Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah keperawatan medikal bedah 1

Dosen Pengampu: Ns. Santi Herlina, M.Kep, Sp.Kep.MB

Disusun Oleh:

Fatimah Azzahra 1810701020

Lia Uswatun Khasanah 1810701021

Dimas Zuhrul Anam 1810701022

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Pokok bahasan : Dampak gagal ginjal

Sub Pokok Bahasan : cara pengontrolan rasa haus pada pasien GGK

Sasaran : Pasien Hemodialisa

Waktu : 20 menit

Tanggal : 05 Desember 2019

Tempat : Ruang Hemodialisa

I. Latar Belakang
Cronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit gagal ginjal kronik (GGK)
merupakan gangguan pada fungsi ginjal yang progresif dan irreversible,
dimana tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Smeltzer, S. C., Bare, B.
G., Hinkle, J. L., Cheever, K. H., Towsend, M. C, 2010). Akibat
ketidakmampuan ginjal membuang produk sisa melalui urin bisa menyebabkan
gangguan endokrin, metabolik dan cairan elektrolit serta asam basa, sehingga
diperlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal untuk kelangsungan hidup
pasien (Smeltzer, et al, 2010 ; Ignatavicius & Workman, 2010).
Di Amerika Serikat, kejadian prevalensi gagal ginjal meningkat dan
jumlah orang yang gagal ginjal yang dirawat dengan dialisis & transplantasi
diproyeksikan meningkat 651.000 dalam tahun 2010. Data menunjukkan
bahwa setiap tahun, 200.000 orang Amerika menjalani hemodialisa karena
gangguan ginjal kronis artinya 1140 dalam 1 juta orang Amerika adalah pasien
dialisis. Di negara Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat
1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya (Neliya, 2012).
Di dunia, sekitar 2.622.000 orang telah menjalani pengobatan End – Stage
Renal Disease (ESRD) pada akhir tahun 2010, sebanyak 2.029.000 orang
(77%) diantaranya menjalani pengobatan dialisis dan 593.000 orang (23%)
menjalani transplantasi ginjal. Sedangkan kasus gagal ginjal di Indonesia,
setiap tahunnya masih terbilang tinggi karena masih banyak msyarakat
Indonesia tidak menjaga pola makan dan kesehatan tubuhnya. Dari survey
yang dilakukan PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) pada tahun
2009, prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 12,5 % berarti sekitar
18 juta orang dewasa di Indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronik
(Neliya, 2012).
Pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena
asupan cairan yang berlebihan dapat mengakibatkan kenaikan berat badan,
edema, bronkhi basah dalam paru – paru, kelopak mata yang bengkak dan
sesak nafas yang diakibatkan oleh volume cairan yang berlebihan. Cairan yang
diminum pasien yang menjalani hemodialisa harus diawasi dengan seksama.
Beberapa pasien mengalami kesulitan dalam membatasi asupan cairan yang
masuk, namun mereka tidak mendapatkan pemahaman tentang bagaimana
strategi yang dapat membantu mereka dalam pembatasan cairan (Tovazzi &
Mazzoni, 2012). Meskipun pasien sudah mengerti bahwa kegagalan dalam
pembatasan cairan dapat berakibat fatal, namun sekitar 50% pasien yang
menjalani terapi hemodialisis tidak mematuhi pembatasan cairan yang
direkomendasikan (Barnett, Li, Pinikahana & Si, 2010).

II. Tujuan Pembelajaran Umum ( T I U )

Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 X 20 menit, diharapkan klien mampu

memahami tentang dampak yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik dan
pengontrolan rasa haus
III. Tujuan Pembelajaran Khusus ( T I K )

Setelah diberi penyuluhan selama 1 X 20 menit, diharapkan klien dapat :

a. Menjelaskan penegrtian gagal ginjal kronik


b. Menyebutkan penyebab gagal ginjal kronik
c. Menyebutkan gejala gagal ginjal kronik
d. Menyebutkan Penatalaksanaan gagal ginjal kronik
e. Menyebutkan cara mengatasi rasa haus (pembatasan cairan)

IV. Metode dan Media


 Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab/diskusi
 Media yang digunakan leaflet

V. Materi

Terlampir

VI. Pengorganisasian
a. Pembimbing Klinik : Ns. Santi Herlina, M.Kep, Sp.Kep.MB
b. Pembimbing Pendidikan : Ns. Santi Herlina, M.Kep, Sp.Kep.MB
c. Penyaji : Dimas Zuhrul Anam
d. Moderator : Lia Uswatun Khasanah
e. Observer : Fatimah Azzahra
f. Fasilitator : Fatimah Azzahra

VII. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


1 3 menit  Pembukaan
Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri Menjawab salam
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan Mendengarkan
 Menyebutkan materi yang akan pembukaan yang
diberikan disampaikan oleh

 Menyampaikan kontrak waktu moderator.

2 10 menit  Pelaksanaan Mendengarkan dan


Penyampaian materi oleh pemateri: memberikan umpan balik
 Menggali pengetahuan tentang tehadap materi yang
gagal ginjal kronik disampaikan.
 Menjelaskan tentang pengertian
gagal ginjal kronik
 Menjelaskan penyebab gagal
ginjal kronik
 Menjelaskan gejala gagal ginjal
kronik
 Menjelaskan dampak gatal
pada pasien gagal ginjal
 Menjelaskan cara mengatasi
gatal pada pasien gagal ginjal
3 2 menit  Tanya jawab Mengajukan pertanyaan
Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya tentang
materi yang kurang dipahami
3 3 menit  Evaluasi Menjawab pertanyaan
Menanyakan kembali kepada
peserta tentang materi yang telah
diberikan dan reinforcement kepada
peserta yang dapat menjawab
pertanyaan
4 2 menit  Penutup Mendengarkan dengan
Menjelaskan kesimpulan dari seksama dan menjawab
materi penyuluhan salam
 Ucapan terima kasih
 Salam penutup

MATERI PENYULUHAN

PENGONTROLAN RASA HAUS UNTUK PASIEN GAGAL GINJAL


KRONIK
A. Pengertian GGK

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urin (NKF, 2016).

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of


National Kidney Foundation (2016), penyakit gagal ginjal kronik dikarenakan
adanya kerusakan struktural atau fungsional ginjal dan/atau penurunan laju
filtrasi glomerulus kurang dari 60mL/menit/1,73m2 yang berlangsung lebih
dari tiga bulan. Kerusakan ginjal didefinisikan sebagai kelainan patologis atau
penanda kerusakan, termasuk kelainan pada darah atau tes urine atau studi
pencitraan.

B. Penyebab GGK

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of


National Kidney Foundation (2016), terdapat dua penyebab utama dari
penyakit ginjal kronis yaitu diabetes dan tekanan darah tinggi, yang
bertanggung jawab untuk sampai dua- pertiga kasus. Diabetes terjadi ketika
gula darah terlalu tinggi, menyebabkan kerusakan banyak organ dalam tubuh,
termasuk ginjal dan jantung, serta pembuluh darah, saraf dan mata. Tekanan
darah tinggi, atau hipertensi, terjadi ketika tekanan darah terhadap dinding
pembuluh darah meningkat. Jika tidak terkontrol, atau kurang terkontrol,
tekanan darah tinggi bisa menjadi penyebab utama serangan jantung, stroke
dan penyakit ginjal kronis. Begitupun sebaliknya, penyakit ginjal kronis dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi. Selain diabetes millitus dan hipertensi,
terdapat beberapa penyebab lain gagal ginjal kronik, yaitu:

 Kurang minum
 Minuman beralkohol
 Minuman bersoda
 Infeksi penyakit
 Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat
 Penyakit bawaan
 Batu saluran kencing

C. Tanda dan Gejala GGK


1. Sakit kepala
2. Sesak nafas, oedema paru, hipertensi, oliguria, anuria, oedema ekstremitas
3. Mual, muntah, pucat, kulit kering, anemia
4. Gejala dini seperti lemah, sakit kepala, berat badan menurun, lelah, dan
nyeri pinggang
5. Gejala lanjut seperti nafsu makan menurun, mual disertai muntah, sesak
nafas baik di waktu ada kegiatan atau tidak, bengkak yang disertai
lekukan, gatal-gatal pada kulit, dan kesadaran menurun
D. Penatalaksanaan GGK
1. Observasi keseimbangan cairan antara yang masuk dan yang keluar (input
- output)
2. Batasi cairan yang masuk
3. Cuci darah (hemodialisis)
4. Operasi
5. Pengambilan batu
6. Transplantasi ginjal (cangkok ginjal)
7. Nutrisi
8. Obat-obatan

E. Penyebab rasa haus pada pasien gagal ginjal kronik


Terapi hemodialisis merupakan salah satu cara bagi penderita gagal ginjal
kronis untuk bisa bertahan hidup. Dengan tujuan untuk membuang produk
sisa metabolisme dari peredaran darah manusia berupa air, natrium, kalium,
hidrogen, urea, dan kreatinin, melalui membran semipermeable atau disebut
dialiser. Penderita gagal ginjal kronis menjadikan hemodialisis sebagai
rutinitas dan pasien yang menjalani hemodialisa harus mempertahankan
pembatasan asupan cairan untuk mengontrol dan membatasi jumlah asupan
cairan sehingga tercapai keseimbangan cairan tubuh agar tidak terjadi
kelebihan cairan (Harsismanto, Rifai dan Tuti, 2008; Price & Wilson, 2013).
Kelebihan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisis dapat
menyebabkan penambahan berat badan, edema, peningkatan tekanan darah,
sesak nafas, dan gangguan jantung yang menurunkan kualitas hidup pasien,
maka dari itu pembatasan cairan harus dilakukan pada pasien hemodialisa
walaupun pasien akan mengalami keluhan xerostomia dan rasa haus (Guyton
& Hall, 2016).
Rasa haus adalah respon fisiologis dari dalam tubuh manusia berupa
keinginan untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh. Diperkirakan 68 -
86% dari pasien yang menjalani hemodialisis mengungkapkan pengalaman
rasa haus atau mulut kering, yang menyebabkan ketidaknyamanan dan
penderitaan pada pasien hemodialisis sehingga dapat mempengaruhi kualitas
hidup (Fan & Zhang, 2013).

F. Cara Mengatasi Rasa Haus Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik


Ada beberapa cara yang dilakukan untuk merawat mulut kering dan
mengurangi rasa haus pada pasien yang menjalani hemodialisa:
1. Mengunyah permen karet rendah gula
Permen karet xylitol merupakan permen yang mengandung
pemanis buatan yang digunakan sebagai bahan pengganti gula yang sama
manisnya dengan sukrosa. Kegiatan mengunyah permen karet rendah gula
dua butir ± 10 menit dengan 3x/hari selama 2 minggu akan menimbulkan
rangsangan mekanis dan kimiawi yang dapat menggerakkan reflek saliva
dengan menstimulasi reseptor yang dipantau oleh nervus trigeminal (V)
dan nervus fasial (VII) sebagai pengecap. Stimulasi saraf simpatis akan
mempercepat sekresi pada semua kelenjar saliva dalam jumlah banyak
yang dapat menurunkan sensasi rasa haus yang muncul (Ganong, 2008;
Said & Mohammed, 2013) selain itu permen karet xylitol dapat dibawah
kemana-mana serta cara mengkonsumsi yang praktis.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariani, Putra, dan
Arisusana pada tahun 2014 dengan 20 responden, terdapat pengaruh yang
signifikan mengunyah permen karet terhadap rasa haus. Dalam penelitian
ini juga mencantumkan bahwa semakin banyak mengunyah permen karet
maka rasa haus pada pasien hemodialisa
berkurang.
2. Mengulum Es Batu
Penelitian yang meneliti efektifitas mengulum es batu dan
mengunyah permen karet rendah gula pada penurunan rasa haus pasien
hemodialisa menunjukkan bahwa mengulum es batu lebih efektif dalam
menurunkan rasa haus dari pada mengunyah permen karet rendah gula
karena air es yan g mencair dan rasa dingin dari es dapat menyegarkan
mulut dan tenggorokan sehingga perasaan haus berkurang (Arfany et
al,2014). Penelitian lain mengatakan bahwa untuk mengurangi rasa haus
pada penderita gagal ginjal kronik karena pembatasan cairan adalah
dengan mengkonsumsi potongan es karena dapat memberikan perasaan
lebih segar daripada meminum air sedikit-sedikit (Phillips, et al.,2017).
DAFTAR PUSTAKA

Arfany, N. W., Armiyati, Y., & Kusuma, M. B. (2014). Efektifitas


mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu terhadap penurunan
rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di
RSUD Tugurejo Semarang.Jurnal Keperawatan dan kebidanan (JIKK). 2-9.

Ariani, N. P., Yasa, D. G., &Arisusana, M. (2014). Pengaruh mengunyah


permen karet xylitol terhadap rasahaus pada pasien CKD dengan terapi
hemodialisa. Jurnal Keperawatan. 2-11

Dasuki & Buhari Basok. Pengaruh Menghisap Ice Cubes dalam


Manajemen Rasa Haus pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisa. J. Heal. Sci., vol.2, no.2, pp. 7783, 2018.

Riskesdas. (2013). Riset kesehatan dasar.Jakarta: badan penelitian dan


pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI.Diakses
dari:http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasilriskes das2013.pdf

Anda mungkin juga menyukai