Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR OSTEOMIELITIS

1. Pengertian

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau
kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hemotogen (infeksi yang
berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2001:257).

Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik (Overdoff, 2002:571).

Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang disebabkan
oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium
dan jamur juga dapat menyebabkan osteomyelitis jika mereka menginvasi tulang (Ros, 1997:90).

Menurut Price (1995:1200). Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang.

Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut
atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh escherichia coli, staphylococcus aureus, atau
streptococcus pyogenes (Tucker, 1998:429).

Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang
mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomyelitis
dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik
maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari
osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 1995:1200).

Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar (1995:463-464) yaitu :

1) Osteomyelitis piogenik hematogen

Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis piogenik hematogen terutama disebabkan oleh
staphylococcus aureus kemudian diikuti oleh bacillus colli. Kecuali samonela, osteomyelitis
hematogen biasanya bermanisfestasi sebagai suatu penyakit demam sistemik akut yang disertai
dengan gejala nyeri setempat, perasaan tak enak, kemerahan dan pembengkakan.

2) Osteomyelitis tuberkulosis

Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga sendi. Daerah yang sering kena
adalah tulang-tulang panjang dari ekstremitas dan tulang belakang. Osteomyelitis tuberkulosis
dapat menyebabkan deformitas yang serius (kifosis, skoliosis) berkaitan dengan destruksi dan
perubahan sumbu tulang belakang dari posisi normalnya.

2. Etiologi

a. Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang


oleh Streptococcus hemolyticus
b. Haemophilus influenzae (5-50%) pada usia di bawah 4 tahun
c. Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa capsulata, Proteus mirabilis,
Brucella, dan bakteri anaerob yaitu Bacterioides fragilis.

Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:
1) Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di
tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa
membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Pada anak-anak, infeksi
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya
terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen
biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2) Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik
seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang.
3) Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada
jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu.
Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi
penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan
darah(misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).

3. Manifestasi Klinis

a. Panas tinggi, anoreksia, malaise (adanya proses septikemia)


b. Nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggunakan anggota bersangkutan, pembengkakan
lokal (tanda-tanda radang akut : rubor, dolor, kalor, tumor, fungsi larsa) dan nyeri tekan
c. Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena nanah
dan bengkak
d. LAB : Leukositosis, anemia, LED meningkat

4. Patofisiologi

Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung pada usia, daya tahan
klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui saluran darah dari focus
ditempat lain dalam tubuh pada fase bakteremia dan dapat menimbulkan septikimia. Embulus
infeksi kemudian masuk ke dalam juksta empifisis pada daerah metafisis tulang panjang. Proses
selanjutnya adalah tejadi hyperemia dan edema di daerah metafisis di sertai dengan pembentukan
pus. Terbentuknya pus ketika jaringan tulang tidak dapat bersekpensi, menyebabkan tekanan
dalam tulang meningkat. Peningkatan tekanan dalam tulang menyebabkan terjadinya sirkulasi
dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulng dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang.
Disamping proses yang di sebutkan di atas, pembentukan tulang baru yang ektensif terjadi pada
dalam poreosteus sepanjang deafisis (terutam pada anak-anak) sehingga terbebtuk suatu
lingkuangan tulang seperti peti mayat dengan jaringan sekuestrum di dalamnya. proses ini
terlihat jelas pada akhir minggu ke dua. Apabila pus menembus tulang ,terjadi pengalian pus
(discharge) keluar melalui lubang yang di sebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak
dan kulit. Pada tahap selanjutnya, penyakit osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanselus,
infeksi dapat terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang
kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

- Peningkatan laju endap eritrosit (Ros, 1997:90)

- Lukosit dan LED meningkat (Overdoff, 2002:572)

b. Rontgen
Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua minggu kemudian tampak bintik-bintik
dekalsifikasi pada batang tulang, yang kemudian dapat meluas dan diikuti oleh tanda-tanda
pembentukan involukrom (Overdoff, 2002:572).

c. Scan tulang, biasanya sebelum rontgen (Overdoff, 2002:572).

d. Biopsi tulang, mengidentifikasi organisme penyebab.

6. Penatalaksanaan

Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi (Boughman, 2000:389).

a. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20 menit beberapa
kali sehari.
b. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi organisme dan
memilih antibiotik.
c. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.
d. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan selama 3 bulan.
e. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan terapi
antibiotik tambahan.

7. Komplikasi

a. Dini :

1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)


2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya
sembuh
3) Atritis septik

b. Lanjut :
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan  fungsi tubuh
yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan

DAFTAR PUSTAKA

Purnawan JunadiKapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI 1982.


Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI
1990.
Doenges E Marilynn. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Kalim, Handono, 1996. Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000.Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,
EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai