Anda di halaman 1dari 94

INFEKSI DAN

INFLAMASI
MUSKULOSKELET
AL

dr. Yohanis Paranuan

PENDAHULUAN
Infeksi

diartikan sebagai masuknya


kuman mikroorganisme ke dalam tubuh
melalui pintu masuk kuman dengan
memberikan manifestasi sesuai dengan
jumlah kuman yang masuk.
Inflamasi atau peradangan merupakan
suatu reaksi lokal jaringan dengan
manifestais
klinis
berupa
rubor
(kemerahan), tumor (pembengkakan),
kalor (panas), dolor (nyeri) & functio laesa
(gangguan fungsi)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERADANGAN & PENYEMBUHAN:
1.
2.
3.

Faktor sirkulasi
Faktor suplai leukosit
Faktor infeksi

1. OSTEOMIELITIS
Merupakan

proses inflamasi akut atau


kronis dari tulang dan struktur sekunder
tulang akibat dari infeksi organisme
piogenik.
Penyebab osteomielitis yang paling umum
adalah Stafilococcus aureus.

PATOGENESIS
Penyebaran kuman dapat melalui beberapa cara:
1. Hematogen osteomielitis
penyebaran melalui vaskular,ditandai dengan
infeksi akut pada tulang yang disebabkan oleh
perkembangbiakan bakteri dalam tulang dari
sumber yang jauh, sering terjadi pada anak-anak.
2. Inokulasi langsung
Terjadi akibat adanya kontak langsung antara
jaringan dan bakteri pada kondisi trauma atau
operasi.

PATOGENESIS...
Terjadi hiperemi & edema daerah metafisis
disertai pembentukan pus dalam tulang, pus >>
menyebabkan peningkatan tekanan dalam
tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi
dan timbul trombosis pada pembuluh darah
tulang & menyebabkan nekrosis. Jika pus
menembus tulang maka terjadi pengeluaran
melalui lubang (kloaka) atau melalui sinus pada
jaringan lunak & kulit.

TAHAP-TAHAP PENYAKIT
1.

2.
3.

Inflamasi : fase ini ditandai dengan kongesti


vaskular & peningkatan tekanan intraoseus,
obstruksi aliran darah terjadi akibat adanya
trombosis intravaskuler.
Supurasi: pembentukan pus pada periosteum
terjadi dalam 2-3 hari
Sekuestrum: peningkatan tekanan, obstruksi
vaskuler, & pembentukan trombus pada
periosteum dan endosteum, menyebabkan
nekrosis tulang sekitar 7 hari

4.
5.

Involukrum : pembentukan formasi


tulang baru pada permukaan periosteum
Resolusi
atau
progresi
menuju
komplikasi: dengan penatalaksanaan
antibiotik yang rasional dan terapi bedah
yang efektif pada fase awal, dapat
mencegah terjadinya komplikasi.

PENGKAJIAN FOKUS
LOOK
didapatkan luka kronis dengan terbentuknya
kloaka disertai pus dan bau yang khas
FEEL
adanya keluhan nyeri tekan
MOVE
gangguan pergerakan kaki, kadang timbul
gang. Pergerakan sendi dan bertambah berat bila
terjadi spasme lokal

PENGKAJIAN DIAGNOSTIK
1.
2.
3.

Darah Rutin: peningkatan kadar leukosit,


LED, dan protein C-reaktif.
Kultur
dilakukan
untuk
pemberian
antimikroba yang rasional.
Foto polos: didapatkan adanya sekuestrum
pada tulang atau destruksi tulang akibat
adanya nekrosis dari tulang yang mengalami
osteomielitis

PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
5.

Analgesik
Pemberian cairan intravena dan kalau perlu
transfusi
Istirahat lokal dengan bidai atau traksi
Pemberian antibiotik secepatnya (spektrum
luas) sambil menunggu hasil biakan kuman.
Drainase bedah. Apabila > 24 jam pengobatan
lokal dan sistemik gagal maka dapat
dipertimbangkan drainase.

KOMPLIKASI
Abses tulang
Abses paravertebral
Bakterimia/sepsis
Fraktur
Lepasnya implant prostetik
selulitis

2. ARTRITIS SEPTIK
Merupakan suatu invasi langsung berbagai
mikroorganisme, termasuk bakteri, virus,
mikrobakteri, jamur dll, yang dapat
menyebabkan peradangan pada sendi.
Sebagian besar infeksi terjadi pada anakanak,
lansia
imunosupresif,
dan
penggunaan narkoba secara intravena.

ANAMNESIS
Anamnesis yang diperlukan untuk deskripsi nyeri
sendi secara PQRST pada pasien artritis sepsis:
Provoking Incident : pengkajian untuk
menentukan faktor atau peristiwa yang
mencetuskan nyeri.
Quality or quantity of pain: dekripsi keluhan,
nyeri, bersifat menusuk, tajam, atau tumpul?
Region, Radiation, Reffered: untuk
menentukan area atau lokasi keluhan nyeri,
menyebar atau menjalar ke tempat lain.
Severity (Scale) of pain: skala nyeri sendi
Time :sifat mula timbulnya nyeri? ..

PEMERIKSAAN FISIK
LOOK
pada sendi lokal ditemukan adanya tanda-tanda
eritema, bengkak, sendi terinfeksi baisanya
menunjukkan suatu efusi yang jelas.
FEEL
teraba hangat lokal, kelembutan, dan
tenderness (nyeri tekan)
MOVE
keterbatasan gerak sendi akibat adanya nyeri
sendi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium: Evaluasi cairan sinovia( jumlah
leukosit,
penampilan
gram,
polarisasi
pemeriksaan mikroskop, & kultur)
Radiologi:
radiografi
berguna
untuk
mengesampingkan osteomilitis periartikular
yang disebabkan oleh infeksi.USG dapat
digunakan untuk mendiagnosis efusi pada
artritis sepsis kronis. CT scan & MRI lebih
sensitif untuk membedakan osteomielitis, abses
periartikular, dan efusi sendi.

PENATALAKSANAAN

Terapi bedah
Dilakukan jika menunjukkan hal berikut:
1.
2.

pilihan tepat drainase perkutan & antibiotik gagal untuk


menghapus infeksi setelah 5-7 hari.
Sendi yang terinfeksi sulit untuk dilakukan aspirasi atau
adanya jaringan lunak yang berdekatan telah terinfeksi.

Rawat inap : lama rawat inap rata2 11-12 hari, namun


dapat dilakukan rawat jalan dengan pemberian
antibiotik pada penderita pasien stabil.
Pencegahan : setiap pelaksanaan prosedur dilakukan
secara steril. Pemberian antibiotik profilaksis terbukti
mengurangi infeksi luka pada tindakan bedah.

3. INFEKSI TB PADA TULANG DAN


SENDI

Infeksi disebabkan oleh Microbacterium

TB, infeksi pada sistem muskuloskeletal


disebabkan oleh penyebaran hematogen
dari
elis
primer
pada
traktus
respiratorius.
TB pada vertebra lumbal (penyakit Pott)
tempat paling sering pada tulang yang
terinfeksi. Penyakit ini terjadi pada anakanak, usia lanjut usia.

GAMBARAN KLINIK
Awalnya

seperti gejala TB Paru (demam,


berkeringat, anoreksia, malaise) keluhan
nyeri ringan pada awalnya umumnya
memburuk pada malam hari dan dapat
diikuti oleh kekakuan.
Penemuan lokal stadium awal: nyeri,
bengkak jaringan lunak, efusi sendi, &
peningkatan suhu lokal. Kerusakan
progresif
tulang
belakang
dapat
menyebabkan benjolan tulang belakang
atau gibbus.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
dasar diagnosis dengan Tes kultur atau PCR
(Polymerase chain reaction) dari cairan sendi, pus,
atau spesimen jaringan.
Biopsi pada lesi tulang, sinovia, atau limfonodus
regional dapat menunjukkan kekhasan g5ambaran
histopatologis dari nekrosis dan sel raksasa.
radiologi
Rontgen (foto polos) dapat memperlihatkan dalam
cancellous dari metafisis kista tunggal atau
multiokuler dikelilingi oleh tulang sklerotik.

DIAGNOSA BANDING DAN


KOMPLIKASI
Diagnosa

banding
Artritis reumatoid
asam urat
Dislpasia osseus

Komplikasi

Kerusakan sendi dapat terjadi dalam beberapa


minggu atau bulan jika terapi tidak adekuat
diberikan. Paraplegia adalah komplikasi yang
paling serius dari TB tulang belakang.

PENATALAKSANAAN
Kemoterapi

Pengobatan dengan kemoterapi tanpa operasi


dapat dilakukan pada kebanyakan kasus,
sekalipus penyakit sudah meluas.

Intervensi bedah
Pada infeksi akut (sinovitis) penatalaksanaan
dapat konservatif untuk terapi inisial.
Imobilisasi dengan splint atau plester,
aspirasi, dan kemoterapi dapat mengontrol
infeksi,
Sinovektomi bermanfaat sebagian kecil lesi
hipertropis akut.

4. SPONDILITIS TUBERKULOSA

Spondilitis tuberkulosa merupakan penyakit


yang tergolong sangat lama menyerang manusia
terdokumentasi pada zaman besi dan pada mumi
yang didapatkan di Mesir dan Peru.
Insiden spondilitis tuberkulosa bervariasi di
seluruh dunia biasanya berhubungan dengan
kualitas pelayanan kesehatan masyarakat serta
kondisi sosial dimana malnutrisi dan kepadatan
penduduk menjadi masalah utama.

PATOFISIOLOGI SPONDILITIS
TUBERKULOSA
TB pada tulang belakang dapat terjadi karena
penyebaran hematogen atau penyebaran langsung
nodus limfatikus para aorta atau melalui jalur limfatik
ke tulang dari fokus tuberkulosa yang sudah ada
sebelumnya diluar tulang belakang.
Pada anak infeksi TB tulang belakang berasal dari
paru-paru. Pada dewasa, penyebaran terjadi dari fokus
ekstrapulmoner (usus, ginjal, dan tonsil).
Jika tidak diobati, akan terjadi nekrosis menyebabkan
kolapsnya korpus vertebra terjadilah perubahan
diskus intervertebrata dan akan timbul deformitas
berbentuk kifosis (gibus). Jika deformitas muncul
tanda bahwa TB tulang belakang sudah meluas.``

PENGKAJIAN ANAMNESIS
SPONDILITIS TB

Anamnesis

batuk lama (3 minggu), demam yang hilang timbul dan


keringat malam
anoreksia, serta penurunan berat badan,
nyeri lokal pada tulang belakang, kekakuan pada
punggung, abses.
Gangguan neurologis seperti paraplegi, parasis
gangguan sensasi, nyeri radikal, sindrom kauda ekuina
Pada anak keluhan orang tua seperti, anak malas
bermain keluar rumah, berat badan menurun,
berkurangnya nafsu makan.

PEMERIKSAAN FISIS
Look

: kurvatura tulang belakang


mengalami deformitas, terlihat adanya abses
pada daerah paravertebral, abdominal,
inguinal, serta dekubitus pada bokong.
Feel : teraba abses akan teraba massa yang
berfluktuasi dan kulit terasa hangat (cold
abses) dapat dipalpasi lipat paha, fossa
iliaka, retrofaring, disisi leher (dibelakang
otot sternokleidomastoideus).
Move : kelemahan anggota gerak
(paraplegia) dan gangguan pergerakan
tulang belakang.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Laboratorium

Tuberkulin skin test atau tuberculine purified protein


derivative (PPD) positive.
LED meningkat (tidak spesifik), dari 20 sampai
>100mm/jam
Leukositosis
Kultur cairan serebrospinal

Radiologi

rontgen: tampak lesi osteolitik pada corpus vertebra,


osteoporpus vertebra osis regional, penyempitan diskus
invertebralis. Erosi korpus vertebra anterior berbentuk
scalloping.
CT-scan :memvisualisasikan regio thorakal yang tidak
terlihat pada rontgen.
MRI untuk melihat komplikasi.

KOMPLIKASI
Infeksi piogenik
Infeksi enterik
Tumor/penyakit keganasan
Scheuermanns disease
Mieloma multiple
Kandidiasis
Artritis septik
Abses korda spina

PENATALAKSANAAN

Konservatif
Imobilisasi dengan tirah baring panjang atau dengan gips
badan (body cast)
Kemoterapi dengan OAT selama 6-9 bulan.
Diet tinggi kalori tinggi protein.

Terapi bedah
Intervensi bedah dilakukan bila setelah 3-4 minggu pemberian
terapi OAT dan terapi konservatif tidak memberikan respon.
Pelaksanaan terapi bedah dilakukan bersama dengan
pemberian kemoterapi OAT.
Area nekrotik dengan perkejuan dievakuasi`rongga yg kosong
diisi autog5enous bone graft. Dilakukan debridemen dengan fusi
dan dekompresi dengan fiksasi.

5. SINOVITIS TRANSIENT HIPS


Transient sinovitis hip (TSH)
suatu peradangan sinovia sendi
hip yang bersifat transien.
Penyebab pasti belum diketahui.
Faktor predisposisi ada riwayat
trauma dan pasca reaksi
pemberian vaksi alergi
Penyebab umum terhadap nyeri
pada h6ip terutama anak-anak
usia 3-10 tahun.

PENGKAJIAN ANAMNESIS &


PEMFIS
Anamnesis :
anak rewel dan semakin menangis apabila pinggulnya
digerakkan secara rotasi luar.
Pada anak yang lebih tua atau orang dewasa keluhan
nyeri bersifat kronis dan bertambah nyeri bila sendi
(hip) digerakkan.
Sering ditemukan riwayat infeksi saluran napas atas,
otitis media, dan bronkhitis disertai Demam tinggi.
Pemeriksaan fisis
Look : pada bayi biasanya didapatkan tanda khas posisi
abduksi maksimal.
Feel : nyeri tekan pada hip.
Move : pemeriksaan pada hip dengan melakukan fleksi,
abduksi, dan eksternal rotasi didapatkan nyeri pada
sendi sakroiliaka`

SINOVITIS TRANSIENT HIPS

Diagnosa Banding
Artritis septis
Artritis juvenil idiopatik
Artritis rematoid juvenil
Osteomielitis
Pemeriksaan diagnostik

Laboratorium : peningkatan LED, leukositosis dan


CRP
Radiologi : pada rontgen didapatkan lesi pada
tulang pada fase akut. Pada fase lanjut adanya
pelebaran ruang sendi yang akan mempengaruhi hip.

PENATALAKSANAAN
Bertujuan untuk mengurangi nyeri dan
mengatasi proses peradangan.
Tirah baring dengan pemasangan traksi kulit
dengan 45 fleksi intrakapsular selama 7-10 hari.
Kompres hangat dan masase disekitar pinggul.
Obat NSAIDs, jenis naproksen dan ibuprofen
sangat efektif sebagai analgesik, antiinflamasi
dan antipiretik.

BURSITIS

Bursitis adalah peradangan pada bursa terjadi ketika


ruang sinovia mengalami penipisan dan peningkatan
produksi cairan yang memberikan manifestasi
pembengkakan lokal dan nyeri.

Etiologi
Penyebab bursitis adalah gangguan autoimun, deposisi
kristal (gout atau pseudogout), penyakit infeksi, traumatik,
gangguan perdarahan. Penyakit sistemis (artritis reumatoid,
ankilosing, spondilitis, skleroderma, lupus eritomatosus)
Patofisiologi
Respon peradangan yang terjadi pada bursa akan
meningkatkan penipisan pada sinovia. Jaringan granulasi
dan fibrotik terbentuk menyebabkan bursa terisi cairan yang
kaya akan fibrin atau terisi darah.

DIAGNOSIS

Anamnesis : riwayat adanya nyeri pada saat


menggerakkan sendi atau pada saat istirahat, riwayat
pembengkakan dan penurunan rentang gerak sendi.
Perbedaan antara bursitis sepsis dan non-sepsis adanya
gejala demam.
Pemeriksaan fisis
Look : adanya pembengkakan dan kemerahan pada
bagian bursa yang mengalami peradangan.
Feel : nyeri tekan dan hangat.
Move : penurunan rentang gerak sendi

Laboratorium : peningkatan LED dan CRP dan kultur


cairan sinovial sendi yg terganggu.
Radiologi : rontgen untuk identifikasi osteofit.

MANIFESTASI KLINIS

RADIOLOGI

PENATALAKSANAAN
Bertujuan mengurangi nyeri
Proteksi dengan pembebatan atau dengan brace.
Istirahat untuk menghindari aktivitas sendi
untuk menurunkan nyeri.
Kompres dengan kompres es dapat menurunkan
respon nyeri.
Kompresi dengan perban elastis
Elevasi dengan mengatur posisi area bursitis
berada lebih tinggi daripada jantung sehingga
dapat menurunkan pembengkakan dan nyeri.
Obat-obatan, pemberian NSAIDs, asetaminofen
dan injeksi kortikosteroid

KONSEP PENYAKIT REMATIK

1. ARTRITIS REUMATOID

Artritis Reumatoid adalah penyakit peradangan


sistemik kronis yang diketahui penyebabnya dengan
manifestasi pada sendi perifer dengan pola simetris.
Di seluruh dunia, kejadian tahunan sekitar 3 kasus
per 10.000 penduduk.
AR terjadi 2-3 kali lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria. Terjadi pada usia 35-50 tahun.

ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI


Etiologi
Penyebab AR tidak diketahui. Faktor genetik,
lingkungan, hormon, imunologi, dan faktor-faktor
infeksi memainkan peran penting,
Faktor sosial ekonomi, psikologis, dan gaya hidup
dapat mempengaruhi progresivitas dari penyakit.

Patofisiologi
Hiperplasia sel cairan sendi dan aktivasi sel endotel
adalah kejadian awal proses patologis yang
berkembang menjadi peradangan yang tidak
terkontrol berakibat pada kehancuran tulang dan
tulang rawan.

PENGKAJIAN ANAMNESIS
Anamnesis : demam, malaise, mudah lelah,
penurunan berat badan, nyeri, pembengkakan,
dan kekakuan sendi yang mengalami rematik.
Kesulitan melakukan aktivitas hidup seharihari.
Pemeriksaan fisis
Sendi tangan dan kaki akan terpengaruh dan
biasanya simetris.
Sendi menunjukkan peradangan dengan
pembengkakan, kelembutan, kehangatan dan
penurunan rentang gerak.
Pada stadium lanjut terjadi kerusakan sendi
dan deformitas bersifat permanen.

KRITERIA ARTRITIS REUMATOID


Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (morning
stiffnes)
Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurangkurangnya pada satu sendi.
Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi
cairan) pada salah satu sendi secara terus menerus sekurangkurangnya selama 6 minggu.
Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain
Pembengkakan sandi yang bersifat simetris
Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang di daerah
ekstensor.
Gambaran foto rontgen yang khas pada reumatoid artritis
Uji aglutinasi faktor reumatoid
Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
Gambaran histologik yang khas pada nodul
Pengendapan cairaan cousin yang jelek.

DIAGNOSIS BANDING
Amiloidosis
Penyakit deposisi pirofosfat-kalsium
Osteoartritis
Fibromialgia
Hipoparatiroidisme
Polikondritis
Polimialgia rematik
Artritis psoriasis
Sarkoidosis
LES

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Laboratorium
Tanda peradangan, seperti LED dan CRP
Darah lengkap
Analisis cairan sinovia
Faktor reumatoid
Radiologi
Rontgen : erosi mungkin ada pada kaki dan
tidak adanya erosi di tangan.
MRI : awal erosi nampak pada MRI
USG : pengakuan efusi pada sendi yang tidak
mudah di akses.

RADIOLOGI RA

PENATALAKSANAAN

Nonfarmakologis

Fisioterapi dan terapi fisik membantu meningkatkan dan


mempertahankan berbagai gerakan.
Terapi okupasi untuk membantu pasien untuk
menggunakan sendi dan tendon efisien
Tindakan ortopedi meliputi tindakan bedah rekonstruksi

Farmakologis

DMARDs memperlambat atau mencegah perkembangan


kerusakan dan hilangnya sendi.
Glukokortikoid dosis prednison 10mg/hari biasanya
digunakan.
NSAID mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
Analgesik seperti asetaminofen/paracetamol untuk
menghilangkan rasa sakit.

2. ARTRITIS REMATIK JUVENIL

Artritis Rematik Juvenil (ARJ)


salah satu penyakit rematik
yang paling sering pada anak
dan merupakan kelainan yang
paling5 sering5 menyebabkan
kecacatan.
Ada 3 tipe Artritis Reumatoid
Juvenil yaitu : oligoartritis,
poliartritis, dan sistemis.

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Etiologi
Penyebab ARJ tidak diketahui .

Patofisiologi
Pada kondisi ARJ, terdapat
peradangan sendi kronis, infilrat
limfosit, sinovium mengalami
hipertrofik dan pembengkakan

KRITERIA ARTRITIS REUMATOID


JUVENIL
Umur <16 tahun pada awal penyakit
Artritis pada satu atau lebih sendi
Durasi penyakit tiga bulan atau lebih
Tipe karakteristik awal

pauciartikular (1-4 sendi)


Poliartikular
Kehadiran faktor rematoid
Onset sistemis dengan fitur karekteristik
ARJ dengan positif untuk faktor reumatoif
Ankilosing spondilitis juvenil
Artritis juvenil psoriatis

GAMBARAN KLINIS
Manifestasi yang muncul dengan gejala
pembengkakan atau efusi sendi, atau paling
sedikit dua dari tiga gejala peradangan yaitu
gerakan yang terbatas, nyeri jika digerakkan dan
panas.
Pada anak kecil yang paling jelas adalah
kekakuan sendi pada pergerakan, terutama pada
pagi hari (morning stiffness).
Demam intermitten >39C selama 2 minggu.
Tipe oligoartritis empat sendi atau kurang, sendi
besar lebih sering kena biasanya pada sendi
tungkai.
Tipe poliartritis lebih sering sendi-sendi jari
biasanya biasanya simetris

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksaan LED dan CRP
Faktor rematoid
Antinuklear antibodi (ANA).

Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan dilakukan terutama apabila terlihat
adanya pembengkakan jaringan lunak sekitar
sendi, pelebaran ruang sendi, dan osteoporosis.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan psikologis, termasuk pendidikan
kesehatan pada pasien dan orang tua
Terapi medis, dengan pemberian NSAIDs
imunosupresi.
Pencapaian di sekolah dengan konsultasi akademik,
penyesuaian aktivitas sekolah dan penyesuaian
edukasi fisik di sekolah
Nutrisi untuk menurunkan kondisi anemia dan
osteoporosis
Terapi fisik dilakukan untuk menurunkan nyeri dan
peningkatan ROM, kekuatan otot, aktivitas seharihari, dan latihan fisik.
Terapi okupasi
Intervensi bedah

3. DEMAM REMATIK AKUT


Demam rematik akut adalah suatu sindrom klinik
dari penyakit vaskular kolagen multisistem. Kondisi
ini biasanya terjadi setelah6 infeksi sterptokokkus
hemolitik grup A.
Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, presdiposis
perkembangan sekuel faringitis streptokokkus grup A
dan kelainan respon imun memberikan terjadinya DRA.
Patofisiologi
pada kondisi awal pada proses peradangan terjadi
migrasi imunitas ke bagian sendi. Sendi besar seperti
lutut, pergelangan kaki, siku atau bahu biasanya paling
awal terpengaruh.

MANIFESTASI AKUT

Sebagian besar riwayat faringitis akut. Masa


laten sekitar 18 hari terjadi antara onset
faringitis streteptokokkus dengan demam
rematik akut. Manifestasi pertama polyartritis
dengan nyeri sendi yang berat.
Menurut American Heart Association (AHA)
terdapat dua manifestasi mayor atau satu
manifestasi minor harus ada pada pasien dengan
demam rematik akut. Manifestasi utama adalah
karditis, poliartritis, korea minor, marginatum
eritema, dan nodul subkutan. Manifestasi minor
termasuk atrlagia dan demam.

DIAGNOSA BANDING
Lupus eritematosus sistemis
Purpura Henoch-Schoenlein
Reaksi serum
Thalasemia
Artritis pasca infeksi
Artritis septik
Leukimia
Endokarditis bakterialis sub akut.

PENATALAKSANAAN
Eradikasi kuman Streptococcus beta Hemolyticus
grup A. pemberian penisilin benzatin intramuskular
dengan dosis 1,2 juta unit untuk BB > 30 kg, 600.000900.000 unit untuk pasien dengan BB < 30 kg.
Penisilin oral dapat digunakan sebagai alternatif.
Obat analgesik dan anti inflamasi
Nutrisi. Pada sebagian besar kasus diberikan
makanan biasa, cukup kalori cukup protein. Pada
demam rematik dengan gagal jantung diberikan diet
gagal jantung yaitu rendah garam dan pembatasan
cairan.
Istirahat dan mobilisasi. Pasien DRA harus istirahat
di RS.

PENYAKIT REMATIK
REGIONAL DAN JARINGAN
LUNAK

1. KALSIFIKASI TENDINITIS
Kalsifikasi tendinitis merupakan suatu kondisi
dengan karekteristik deposit hidroksipatit (kristal
kalsium-fosfat)
Etiologi dan Patofisiologi
Perubahan degeneratif yang terjadi pada tendon
supraspinatus sebagai bagian dari proses penuaan
yang didapat dengan suatu kombinasi penggunaan
tenaga menyebabkan radang kronis dengan deposit
kalsium. Deposit kalsium kemudian pecah ke dalam
bursa pada bagian atas tendon supraspinatus sehingga
berdampak perbaikan dan memberikan manifestasi
peradangan tendon. Deposit menghilang spontan 2-3
minggu setelah pembentukan atau menetap tanpa
menyebabkan gejala apa pun.

KALSIFIKASI TENDINITIS
Manifestasi klinis
Keluhan nyeri pada anterior bahu
merupakan keluhan utama yang
didapat, keluhan nyeri ini terutama
terjadi pada saat bangun tidur.
Pada pemeriksaan fisis adanya
penurunan ROM.

Pemeriksaan radiologi
rontgen dilakukan untuk
mendeteksi adanya kalsifikasi pada
sendi bahu

PENATALAKSANAAN
NSAID-s
Terapi fisik. Latihan flesibilitas secara bertahap
untuk mencegah penurunan ROM pada sendi
bahu.
Extracorporeal Shock Wave Therapy. Intervensi
ini dilakukan pada fokus target kalsifikasi.
Aspirasi. Deposit kalsifikasi dihancurkan dengan
jarum dan dilakukan aspirasi material
kalsifikasi.
Intervensi bedah.

Aspirasi. Deposit kalsifikasi dihancurkan dengan


jarum dan dilakukan aspirasi material kalsifikasi.

2. KONTRAKTUR DUPUYTREN
Kontraktur

dupuytren adalah
suatu kondisi penyakit fibrosis
yang memberikan manifestasi
terjadinya penebalan dan
pemendekan secara progresif
dari fascia palmar dan
mengakibatkan kondisi
kontraktur pada jari tangan.

ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI


Etiologi
Kontraktur dupuytren terjadi secara diwariskan
dengan sifat autosomal dominan. Terdapat insiden
yang tinggi antara pasien dengan epilepsi dengan
penggunaan fenitoin dengan terjadinya
kontraktur.

Patofisiologi
Proliferasi fibroblas dan deposisi kolagen
menyebabkan kontraktur dari fasia palmaris

MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis

:
nyeri dan penurunan ROM secara bertahap
pada sendi jari tangan serta penurunan
ketangkasan dalam melakukan jari tangan.
Riwayat yg dikaji meliputi riwayat DM,
penyalahgunaan alkohol, infeksi HIV, epilepsi,
trauma dan eksposur getaran.

MANIFESTASI KLINIS
Pemeriksaan

fisis
Look : nodul pada telapak tangan dan bila
mengalami pengkerutan akan
menimbulkan deformitas fleksi pada jari
yang terlibat. Jari manis merupakan jari
yang paling sering terkena.
Feel : didapatkan adanya nodul pada
telapak tangan.
Move : penurunan ROM dan penurunan
ketangkasan pada sendi jari yang
mengalami kontraktur.

RADIOLOGI

PENATALAKSANAAN
Sejak februari 2010, US food and Drug
Administration (FDA) menyetujui kolagenase
histolitikum klostridium (Xiaflex) untuk
pengobatan kontraktur Duyputren. Injeksi
kolagenase histolitikum klostridium untuk
melemaskan kontraktur dupuytren.
Injeksi kortikosteroid : mempunyai efek penurunan
ukuran nodul.
Observasi : pada pasien penyakit tanpa rasa sakit
Intervensi bedah

FIBROMIALGIA
Fibromialgia

adalah suatu nyeri otot


kronis dengan area luas disertai gejalagejala diantaranya kelelahan, gangguan
tidur, kesakitan, permasalahan fungsi
luhur dan kemampuan mengingat,
serta gejala

Gangguan ini kecendurangan datang


dan pergi, serta bergerak ke sluruh
tubuh.

FIBROMIALGIA
Etiologi
Fibromialgia bersifat multifaktorial. Penyebab
fibromialgia bisa berbeda-beda pada setiap orang.
Faktor predisposis yaitu keturunan (gen bersifat
diwariskan) , perempuan memiliki riwayat lebih tinggi,
lebih sering usia pertengahan, riwayat tidur sedikit,
riwayat trauma.
Patofisiologi
Perubahan biokimia yang terlihat pada SSP,
rendahnya tingkat serotonin, peningkatan faktor
pertumbuhan saraf, dan peningkatan kadar zat P
menyebabkan hipersensivitas seluruh tubuh terhadap
rasa sakit dan memberikan dampak fibromialgia.

MANIFESTASI KLINIS

Keluhan utama fibromialgia adalah nyeri. Rangsang


nyeri yang minimal pada orang normal tidak nyeri
sedangkan pada orang dengan fibromialgia dapat
menyebabkan nyeri hebat yang dapat menganggu
aktivitas.
Keluhan nyeri bersifat konstan dan perasaan nyeri
terasa seperti terbakar. Rasa nyeri hampir diseluruh
tubuh.

Nyeri biasanya terjadi lebih dari 3 bulan terus menerus.


Pemfis : beri tekanan 4kg/cm pada beberapa titik nyeri
dengan meningkatkan tekanan secara bertahap
1kg/detik selama 4 detik. Akan didapatkan respon nyeri
tekan yang pada orang normal tidak nyeri

AREA NYERI FIBROMIALGIA

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan fibromialgia sangat efekti
dengan mengkombinasikan antara edukasi
pasien, mengurangi stres, olahraga teratur, dan
obat.
Berolahraga dapat beruba aerobik, berenang,
bersepeda, dan joging
Diet disarankan untuk menghindari alkohol dan
kafein sebelum tidur.
Obat yang disarankan obat antidepresan untuk
mengurangi rasa lelah, mengurangi spasme otot,
dan membantu tidur lelap.

ANKILOSIS SPONDILITIS
Ankilosis spondilitis (AS) adalah
suatu bentuk peradangan kronis
dari tulang belakang (spine) dan
sendi-sendi rulang sakroiliaka
(sacroiliac joints)
2 sampai 3 kali penyakit ini lebih
umum pada pria daripada
wanita. Ankilosis spondilitis
mempengaruhi semua kelompok
umur, termasuk anak-anak.
Paling sering terjadi di dekade
kedua dan ketiga dari
kehidupan.

ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI


Etiologi
Penyebab tidak diketahui , cenderung menyerang
anggota keluarga, menunjukkan adanya genetik.
90% pasien dengan ankilosis spondilitis dilahirkan
dengan gen HLA-B27.
Manifestasi klinis

Nyeri punggung bawah


Nyeri dada
Nyeri sendi lutut dan bahu
Nyeri tekan pada tempat tertentu
Uveitis anterior akut atau iridosiklitis

DIAGNOSIS BANDING
Penyakit

diskus lumbal
Spondilosis lumbal
Artritis psoriatik
Artritis reaktif

RADIOLOGI

PENATALAKSANAAN
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi nyeri
punggung dan nyeri sendi serta mencegah atau
memperbaiki kelainan bentuk tulang
Aspirin dan OAINS
Kortikosteroid jangka pendek

Anda mungkin juga menyukai