Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

OSTEOMIELITIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu: Noor Fitriyani, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Denitya Anggie Pusparatih (P18069)


Devi Wulandari (P18070)
Dhita Anggita Disry (P18071)
Diana Nur Vita Sari (P18072)
Dinda Adelia Astuti (P18073)
Eka Listyaningrum (P18074)
Ema Khayrunniyah (P18075)
Evanda Yulaika (P18076)
Fatonah Sofiatun Hanifah (P18077)
Fitria Dewi A.R (P18078)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2020/2020
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering setelah
kontaminasi fraktur terbuka atau redusi (Mansjoer, 2010).
Osteomielitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomielitis dapat timbul akut
atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari
osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. (Price, 1995: 1200). Ada dua
macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar (1995: 463-464) yaitu:
a. Osteomielitis piogenik hematogen
Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomielitis piogenik hematogen terutama
disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian diikuti oleh bacillus colli.
Kecuali samonela, osteomielitis hematogen biasanya bermanisfestasi sebagai
suatu penyakit demam systemic akut yang disertai dengan gejala nyeri setempat,
perasaan tidak enak, kemerahan dan pembengkakan.
b. Osteomielitis tuberculosis
Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga sendi. Daerah
yang sering kena adalah tulang-tulang panjang dari ekstremitas dan tulang
belakang. Osteomielitis tuberculosis dapat menyebabkan deformitas yang sering
(kifosis, skoliosis) berkaitan dengan destruksi dan perubahan sumbu tulang
belakang dari posisi normal.
2. Etiologi
a. Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi
saluran nafas atas).
b. Penyebaran infeksi jaringan lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau
ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler)
atau kontaminasi langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti
luka tembak, pembedahan tulang.
c. Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis seperti nutrisi buruk, lansia,
kegemukan atau penderita diabetes artritis rheumatoid.
3. Manifestasi Klinis
a. Osteomielitis hematogen
1) Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum
2) Nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan
b. Osteomielitis eksogen
Membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan
c. Osteomielitis kronik
Mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran
pus.
4. Patofisiologi dan Pathway
Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Organisme penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan pneumococcus.
Metafisis tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh
bakteri melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi di dekatnya atau scara langsung
selama pembedahan. Reaksi inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan
nekrosis tulang. Pus mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau
menyebabkan abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk.
Pembentukan tulang baru dibawah perioteum yang terangkan diatas dan disekitar
jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar
(Overdoff, 2002:541, Rose, 1997:90).
Terdapat tiga mekanisme dasar terjadinya osteomielitis. Osteomielitis
hematogen biasanya terjadi pada tulang panjang anak-anak, jarang pada orang
dewasa, kecuali bila melibatkan tulang belakang. Osteomielitis dari
insufisiensi vaskuler sering terjadi pada diabetes melitus. Contiguous osteomielitis
paling sering terjadi setelah terjadi cedera pada ekstremitas. Berbeda dari
osteomielitis hematogen, kedua yang terakhir biasanya dengan infeksi polimikroba,
sering Staphylococcus aureus bercampur dengan patogen lain (Swiontkowski dkk,
1999).
Infected nonunion dan osteomielitis post trauma disebabkan oleh karena
kontaminasi mikroba setelah suatu patah tulang terbuka atau pembedahan pada
patah tulang tertutup. Pembentukan biofilm merupakan kunci dari perkembangan
infeksi. Biofilm merupakan suatu kumpulan koloni mikroba yang ditutupi matriks
polisakarida ekstraseluler (glycocalyx) yang melekat pada permukaan implan atau
tulang mati (Patzakis dkk, 2005).
Fokus primer dari osteomielitis akut pada anak-anak terdapat pada metafise.
Bila tidak ditangani, terjadi peningkatan tekanan intramedula dan eksudat menyebar
melalui korteks metafise yang tipis menjadi abses subperiosteal. Abses
subperiosteal dapat menyebar dan mengangkat periosteum sepanjang diafise.
Nekrosis tulang terjadi karena kehilangan aliran darah akibat dari peningkatan
tekanan intramedulari dan kehilangan suplai darah dari periosteal. Bagian yang
avaskular dari tulang yang dikenal sebagai sequestrum, dan seluruh panjang dari
tulang dapat menjadi sequestrum. Fragmen ini menjadi tempat berkumpulnya
mikroorganisme dan dapat terjadi episode infeksi klinis yang berulang. Abses dapat
keluar melalui kulit, membentuk sinus. Respon pasien dibentuk oleh periosteum
sebagai usaha memagari atau menyerap fragmen ini dan mengembalikan stabilitas,
disebut involucrum (Song dkk, 2001, Spiegel & Penny, 2005, Salomon dkk, 2010).
Infeksi bakteri ke tulang dapat terjadi karena inokulasi langsung, penyebaran
hematogen atau invasi lokal dari tempat infeksi lain. Fisis yang avaskuler membatasi
penyebaran infeksi ke epifise kecuali pada neonatus dan bayi. Pembuluh darah
menyebrang fisis hingga umur 15 hingga 18 bulan, berpotensi terjadinya septic
arthritis. Hal ini dapat terjadi sekitar 75% dari kasus osteomielitis neonatus (Song
dkk, 2001).
Bakteri dapat muncul dalam bentuk biofilm atau planktonik. Biofilm
memberikan proteksi, kerangka, yang dapat memfasilitasi aktivitas metabolik dan
bahkan komunikasi antara anggotanya. Pada bentuk planktonik, tidak terdapat
struktur organisasi antara sel-sel, demikian juga tidak terbentuk lapisan kimia.
Bakteri dalam bentuk planktonik memudahkan penyebaran infeksi ke tempat lain
(bacteremia atau sepsis); namun lebih rentan diserang oleh sistem imun atau
antibiotik (Arnold, 2013).
Setelah terinfeksi, osteomielitis melunakan tulang secara progresif dan terjadi
nekrosis tulang sehingga terbentuknya sequestrum. Pada stadium ini, debridemen
dengan pembedahan menjadi pilihan terapi. Adanya implant pada lokasi infeksi dapat
menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat pengobatan yang sukses (Eid &
Berbari, 2012).
Pathway :
5. Komplikasi
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang
tidak terkendali dan pemberian antibiotic yang tidak dapat mengeradikasi bakteri
penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin
memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi arau meluasnya infeksi dari fokus
infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah iskemik.
Secara umum kom plikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut :
a. Abses tulang
b. Bacteremia
c. Fraktur patologis
d. Meregangnya implant prosthetic (jika terdapat implant prosthetic)
e. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar
f. Abses otak pada osteomyelitis di daerah cranium.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dari perangkat diagnostic antara lain (Corwin,
2011) :
a. Scan tulang dengan menggunakan injeksi nukleotida radioaktif dapat
memperlihatkan tempat inflamasi tulang. Pencitraan resonansi magnetic
(Magnetic Resonance Imaging) dapat memungkinkan peningkatan sensitifitas
dioagnostik.
b. Analisis darah dapat memperlihatkan paningkatan hitung darah lengkap dan laju
endap eritrosit, yang menunjukan adanya infeksi aktif yang sedang berlangsung.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteomyelitis memerlukan kombinasi medis (farmakologi dan
pembedahan) dan non-medis. Penggunaan terapi medis seperti antibiotik saja tidak
terlalu efektif dalam penanganan osteomyelitis, karena antibiotik tidak dapat
menembus tulang mati atau terluka.
a. Penatalaksanan Medis
Tata laksana medis osteomyelitis yang dapat diberikan antara lain debridement
jaringan tulang mati, pemberian terapi antimikroba, dan penatalaksanaan penyakit
dasar. Pembedahan dilakukan jika pasien tidak membaik dengan pengobatan
antimikroba spesifik, dan bila terbukti ada abses jaringan lunak, pengumpulan
cairan subperiosteal, atau adanya infeksi sendi. Pembedahan yang bisa dilakukan
adalah debridement jaringan nekrotik, pengangkatan benda asing termasuk logam
ortopedi, dan penutupan kulit dari luka kronis yang tidak sembuh, seperti kasus
ulkus dekubitus. Osteomielitis vertebral biasanya tidak memerlukan pembedahan,
tetapi bisa dilakukan pada kondisi kompresi saraf, ketidakstabilan tulang
belakang, atau drainase abses epidural/paravertebral. Selain untuk membersihkan
jaringan tulang yang telah mati, debridement dapat digunakan untuk mengambil
kultur jaringan untuk mengevaluasi antibiotika yang masih sensitif untuk
digunakan dalam penanganan osteomyelitis.Terapi medis lain yang dapat
diberikan adalah penatalaksanaan untuk mengatasi penyebab dasar seperti,
diabetes melitus atau kelainan vaskuler perifer lainnya.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Selain pembedahan dan medis, terapi non farmakologi hendaknya juga diberikan
untuk menunjang kesembuhan osteomyelitis. Terapi non farmakologis yang dapat
diberikan antara lain mengendalikan gula darah, suplementasi nutrisi, terapi
hiperbarik oksigen, berhenti merokok, serta perawatan ulkus dekubitus. Kendali
gula darah penting dilakukan untuk menunjang kesembuhan osteomyelitis.
Pemberian suplementasi nutrisi dapat diberikan pada pasien dengan kondisi
malnutrisi, diabetes melitus, gagal hati, gagal ginjal, dan pasien dengan
imunokompromais. Pemberian suplementasi seperti vitamin D dapat menurunkan
infeksi periprostetik sendi. Terapi hiperbarik oksigen terbukti bermanfaat dalam
penatalaksanaan osteomyelitis kronis, termasuk pada kasus ulkus kaki.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menatur Nikmatur dan Saiful, (2012) Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
klien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan klien baik mental, sosial dan lingkungan. Adapun pengkajian pada
pasien Osteomielitis yaitu :
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada
masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan, adanya nyeri dan demam.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
4) Riwayat Psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
5) Kebiasaan sehari-hari
6) Pola nutrisi : Anoreksia, mual, muntah.
7) Pola eliminasi : Adakah retensi urin dan konstipasi
8) Pola aktivitas : Pola kebiasaan
c. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
1) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
2) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid
jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
4) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
5) Identisikasi peningkatan suhu tubuh
6) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
2. Diagnose Keperawatan
Diagnosa Keperawatan merupakan hasil perumusan berdasarkan respon dari
individu, keluarga, dan masyarakat mengenai masalah-masalah kesehatan yang
actual dan potensial yang dialami oleh klien (Irman, 2020).
Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikut :
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis ditandai dengan pasien
tampak meringis kesakitan (D.0077)
2) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan rentang
gerak (ROM) menurun (D.0054)
3) Resiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive (D.0142)
4) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan pasien menjalani pemeriksaan yang tidak tepat (D.0111)
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana Keperawatan merupakan sebuah proses perencanaan dalam menyusun yang
bertujuan mencegah, mengurangi, dan meminimalkan masalah-masalah yang dialami
oleh klien (Irman, 2020).
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x24 jam diharapkan
tingkat nyeri (Menurun) dengan,
Kriteria Hasil:
1) Keluhan nyeri (menurun)
2) Meringis (menurun)
3) Gelisah (menurun)
4) Frekuensi nadi (membaik)
5) Pola tidur (membaik)
Tindakan Keperawatan:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Berikan teknik non farmakologi
4) Fasilitasi istirahat dan tidur
5) Jelaskan strategi meredakan nyeri
6) Kolaborasi pemberian analgetik
b. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
mobilitas fisik (Meningkat) dengan,
Kriteria Hasil:
1) Pergerakan ektremitas (meningkat)
2) Rentang gerak ROM (meningkat)
3) Nyeri (menurun)
4) Gerakan terbatas (menurun)
Tindakan Keperawatan:
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2) Fasilitasi melakukan pergerakan
3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
4) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilitas
5) Anjurkan melakukan molisasi dini
6) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
c. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
Tingkat infeksi (Menurun) dengan,
Kriteria Hasil:
1) Kebersihan badan (meningkat)
2) kemerahan (menurun)
3) Nyeri (menurun)
Tindakan Keperawatan:
1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
2) Berikan perawatan kulit pada pada area edema
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi
6) Anjurkan meningkatan asupan nutrisi dan cairan
7) Kolaborasi pemberian imunisasi
d. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
Tingkat pengetahuan (Meningkat) dengan,
Kriteria Hasil:
1) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik (meningkat)
2) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan
topik (meningkat)
3) Persepsi yang keliru terhadap masalah (menurun)
4) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat (menurun)
5) Perilaku (membaik)
Tindakan Keperawatan:
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup sehat
3) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4) Berikan kesempatan untuk bertanya
5) Jelaskan factor yang dapat mempengaruhi kesehatan
6) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
4. Implementasi
Menurut Judha, (2011) Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang disusun pada tahap perencanaan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Menurut Judha, (2011) Evaluasi keperawatan merupakan langkah akhir dalam
proses keperawatan dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang tujuan
criteria hasil yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius.

Judha,Mohammad&Rahil,Nazwar. 2011. Dalam Asuhan Keperaawatan. Yogyakarta: Goysen


Publisen

Nikmatur Rohmah& Saiful Walid. Januari 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Jogjakarta: AR.RUZZMEDIA.

Mutataqin, Arif. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.EGC.

Price, 1995:1200. Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Robbins dan Kumar 1995 : 463-464. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi

8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai