Anda di halaman 1dari 50

MANAJEMEN MEDIS

PASIEN HEMODIALYSIS
YANG AKAN MENJALANI OPERASI

Kusmardi Sumarjo
Pembimbing:DR.Dr.H.ImamEffendi,SpPD-KGH
Identitas

Nama: Ny.MS
Usia: 47th
Alamat: Riau
Pekerjaan: IRT
Asuransi: Jamkesda
Masuk RS tgl 25 September 2013
No.RM: 388-32-83
Anamnesis

Keluhan Utama :
Bisul pada lipat paha kanan
(tempat akses vaskular HD) sejak 1
bulan smRS
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang:


20thn :
2 tahun rujuk
Hipertensi 1 tahun yl
terakhir 1 bulan RSCM
(TDS rata- : Cimino
HD a/i yl : Bisul (pro
rata 150, 1 tahun
femoral penata
tertinggi CKD St.V disfungsi
kanan laksan
230mmHg), e.c. HTN Femoral an
obat: tak kanan kiri lebih
Amlodipine terkendali lanjut+
1x10mg
CAPD)
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat sakit DM, kel.darah/perdarahan,
asma/alergi, jantung, paru, liver, dan operasi
sebelumnya disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Orangtua/saudara kandung yang punya sakit
ginjal seperti pasien disangkal
Riwayat Pekerjaan/Obstetri/Sosial:
IRT dengan suami dan orang anak.
Riwayat Lain-lain:
Merokok/alkoholisme disangkal
Travelling HD RSUD Riau 19/9/2013

HD Senin Kamis
Qb: 180-230 cc/menit
T : 5 jam
Dialisat : bicarbonat
Heparin continue (1500 bolus 2000
IU/jam)
Anti HCV : reaktif
th/
amlodipin 1x10mg
Asam folat
Pemeriksaan Fisik
KU sedang; CM; TD 140/100mmHg; S 36,7oC;
HR 92x/mnt
Mata: konjungtiva pucat, sklera tak ikteris
THT : tenang;
JVP : 5-2cmH20
Cor : BJ p2 mengeras
Pulmo: sonor, vesikuler, ronki (-/-), wheezing(-/-)
Abdomen : cembung, H/L tt, Bising usus (+)
normal
Ekstremitas : akral hangat, edema tungkai
(+/+), abses femoralis dextra
Pemeriksaan Penunjang

EKG SR, QRS rate 80x/m, LAD, pr interval


0,10, T inverted I, II, aVL, V2-V6

R Thorax PA CTR>50%, infiltrat (-/-)

Laboratorium:
Hb=8,64/L=17.600/Ht=26,6/Tr=355.000/MCV=88/
MCH=26/Diff.count=0-6-1-80-6-7/
Ureum/Creatinin=89,4/10,07; GDS=108;
SGOT/GPT=39/57; Na/K=142/3,7
PT=10,7(K=12); aPTT=34,8(K:32,7)
Pemeriksaan Penunjang

Echocardiography (25/9/2013)
- Dimensi R. Jantung Dilatasi (LA & LV)
- Dinding Ventrikel Hipertrofi Eksentrik
- LV Wall Motion Globak Normokinetik
- Katup Jantung : MR moderate, TR mild,
AR mild
- Fungsi Systolic LV baik, EF 59%
- Fungsi Systolic RV baik, TAPSE 19 mm
- Disfungsi Dyastolic Moderate
Masalah Pasien Masuk RSCM
1. Abses akses vaskular (femoral dx) +
afungsi cimino
2. CKD St.V on HD kronik pro operasi
akses CAPD
3. Hipertensi St.II belum terkendali
Pemantauan selanjutnya

Keluhan : sempat sesak napas saat perawatan awal pra


operasi akses CAPD I di RS & akses CAPD 2x macet

23/9 30/9 11/10 HD lanjutan 11/11

HD Sesak Pasang Sabtu


Repair
Senin napas, selang 12/10
CAPD
23/6 demam CAPD Rabu 16/10
Tes
Kamis (-) di OK Sabtu
ulang
26/9 akses 19/10

Senin HD CAPD Rabu 23/10
macet
30/9 Jumat macet Sabtu
4/10 26/10
pro
Senin Rabu 30/10
pasang
7/10 Sabtu 2/11
CDL
Rabu Rabu 6/11
jugularis
9/10 Sabtu 9/11
interna
Rabu 13/11
Pemantauan HD, Senin 23/09/2013
Pre HD 1 2 3
Waktu 23.35 23.55 00.45 03.15
Berat badan Tidak
(kg) ditimbang
Sistolik 170 177 145 144
(mmHg)
Diastolik 79 79 90 87
(mmHg)
Suhu (oC) 36
Napas (x/min) 20 21 20 20
Nadi (x/min) 85 80 89 90
Qb 200 200
Tekanan vena 80 80
TMP 120 140
Vol yg ditarik 66 78,3 200
Keluhan sesak sesak sesak Sesak (-)
Pemantauan HD, Kamis 26/09/2013
Pre HD 1 2 3 4 5

Waktu 21.30 21.40 22.40 23.50 01.00 02.30

Berat badan (kg) Tidak ditimbang

Sistolik (mmHg) 184 184 184 180 180 176

Diastolik 102 102 104 103 `103 105


(mmHg)
Suhu (oC) 37 37

Napas (x/min) 20 20 20 20 20 20

Nadi (x/min) 84 84 84 84 81 86

Qb 180 200 200 200

Tekanan vena 100 100 100 100

TMP 100 100 100 100

Vol yg ditarik 0 886 1489 2000 3000

Keluhan - - - - - -
Pemeriksaan Fisik tg 30/9/2013

Kesadaran : cm, TSS


TD : 150/90
FN : 108x/menit reguler
FR : 24 x/m
Suhu : 36
Mata : konjungtiva pucat (+), sklera ikterik (-)
Leher : JVP sulit dinilai
Paru : vesikuler, ronki +/+ basah basal
wheezing -/-
Jantung : BJ reguler murmur (-), gallop (-)
Abdomen : buncit, lemas, H/L ttb, BU + normal
Ekstremitas : akral hangat, edem tungkai bawah
+/+
Pemantauan HD, Senin 30/9/2013
Pre HD 1 2 3 4 5
Waktu 9.15 10.0 11.00 11.30 13.30
0
Berat badan (kg) Tidak
ditimbang
Sistolik (mmHg) 193 170 170 160 172 170
Diastolik (mmHg) 107 99 90 90 95 90
Suhu (oC) 36
Napas (x/min) 24 24 20 20 20
Nadi (x/min) 85 80 80 84 84 88
Qb 150 150 150 150
Tekanan vena 80 100 100 100
TMP 100 80 80 100
Vol yg ditarik 0 544 832 1711 2500
Keluhan sesak sesak sesak sesak sesak sesak

Ket : mohon perbaikan akses Vaskuler krn macet


Ro 1/10/2013
CTR > 50%, Infiltrat parakardial,
kranialisasi -/-
Rencana terapeutik
O2 2 lpm nk
IVFD : (-)
Diet rendah garam 1900 kkal lunak
Ampicilin sulbactam 4x1,5 gr
Tramadol 3x100 mg iv
Asam folat 1x15 mg
Vit B12 3x1
Bicnat 3x500mg
Ambroxol 3xCI
Paracetamol 3x500 mg k/p
Amlodipin 1x10mg
Valsartan 1x160mg
Ascardia 1x80mg

