Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan

lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan

jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang

mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau

mengakibatkan kehilangan ekstremitas.

Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain (

misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis

akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana

terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).

Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus

dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya :

fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).

Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,

lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis

rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang,

menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan,

begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan

pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma

pascaoperasi.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan

osteomielitis

b. Tujuan Khusus

· Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi dari osteomielitis

· Menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan dari osteomielitis

· Menjelaskan asuhan keperawatan dari osteomielitis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi

jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya

tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan

tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas

hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli

memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :

Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh

staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).

Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh

staphylococcus (Henderson, 1997)

B. Klasifikasi Osteomielitis

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:

1. Osteomielitis Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan

beredar melalui sirkulasi darah.

2. Osteomielitis Sekunder.

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Osteomielitis akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit

pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa

dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis

hematogen)Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Osteomielitis hematogen

Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut

biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya

terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh

dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan

bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis

dan onset yang lambat.

b. Osteomielitis direk

Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan.

Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan

oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.

Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis

organisme.

2. Osteomielitis sub-akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit

pendahulu timbul.

3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak

penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang

dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya

osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :

1. Staphylococcus (orang dewasa)

2. Streplococcus (anak-anak)

3. Pneumococcus dan Gonococcus

C. Etiologi

a. Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh

streptococcus hemolitikus.

b. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain

seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya.

c. Proses spesifik (M.Tuberculosa)

d. Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA).

D. Patofisiologi

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme

patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan

Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram

negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3

bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan

hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24

bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran

hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.


Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi,

dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,

mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan

medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat

menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol

awal, kemudian akan membentuk abses tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus

dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk

daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat

mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi

pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak

terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan

mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

E. Manifestasi Klinis

a. Fase akut

Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat

menggerakan anggota tubuh.

b. Fase kronik

Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang selalu

mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran

pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah.

2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus


Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji

sensitivitas

3. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh

bakteri salmonella.

4. Pemeriksaan biopsy tulang.

Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian

tes.

5. Pemeriksaan ultra sound.

Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.

6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2

minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan

pembentukan tulang yang baru.

7. Pemeriksaan tambahan :

a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama

b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,

: maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

G. Penatalaksanaan Medis

a. Pemberian Antibiotik Pemberian antibiotik ditujukan untuk mencegah terjadinya penyebaran

infeksi pada tulang sehat lainnya, mengontrol eksaserbasi akut.

b. Tindakan Operatif

Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian dan rumatan

antibiotik yang adekuat. Operasi dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan seluruh jaringan

nekrotik baik jaringan lunak maupun jaringan tulang sampai jaringan sehat sekitarnya.
Selanjutnya dilakukan drainase dan irigasi secara kontinu selama beberapa hari. Adakalanya

diperlukan penanaman rantai antibiotik di dalam bagian tulang yang infeksi.

H. Komplikasi

1. Dini :

a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)

b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh

c. Atritis septik

2. Lanjut :

a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang

terkena.

b. Fraktur patologis

c. Kontraktur sendi

d. Gangguan pertumbuhan

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi

internal dan fiksasi eksternal dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah

mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan

terjadinya supurasi tulang.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-lumbal yang terjadi akibat

torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus,

malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.

c. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

· Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada

keadaan klien).

· Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa kasus osteomielitis

biasanya akut)

· Tanda-tanda vital tidak normal

b. Sistem Pernafasan

Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pernafasan. Pada

palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak

didapatkan suara nafas tambahan.

c. Sistem Kardiovaskuler

Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak

teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

d. Sistem Muskuloskeletal

Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis yang menginfeksi

sendi akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena

adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.

e. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.

f. Sistem perkemihan

Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat jenis. Biasanya klien

osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem ini.

g. Pola nutrisi dan metabolism


Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan

mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis

menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan

menahan beban berat badan.

3. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,

kerusakan kulit

4. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi

C. Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

Tujuan :

Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamanan

Kriteria Hasil :

Tidak terjadi nyeri, nafsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal.

Rasional :

Mandiri

· Kaji karakteristik nyeri: lokasi, durasi, intensitas nyeri.

· Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksi.

· Ajarkan relaksasi : teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi

intensitas nyeri dan meningkatan relaksasi masase.

· Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut


· Amati perubahan suhu setiap 4 jam.

· Kompres air hangat

Kolaborasi :

· Pemberian obat-obatan analgetik

2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan

menahan beban berat badan

Tujuan :

Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria Hasil :

· Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

· Mempertahankan posisi fungsional

· Meningkatkan / fungsi yang sakit

· Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas

Rasional :

Mandiri

· Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan

· Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada

ekstremitas yang sakit dan tak sakit.

· Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak.

· Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

· Ubah posisi secara periodic

Kolaborasi :

· Fisioterapi

3. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,

kerusakan kulit
Tujuan :

· setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan penyembuhan

luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.

Kriteria hasil :

· Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga

tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan.

Rasional :

· Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas

· Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau

eritema atau drainase atau bau tidak sedap

· Berikan perawatan luka

· Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase yang

tidak enak atau asam.

· Kaji tonus otot, reflek tendon.

· Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas

cedera

Kolaborasi :

· Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter

· Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi

4. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi

Tujuan :

· Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi

kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.

Kriteria hasil :

· Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah kerusakan

kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.


Rasional :

· Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan warna kulit.

· Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.

· Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasi.

· Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau bedak

dengan jumlah sedikit berat.

· Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips, dan dukung

bantal setelah pemasangan.

· Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah beban atau

gips.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi

jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya

tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan

tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas

hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Staphylococcus

aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.

Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain

seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya. Proses spesifik (M.Tuberculosa).

Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA).

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan

lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan

jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang

mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau

mengakibatkan kehilangan ekstremitas.

Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain (

misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis

akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana

terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).

Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus

dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya :

fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).

Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,

lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis

rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang,

menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan,

begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan

pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma

pascaoperasi.
B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan

osteomielitis

b. Tujuan Khusus

· Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi dari osteomielitis

· Menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan dari osteomielitis

· Menjelaskan asuhan keperawatan dari osteomielitis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi

jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya

tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan

tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas

hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli

memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :

Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh

staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).

Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh

staphylococcus (Henderson, 1997)

B. Klasifikasi Osteomielitis
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:

1. Osteomielitis Primer.

Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan

beredar melalui sirkulasi darah.

2. Osteomielitis Sekunder.

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Osteomielitis akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit

pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa

dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis

hematogen)Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Osteomielitis hematogen

Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut

biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya

terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh

dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan

bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis

dan onset yang lambat.

b. Osteomielitis direk

Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan.

Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan

oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.

Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis

organisme.

2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit

pendahulu timbul.

3. Osteomielitis kronis

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak

penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang

dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya

osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :

1. Staphylococcus (orang dewasa)

2. Streplococcus (anak-anak)

3. Pneumococcus dan Gonococcus

C. Etiologi

a. Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh

streptococcus hemolitikus.

b. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain

seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya.

c. Proses spesifik (M.Tuberculosa)

d. Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA).

D. Patofisiologi

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme

patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan

Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram

negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3

bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan

hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24
bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran

hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi,

dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,

mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan

medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat

menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol

awal, kemudian akan membentuk abses tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus

dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk

daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat

mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi

pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak

terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan

mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

E. Manifestasi Klinis

a. Fase akut

Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat

menggerakan anggota tubuh.

b. Fase kronik

Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang selalu

mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran

pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah.

2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji

sensitivitas

3. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh

bakteri salmonella.

4. Pemeriksaan biopsy tulang.

Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian

tes.

5. Pemeriksaan ultra sound.

Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.

6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2

minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan

pembentukan tulang yang baru.

7. Pemeriksaan tambahan :

a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama

b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,

: maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

G. Penatalaksanaan Medis

a. Pemberian Antibiotik Pemberian antibiotik ditujukan untuk mencegah terjadinya penyebaran

infeksi pada tulang sehat lainnya, mengontrol eksaserbasi akut.

b. Tindakan Operatif

Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian dan rumatan

antibiotik yang adekuat. Operasi dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan seluruh jaringan
nekrotik baik jaringan lunak maupun jaringan tulang sampai jaringan sehat sekitarnya.

Selanjutnya dilakukan drainase dan irigasi secara kontinu selama beberapa hari. Adakalanya

diperlukan penanaman rantai antibiotik di dalam bagian tulang yang infeksi.

H. Komplikasi

1. Dini :

a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)

b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh

c. Atritis septik

2. Lanjut :

a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang

terkena.

b. Fraktur patologis

c. Kontraktur sendi

d. Gangguan pertumbuhan

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi

internal dan fiksasi eksternal dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah

mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan

terjadinya supurasi tulang.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-lumbal yang terjadi akibat

torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus,

malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.

c. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

· Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada

keadaan klien).

· Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa kasus osteomielitis

biasanya akut)

· Tanda-tanda vital tidak normal

b. Sistem Pernafasan

Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pernafasan. Pada

palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak

didapatkan suara nafas tambahan.

c. Sistem Kardiovaskuler

Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak

teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

d. Sistem Muskuloskeletal

Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis yang menginfeksi

sendi akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena

adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.

e. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.

f. Sistem perkemihan

Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat jenis. Biasanya klien

osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem ini.

g. Pola nutrisi dan metabolism


Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan

mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis

menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan

menahan beban berat badan.

3. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,

kerusakan kulit

4. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi

C. Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

Tujuan :

Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamanan

Kriteria Hasil :

Tidak terjadi nyeri, nafsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal.

Rasional :

Mandiri

· Kaji karakteristik nyeri: lokasi, durasi, intensitas nyeri.

· Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksi.

· Ajarkan relaksasi : teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi

intensitas nyeri dan meningkatan relaksasi masase.

· Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut


· Amati perubahan suhu setiap 4 jam.

· Kompres air hangat

Kolaborasi :

· Pemberian obat-obatan analgetik

2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan

menahan beban berat badan

Tujuan :

Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria Hasil :

· Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

· Mempertahankan posisi fungsional

· Meningkatkan / fungsi yang sakit

· Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas

Rasional :

Mandiri

· Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan

· Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada

ekstremitas yang sakit dan tak sakit.

· Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak.

· Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

· Ubah posisi secara periodic

Kolaborasi :

· Fisioterapi

3. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,

kerusakan kulit
Tujuan :

· setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan penyembuhan

luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.

Kriteria hasil :

· Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga

tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan.

Rasional :

· Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas

· Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau

eritema atau drainase atau bau tidak sedap

· Berikan perawatan luka

· Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase yang

tidak enak atau asam.

· Kaji tonus otot, reflek tendon.

· Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas

cedera

Kolaborasi :

· Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter

· Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi

4. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi

Tujuan :

· Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi

kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.

Kriteria hasil :

· Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah kerusakan

kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.


Rasional :

· Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan warna kulit.

· Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.

· Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasi.

· Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau bedak

dengan jumlah sedikit berat.

· Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips, dan dukung

bantal setelah pemasangan.

· Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah beban atau

gips.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi

jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya

tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan

tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas

hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Staphylococcus

aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.

Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain

seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya. Proses spesifik (M.Tuberculosa).

Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA).

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai