi kussmaul dan terjadi koma (Brunner dan Suddarth,
2001).

4. PENCEGAHAN
Beberapa saran untuk mencegah atau mengurangi perkembangan gagal ginjal :
a. Minum air dalam jumlah yang cukup untuk menjaga angka keluaran urin yang baik
(bisa membantu mencegah batu ginjal dan infeksi saluran kemih).
b. Memerhatikan kebersihan pribadi untuk mencegah infeksi saluran kemih. Perempuan
dan anak-anak lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih (karena uretra yang
pendek).
c. Kendali pola makan yang baik - hindari asupan garam berlebih dan daging, hindari
asupan kalsium yang tinggi dan makanan oksalat untuk pasien penderita batu ginjal.
d. Jangan menyalahgunakan obat-obatan, misalnya obat penghilang rasa sakit untuk
rematik dan antibiotik.
e. Cegah komplikasi dari penyakit awal, misalnya diabetes melitus, hipertensi, dll.
Kadar gula darah dan tekanan darah harus dikendalikan dengan baik.
f. Perbaiki penyebab obstruksi saluran kemih, misalnya buang batu ginjal dan cobalah
untuk memperbaiki penyebab awalnya.
g. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Tes urin bisa mendeteksi penyakit
ginjal stadium awal. Jika pasien menderita hematuria (darah dalam urin) atau
albuminuria (albumin dalam urin), maka pasien harus memeriksakan kesehatannya
sesegera mungkin.
h. Lakukan pengobatan terhadap penyakit ginjal, misalnya nefritis, sesegera mungkin
5. PENATALAKSANAAN
Pengobatan GGK dibagi dalam dua tahap yaitu penanganan konservatif dan terapi
pengganti ginjal dengan cara dialsis atau transplantasi ginjal atau keduanya. Penanganan
GGK secara konservatif terdiri dari tindakan untuk menghambat berkembangnya gagal
ginjal, menstabilkan keadaan pasien, dan mengobati setiap faktor yang reversible. Ketika
tindakan konservatif tidak lagi efektif dalam mempertahankan kehidupan pasien pada
hal ini terjadi penyakit ginjal stadium akhir satu-satunya pengobatan yang efektif adalah
dialisis intermiten atau transplantasi ginjal (Wilson, 2006).
Tujuan terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif,
meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin 11 azotemia, memperbaiki
metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit
(Sukandar, 2006). Beberapa tindakan konservatif yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Diet protein
Pada pasien GGK harus dilakukan pembatasan asupan protein. Pembatasan asupan
protein telah terbukti dapat menormalkan kembali dan memperlambat terjadinya
gagal ginjal. Asupan rendah protein mengurangi beban ekskresi sehingga
menurunkan hiperfiltrasi glomerulus, tekanan intraglomerulus dan cidera sekunder
pada nefron intak (Wilson, 2006). Asupan protein yang berlebihan dapat
mengakibatkan perubahan hemodinamik ginjal berupa peningkatan aliran darah dan
tekanan intraglomerulus yang akan meningkatkan progresifitas perburukan ginjal
(Suwitra, 2006).
b. Diet Kalium
Pembatasan kalium juga harus dilakukan pada pasien GGK dengan cara diet rendah
kalium dan tidak mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung kalium tinggi.
Pemberian kalium yang berlebihan akan menyebabkan hiperkalemia yang
berbahaya bagi tubuh. Jumlah yang diperbolehkan dalam diet adalah 40 hingga 80
mEq/hari. Makanan yang mengandung kalium seperti sup, pisang, dan jus buah
murni (Wilson, 2006).
c. Diet kalori
Kebutuhan jumlah kalori untuk GGK harus adekuat dengan tujuan utama yaitu
mempertahankan keseimbangan positif nitrogen memlihara status nutrisi dan
memelihara status gizi (Sukandar, 2006).
d. Kebutuhan cairan
Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati pada GGK. Asupan yang
terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edem dan intoksikasi
cairan. Asupan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi, dan
pemburukan fungsi ginjal (Wilson, 2006).
Ketika terapi konservatif yang berupa diet, pembatasan minum, obat- obatan dan lain-
lain tidak bisa memperbaiki keadaan pasien maka terapi pengganti ginjal dapat
dilakukan. Terapi pengganti ginjal tersebut berupa hemodialisis, dialisis peritoneal dan
transplantasi ginjal (Rahardjo et al, 2006).
a. Hemodialisis
Hemodialisis adalah suatu cara dengan mengalirkan darah ke dalam dialyzer (tabung
ginjal buatan) yang teridiri dari 2 komparten yang terpisah yaitu komparetemen
darah dan komparetemen dialisat yang dipisahkan membran semipermeabel untuk
membuang sisa-sisa metabolisme (Rahardjo et al, 2006). Sisa-sisa metabolisme atau
racun tertentu dari peredaran darah manusia itu dapat berupa air, natrium, kalium,
hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain. Hemodialisis dilakukan 3 kali
dalam seminggu selama 3-4 jam terapi (Brunner dan Suddarth, 2001).
b. Dialisis peritoneal
Dialisis peritoneal merupakan terapi alternatif dialisis untuk penderita GGK dengan
3-4 kali pertukaran cairan per hari (Prodjosudjadi dan Suhardjono, 2009). Pertukaran
cairan terakhir dilakukan pada jam tidur sehingga cairan peritoneal dibiarkan
semalaman (Wilson, 2006). Terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien
Dialisis Peritoneal (DP). Indikasi medik yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur
lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem
kardiovaskular, pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila
dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke,
pasien dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-
morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik yaitu keinginan pasien sendiri,
tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri, dan di daerah yang jauh dari
pusat ginjal (Sukandar, 2006).
c. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih disukai untuk pasien
gagal ginjal stadium akhir. Namun kebutuhan transplantasi ginjal jauh melebihi
jumlah ketersediaan ginjal yang ada dan biasanya ginjal yang cocok dengan pasien
adalah yang memiliki kaitan keluarga dengan pasien. Sehingga hal ini membatasi
transplantasi ginjal sebagai pengobatan yang dipilih oleh pasien (Wilson, 2006).