Rencana pasang selang CAPD 11/10/2013


Pemantauan HD, Jumat 4/10/2013
Pre HD 1 2 3 4 5

Waktu 21.30 21.40 22.40 23.50 01.00 02.30

Berat badan (kg) Tidak ditimbang

Sistolik (mmHg) 205 205 201 198 208 199

Diastolik 116 116 118 107 `126 100


(mmHg)
Suhu (oC) 37 37

Napas (x/min) 22 22 22 22 20 20

Nadi (x/min) 101 101 118 114 98 101

Qb 250 250 250 250

Tekanan vena 100 100 100 100

TMP 100 100 100 100

Vol yg ditarik 0 1081 2477 3397 4000

Keluhan sesak sesak sesak sesak Sesak berkurang Sesak berkurang


Pemantauan HD, Senin 7/10/2013
Pre HD 1 2 3
Waktu 23.35 23.55 00.45 03.15
Berat badan Tidak
(kg) ditimbang
Sistolik 199 200 190 201
(mmHg)
Diastolik 115 100 100 109
(mmHg)
Suhu (oC) 36
Napas (x/min) 24 24 24 24
Nadi (x/min) 86 88 100 90
Qb 250 250
Tekanan vena 80 80
TMP 80 80
Vol yg ditarik 132 487 1500
Keluhan sesak sesak sesak Sesak (-)
Pemantauan HD, Rabu 9/10/2013
Pre HD 1 2 3 4
Waktu 20.30 21.10 23.20 00.05 01.15
Berat badan Tidak
(kg) ditimbang
Sistolik 199 200 166 162
(mmHg)
Diastolik 110 110 112 91
(mmHg)
Suhu (oC) 36

Napas (x/min) 24 24 24 24

Nadi (x/min) 93 94 93 85

Qb 250 250 250


Tekanan vena 140 120 120
TMP 140 80 80
Vol yg ditarik 224 1976 2979 3000
Keluhan sesak sesak Sesak (-) kram sesak (-)
Pemantauan HD post op, Sabtu 12/10/2013
Pre HD 1 2 3 4

Waktu 15 15.10 16.30 18.00 19.00

Berat badan Tidak


(kg) ditimbang
Sistolik 180 186 137 124 120
(mmHg)
Diastolik 90 98 97 89 80
(mmHg)
Suhu (oC) 36,5

Napas (x/min) 26 28 25 24 24

Nadi (x/min) 82 86 103 99 89

Qb 250 200 200

Tekanan vena 109 107 101

TMP 273 294 291

Vol yg ditarik - 1855 - 3720

Keluhan sesak sesak Sesak (-) Sesak (-) sesak (-)


Pemantauan HDPra-Op. II Sabtu 9/11/2013
Pre HD 1 2 3 4 5

Waktu 20.30 21.40 22.40 23.50 01.00 02.30

Berat badan (kg) Tidak ditimbang

Sistolik (mmHg) 170 170 180 196 tidur 137

Diastolik 90 90 100 90 `tidur 80


(mmHg)
Suhu (oC) 37 37,2 37

Napas (x/min) 20 18 20 18 18 18

Nadi (x/min) 72 80 80 114 82 101

Qb 250 250 250 250

Tekanan vena 100 100 100 100

TMP 120 120 120 120

Vol yg ditarik 0 800 1818 3100 4000

Keluhan - - - - - -
Pemantauan HD post op.I Sabtu 12/10/2013
Pre HD 1 2 3 4

Waktu 15 15.10 16.30 18.00 19.00

Berat badan Tidak


(kg) ditimbang
Sistolik 180 186 137 124 120
(mmHg)
Diastolik 90 98 97 89 80
(mmHg)
Suhu (oC) 36,5

Napas (x/min) 26 28 25 24 24

Nadi (x/min) 82 86 103 99 89

Qb 250 200 200

Tekanan vena 109 107 101

TMP 273 294 291

Vol yg ditarik - 1855 - 3720

Keluhan sesak sesak Sesak (-) Sesak (-) sesak (-)


Tinjauan Pustaka

Pasien yang dioperasi trauma pembedahan


mengaktivasi berbagai sistem dalam tubuh :

HIPOFISIS : ENDOTEL :

Hormon Endotelin
SIMPATO-
1.Adreno-
Adrenergik : KORTEX
kortiko- vasokonstriksi,
[ Adrenalin] RAAS ADRENAL
tropik hipertensi,
& [Nor- Kortisol 2.Growth takikardi,
adrenalin] Hormone konservasi Natrium
3.Vasopresin dan air dari ginjal, &
/ADH hilangnya Kalium.
Manajemen medis pasien dialisis yang
menjalani operasi ( baik pra-, peri-, & atau
pascaoperasi) meliputi:
1. Evaluasi laboratorium umum.
2. Status anemia dan nutrisi.
3. Dosis dialisis.
4. Manajemen cairan & elektrolit.
5. Kontrol TD.
6. Evaluasi Kardiovaskular.
7. Koreksi diatesis hemoragik.
8. Pemberian antibiotik.
9. Regulasi GD.
10. Akses intrayena.
11. Pemberian anestesia
Laboratorium
Data dasar elektrolit (Na/K/Cl), GD, BUN, Creatinin,
Kalsium, Fosfor, Magnesium, & Albumin, disamping
DPL dan hemostasis

Frekuensi & jenis lab tambahan disesuaikan dengan


kebutuhan: jika pasien anemia panel pemeriksaan
besi; jika memakai obat tertentu (misalnya
Digoxin/Teofilin) cek kadarnya; jika pasien DM
monitor ketat kadarnya pra-/pasca-operasi (terutama
yang belum bisa makan peroral)
Status Anemia & Nutrisi

Jika operasi elektif beberapa minggu-bulan ke depan,


persiapkan [Hb] optimal dengan +ESA penting karena
seringnya keperluan transfusi pasca-operasi karena
hilangnya darah intra-/pasca-operasi dihubungkan dengan
resistensi ESA

Penyembuhan maksimal pasca-operasi terjadi jika pasien


dialisis bergizi baik adekuasi dialisis. Dialisis adekuat
merangsang nafsu makan & memperbaiki nutrisi
keseluruhan parameternya: Laju Katabolisme Protein
& [Albumin] serum, penting dicek sebelum operasi
Status Anemia &Nutrisi
Rekomendasi minimal yang masih berlaku
untuk dosis dialisis & parameter nutisi
adalah:
1. Kt/V = 1,3-1,4 pada HD
2. Diet protein 1,0-1,2gram/KgBB untuk Laju
Katabolisme Protein
Hal penting lain untuk memperbaiki status
nutrisi pasien dengan:
1. hilangkan obat yang mengganggu nafsu
makan
2. terapi menghilangkan gastroparesis
3. Penggunaan suplemen nutrisi
Dosis Dialisis
Tujuan tambahan
Direkomendasikan dialisis
lain dialisis pra-
intensif berupa Dialisis
operatif adalah
Harian untuk beberapa hari
mengkaji ulang
menjelang operasi jantung &
& mencapai BB
HD intraoperatif selama
kering, yang
operasi jantung
sering berubah

Secara umum dialisis seharusnya


paling sedikit dilakukan sehari
sebelum operasi
Manajemen Cairan & Elektrolit

Dialisis yang dilakukan dekat pelaksanaan


operasi sangat penting memperhatikan:

2. Pasca-dialisis
tidak
1. Hindari menimbulkan
3. Hitung Total
meneruskan Hiperkalsemia &
cairan tubuh yang
pemakaian Hipokalemia
adekuat
antikoagulan sesuaikan
konsentrasi
dialisat
Manajemen Cairan & Elektrolit

Status volume yang optimal menjelang operasi


~estimasi sebenarnya jumlah cairan yang
diberikan/hilang selama operasi:

Jika terlalu banyak cairan


tubuh pindah (akibat
jika euvolemia/dryweight &
vasodilatasi sistemik
mendapat volume cairan
karena anestesi) berisiko
yang besar selama
Hipotensi dapat
operasi hipervolemia &
menyebabkan banyak
edema paru dapat terjadi
komplikasi penting
pasca-operasi dialisis
termasuk Trombosis Akses
Arteriovena
Manajemen Cairan & Elektrolit
Jenis cairan intraoperatif yang diberikan pada
pasien dialisis umumnya NS (garam fisiologis)
disesuaikan dengan status asam-basa tubuh &
abnormalitas elektrolit

Pada operasi elektif, kadar elektrolit dan cairan


tubuh dioptimalisasi dengan dialisis pra-operasi
(misalnya Kalium dapat dikeluarkan 25-50mEq/jam
HD tergantung [K] serum sebelumnya, Dializer, Qb
(Laju aliran darah) & [K] pada Bath

Umumnya 2jam HD dapat mempersiapkan pasien


untuk operasi emergensi.
Manajemen Cairan & Elektrolit
Evaluasi pra-operasi pasien Hiperkalemia, termasuk
EKG 12 lead, dengan mengkaji efek patofisiologinya.
(pasien dialisis kronik sudah punya peningkatan
toleransi terhadap hiperkalemia, perubahan EKG
seringkali baru tampak setelah [K]=6,0-6,5mEq

Secara umum, keputusan terbaik didasarkan pada


keadaan klinis (misalnya kerusakan jaringan dan
keluarnya Kalium selama operasi) walau operasi
yang urgensi, tetap lebih aman untuk menunda operasi
3-4jam untuk mendialisis pasien

Jika EKG tak berubah & [K]=6,0-6,2 pada operasi


emergensi harus dimonitor ketat. Jika EKG terdapat
Hiperkalemia & dialisis tidak dapat dilakukan sebelum
operasi, diinisiasi dengan obat
Kontrol Tekanan Darah
1. Hipertensi
Pada pasien dialisis, terapi awal hipertensi
membantu mengoptimalisasi status volume cairan
yang berpindah dengan dialisis jika volume overloada
menjadi penyebab

Antihipertensi perlu jika tekanan darah tetap tinggi


meskipun dialisis mencapai dry weight atau dialisis
tidak dapat dilakukan pada operasi segera pada
kasus emergensi atau operasi karena akses
vaskular. Biasanya perlu obat antihipertensi
intravena (seperti Enalaprilat, Labetalol, Hidralazine,
Nitroprusside, Diltiazem, Nitrogliserin & Clonidine).
Intradialytic hypertension
1015% of the patients, blood pressure (BP) can increase
during dialysis
Among long-term haemodialysis patients, intradialytic
hypertension maybe a sign of volume overload
possibilities that can relate intradialytic hypertension :
endothelin excess
associated with endothelial dysfunction and
atherosclerosis
Patients have decreased oral intake, more wasting, and
have significantly lower serum albumin
activation of either sympathetic nervous system or the
reninangiotensin system
high calcium dialysate that increased myocardial
contractility and peripheral resistance or low potassium
dialysate which can lead to vasoconstriction or stimulate
the sympathetic nervous system
inadequate volume removal coupled with higher dialysate
sodium use
R. Agarwal. Intradialytic hypertension is a marker of volume excess. NDT 2010
Kontrol Tekanan Darah
2. Hipotensi, berasal dari sejumlah faktor yaitu:

Penarikan cairan berlebih pada dialisis (tersering)

Disfungsi ventrikel kiri

Gangguan fungsi saraf simpatik karena neuropati


otonom diabetik, disotonomia didapat atau
pengobatan simpatolitik

Tamponade perikard

Vasodilatasi dari analgesik opioid atau


antiansietas
RISIKO OPERASI NON KARDIAK
Terbagi atas :
1. Risiko tinggi (>5%) termasuk prosedur : 1.operasi
emergency khususnya pada usia lanjut, 2. Prosedur
aorta dan pembuluh darah besar, 3. Prosedur
vaskular perifer, 4. Prosedur bedah lama
(dihubungkan dengan perpindahan cairan yg
banyak, kehilangan darah atau keduanya)
2. Risiko menegah (<5%) termasuk prosedur : 1. end
arterectomy carotis 2. Prosedur kepala dan leher 3.
Prosedur intra peritoneal dan intra torakal 4.
Prosedur orthopedi 5. Bedah prostat.
3. Risko rendah (<1%) termasuk prosedur : 1.
endoksopi 2. Prosedur superfisial 3. operasi
katarak 4. operasi mamae.
Evaluasi Risiko Kardiovaskular
Stratifikasi risiko klinis pasien ESRD : usia (< atau >50 tahun),
riwayat angina pectoris, T2DM, atau CHF atau adanya EKG
yang abnormal (seperti LVH)

High-Risk : Punya > 1 faktor risiko


Low-Risk : 50% perlu pemeriksaan lanjutan (Angiografi
pasien yang tidak koroner/ Scintigrafi Thallium)
ada faktor risiko
jika punya defek Thallium reversible
mortalitas 1%.
mortalitas lebih tinggi (23% : 5%)

Intermediate-Risk : kelompok
diantaranya, yang perlu
pemeriksaan non-invasif (EKG+
scintigrafi Thallium, DSE) untuk
identifikasi risiko individual.
The removal of excess fluid during dialysis by
ultrafiltration, may itself lead to
complications: intradialytic hypotension
occurring in up to 20 % of all hemodialysis
sessions is a major cause of morbidity and
vascular complications

Kuhlmann MK, Zhu F, Seibert E, Levin NW


Curr Opin Nephrol Hypertens. 2005 14(6) 543- 549
Koreksi Diatesis Hemoragik

Kecenderungan perdarahan pada CKD=AKI

Sering terjadi di luka operasi atau trauma & hanya


pada beberapa kasus uremia secara nyata terjadi
hiperkopagulasi

Paling banyak berhubungan dengan pemanjangan BT


karena gangguan fungsi trombosit. Faktor-faktor
penyebabnya yaitu: 1. Toksin Uremia tinggi karena
dialisis inadekuat 2. Anemia 3. Hormon Parathyroid
berlebihan 4. Penggunaan antiplatelet (seperti
Aspirin)
Koreksi Diatesis Hemoragik
Rekomendasi untuk mengoreksi disfungsi
trombosit
1. Hematokrit 25-30% dengan transfusi PRC
2.Desmopressin (dDAVP) 0,3ug/kgBB
(iv/intranasal) + koreksi anemia BT
3.Cryoprecipitate (10U iv/12-24jam)
4.Dialisis

Selain koreksi tersebut di atas, juga tidak


memakai Heparin pada hari operasi (paling
lambat 4jam sebelumnya).
Antibiotik Perioperatif

Antibiotik profilaksis diberikan perioperatif


dengan penyesuaian dosis sesuai fungsi ginjal,
misalnya dengan Vancomisin untuk mencegah
infeksi graft atau Cefazolin & Gentamisin untuk
mencegah peritonitis pada PD atau CDL.
Regulasi Glukosa Darah

Pasien biasanya GD lebih


Pengukuran GD
44% terkontrol saat di rumah Jika
setiap sebelum
pasien dibanding di RS curiga
makan dan
dialisis karena:Perubahan aktifitas DKA
malam (mau
mender fisikKondisi ko-morbid akut lakukan
tidur) serta
ita DM, (infeksi, muntah & cek
monitor berkala
10%nya diare)Tak sanggup menelan [keton]
[elektrolit] &
T1DM makananPerubahan jadwal serum
AGD
prosedur bedah
Rekomendasi Tambahan Regulasi GD

Infus cairan berisi Dextrosa


jika pasien puasa, pemberian
insulin disesuaikan.

Pengalaman pasien yang sudah


lama memakai insulin pada
kondisi yang berbeda-beda
harus disesuaikan dosisnya
saat pra-operasi di RS.
Akses Intravena
Terapi intravena (infus, inj. Bolus) yang sering mudah merusak
akses vaskular di masa datang sehingga akses intravena tidak
selalu rutin jika tidak perlu

Karena kemungkinan menyebabkan stenosis subklavia, ahli


bedah/ anestesi seharusnya hati-hati menempatkan CVC di
V.Subklavia (jangan di tempat yang sama dengan akses
arteriovenosa)

Untuk menurunkan risiko komplikasi ( misalnya tertusuknya


pembuluh darah arteri dan pneumothoraks pada pasien risti
dengan stenosis vena multipel) USG (Doppler) bisa membantu
identifikasi vena (kecil) pasien

Hindari pengukuran tekanan darah di tempat akses vaskular


(Cimino)

Ahli anestesi perlu merawat akses vaskular intraoperatif dengan


menghindari penusukan jarum, pengukuran tekanan darah dan
peregangan di akses vasmular lengan
Pemberian Obat-Obatan Anestesi

Fentanyl menjadi obat opiat pilihan untuk pasien dialisis yang dioperasi
karena fase redistribusinya pendek, tidak perlu metabolit aktif dan
tidak mengubah fraksi bebas (Risiko tinggi untuk kejang
umum/mioklonik dan depresi nafas jika memakai Meperidine/Pethidine
& kardiotoksin jika memakai Propoxyphene) karena T1/2 sangat
memanjang dan harus metabolisme dulu di Hepar

Morphine juga harus


Acetaminophen dapat
hati-hati diberikan
digunakan pada pasien
pada CKD karena
dialisis tanpa
menyebabkan efek
modifikasi dosis
sedatif memanjang
Tindakan Insersi Kateter PD
Ada bebrapa metoda:
1. Bedside (menggunakan trochar & guidewire technique (
umum digunakan pada kasus PD akut temporer)
2. Via Laparoskopi prosedur simpel & cepat. Dibandingkan
prosedur operasi terbuka, untuk mengobservasi insidensi
disfungsi aliran melambat/macet lebih mudah dengan teknik
laparoskopi lanjutan.
3. Via fluoroskopisedikit data pembanding hasil akhirnya
dibandingkan prosedur bedah terbuka
4. Via Surgerykeuntungannya penempatan kateternya
presisi dengan risiko kecil untuk perforasi viscus.
Kekurangannya perlu waktu lama (termasuk jadwal R.OK),
biaya besar & perlu insisi besar.
Perawatan Kateter Pasca-operasi
Kateter yang baru dipasang biasanya dialirkan dengan
sedikit cairan dialisat (+ 500-1000 unit/Liter dialisat jika
terbukti ada fibrin atau bekuan) sampai cairan bening
tutup & tempel pada tempatnya.
Kateter yang terpasang dimobilisasi dengan dressing
dan atau tape untuk meminimalkan trauma. Minimalisasi
trauma penting untuk mencegah peningkatan kolonisasi
bakteri yang potensial menimbulkan infeksi.
Untuk meminimalkan kebocoran cairan, pencabutan
kateter sebaiknya menunggu 10-14 hari sejak
pemasangan kateter sebelum dimulainya dialisis
peritoneal (DP).
Jika DP dibutuhkan kurang dari 10 hari diikuti dengan
pelepasan kateter maka DP dalam volume minimal
(kurang dari 1500 mL), dilakukan pada posisi recumbent
untuk mencegah risiko kebocoran cairan.
Perawatan Kateter Pasca-operasi

Pilihan cara untuk menutup kateter DP selama


tidak digunakan termasuk menghindari bekuan
dalam kateter digunakan heparin dengan dosis
yang sama dengan kateter HD, sehingga
heparin tidak diabsorpsi oleh peritoneum.
Perawatan dan pembersihan yang optimal pada
exit site dilakukan dengan profilaksis antibiotik
(Cefalosporin atau Gentamisin)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai