Anda di halaman 1dari 30

OSTEOMIELITIS

Amirudin (J210130096)
Bunga Mahardika A (J210150003)
Dinda Ria Supia (J210150011)
Riskya Ayunarwanti (J210150016)
Hemi Nursita (J210150017)
Dinda Nur Rohmah (J210150024)
Diah Ayu Kurnia (J210150029)
Retno Hardiyanti I. M. (J210150031)
Yuda Nur Cahyono (J210150037)
Riska Nurul Khasanah (J210150039)
KASUS
Seorang lelaki Didit (20 th) diduga menderita
infeksi bakteri piogenik dengan keluhan pyrexia,
rubor, dolor, dan sinus pada tungkai bagian
bawah. Dua tahun lalu ada riwayat kecelakaan
dengan fraktur terbuka pada tungkai bawah lalu
dibawa ke dukun tulang. Pada plain foto
didapatkan penebalan periosteum, bone
resorpsion, sklerosis sekitar tulang involucrum.
Pasien didiagnosis osteomielitis. Pada
pemeriksaan deformitas scar tissue, sinus
dengan discharge seropurulen dan ekskoriasi
sekitar sinus T: 130/90 mmHg, S: 39 C, N:
100x/mnt, RR: 22 x/mnt. Klien mengeluh nyeri
pada tungkai bawah yang mengalami fraktur,
skala nyeri 7 terasa.
Kata – kata sulit
 Bakteri piogenik: bakteri yang dapat
menyebabkan puss
 Pyrexia: demam
 Rubor: kemerahan
 Dolor: rasa sakit
 Periosteum: membran fibrosa padat yang terdiri
dari jaringan ikat yang tidak teratur yang
menutupi permukaan eksternal dari tulang.
Lanjutan ….
 Bone resorpsion: pemecahan dan penyerapan tulang
 Sklerosis: pengerasan
 Tulang Involucrum: tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati
 Deformitas: perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi
memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstremitas yang
menarik patahan tulang.
 Scar tissue: jaringan parut
 Ekskoriasi: tanda awal linier atau goresan / luka lecet
Pertanyaan
1. Mengapa Tn. Didit bisa terkena osteomeilitis?
2. Apa saja komplikasi dari osteomeilitis?
3. Apa yang dimaksud bakteri piogenik?
4. Bakteri apa saja yang termasuk bakteri
piogenik?
Jawab
1. karena Tn Didit mempunyai riwayat fraktur terbuka 2 tahun
yang lalu pada tungkai bagian bawah,kemudian pasien
datang ke dukun tulang untuk melakukan perawatan. Setelah
itu pasien terkena infeksi yang mengakibatkan peradangan
tulang atau osteomeilitis.
2. komplikasi dari osteomeilitis adalah
Kematian tulang (osteonekrosis), Abses tulang, Bakteremia,
Fraktur, Selulitis (Hidiyaningsih, 2012)
3. bakteri piogenik adalah bakteri menghasilkan
nanah pd luka yg mengalami infeksi
4. yang termasuk bakteri piogenik seperti
a. Staphylococcus (orang dewasa):
Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus
aureus (70% sampai 80% infeksi tulang)
b. Streplococcus hemolitikus(anak-anak) dan
Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak
dibawah umur 4 tahun (Henderson.)
Pengertian
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
4. Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang
haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh
staphylococcus aureus.
5. Osteomyelitis adalah proses inflamasi akut atau kronik pada tulang dan
struktur sekundernya karena infeksi oleh bakteri piogenik.
Kesimpulannya
Osteomielitis adalah Infeksi
pada tulang dan sumsum
tulang karena ada infeksi
bakteri piogenik yang bersifat
akut maupun kronis, baik
secara langsung maupun tidak
langsung
ETIOLOGI
Penyebab paling sering adalah staphylococcus
aureus baik secara langsung (fraktur terbuka),
tidak langsung (melalui peredaran darah).
Osteomielitis sering ditemukan pada orang
yang lebih tua karena b.d penuaan.

 PROGNOSIS
semakin cepat area yang terkena infeksi disembuhkan dari
infeksi, semakin baik prognosis untuk orang tersebut. Bila
tidak ditangani maka beresiko menjadi osteomielitis
kronis yang bisa terjadi pada pasien dengan gangguan
imunitas atau suplai darah ke area tersebut tidak baik
(misal. DM)
Klasifikasi
 1. Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
a. Osteomyelitis Primer => Kuman-kuman mencapai tulang
secara langsung melalui luka.
b. Osteomyelitis Sekunder => kuman-kuman mencapai tulang
melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain
(misalnya infeksi saluran nafas, genitourinaria furunkel).
2. Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya
dibedakan atas => osteomielitis akut dan osteomielitis kronis
3. Berdasarkan penyebaran anatomis dari infeksi dan status
fisiologis dari penderitanya => Stadium 1 (medular),
stadium 2 (korteks superfisial), stadium 3 (medular dan
kortikal yang terlokalisasi) dan stadium 4 (medular dan kortikal
difus). (Anonim,1992)
PATOFISIOLOGI
Inflamasi bakteri staphylococcus aureus → metafisis tulang terkena dan
seluruh tulang kemungkinan terkena → tulang terinfeksi melalui 3
jalur (hematogen, melalui infeksi didekatnya, secara langsung) →
reaksi awal inflamasi awal peningkatan vaskularitas dan edema →
menyebabkan trombosis → iskemia dan nekrosis tulang → terbentuk
abses tulang → pus mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga
medulla atau menyebabkan abses superiosteal → suquestra tulang
yang mati terbentuk → pembentukan tulang baru dibawah perioteum
dan disekitar jaringan granulasi.
Pada perjalanan alamiah, abses dapat keluar spontan; namun yang
lebih sering harus dilalukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk didalam dinding berasal dari jaringan mati,
namun seperti rongga abses pada umunya, jaringan tulang mati
(sequetrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan
mengelilingi sequestrum.
MANIFESTASI KLINIS
1. infeksi dibawa oleh darah; mendadak, sering
terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis.
Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan
malaise, pembesaran kelenjar regional.
2. infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang; bagian yang terinfeksi menjadi nyeri,
bengkak dan nyeri tekan.
3. infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di
sekitarnya atau kontaminasi langsung; daerah
infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri
tekan, sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau
ada luka. Pemeriksaan lab: anemia dan
leukositosis.
MANIFESTASI KLINIS
4. Ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode
berulang nyeri, inflamasi pembengkakan
dan pengeluaran pus, lab: LED meningkat.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 pemeriksaan sinar X:menunjukkan
pembengkakan jaringan lunak / menunjukkan
lesi osteolitik (membatasi hilangnya kepadatan
tulang),

pemeriksaan darah: leukosit meningkat dan
peningkatan LED,
 kultur darah: menentukan jenis antibiotika yang
sesuai.
 biopsi tulang: mengidentifikasi organisme.
 Scan tulang: menunjukkan area naiknya
aktivitas seluler / deteksi lokasi infeksi.
PENATALAKSANAAN
1. Imobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur.
2. Pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri
(ibuprofen, naproxen, acetaminophen)
3. pemberian antibiotik selama 4 sampai 6 minggu:
penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam,
Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam, Cefazolin 2 gr IV
setiap 6 jam, Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
4. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
5. Debridement (memotong jaringan) area untuk
memindahkan jaringan yang membusuk.
6. Jika ada vascular insufficiency (gangren), maka
amputasi diperkukan
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Identitas Pasien:
Nama=Tn Didit, Usia=20 thn
 Riwayat Keperawatan:
1. Riwayat Kesehatan masa lalu: pasien mengatakan dua tahun lalu
ada riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka pada tungkai
bawah lalu dibawa ke dukun tulang
2. Riwayat Kesehatan sekarang: Pasien mengeluh nyeri pada
tungkai bawah yang mengalami fraktur, skala nyeri 7 terasa,
demam, kemerahan, kesakitan dan sinus pada tungkai bagian
bawah.

Pemeriksaan diagnostik : Plain foto didapatkan penebalan
periosteum, bone resorpsion, sklerosis sekitar tulang involucrum.

Pemeriksaan fisik : deformitas scar tissue, sinus dengan
discharge seropurulen dan ekskoriasi sekitar sinus T: 130/90
mmHg, S: 39 C, N: 100x/mnt, RR: 22 x/mnt.

Dx Medis = osteomielitis.
DIAGNOSA
a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

b. Nyeri berhubungan dengan agens cedera biologis (inflamasi dan pembengkakan)

c. Hambatan mobilisas fisik berhubungan dengan nyeri

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas

e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat


INTERVENSI
 Pantau suhu tubuh
Hipertermi berhubungan
dengan proses
 Monitor tanda – tanda vital
inflamasi  Pantau infeksi
 Pengecekan kulit
 Manajemen cairan
Kriteria hasil:  Peresepan obat untuk
termoregulasi mengurangi rasa nyeri atau
tanda – tanda vital
obat antipiretik dan
analgetik.
 Pengaturan suhu
lingkungan
 Imobilisasikan bagian yang terkena dengan bidai
untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
Intervensi 
Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena
harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat
Nyeri berhubungan dengan
digerakkan sesuai rentangnya namun dengan
agens cedera biologis
(inflamasi dan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa sangat nyeri
pembengkakan) dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.


Tinggikan bagian yang terkena untuk mengurangi
pembengkakan dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkannya.
Kriteria hasil:

Pantau Status neurovaskuler ekstremitas yang
Nyeri terkontrol, penurunan terkena.
skala nyeri, nyeri reda 
Lakukan Teknik manajemen nyeri seperti massage,
distraksi, relaksasi, hipnotik untuk mengurangi
persepsi nyeri dan kolaborasi dengan medis untuk
pemberian analgetik.
 Program pengobatan dengan
INTERVENSI membatasi aktivitas.


Lindungi tulang dengan alat
Hambatan mobilisas fisik imobilisasi dan hindarkan stres
berhubungan dengan nyeri pada tulang karena Tulang
menjadi lemah akibat proses
infeksi.


Berikan pemahaman tentang
rasional pembatasan aktivitas.
Kriteria hasil:

Partisipasi aktif dalam kehidupan
Perbaikan mobilitas fisik dalam
sehari-hari dalam batas fisik tetap
batas-batas terapeutik, dianjurkan untuk mempertahankan
rasa sehat secara umum.
Intervensi
 Lalukan manajemen
Intoleransiaktivitas energi
berhubungan dengan
imobilitas  Bantuan perawatan
diri
 Lalukan manajemen
lingkungan;
Kriteria hasil: kenyamanan.
Daya tahan
Lakukan terapi latihan


meningkat

Dapat toleransi :ambulasi
kepada aktivitas
 Motivasi pasien dan
keluarga untuk ikut
terlibat
 Pantau respons pasien terhadap terapi antibiotika.
Intervensi 
Observasi tempat pemasangan infus tentang adanya i
flebitis atau infiltrasi.
Resiko infeksi
berhubungan dengan

Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya
pertahanan tubuh primer untuk meyakinkan adanya peredaran darah Yang
tidak adekuat mewadai (pengisapan luka untak mencegah
penumpukan cairan, peninggian daerah untuk
memperbaiki aliran balik vena, menghindari tekanan
pada daerah Yang di‑ graft) untuk mempertahankan

Kriteria hasil: imobilitas Yang dibutuhkan, dan untuk memenuhi


pembatasan beban berat badan.
kontrol dan eradikasi 
Pantau kesehatann urnum dan nutrisi pasien.
infeksi

Berikan diet protein seirnbang, vitamin C dan vitamin
D dipilih untak meyakinkan adanya keseimbangan
nitrogen dan merangsang penyembuhan.

Hasil yang diharapkan

Melaporkan berkurangnya nyeri

Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya Infeksi

Tidak mengalarni ketidaknyamanan bila bergerak

Berpartisipasi‑ dalam aktivitas perawatan~diri

Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas Yang sehat

Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman

Memakai antibiotika sesuai resep

Suhu badan normal

Tiadanya pembengkakan EVALUASI


Tiadanya pus

Angka leukosit dan laju endap darah kembali non‑ nal

Biakan darah negatif

Anda mungkin juga menyukai