(EDEMA)

Edema adalah penumpukan cairan dalam ruang di antara sel tubuh. Edema dapat terjadi di
seluruh bagian tubuh, namun yang paling jelas terlihat pada lengan atau tungkai. Edema
terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan sekelilingnya. Cairan kemudian
menumpuk sehingga membuat jaringan tubuh menjadi bengkak.

Edema ringan tidak berbahaya, tetapi juga dapat menandakan kondisi yang lebih serius,
seperti gagal jantung, gangguan hati, ginjal, serta otak. Oleh karena itu pemeriksaan ke dokter
saat terjadi edema sangat penting guna mencari tahu penyebabnya. Penanganan akan
dilakukan berdasarkan penyebabnya.

Gejala Edema

Gejala yang tampak tergantung dari kondisi dan lokasi jaringan yang bengkak. Edema ringan
karena peradangan bisa tidak menimbulkan gejala. Gejala yang muncul dan dirasa oleh
penderitanya berupa:

 Anggota tubuh, misalnya lengan atau tungkai, menjadi bengkak.


 Kulit area edema menjadi kencang dan mengkilap.
 Jika kulit pada area edema ditekan, maka timbul lubang seperti lesung pipit selama
beberapa detik.
 Ukuran perut membesar.
 Sesak napas dan batuk bila terjadi edema di paru-paru.
 Sulit berjalan karena tungkai terasa lebih berat akibat bengkak.
 Edema kaki yang parah dapat mengganggu aliran darah sehingga menimbulkan borok
pada kulit.

Penyebab Edema

Edema terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan di sekitarnya, sehingga cairan
menumpuk dan menjadi bengkak. Edema yang ringan biasanya disebabkan karena berdiri
atau duduk terlalu lama, terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi,
atau menjelang menstruasi dan selama kehamilan bagi wanita.

Jaringan yang bengkak karena penumpukan cairan juga dapat terjadi karena penyakit yang
serius, di antaranya:

 Kekurangan protein albumin. Protein, termasuk albumin, berperan menjaga cairan


tetap berada dalam pembuluh darah. Kekurangan protein dalam darah dapat
menyebabkan cairan di dalam pembuluh darah keluar dan menumpuk, sehingga
menimbulkan edema. Contohnya pada penyakit sindrom nefrotik.
 Reaksi alergi. Edema terjadi karena respons tubuh terhadap alergen, di mana cairan
di dalam pembuluh darah keluar ke area tersebut.
 Kerusakan pembuluh darah vena pada tungkai. Kondisi ini terjadi pada penyakit
insufisiensi vena kronis yang menyebabkan pembuluh darah vena tungkai terganggu,
sehinga cairan dalam aliran darah menumpuk pada pembuluh darah tungkai dan
keluar ke jaringan sekitarnya.
 Gagal jantung. Saat jantung mulai gagal berfungsi, satu atau kedua bilik organ
tersebut mulai kehilangan kemampuan memompa darah secara efektif, sehingga
cairan akan menumpuk secara perlahan dan menimbulkan edema pada tungkai, paru-
paru, atau perut.
 Penyakit ginjal. Edema dapat muncul karena cairan tidak dapat dibuang melalui
ginjal. Edema dapat terjadi pada tungkai dan sekitar mata.
 Gangguan pada otak. Cedera kepala, tumor otak, infeksi otak, atau hambatan cairan
pada otak dapat menyebabkan edema otak.
 Luka Bakar. Luka bakar berat juga menyebabkan kebocoran cairan ke jaringan di
seluruh tubuh.
 Sama halnya dengan luka bakar, infeksi berat juga dapat menyebabkan kebocoran
cairan.
 Gangguan sistem aliran getah bening. Sistem aliran getah bening berfungsi untuk
membersihkan cairan berlebih dari jaringan, Kerusakan sistem ini dapat
menyebabkan cairan bertumpuk.
 Efek samping obat. Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek samping berupa
edema. Contohnya adalah obat antihipertensi, kortikosteroid, obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), hormon estrogen, dan obat diabetes.

Pada beberapa kasus, edema terjadi tanpa diketahui penyebabnya secara jelas (edema
idiopati). Edema seperti ini banyak terjadi pada wanita, dan dapat bertambah parah seiring
usia menua.

Diagnosis Edema

Dokter dapat mencurigai seorang pasien menderita edema berdasarkan gejala yang ada.
Sebelum melakukan pemeriksaan, dokter perlu mengetahui terlebih dahulu riwayat medis,
termasuk obat-obatan yang dikonsumsi pasien. Informasi tersebut sangat penting untuk
mengetahui penyebab edema. Selanjutnya, pemeriksaan fisik dapat dilakukan, termasuk
memeriksa tekanan darah, area yang bengkak, serta kondisi hati, ginjal, dan jantung.

Untuk memastikan penyebab edema, tes berikut ini dapat dilakukan, di antaranya:

 Tes urine atau urinalisis.


 Tes darah, untuk memeriksa fungsi ginjal, hati, atau kadar albumin.
 Pemindaian dengan USG, MRI, serta ekokardiografi.

Pengobatan Edema

Penanganan dilakukan sesuai penyebab edema. Kasus yang ringan akan pulih dengan
sendirinya. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi gejala edema, yaitu:
 Menurunkan berat badan jika memiliki berat badan berlebih. Banyak penderita edema
memiliki berat badan berlebih. Dengan menurunkan berat badan secara bertahap,
maka kondisi edema dapat membaik.
 Menghindari posisi duduk atau berdiri terlalu lama.
 Mengganjal kaki ketika sedang berbaring.
 Berolahraga secara teratur, seperti berjalan atau berenang.
 Mengurangi asupan garam dalam makanan. Garam dapat meningkatkan
penumpukkan cairan dan memperburuk kondisi edema.
 Menggunakan stoking khusus untuk mencegah tungkai bertambah bengkak.

Untuk edema yang lebih parah, penanganan dilakukan dengan obat. Edema yang disebabkan
alergi, maka penderita dapat mengonsumsi obat antialergi untuk mengatasi anggota tubuh
yang bengkak. Sedangkan edema karena kerusakan pembuluh darah akibat gumpalan darah,
dapat diatasi dengan obat pengencer darah. Sementara edema tungkai yang berkaitan dengan
gagal jantung atau penyakit hati, maka dokter memberi obat diuretik untuk meningkatkan
frekuensi buang air kecil. Dengan demikian, cairan dapat kembali mengalir dalam pembuluh
darah

Jika edema terjadi karena efek samping konsumsi obat, maka dokter dapat menyesuaikan
pemberian obat sehingga tidak menimbulkan edema pada penderita. Selain mengurangi
edema, pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya merupakan pengobatan utama,
agak edema tidak terus terbentuk.

Komplikasi Edema

Jika tidak diatasi, edema dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:

 Sulit berjalan.
 Rasa nyeri bertambah parah.
 Kulit semakin menegang, sehingga menjadi gatal dan tidak nyaman.
 Terdapat luka parut di antara lapisan jaringan.
 Risiko luka terbuka atau borok kulit semakin meningkat.
 Elastisitas pembuluh darah, sendi, dan otot semakin menurun.
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B., et al. (2008). Kozier and Erb’s Fundamentals of nursing, concept, process and
practic, eighth edtion. New Jersey : Pearson Education.
Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th edition. St.Louis Missouri:
Mosby-Year Book, Inc.
Rhoads, J. & Meeker,B.J., (2008). Davids guide to clinical nursing skills. Philadeplphia :
F.A. Davis Company.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L. & Cheever, K.H. (2008) Brunner & Suddarth’s
Textbook of medical-surgical nursing. 11th Edition. Philadelphia : Lippincott
William &Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai