Anda di halaman 1dari 85

ILMU BEDAH DASAR

RADANG TULANG DAN SENDI

Prof. dr. Chairuddin Rasjad, Sp.B, SpOT, PhD

BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar
Bahan Bacaan
• Rasjad,Chairuddin.Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi.Yasif Watampone.Jakarta.2009
INFLAMASI
• Gejala umum dari inflamasi telah lama
diketahui, sejak jaman Yunani kuno Celcius
telah mengemukakan adanya empat tanda
atau “cardinal sign” pada inflamasi, yaitu:
pembengkakan (tumor), panas (calor),
kemerahan (rubor), nyeri (dolor) dan
kemudian oleh Galen ditambah dengan
gangguan fungsi (functio laesa).
PEMBAGIAN
• Menurut waktu dibedakan menjadi radang
akut, subakut dan khronis.
• Menurut lokasinya anatomi, dibedakan adanya
keradangan pada tulang (osteitis dan
osteomyelitis), sendi (artritis), otot (myositis),
tendon (tendinitis) serta selaput sinovia
(sinovisis).
• Menurut gambaran karakteristiknya dibedakan
menjadi: nonspesifik dan spesifik.
LANJUTAN....
• Menurut penyebabnya dibedakan:
– Radang yang disebabkan agen biologis contohnya
infeksi pyogenik seperti osteomielitis dan artritis
piogenik, maupun granulomatosa seperti
osteomielitis tuberkulosa atau artritis
tuberkulosa.
– Radang yang disebabkan agen kimia contohnya
artritis metabolik (pirai/gout)
LANJUTAN....
– Radang yang disebabkan agen fisik contohnya
inflamasi pasca trauma, tenovaginitis stenosan atau
bursitis.
– Radang yang disebabkan mekanisme imunopatologi
contohnya rheumatoid arthritis, rheumatoid fever,
ankylosing spondylitis dan transwien synovitis.

•  
OSTEOMIELITIS AKUTA HEMATOGENUS

• infeksi serius pada jaringan tulang terutama


pada usia pertumbuhan. Disebut juga
osteomielitis primer karena kuman penyebab
infeksi masuk tubuh secara langsung dari
infeksi lokal daerah oropharing, telinga, gigi
atau kulit dengan mengikuti aliran darah
menuju tulang sehingga timbul radang akut
PREVALENSI & INSIDENCE
• anak-anak
• Prevalensinya 1:1000 sampai 1:5000.
• Pada pasien dengan anemia sel “sickle” angka
kejadian diperkirakan 0,36 %.
• Rasio pria dengan wanita 2:1.
• Lokasi infeksi tersering adalah daerah
metafisis tulang panjang femur, tibua,
humerus, radius, ulna dan fibula.
GEJALA KLINIS
• Nyeri lokal (point pain) hebat berdenyut yang
menetap didaerah tertentu ujung metafisis
tulang panjang.
• Pada anamnesa sering dikaitkan dengan jatuh
sebelumnya, disertai gangguan pergerakan
yang sering disebut sebagai pseudo-paralysa
• Panas badan yang tinggi
• Anak tampak kesakitan dan lemah serta
anoreksia dan menjadi cengeng.
• Gejala lokal berupa nyeri akan terus bertambah,
kadang disertai pembengkakan dan tulang yang
berdekatan dengan kulit kadang tampak
kemerahan.
• Gejala pada jaringan lunak sekitarnya muncul
belakangan beberapa hari kemudian.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• peningkatan leukosit dengan cenderung
meningkatnya Polymorph Nuclear
• Laju endap darah dan C-Reaktif Protein
meningkat
• Kultur dari spesimen darah menemukan 50%
kuman
X-RAY
• Foto X-ray pada akut osteomielitis belum
menunjukkan adanya kelainan pada tulang, kadang
didapat adanya pembengkakan jaringan ikat.
• Kelainanan tulang biasanya tampak setelah
minggu ke 2 – 3, pada awalnya berupa reaksi
periosteum yang diikuti dengan gambaran
radiolusen pada korteks maupun medula.
Gambaran radiolusen ini baru tampak setelah
tulang kehilangan 40-50% masa tulang.
MRI
• Cukup efektif pada deteksi osteomielitis dini,
sekalian menetapkan lokal infeksi yang
dibutuhkan pada intervensi bedah.
• Sensitivitas MRI ini 90-100%.
Skintigrafi tulang
• Skintigrafi tulang tiga fase dengan Technisium
99
dapat dipakai dalam menentukan kelainan
pada tulang akibat osteomielitis akuta.
• Skintigrafi tulang secara khusus dapat
dikerjakan dengan skaning menggunakan
leukosit yang dilabel Gallium67 atau Indium111.
PENGOBATAN
• Antibiotika parenteral (intravena), spektum luas dengan
dosis tinggi selama 4-6 minggu.
• Antibiotika yang diberikan umumnya kombinasi antara
golongan Penicillin yang resisten terhadap penicilinase
dengan cefalosporin generasi ketiga. Pada orang dewasa
dapat dikombinasikan dengan golongan ciprofloxacin.
• Pada patient dengan sikle cell anemia, dapat dipilih
cefalosporin generasi ke tiga atau pada dewasa dapat
dikombinasi dengan golongan fluoroquinolon (tak boleh
dipergunakan pada anak-anak).
• Pemberian cairan intravena dengan kontrol
keseimbangan cairan dan elektrolit.
• Obat penyerta berupa obat-obat simtomatis
seperti antipiretika, analgesika.
• Tirah baring dengan memperhatikan kelurusan
(alignment) dengan membidai atau traksi guna
mengurangi nyeri, mencegah terjadinya
kontraktur serta penyebaran kuman.
PROGNOSIS
• Pengobatan dini
• Sensitivitas bakteri terhadap antibiotika yang
diberikaan
• Dosis antibiotika yang diberikan
• Lama pengobatan antibiotika : 3 minggu
DIAGNOSA BANDING
• Selulitis: yang khas disini adalah tidak ada nyeri
lokal “pain point”, nyeri melebar dengan tanda-
tanda inflamasi yang menonjol pada
permukaan kulit.
• Artritis septik : disini yang agak khas adalah
nyeri menyeluruh dilokasi sendi dan bertambah
hebat pada pergerakan, diikuti pembengkakan
dan penggembungan sendi yang sering tampak
pada foto X-ray sebagai pelebaran ruang sendi
SPONDILITIS TB
DEFINISI
Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang
sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis
di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu
mycubacterium tuberculosa yang mengenai
tulang vertebra (Abdurrahman, et al 1994;
144 )
EPIDEMIOLOGI
 Insidens 50% dari seluruh tuberculosis tulang
& sendi
 Negara b’kembang 60% kasus usia < 20 th
 Negara maju  Usia tua
 Pria > wanita  1,5 : 2,1
ETIOLOGI
• 90% disebabx o/ mycobacterium tuberculosis
(2/3 dari tipe human & 1/3 dari tipe bovin)
• 10% disebabx o/ mycobacterium tuberculosis
atipik
PATOFISIOLOGI
Penyakit ini pd Umumx mengenai > 1 vertebra. Infeksi
berawal dari bag. Sentral, bag. Depan, atau daerah
epifisal korpus vertebra, kmdn trjd hiperemi dan
eksudasi yg menyebabkan osteoporosis & perlunakan
korpus  kerusakan korteks epifisis, diskus
intervertebralis & vertebara sktrx  kifosis.
Kmdn eksudat (serum, leukosit, kaseosa,tulang yg
fibrosis serta basil TB) menyebar ke depan, di bwh
ligamentum longitudinal ant. Eksudat dpt menembus
ligamentum & b’ekspansi ke berbagai arah di sepanjang
grs ligamen yg lemah.
PATOFISIOLOGI
Pd daerah servikal, Eksudat t’kumpul di blkg fasia
paravertebralis & menyebar ke lateral di blkg M.
sternokleidomastoideus. Eksudat dpt m’alami protrusi
ke depan & menonjol ke dlm faring  Abses Faringeal.
Abses dpt b’jalan ke mediastinum m’isi tempat trakea,
esofagus atau kavum pleura.
Pd vertebra torakalis, abses tetap tinggal pd daerah
toraks setempat menempati daerah paravertebral,
b’bentuk massa yg menonjol & fusiform. Abses pd
daerah ini dpt menekan medulla spinalis  paraplegia.
PATOFISIOLOGI
• Pd daerah Lumbal, anses dpt menyebar msk
m’ikuti musc. Psoas & muncul di bwh
ligamentum inguinal pd bag. Medial paha.
Eksudat jg dpt menyebar ke daerah krista
iliaka & mgkn dpt m’ikuti pemb. Drh
femoralis pd trigonum skarpei atau regio
glutea.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Kumar  5 stadium :
1. Std. implantasi
2. Std. destruksi awal
3. Std. destruksi lanjut
4. Std. G3 neurologis
5. Std. deformitas residual
GAMBARAN KLINIS
Anamnesis & Inspeksi
1. Gambaran adanya penyakit sistemik : kehilangan BB, keringat
malam, demam intermitten (sore dan malam) cachexia. Pd
anak2, dapat juga terlihat berkurangnya keinginan bermain di
luar rumah. Sering tidak tampak jelas pada pasien yang cukup
gizi sementara pada pasien dengan kondisi kurang gizi, maka
demam(terkadang demam tinggi), hilangnya berat badan dan
berkurangnya nafsu makan akan terlihat dengan jelas.
2. Adanya riwayat batuk lama (lebih dari 3 minggu) berdahak
atau berdarah disertai nyeri dada. Pada beberapa kasus di
Afrika terjadi pembesaran dari nodus limfatikus, tuberkel di
subkutan, dan pembesaran hati dan limpa.
3. Nyeri terlokalisir pada satu regio tulang belakang atau berupa
nyeri yang menjalar. Infeksi yang mengenai tulang servikal
akan tampak sebagai nyeri di daerah telinga atau nyeri yang
menjalar ke tangan. Lesi di torakal atas akan menampakkan
nyeri yang terasa di dada dan intercostal. Pada lesi di bagian
torakal bawah maka nyeri dapat berupa nyeri menjalar ke
bagian perut. Rasa nyeri ini hanya menghilang dengan
beristirahat. Untukmengurangi nyeri pasien akan menahan
punggungnya menjadi kaku.
4. Pola jalan merefleksikan rigiditas protektif dari tulang
belakang. Langkah kaki pendek, karena mencoba menghindari
nyeri di punggung.
5. Bila infeksi melibatkan area servikal maka pasien tidak dapat
menolehkan kepalanya, mempertahankan kepala dalam
posisi ekstensi dan duduk dalam posisi dagu disangga oleh
satu tangannya, sementara tangan lainnya dioksipital.
Rigiditas pada leher dapat bersifat asimetris sehingga
menyebabkan timbulnya gejala klinis torticollis. Pasien juga
mungkin mengeluhkan rasa nyeri di leher atau bahunya.
6. Infeksi di regio torakal akan menyebabkan punggung tampak
menjadi kaku. Bila berbalik ia menggerakkan kakinya, bukan
mengayunkan dari sendi panggulnya. Saat mengambil sesuatu
dari lantai ia menekuk lututnya sementara tetap
mempertahankan punggungnya tetap kaku
7. Di regio lumbar : abses akan tampak sebagai suatu
pembengkakan lunak yang terjadi di atas atau di bawah lipat
paha. Jarang sekali pus dapat keluar melalui fistel dalam
pelvis dan mencapai permukaan di belakang sendi panggul.
Pasien tampak berjalan dengan lutut dan hip dalam posisi
fleksi dan menyokong tulang belakangnya dengan
meletakkan tangannya diatas paha. Adanya kontraktur otot
psoas akan menimbulkan deformitas fleksi sendi panggul.
8. Tampak adanya deformitas, dapat berupa : kifosis
(gibbus/angulasi tulang belakang), skoliosis, bayonet
deformity, subluksasi, spondilolistesis, dan dislokasi.
Palpasi
1. Bila terdapat abses maka akan teraba massa yang berfluktuasi dan kulit
diatasnya terasa sedikit hangat (disebut cold abcess, yang
membedakan dengan abses piogenik yang teraba panas). Dapat
dipalpasi di daerah lipat paha, fossa iliaka, retropharynx, atau di sisi
leher (di belakang otot sternokleidomastoideus), tergantung dari level
lesi. Dapat juga teraba disekitar dinding dada. Perlu diingat bahwa
tidak ada hubungan antara ukuran lesi destruktif dan kuantitas pus
dalam cold abscess.
2. Spasme otot protektif disertai keterbatasan pergerakan di segmenyang
terkena.
Perkusi :
1. Pada perkusi secara halus atau pemberian tekanan diatas prosesus
spinosus vertebrae yang terkena, sering tampak tenderness.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium  LED, Mantoux test,kultur
urin, Apusan darah tepi,
2. Radiologi  Foto thorax, CT Scan, MRI
PENATALAKSANAAN
A. Th/ Konservatif
1. Pemberian nutrisi yang bergizi
2. Pemberian kemoterapi atau terapi anti
tuberkulosa
3. Istirahat tirah baring (resting)
PENATALAKSANAAN
B. Th/ Operatif
Indikasi :
1. Bila th/ konsevatif tdk terjadi perbaikan atau
memberat
2. Adanya abses yg besar shg diperlukan
drainase abses scra t’buka & skligus
debridement serta bone graft
3. Pd pemeriksaan Ro ditemukan adanya
penekanan langsung pd medulla spinalis
DIAGNOSIS BANDING
• Tu. Medulla spinalis
• Fr. Kompresi traumatik
• Pyogenic osteitis
PROGNOSA
Prognosa pasien dengan spondilitis
tuberkulosa sangat tergantung dari usia dan
kondisi kesehatan umum pasien, derajat berat
dan durasi defisit neurologis serta terapi yang
diberikan.
Gout Athritis
• Podogra berasal dari kata yunani
• Pous = kaki dan Agra = terjangkit
• sekarang lebih populer dengan istilah gout
yang berasal dari kata latin (guta=tetesan)
karena dahulu diduga oleh cairan radang yang
menetes dan mengenai bagian sendi yang
mengalami inflamasi atau pirai.
• Etiologi : peningkatan kadar asam urat darah
MANIFESTASI KLINIK
Fase Akut :
• Nyeri sendi hebat monoartikuler terutama
didaerah kaki, sendi-sendi metatarso phalangeal
• Pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan local, dan
sendi tidak dapat digerakkan.
Fase Kronik :
• Tofus : nodul kecil yang terdiri dari kristal asam
urat.
• pembengkakan dan kekakuan sendi.
• Tampak topi yang berupa
dungkul-dungkul sekitar
sendi
metacarpophalangeal,
Metatarsophalangeal
dan interphalangeeal jari
tangan dan kaki yang
disertai pembengkakan
sendi
X-RAY
• Bila timbunan kristal urat banyak, akan
tampak gambaran radiolusen “punched out”
ditepi sendi yang terjangkit.
• Pada keadaan yang telah lanjut akan tampak
destruksi sendi.
 
LABORATORIUM
• Peningkatan kadar asam urat darah
• Peningkatan laju endap darah.
• Dan konfirmasi diagnosa didapat dari adanya
cristal berbentuk jarum dari cairan sinovia
atau topus (kristal urat pada cairan sinovial
atau tofus ini dapat ditemukan hanya pada
50% penderita).
PENGOBATAN
• Diet menghindari makanan yang kaya purin
seperti hati, ginjal, jeroan atau
miniman/makanan hasil fermentasi.
• Pada serangan akut diberikan pengobatan
dengan NSAID dan kolkosin. Pada awal
serangan diberikan kolkisin setiap jam sampai
nyeri hebat menghilang di samping pemberian
NSAID.
LANJUTAN...
• Pada fase pirai yang kronik, hiperurisemia dapat
diturunkan dengan obat urikosurik ( probenesid atau
alopurinol)
• Tindakan bedah terdiri dari pengaliran tofus yang
berabses dan tofektomi (tofus besar). Tofektomi
adalah pengeluaran massa tofus sebanyak mungkin
tanpa risiko mengganggu struktur penting seperti
ligamen, tendon, saraf, atau pembuluh darah
• Pada sendi yang telah mengalami destruksi, selain
tofektomi juga dilakukan artrodesis
REUMATOID ATHRITIS
Defenisi :

AR adalah suatu penyakit inflamasi yang mengenai jaringan ikat


sendi, bersifat
progresif serta cenderung menjadi menahun.

Sistematik :

Selain sendi-sendi yang terkena, penyebaran juga dapat dijumpai


dimata, kulit,
susunan saraf pusat, hati, ginjal, jantung, usus, limpa, dan otot
Kausa artritis rematoid

- Kausa AR belum diketahui secara pasti


- Ada dua hipotesis (teori yang dimajukan) :
* Auto-imunitas
* Infeksi
- Kedua mekanisme ini saling berhubungan.
PERVALENSI
• Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur,
terutama antara 25 – 55 tahun,
• Wanita 2,5 kali lebih banyak dari pria
- Di Asia umumnya mempunyai gambaran klinik
yang berbeda terutama pada
kelainan sendi dan bersifat lebih ringan
MANIFESTASI KLINIS
• Perjalanan penyakit biasanya bertahap
• Mula-mula berupa kelelahan, kaku sendi diwaktu
pagi yang menghilang dalam waktu satu jam
• nyeri otot menyeluruh, nafsu makan menurun,
lemah badan dan panas badan ringan
• nyeri sendi yang pada perabaan terasa hangat,
disertai pembengkakan dan kekakuan sendi
setelah istirahat.
LANJUTAN...
• Sendi yang terjangkit biasanya simetris pada kedua
sisi kanan dan kiri, terbanyak pada daerah
pergelangan tangan, ruas jari, lutut, pergelangan kaki
dan sendi-sendi daerah kaki
• Sinovium yang mengalami inflamasi cairan lebih
banyak (pembengkakan)  tulang rawan akan
terjangkit dan permukaannya menjadi kasar dan
berlubang-lubang kecil.
• Apabila proses berlangsung sampai 1-2 tahun, sendi
akan mengalami destruksi.
LANJUTAN...
• nodul sub-kutan yang disebut nodule
Herbeden berbentuk bulat atau oval,
konsistensi keras, tanpa nyeri, muncul
dibawah kulit daerah yang mendapat tekanan
seperti siku atau tendo achiles.
• Dapat disertai inflamasi berbagai struktur
pada mata, inflamasi paru (pleurisy), anemia,
vaskulitis maupun komplikasi pada jantung.
Nodul subkutan multipel
Jari penderita dengan reumatoid artritis. Tampak pembengkakan proksimal
sendi dan deviasi jari ke ulnar
57
A
.

Nodus Heberden
Nodus Heberden 59
Artritis reumatoid
X-RAY
• pembengkakan jaringan lunak sendi dengan
pelebaran celah sendi, penyempitan sendi,
sampai terjadinya erosi tulang, destruksi
struktur sendi dan terjadinya deformitas.
LABORATORIUM
• Peninggian L.E.D. 50-100 mm/h
• Penurunan hemoglobin 10g/dl
• Peningkatan trombosit sampai 450.000
• Peningkatan C-reaktif protein (indikator bila
Rh.faktor negatif)
• Analisa cairan sinovia untuk menyingkirkan
kemungkinan lain seperti artritis gout.
• peninggian enzim alkali fosfatase, dan globulin.
Tidak semua kelainan ini harus terjadi bersamaan.
Biasanya pada jenis penyakit yg berat kelainan
dpt terjadi bersamaan
Kriteria diagnostik :
- Makin banyak gejala ditemukan makin besar pula
kemungkinan menegakkan
diagnosa (lihat bagan).
- Bila terdapat sebanyak 5 kriteria dapat dibuat
diagnosa (probable RA)
- Morning stiffness
- Joint pain or tenderness
- Joint swelling (soft tissue or fluid)
- Joint swelling of another joint
- Symetrical joint swelling
- Subcutaneous nodules
- Typical x-ray changes
- Positive rheumatoid factor tests in serum
ARA (1958)
PENGOBATAN
• Obat DMARDs (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs):
Methotrexate, Auranofin/Ridaura, Myochrycine, Solganal
(injeksi)
• Obat NSAID (Non Steroid Anti Inflammation Drug) :
Aspirin, Ibuprofen, Indomethacin, Naproxen, Golongan
Cox-2 inhibitor: celecoxib dan rofecoxib (efek samping
lebih kecil)
• Obat-obat imunosupresan: Azathioprine, clophosphamide
• Anti TNF (Tumor Necrosing Factor): etanercept, infliximab,
leflunomid.
• Anti IL-1 (Interleukin-1): Anakinra.
• Fisioterapi berupa latihan peregangan otot sekitar sendi.
LANJUTAN...
• Pengobatan agresif pada fase dini dapat
mencegah timbulnya destruksi sendi
• Penggunaan kortikosteroid dapat bermanfaat
dalam menekan proses inflamasi, namun perlu
diperhatikan akan efek samping pemakaian
dalam jangka panjang. Untuk ini indikasi
pemakaian cortikosteroid perlu dibatasi hanya
pemakaian jangka pendek dengan dosis yang
sekecil mungkin.
PEMBEDAHAN
• Dilakukan pada kasus yang berat. Pada keadaan hipertropi
sinovium, dilakukan pemotongan selaput sinovium
(sinovektomi).
• Pada sendi yang telah destruksi, dilakukan penggantian
sendi total dengan protesa sendi. Tujuan penggantian
sendi ini adalah untuk menghilangkan nyeri sendi,
mengoreksi deformitas sendi dan memperbaiki fungsi
sendi.
• Pada penggantian sendi lutut dan panggung, sering dapat
merubah kehidupan penderita untuk dapat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari. 
PROGNOSIS
• Tergantung berat-ringannya penyakit.
Penderita dengan nodul subkutan dan artritis
reumatoid usia muda mempunyai prognose
kurang baik. Rata-rata usia harapan hidup
penderita menurun 3-7 tahun, pada keadaan
yang berat menurun sampai 10-15 tahun.
ANKILOSING SPONDILITIS

68
DEFINISI
 Adalah suatu penyakit inflamasi kronik yang
bersifat umum, terutama mengenai sendi tulang
belakang dan sakroiliaka. Kadang terjadi osifikasi
sendi dan tulang sekitar sendi serta ankilosing
tulang
 Disebut juga penyakit Marie-Strumpel

69
INSIDENS
 Umur 15-25 tahun
 2-10 kali lebih banyak pada pria
 Orang Eropa: 0,2%
 Jepang dan orang Negro: insidens lebih rendah

70
ETIOLOGI
 Faktor predisposisi genetik (+)
 Sering pada kelompok keluarga dengan HLA B-27 (
+)
 Sering bersama-sama dengan kolitis ulseratif dan
penyakit Reiter

71
PATOLOGI DAN PATOGENESIS
DUA KELAINAN UTAMA:
1. Sinovitis pada sendi diartrodial
2. Inflamasi pada hubungan fibro-oseus dari
sindesmosis sendi dan tendo

72
PERUBAHAN PATOLOGIK
TAHAP I
 Inflamasi dan infiltrasi sel-sel bulat
 Pembentukan jaringan granulasi dan erosi pada tulang
yang berdekatan

TAHAP II
 Jaringan granulasi diganti jaringan fibrosa

TAHAP III
 Jaringan fibrosa mengalami osifikasi dan
 Terjadi ankilosis sendi

73
GAMBARAN KLINIK
Biasa ditemukan pada laki-laki muda
 Gejala awal:
• Nyeri pada tulang belakang daerah leher
• Kekakuan pada tulang belakang

74
PEMERIKSAAN FISIK
 Gangguan pergerakan tulang belakang
 Gangguan pada sendi sakroiliaka, panggul, bahu
dan lutut
 Kelainan ekstraartikular yang sering adalah
uveitis dan konjungtivitis

75
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Stadium awal
 Terlihat perkabutan
 Erosi pada sendi sakroiliaka

Tahap lebih lanjut


 Terlihat sklerosis peri-artikular pada vertebra
 Terlihat osifikasi diskus
 Intervertebralis yang memberikan gambaran bamboo spine

76
Ankilosing spondilitis
Ankilosing spondilitis
Ankilosing spondilitis
Ankilosing spondilitis 81
Ankylosing Spondylitis 82
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Reumatoid faktor biasanya negatif
 Laju endap darah meningkat pada stadium aktif
 HLA B-27 (+) pada 90% penderita

83
PENGOBATAN
 Mengurangi / menghilangkan nyeri
 Mencegah progresivitas penyakit
 Fisioterapi
 Terapi okupasi
 Pada keadaan lanjut dapat dipertimbangkan osteotomi
tulang belakang
 Bila ada gangguan / deformitas hebat pada panggul dapat
dipertimbangkan artroplasti

84
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai