Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENGENDALIAN DIABETES MELITUS UNTUK

PENCEGAHAN GAGAL GINJAL KRONIS PADA PEKERJA

Untuk Memenuhi Tugas Occupational Health Nursing Yang Di Ampu Oleh :

Ns. Sudiono, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

Fahar Halimi Syahiruddin (433131420120009)

3A/S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG

Jln. Pangkal Perjuangan KM 1 Raya Bypass Karawang 2023


A. LATAR BELAKANG

Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases)


terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal
kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai
masalah kesehatan masyarakat utama. Ginjal merupakan organ penting yang
berfungsi sebagai filtrat untuk menjaga komposisi darah dari limbah, mengendalikan
keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga keseimbangan elektrolit tetap stabil,
memproduksi hormon dan enzim yang membantu dalam mengendalikan tekanan
darah, membuat sel darah merah serta mempertahankan PH normal dalam tubuh.
Apabila ginjal tidak berfungsi secara normal maka akan menyebabkan penyakit gagal
ginjal.

Ada dua jenis gagal ginjal yaitu akut dan kronis. Gagal Ginjal Akut (GGA) memiliki
onset mendadak, dan berpotensi reversibel dan biasanya disebabkan oleh peristiwa
yang mengarah pada kerusakan ginjal seperti dehidrasi, kehilangan banyak darah
ketika operasi besar, cedera, dan penggunaan obat-obatan yang tidak sesuai dosis.
Sedangkan gagal ginjal kronis (GGK) berlangsung secara perlahan setidaknya tiga
bulan dan menyebabkan gagal ginjal permamen biasanya disebabkan oleh penyakit
jangka panjang seperti hipertensi dan diabetes. Gagal ginjal kronik menjadi masalah
besar dunia karena sulit disembuhkan. Gagal ginjal kronik menjadi masalah besar
dunia karena sulit disembuhkan.Gagal Ginjal Kronik tersebut menyebabkan
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh
tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan
dan elektrolit sehingga pasien akan tetap menderita penyakit tersebut, tidak bisa
disembuhkan dan memerlukan pengobatan (Black, 2014).

Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan dunia dengan prevalensi
dan insidensi yang meningkat, dan prognosis yang buruk. Prevalensi PGK meningkat
seiring meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes
melitus serta hipertensi. Sekitar 1 dari 10 populasi global mengalami PGK pada
stadium tertentu. Hasil systematic review dan meta analysis yang dilakukan oleh Hill
et al, 2016, mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%. Menurut ESRD
Patients (End-Stage Renal Disease) pada tahun 2011 sebanyak 2,786,000 orang,
tahun 2012 sebanyak 3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang.
Dari data tersebut disimpulkan adanya peningkatan angka kesakitan pasien gagal
ginjal kronis tiap tahunnya sebesar sebesar 6 (Fresenius, 2013). Pada tahun 2010,
hasil Global Burden of Disease, PGK merupakan penyebab kematian peringkat ke-27
di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 padatahun 2010.

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2004) memperlihatkan yang


menderita gagal ginjal baik akut maupun kronik mencapai 50% sedangkan yang
diketahui dan mendapatkan pengobatan hanya 25% dan 12,5% yang terobati dengan
baik. Prevalensi gagal ginjal di Indonesia tercatat mencapai 31,7% dari populasi pada
usia 18 tahun keatas (Riskesdas, 2007). Indonesia termasuk negara dengan tingkat
penderita gagal ginjal cukup tinggi.

Di Indonesia angka kejadian gagal ginjal kronis berdasarkan data dari hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 beberapa faktor risiko penyakit ginjal
yaitu hipertensi, diabetes melitus dan obesitas. Populasi umur ≥ 15 tahun yang
terdiagnosis gagal ginjal kronis sebesar 0,2%. Angka ini lebih rendah dibandingkan
prevalensi PGK di negara-negara lain.

Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan prevalensi meningkat seiring dengan


bertambahnya umur, dengan peningkatan tajam pada kelompok umur 35 - 44 tahun
dibandingkan kelompok umur 25 – 34 tahun. Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih
tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggi terjadi pada masyarakat
pedesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta,
petani/nelayan/buruh (0,3%). Provinsi dengan prevalensi tertinggi di Indonesia adalah
Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-
masing 0,4%. Masalah gagal ginjal kronik di Indonesia merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang serius, khusus nya bagi orang yang menderita penyakit
diabetes ataupun hipertensi yang tidak terkontrol karena merupakan prevalensi
penyebab gagal ginjal yang cukup besar. Meskipun hipertensi ataupun diabetes
adalah penyakit kronis dan tidak akan sembuh akan tetapi untuk meminimalisir
keadaan semakin parah agar tidak terjadi gagal ginjal maka diperlukan pencegahan
terhadap penyakit gagal ginjal kronis. Berdasarkan uraian diatas maka kita sebagai
petugas kesehatan khususnya perawat sebaiknya melakukan pendidikan kesehatan
kepada orang yang beresiko terhadap penyakit gagal ginjal kronis untuk memberikan
penjelasan mengenai pencegahan gagal ginjal kronis sedini mungkin.
B. PROGRAM PROPOSAL

Pokok bahasan : Pencegahan terhadap gagal ginjal


Sub pokok bahasan : 1. Pengertian penyakit gagal ginjal
2. Penyebab penyakit gagal ginjal
3. Faktor resiko penyakit gagal ginjal
4. Gejala penyakit gagal ginjal
5. Komplikasi penyakit gagal ginjal
6. Pencegahan penyakit gagal ginjal
Sasaran : Penderita penyakit Diabetes Melitus di PT. Mitra Katering
Hari/Tanggal : Kamis, 09 Maret 2023
Alokasi waktu : 60 menit
Tempat : PT. Mitra Katering

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberikannya penyuluhan diharapkan penderita penyakit hipertensi
yang berobat di Puskesmas Kecamatan Karang Tengah mengetahui tentang
penyakit gagal ginjal serta cara penanganan dan pencegahannya.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikannya penyuluhan diharapkan peserta dapat:
a. Menjelaskan pengertian penyakit gagal ginjal
b. Menjelaskan penyebab penyakit gagal ginjal
c. Menjelaskan faktor resiko penyakit gagal ginjal
d. Menjelaskan gejala penyakit gagal ginjal
e. Menjelaskan komplikasi penyakit gagal ginjal
f. Menjelaskan pencegahan penyakit gagal ginjal
3. Materi
(terlampir)

4. Strategi Pelaksanaan
1. Persiapan
1) Survey karakter dan lokasi sasaran.
2) Koordinasi dengan pihak penyedia tempat.
3) Menyiapkan sarana dan prasarana penunjang penyuluhan.
2. Pelaksanaan

No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu


1 Tahap Pembukaan Menjawab salam dan 5 menit
mendengarkan.
1.1 Moderator membuka
acara dan memberi Mendengar dan
salam. memperhatikan.

1.2 Perkenalan.
2 Tahap Apersepsi Memperhatikan dan 5 menit
menjawab pertanyaan.
2.1 Menanyakan
pengetahuan peserta
tentang penyakit gagal
ginjal kronis
3 Tahap Informasi Mendengar dan 5 menit
memperhatikan.
3.1 Memberikan
informasi tentang topik
yang akan disampaikan.

3.2 Menjelaskan tujuan


Mendengar dan
penyuluhan.
memperhatikan.
3.3 Melakukan kontrak
4 Tahap Penyuluhan 35
menit
4.1 Menjelaskan materi Mendengar dan
penyuluhan :

6
a. Pengertian penyakit
memperhatikan.
gagal ginjal
b. Penyebab penyakit
gagal ginjal
c. Faktor resiko
penyakit gagal ginjal
Bertanya, mendengar dan
d. Gejala penyakit gagal
memperhatikan.
ginjal
e. Komplikasi penyakit
gagal ginjal
f. Pencegahan penyakit
gagal ginjal
4.2 Memberikan
kesempatan bertanya.
5 Tahap Penutup Menjawab pertanyaan. 10
menit
5.1 Penyaji mengajukan
beberapa pertanyaan
secara lisan untuk
mengevaluasi tingkat
pemahaman peserta
tentang materi yang telah
diberikan.
Mendengar dan
5.2 Penyaji memperhatikan
menyimpulkan materi
tentang pencegahan
penyakit gagal ginjal
Mendengar dan menjawab
salam.
5.3 Moderator menutup
acara dan mengucapkan
salam.

7
5. Sarana penunjang
a. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah :
1) Ceramah
2) Tanya jawab
b. Media
1) Flipchart
2) Leaflet
6. Evaluasi
a. Struktur
1) Ruang kondusif untuk kegiatan.
2) Peralatan memadai dan berfungsi.
3) Media dan materi tersedia dan memadai.
b. Proses
1) Ketepatan waktu pelaksanaan.
2) Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan penyakit gagal ginjal
kronis.
3) Interaksi selama proses penyuluhan.
3. Hasil
Peserta penyuluhan dapat memahami apa yang disampaikan dan
mampu menjawab pertanyaan yang diberikan penyuluh.
Jenis tes : pertanyaan secara lisan
Butir soal : 5 soal
1. Jelaskan pengertian penyakit gagal ginjal!
2. Jelaskan penularan penyakit gagal ginjal!
3. Jelaskan 3 gejala penyakit gagal ginjal!
4. Jelaskan komplikasi penyakit gagal ginjal!
5. Jelaskan pencegahan penyakit gagal ginjal!

8
Lampiran 1.

Materi gagal ginjal

1. Pengertian gagal ginjal


Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urin. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang
semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja
sebagaimana fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal
ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis (Anonim, 2010).
GGA adalah sindrom klinis dimana ginjal tidak lagi mengsekresi produk-
produk limbah metabolisme. Biasanya karena hiperfusi ginjal sindrom ini
biasa berakibat azotemia (uremia), yaitu akumulasi produk limbah nitrogen
dalam darah dan aliguria dimana haluaran urine kurang dari 400 ml / 24 jam
(Tambayong, 2000). GGA dikenal dengan Acute Renal Fallure (ARF) adalah
sekumpulan gejala yang mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak
(Nursalam, 2006).
Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif
dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
(Smeltzer & Bare, 2002). Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan
perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat biasanya berlangsung
beberapa tahun (Price, Sylvia, 2005).
Menurut The Kidney Disease Quality Initiative (NKF-K/DOQI), dikatakan
gagal ginjal kronik apabila memiliki salah satu kriteria berikut :
Kerusakan ginjal ≥ 3 bulan, dimana terdapat abnormalitas struktur atau fungsi
ginjal dengan atau tanpa penurunan GFR, yang dimanifestasikan oleh satu
atau beberapa gejala berikut:
 Abnormalitas komposisi darah atau urin

9
 Kelainan patologi (ada pertanda kerusakan ginjal)
 Abnormalitas biopsi ginjal
The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) menyatakan
gagal ginjal kronik terjadi apabila berlaku kerusakan jaringan ginjal atau
menurunnya glomerulus filtration rate (GFR) kurang dari 60 Ml/min/1.73 m2

2. Penyebab gagal ginjal


Sampai saat ini para praktisi klinik masih membagi etiologi gagal ginjal akut
dengan tiga kategori meliputi :
a. Prarenal
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperpusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glomeruls. Gagal ginjal akut Prerenal merupakan
kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan histologik atau morfologik
pada nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal tidak segera diperbaiki, akan
menimbulkan terjadinya nekrosis tubulat akut (NTA). Kondisi ini meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1) Hipovolemik (perdarahan postpartum, luka bakar, kehilangan cairan
dari gastrointestinal pankreatitis, pemakaian diuretik yang berlebih).
2) Fasodilatasi (sepsis atau anafilaksis).
3) Penurunan curah jantung (disaritmia, infark miokard, gagal jantung,
syok kardioenik dn emboli paru).
4) Obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, trombosis).
b. Renal
Pada tipe ini Gagal Ginjal Akut timbul akibat kerusakan jaringan ginjal.
Kerusakan dapat terjadi pada glomeruli atau tubuli sehingga faal ginjal
langsung terganggu. Dapat pula terjadi karena hipoperfusi prarenal yang
tak teratasi sehingga mengakibatkan iskemia, serta nekrosis jaringan ginjal
Prosesnya dapat berlangsung cepat dan mendadak, atau dapat juga
berlangsung perlahan–lahan dan akhirnya mencapai stadium uremia.
Kelainan di ginjal ini dapat merupakan kelanjutan dari hipoperfusi

10
prarenal dan iskemia kemudian menyebabkan nekrosis jaringan ginjal.
Beberapa penyebab kelainan ini adala :
1) Koagulasi intravaskuler, seperti pada sindrom hemolitik uremik,
renjatan sepsis dan renjatan hemoragik.
2) Glomerulopati (akut) seperti glomerulonefritis akut pasca sreptococcus,
lupus nefritis, penolakan akut atau krisis donor ginjal.
3) Penyakit neoplastik akut seperti leukemia, limfoma, dan tumor lain
yang langsung menginfiltrasi ginjal dan menimbulkan kerusakan.
4) Nekrosis ginjal akut misal nekrosis tubulus akut akibat renjatan dan
iskemia lama, nefrotoksin (kloroform, sublimat, insektisida organik),
hemoglobinuria dan mioglobinuria.
5) Pielonefritis akut (jarang menyebabkan gagal ginjal akut) tapi
umumnya pielonefritis kronik berulang baik sebagai penyakit primer
maupun sebagai komplikasi kelainan struktural menyebabkan
kehilangan faal ginjal secara progresif.
6) Glomerulonefritis kronik dengan kehilangan fungsi progresif.
c. Pascarenal / Postrenal
GGA pascarenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup,
namun alirannya dalam saluran kemih terhambat. Etiologi pascarenal
terutama obstruksi aliran urine pada bagian distal ginjal, ciri unik ginjal
pasca renal adalah terjadinya anuria, yang tidak terjadi pada gagal renal
atau pre-renal. Kondisi yang umum adalah sebagai berikut :
1) Obstruksi muara vesika urinaria: hipertropi prostat< karsinoma
2) Obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran kemih, bekuan
darah atau sumbatan dari tumor (Tambayong, 2000).

 Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis
dapat dibagi dalam 3 kelompok :
1. Idiopatik : tidak diketahui penyebabnya
2. Kerusakan parenkim ginjal (kerusakan jaringan ginjal yang terdiri dari
korteks dan medulla) :

11
a. Penyakit Ginjal Primer :
1) Glomerulonefritis : kerusakan yang terjadi pada glomerulus
sehingga bisa menyebabkan protein atau pun darah dalam urin.
2) Pielonefritis : infeksi pada ginjal karena adanya bakteri atau virus
yang menginfeksi urin dan mencapai ginjal dengan melalui ureter
atau dari aliran darah. Walaupun banyak bakteri dan virus yang
menyebabkan pielonefritis, tetapi bakteri paling umum
adalah Escherichia coli.
3) Ginjal polikistik adalah kelainan ginjal yang ditandai dengan
pembentukan kista non kanker yang merusak fungsi ginjal dan
akhirnya menyebabkan gagal ginjal total, biasa disingkat PKD
(Polycystic Kidney Disease).
4) TBC ginjal adalah penyakit infeksi di mana ginjal yang terkena
tuberkulum bacillus (bakteri penyebab TBC) yang biasanya
disebabkan penyebaran hematogen baik dari tuberkulosis paru
maupun tulang.
b. Penyakit Ginjal Sekunder:
1) Nefritis lupus : peradangan pada ginjal karena penyakit SLE.
2) Nefropati : kerusakan pada ginjal.
3) Poliarteritis nodasa : merupakan suatu penyakit dimana bagian dari
arteri-arteri berukuran sedang mengalami peradangan dan
kerusakan, dan menyebabkan berkurangnya pengaliran darah ke
organ-organ yang diperdarahinya. Penyakit ini sering berakibat
fatal jika tidak diobati dengan tepat.
4) Sclerosis sistemik progresif : penyakit pada jaringan ikat yang tidak
diketahui penyebabnya yang ditandai oleh fibrosis kulit dan organ
visceral serta kelainan mikrovaskuler. Penyakit ini berhubungan
dengan adanya antibodi anti nuklear spesifik, terutama anti-
sentromer dan anti sklero-70 (anti-Scl-70).
5) Gout : pengaruh asam urat terhadap peningkatan stress oksidatif
dan pengaktifan sistem renin-angiotensin, dimana hal tersebut akan

12
memicu disfungsi endothel dan vasokontriksi pembuluh perifer
sehingga dapat terjadi hipertensi.
6) DM : kadar gula darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes
bisa memicu kerusakan glomerulus. Kondisi ini jika dibiarkan terus
bisa menyebabkan ginjal kehilangan kemampuan menyaring darah
sehingga terjadi gagal ginjal.
7) Hipertensi : hipertensi adalah penyebab gagal ginjal stadium lanjut
nomor dua terbanyak setelah diabetes. (peningkatan pembuluh
darah  tekanan arteri ginjal meningkat  kerusakan nefron 
suplai darah ke ginjal turun  GFR turun  aliran darah berhenti
membuang limah dan cairan esktra dari tubuh  gagal ginjal.
c. Penyakit ginjal obstruktif
1) Pembesaran prostat : akan memberikan tekanan yang akan
melemahkan kemampuan kandung kemih sehingga kandung kemih
akan kesulitan mengosongkan air kemih lama kelamaan aliran urin
yang terhambat ini bisa menyebabkan gagal ginjal.
2) Batu saluran kemih : Batu ginjal juga dapat menyebabkan
sumbatan total bila batu kemudian tidak dapat melewati saluran
kemih. Sumbatan batu ginjal ini dapat meningkatkan tekanan
dalam ginjal, menyebabkan kerusakan pada ginjal yang dapat
menyebabkan gagal ginjal akut, komplikasi batu ginjal dan bila
berlanjut, dapat menjadi gagal ginjal kronik.
3) Refluks ureter : aliran urin yang abnormal dari kandung kemih
kembali ke tabung (ureter) yang menghubungkan ginjal dengan
kandung kemih. Normalnya, urin hanya mengalir turun dari ginjal
ke kandung kemih. Refluks ureteral biasanya didiagnosis pada bayi
dan anak-anak. Gangguan tersebut meningkatkan risiko infeksi
saluran kemih, jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan
ginjal bahkan bisa menyebabkan gagal ginjal.

13
3. FaktorResiko
Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Merokok, Minuman Suplemen Energi,
Konsumsi Kopi, Hipertensi , DiabetesMelitus, Obesitas.
a. Penyebab penyakit ginjal yang lain Keracunan dan trauma, misalnya terkena
pukulan berat langsung pada ginjal, dapat mengakibatkan penyakit ginjal.
Beberapa obat, termasuk obat tanpa resep, dapat meracuni ginjal bila sering
dipakai selama jangka waktu yang panjang. Produk yang menggabungkan
aspirin, asetaminofen, dan obat lain misalnya ibuprofen ditemukan paling
berbahaya untuk ginjal. Bila kita sering memakai obat penawar nyeri,
sebaiknya kita membahas dengan dokter untuk memastikan bahwa tidak
beresiko untuk ginjal kita. Preparat lingkungan dan okupasi yang telah
menunjukkan dampak dalam gagal ginjal kronis termasuk timah, kadmium,
merkuri, dan kromium.
b. Faktor penyebab penyakit gagal ginjal lainnya juga adalah karena penyakit
ginjal obstruktif misalnya adalah pembesaran prostat, batu saluran kemih
dan juga refluks yang terjadi pada ureter. Tanda dan gejala Gagal Ginjal
Kronik :
1) Gangguan pada Kulit
Kulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbulnya bintik-bintik
hitam dan gatal akibat uremik atau pengendapan kalsium pada kulit. hal
tersebut merupakan gejala-gejala pada penyakit gagal ginjal kronik.
Gejala adanya penyakit lain Ginjal kronik merupakan tahapan kedua dari
gangguan ginjal yang disebabkan oleh beberapa serangan dari penyakit
seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi atau hipertensi batu ginjal,
atau yang diakibatkan dari efek samping konsumsi obat-obatan yang
mengandung racun atau efek samping pada fungsi ginjal.
2) Hematologi
Anemia merupakan gejala yang hampir selalu ada dalam gagal ginjal
kronik. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal tanpa di sertai anemia
perlu dipikirkan apakah suatu gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronik
sering disertai polistemi. Hemolisis merupakan sering timbul anemia.

14
Akan tetapi setelah anemia pada gagal ginjal kronik sering disertai
pendarahan akibat dari gangguan fungsi trombosit atau dapat pula
disertai trombositopeni. Fungsi leukosit maupun limposit dapat pula
terganggu sehingga pertahanan seluler terganggu, sehingga pada
penderita gagal ginjal kronik mudah terinteksi oleh karena imunitas yang
menurun.
3) Adanya sistem syaraf otot
Bagi penderita sering mengeluh tungkai bawah selalu bergerak-gerak
(restlesslessleg syndrome) kadang terasa sangat terbakar pada kaki,
gagguan syaraf dapat pula berupa kelemmahan, gangguan tidur,
gangguan konsentrasi, tremor, dan kejang sampai penurunan kesadaran
atau mengalami koma.

4. Gejala
Berikut adalah gejala-gejala penting yang berkaitan dengan menurunnya daya
kerja ginjal yang berpotensi menjadi penyakit gagal ginjal :
a. Penimbunan Sampah Dalam Darah Hal ini ditandai dengan kelelahan,
sekujur tubuh terasa sakit-sakitan, gatal, kram, mudah lupa, susah tidur,
mual-mual, tidak ada nafsu makan, daya tahan tubuh terhadap infeksi sangat
berkurang.
b. Masalah Keseimbangan Cairan Penimbunan cairan dengan tanda-tanda
pergelangan kaki dan juga wajah membengkak. Sebaliknya, pengeringan
cairan bisa ditandai dengan mata yang sangat cekung, mulut kering, hampir
tidak ada lendir dalam mulut.
c. Gangguan Hormon Dengan berkurangnya daya kerja ginjal bisa
menyebabkan ginjal menghasilkan lebih banyak hormon atau ekstra
hormon. Akibatnya, akan menambah hormon tekanan darah. Sebaliknya,
hormon-hormon yang lain menjadi berkurang produksinya. Hal ini
menyebabkan tubuh kekurangan darah, lelah dan juga tulang rapuh.

5. Komplikasi gagal ginjal kronis

15
Komplikasi yang mungkin terjadi pada gagal ginjal kronis menurut Kowalak
dkk, 2011: 564, meliputi:
a. Anemia
Pada GGK, anemia terjadi karena berkurangnya produksi hormon
eritropoeitin (EPO) akibat berkurangnya massa sel-sel tubulus ginjal.
Hormon ini diperlukan oleh sumsum tulang untuk
merangsang pembentukan sel-sel darah merah dalam jumlah yang cukup
untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Jika eritropoietin
berkurang, maka sel-sel darah merah yang terbentuk pun akan berkurang,
sehingga timbullah anemia.
Faktor lain yang juga berperan dalam terjadinya anemia adalah :
1) kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, karnitin
2) penghambat eritropoietin (peradangan, hiperparatiroidisme)
3) perdarahan
4) umur sel darah merah yang memendek (misalnya pada anemia hemolitik,
anemia sickle cell/anemia bulan sabit)
b. Neoropati perifer (kerusakan saraf)
Beberapa penyakit metabolik lainnya mempunyai kaitan yang erat dengan
neuropati perifer. Uremia atau gagal ginjal kronik, mempunyai resiko 10-
90% mengembangkan gejala neuropati, dan mungkin terdapat kaitan antara
gagal hati dan neuropati perifer. Terakumulasinya lemak di dalam pembuluh
darah (aterosklerosis) dapat memutus suplai darah kepada
saraf perifer tertentu. Tanpa oksigen dan nutrisi, saraf tersebut perlahan
akan mati.
c. Komplikasi kardiopulmoner
Penderita GGK juga berisiko mengalami gagal jantung atau penyakit
jantung iskemik. Gagal jantung adalahsuatu keadaan dimana jantung tidak
dapat memompa darah dalam jumlah yang memadai ke seluruh tubuh.
Jantung tetap bekerja tetapi kekuatan memompa atau daya tampungnya
berkurang.

16
Gagal jantung pada GGK biasanya didahului oleh anemia. Jika tidak
diobati, anemia pada GGK bisa menimbulkan masalah yang serius. Jumlah
sel darah merah yang rendah akan memicu jantung sehingga jantung bekerja
lebih keras. Hal ini menyebabkan pelebaran bilik jantung kiri yang disebut
LVH (left ventricular hypertrophy). Lama kelamaan, otot jantung akan
melemah dan tidak mampu memompa darah sebagaimana mestinya
sehingga terjadilah gagal jantung. Hal ini dikenal dengan nama sindrom
kardiorenal.
4. Komplikasi GI
Dapat berupa anoreksia, nausea, muntah yang dihubungkan dengan
terbentuknya zat toksik (amoniak, metal guanidin) akibat metabolisme
protein yang terganggu oleh bakteri usus sering pula faktor uremikum akibat
bau amoniak dari mulut. Sehingga terkristalisasi dari keringat dan
membentuk serbuk putih di kulit (bekuan uremik). Beberapa penderita
merasakan gatal di seluruh tubuh. Disamping itu sering timbul stomatitis.
Gastritis erosif hampir dijumpai pada 90% kasus GGK, bahkan
kemungkinan terjadi ulkus peptikum dan kolitis uremik.
5. Disfungsi seksual
Gangguan sistem endokrin yang terjadi pada GGK menyebabkan
berkurangnya produksi hormon testosteron. Hormon ini diperlukan untuk
menghasilkan sperma (spermatogenesis), merangsang libido dan untuk
fungsi seksual yang normal. Selain itu, secara emosional penderita GGK
juga mengalami perubahan emosi. Perasaan cemas, khawatir dan depresi
dapat menyebabkan terkurasnya energi, berkurangnya kemampuan dan
hilangnya keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk aktivitas
seksual.
6. Defek skeletal
Kelainan tulang pada GGK yang terjadi akibat gangguan metabolisme
mineral disebut sebagai osteodistrofi renal. Pada keadaan ini, ginjal gagal
mempertahankan keseimbangan kadar kalsium dan fosfat dalam darah. Jika
kadar fosfat dan kalsium dalam darah sangat tinggi (hasil kali kadar kalsium

17
dan fosfat mencapai > 70 mg/dL) maka selain demineralisasi tulang, pada
GGK akan terjadi pengendapan garam kalsium fosfat di berbagai jaringan
lunak (kalsifikasi metastatik).
Mineral yang membangun dan memperkuat tulang adalah kalsium. Jika
kadar kalsium di dalam darah terlalu rendah, maka 4 kelenjar kecil di daerah
leher – yaitu kelenjar paratiroid – akan melepaskan hormon paratiroid.
Hormon ini akan menarik kalsium dari tulang supaya kadar kalsium dalam
darah meningkat. Jika jumlah hormon paratiroid dalam darah terus
meningkat, maka akan semakin banyak kalsium yang diambil dari tulang
sehingga akhirnya tulang mengalami demineralisasi dan menjadi rapuh.
Kadar kalsium dalam darah juga ditentukan oleh fosfat. Ginjal yang sehat
bertugas membuang kelebihan fosfat dari darah. Jika ginjal gagal berfungsi,
maka kadar fosfat dalam darah dapat meningkat dan menyebabkan kadar
kalsium dalam darah menurun sehingga semakin banyak kalsium yang
diambil dari tulang untuk mengkompensasi kadar fosfat yang tinggi dan
tulang menjadi rapuh.
Ginjal yang sehat menghasilkan kalsitriol, suatu bentuk aktif vitamin D,
yang bertugas membantu menyerap kalsium dari makanan ke dalam tulang
dan darah. Jika kadar kalsitriol turun sangat rendah maka penyerapan
kalsium dari makanan juga terganggu, akibatnya kadar hormon paratiroid
akan meningkat dan merangsang pengambilan kalsium dari tulang.
Kalsitriol dan hormon paratiroid bekerja sama untuk menjaga keseimbangan
kalsium dan kesehatan tulang.

6. Pencegahan gagal ginjal kronik


Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai
dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya
pencegahan pada penyakit ginjal dan kardiovaskular adalah:
a. Pengobatan terhadap hipertensi
Peningkatan tekanan dan regangan yang kronik pada arteriol dan glomeruli
diyakini dapat menyebabkan sklerosis pada pembuluh darah glomeruli atau

18
yang sering disebut degan glomerulosklerosis. Penurunan jumlah nefron
akan menyebabkan proses adaptif, yaitu meningkatnya aliran darah,
peningkatan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) dan peningkatan keluaran urin
di dalam nefron yang masih bertahan. Proses ini melibatkan hipertrofi dan
vasodilatasi nefron serta perubahan fungsional yang menurunkan tahanan
vaskular dan reabsorbsi tubulus di dalam nefron yang masih bertahan.
Perubahan fungsi ginjal dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
kerusakan lebih lanjut pada nefron yang ada. Lesi-lesi sklerotik yang
terbentuk semakin banyak sehingga dapat menimbulkan obliterasi
glomerulus, yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal lebih lanjut
b. Pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia melalui pola makan yang
baik
Nefropati diabetik timbul akibat dari kadar glukosa yang tinggi
menyebabkan terjadinya glikosilasi protein membran basalis, sehingga
terjadi penebalan selaput membran basalis, dan terjadi pula penumpukkan
zat serupa glikoprotein membran basalis pada mesangium sehingga lambat
laun kapiler-kapiler glomerulus terdesak, dan aliran darah terganggu yang
dapat menyebabkan glomerulosklerosis dan hipertrofi nefron. Perlu
dilakukan skrining setiap 6bulan melalui metode pemeriksaan urin untuk
melihat apakah masih terdapat mikroalbuminuria. Tingginya ekskesi
albumin atau protein dalam urin selanjutnya akan menjadi petunjuk
tingkatan kerusakan ginjal. Jika sudah terjadi gangguan faal ginjal yang
kemudian menjadi kegagalan faal ginjal atau disebut gagal ginjal.
Pola makan sehat penting untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah
dan menjaga tekanan darah tetap normal. Kedua kondisi ini penting untuk
mencegah terjadinya penyakit ginjal kronis. Mengkonsumsi makanan
berimbang meliputi banyak sayuran dan buah segar. Selain itu, kontrol
kadar kolesterol dengan menghindari makanan kaya lemak jenuh tinggi
seperti goreng-gorengan, mentega, keju, kue, biskuit, serta makanan-
makanan yang mengandung minyak kelapa atau minyak sawit. Sebaliknya,
Selain itu, terlalu banyak garam juga akan meningkatkan tekanan darah.

19
Penting untuk membatasi konsumsi garam tidak lebih dari 6 gram sehari
yang setara dengan satu sendok teh penuh.
c. Peningkatan aktivitas fisik
Naiknya tekanan darah dan risiko berkembangnya GGK dapat
diminimalkan dengan olahraga teratur. Penderita disarankan untuk
menjalankan aktivitas aerobik dengan intensitas menengah seperti bersepeda
atau jalan cepat selama setidaknya 150 menit tiap minggu.
Obat penghambat sistem renin angiotensin seperti penghambat ACE
(angiotensin converting enzyme) dan penyekat reseptor angiotensin telah
terbukti dapat mencegah dan menghambat proteinuria dan penurunan fungsi
ginjal.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kowalak, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:EGC


Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih
Bahasa: Brahm U. Pendit. Editor: Huriawati Hartanto. Edisi VI. Jakarta:
EGC
Price dan Wilson. 2002. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Rivandi, J., Yonata, Ade. 2015. Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian
Gagal Ginjal Kronik.
Smeltzer, S. C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2017). Situasi Penyakit
Ginjal Kronis. www.depkes.go.id/download.php?file.../infodatin/infodatin
%20ginjal%202017.
World Kidney Day. (2017). Chronic Kidney Disease
http://www.worldkidneyday.org/faqs/chronuc-kidney-disease/
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1. Jakarta:
Salemba Medika
Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam, Dr. Nurs M. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai