Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS EMERGENSI

Selasa, 18 Agustus 2020


DEPARTEMEN ILMU BEDAH

INSTALASI GAWAT DARURAT


Rumah Sakit Umum Pusat Wahidin Sudirohusodo
Makassar
LAPORAN EMERGENCY CASE
Selasa, 18 Agustus 2020
Rawat Jalan : - Pasien
Rawat Inap : 7 Pasien
Observasi : - Pasien
Operasi : 1 Pasien
Meninggal : - Pasien
Total : 7 Pasien

Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo


Makassar
Nama : Ms. NFA Umur : 12 Th
RM : 920497 DPJP : AW
Jenis Kelamin : Laki-laki

Keluhan Utama : Nyeri seluruh perut


Nyeri : Dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri
dirasakan semakin memberat. Perut kembung ada,
Anamnesis
mual muntah tidak ada, pasien masih bisa kentut.
Awalnya pasien demam hilang timbul sejak 7 hari
yang lalu. Riwayat buang air besar cair 3 hari yang
lalu, lendir tidak ada, darah tidak ada. Pasien terakhir
BAB 1 hari yang lalu. Pasien dirujuk dari RS Takalar
dan telah dilakukan pemeriksaan widal dengan hasil
titer 1/320 dan dilakukan transfusi darah 1 kantong.

BAK : Normal
BAB : 1 hari yang lalu, warna kuning, flatus (+)
Keadaan Umum
Sakit sedang/gizi kurang/ GCS 15
BB : 35 kg, TB : 145 cm

Tanda Vital
BP : 80/60 mmHg
HR : 123 x/mnt, kuat angkat, reguler
RR : 26 x/mnt, simetris L=R, tipe
thoracoabdominal.
T(Ax) : 38,1°C
Status Antropometri
Status antropometri
- Berat badan (BB) : 35 kg
- Tinggi Badan (TB) : 145 cm
- Lingkar kepala (LK) : 55 cm (52-57 cm) =
Normosefal
- BB/TB : 94,5 % (gizi baik)
- BB/U : 81,9% (berat badan normal)
- TB/U : 93,5% (perawakan normal)
Status Lokalis
Abdominal
I : datar, ikut gerak napas
A : peristaltik ada kesan menurun
P : nyeri tekan (+) seluruh regio abdomen, defans
muscular (+)
P : Timpani, nyeri ketuk (+)
Pemeriksaan Rektal Toucher
Sfingter ani Longgar
Mukosa licin
ampula recti tidak kolaps
Handscoon: fases ada, lendir tidak ada,
darah tidak ada.
Diagnosis Klinis
• Peritonitis generalisata et causa suspek perforasi Hollow viscus
e.c demam tifoid
Laboratorium
WBC 5,3 x 103 /Μl 4.00-10.00 x 103 /Μl
HGB 7,9 gr/dl 12.0-16.0 g/dl

HCT 24 % 37.0-48.0 %

PLT 223 x 103/ Μl 150-400 x103/ Μl


GDS 149 mg/dl 140 mg/dl
PT 11,9 detik 10-14 detik

INR 1,16 -

APTT 20,8 detik 22.0-30.0 detik

Ureum 39 g/dl 10-50 mg/dl

Kreatinin 0,51 mg/dl L(<1.3) P (<1.1)


Natrium 142 mmol/L 136-145mmol/l

Kalium 3,0 mmol/L 3.5-5.1mmol

Chlorida 105 mmol/L 97-111mmol

IgM/IgG COVID-19 Non-Reactive Non-Reactive


IgM Salmonella Positif/10 Negatif
(semikuantitatif)
Hasil X-Ray Thoraks
Hasil Foto BNO 2 Posisi
Diagnosis Kerja : Peritonitis generalisata et causa
suspek perforasi Hollow viscus e.c
demam tifoid
Anemia
Penatalaksanaan :• IVFD NaCl 0,9%
• Medikamentosa
• Screening Covid-19
• Rencana : Lapartomi
Prosedur Operasi
• Pasien berbaring terlentang dibawah pengaruh anastesi umum
• Desinfeksi dan drapping lapangan operasi
• Incisi abdoment secara midline 3 jari diatas umbilikus hingga 2 jari diatas
simfisis pubis
• Perdalam luka operasi hingga mencapai peritoneum, buka peritoneum
tampak udara bebas didalam cavum peritonium disertai cairan berwarna
kekuningan +/- 200cc. Ambil sampel untuk pemeriksaaan kultur dan
sensitivitas bakteri
• Cuci cavum abdomen dengan natrium chlorida 0,9%
• Eksplorasi orga hallow viscus dari ligamentum treitz hingga colon sigmoid,
didapatkan perforasi paa ileum terminal 10 cm dari valvula ileocecal
dengan diameter 5mm. Didapatkan juga perforasi 20cm dari valvula
ileocaecal dengan diameter 20mm.
• Tampak apendiks membesar, dengan fekalit didalamnya. Diputuskan
untuk melakukan appendictomy double ligasi
• Dilakukan reseksi pada perforasi proximal dilakukan
reseksi usus kemudian dilanjutkan dengan ileostomy
doule barel
• jaringan diperiksakan dibagian patologi anatomi
• Pada perforasi distal dilakukan refreshing tepi luka dan
primary hecting
• Kontrol perdarahan dan dilanjutkan cuci cavum
aabdomen dengan natrium chlorida 0,9% hangat hingga
kesan bersih
• Tutup luka operasi lapis demi lapis dengan meninggalkan
satu buah drain
• Operasi selesai
Dokumentasi Operasi
Diagnosis post operasi: • Peritonitis generalisata et causa
perforasi ileum + apendisitis akut
Prognosis : Dubia

Follow up : • Keadaan umum dan GCS


• Tanda-tanda vital
• Tanda akut abdomen
• Produksi drain
• Luka operasi
Teori
• Peritonitis  inflamasi peritoneum yang dapat terjadi
karena kontaminasi mikroorganisme dalam rongga
peritoneum, bahan kimiawi, atau keduanya.

• Infeksi peritonitis  primer & sekunder

• Peritonitis perforasi = peritonitis sekunder  adanya


proses dalam intra-abdomen, seperti apendiks yang
ruptur, perforasi gastrointestinal, ataupun perforasi
pada organ kolon dan rectum.

• Tifoid perforasi  salah satu komplikasi infeksi


Salmonella typhi (demam tifoid)
Teori
• Epidemiologi  bervariasi mulai dari 0.8% - 18%,
berbeda-beda diseluruh bagian dunia

• Faktor risiko: socio-ekonomi rendah, status gizi buruk,


higientitas buruk

• Patofisiologi  demam tifoid yg tidak ditangani 


hyperplasia & nekrosis Patch Peyeri  perforasi 
cairan GI memenuhi rongga abdomen  peritonitis

• Onset  minggu ke-2 hingga ke-3 demam tifoid


Teori
• Manifestasi klinis  nyeri generalisata, defans
muscular, demam, bising usus menurun/hilang

• Terapi umum  oksigenasi jaringan, dekompresi,


resusitasi cairan & elektrolit

• Terapi khusus:
• Laparotomi  prinsip 1 = repair (kontrol sumber infeksi) &
prinsip 2 = purge (peritoneal toilet)

• Non bedah  antibiotic, nutrisi parenteral, drainase non


operatif
Teori
• Resusitasi cairan anak
Teori
• Resusitasi cairan anak

Anda mungkin juga menyukai