Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMELITIS

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pembimbing:

Natanael, S.Kep., Ns.

Disusun Oleh :

Qoiril Asfari

D3A2021050

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dengan judul “Laporan
Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah II: Osteomelitis”. Laporan Pendahuluan ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan mata ajar BLOKPK 018 di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Kosala.

Laporan Pendahuluan ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan banyak pihak.
Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Ratna Indriati, A., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti
Kosala.
2. Ibu Sri Aminingsih, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan.
3. Bapak Natanael S.Kep., Ns., selaku pembimbing dalam pembuatan Laporan
Pendahuluan ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Kosala
5. Keluarga yang telah memberi motivasi bagi penulis.
Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat dan
bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan diwaktu yang
akan datang. Penulis berharap semoga Laporan Pendahuluan ini dapat berguna bagi
semua pihak.

Sukoharjo, juni 2023

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOMELITIS

A. PENGERTIAN

Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang. Infeksi yang
mengenai tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi yang mengenai jaringan
lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan tulang baru disekeliling jaringan juga mati (Brunner
dan Suddarth, 2000).

Osteomielitis merupakan penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses
local. Abses tulang biasanya memiliki suplai darah yang buruk, dengan demikian
pelepasan swl imun dan antibiotik terbatas (Corwin, 2015)

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau
kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hemotogen
(infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2001:257). Osteomyelitis adalah
infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik (Overdoff, 2002:571).

Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang disebabkan
oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi bakteri, tetapi
mikrobakterium dan jamur juga dapat menyebabkan osteomyelitis jika mereka
menginvasi tulang (Ros, 1997:90).

B. KLASIFIKASI

Di bedakan menjadi 2 :

1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana


mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari
sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi
pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai
komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis
hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:

A. Osteomielitis hematogen

Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis


hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari
daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi
yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan
cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta
pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen
akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
B. Osteomielitis direk

Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat


trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.

3. Osteomielitis kronis

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka
atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi
pada tulang yang fraktur.
C. ETIOLOGI

Penyebab utama osteomilitis adalah bakteri staphylococcus aureus. Bakteri tersebut


bisa terdapat dikulit atau di hidung dan umumnya tidak menimbulkan masalah
kesehatan. Namun, saat sistem kekebalan tubuh sedang lemah karena suatu penyakit,
maka bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi. Masuknya bakteri staphylococcus
hingga ke tulang dapat melalui beberapa cara, yaitu:

1. Melalui aliran darah: Bakteri dari bagian tubuh lain dapat menyebar ke tulang
melalui aliran darah.

2. Melalui jaringan atau sendi yang terinfeksi: Kondisi ini memungkinkan bakteri
bisa menyebar ke tulang di dekat jaringan atau sendi yang terinfeksi.
3. Melalui luka terbuka: Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh jika terdapat luka
terbuka seperti patah tulang terbuka atau kontaminasi langsung saat bedah
ortopedi.
4. Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70-80% osteomielitis.

Organisme patogenik lainnya yang sering di jumpai yaitu proteus, pseudomonas, dan
escherichia coli. Infeksi dapat terjadi melalui: (Suratun dkk, 2008)

1. Penyebaran ematogen dari fokus infeksi di yempat lain: tonsil yang terinfeksi,
infeksi gigi, infeksi saluran napas bagian atas.
2. Penyebaran infeksi jaringan lunak: ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus
vaskular.
3. Kontaminasi langsung dengan tulang: fraktur terbuka, cedera traumatik (luka
tembak, pembedahan tulang).

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Smeltzer (2010)

1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi
cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala
lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan
nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau


kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
3. Pada osteomielitis kronis, gejala dapat terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama,
biasanya lebih dari dua minggu. Pasien juga dapat mengalami pembengkakan,
nyeri, dan eritema di tempat infeksi, tetapi gejala konstitusional seperti demam
lebih jarang terjadi. Nyeri tekan pada palpasi pada tulang vertebra mungkin
merupakan temuan signifikan pada osteomielitis vertebra. Kemampuan untuk
memeriksa ulkus ke tulang dengan instrumen steril tumpul sangat sugestif dari
osteomielitis, pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode
berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat
rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

E. PATOFISIOLOGI

Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus. Organisme


penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan pneumococcus. Metafisis
tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri
melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi di dekatnya atau scara langsung selama
pembedahan. Reaksi inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis
tulang. Pus mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau menyebabkan
abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk. Pembentukan tulang baru
dibawah perioteum yang terangkan diatas dan disekitar jaringan granulasi, berlubang
oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar (Overdoff, 2002:541, Rose, 1997:90).
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang mungkin timbul dengan osteomielitis yang tidak diobati atau
tidak diobati dengan benar adalah:

- Artritis septik - Deformitas tulang

- Fraktur patologis - Infeksi sistemik/ Infeksi

- Karsinoma sel skuamosa jaringan lunak

- Pembentukan saluran sinus yang berdekatan

- Amiloidosis (jarang) - Amputasi

- Abses

Jika komplikasi sudah sangat parah akan dilakukan tindakan Amputasi/ tindakan AKA
(Above Knee Amputation). Amputasi di atas lutut (AKA), atau amputasi transfemoral
adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat anggota tubuh
bagian bawah di atas sendi lutut saat anggota tubuh tersebut rusak parah atau sakit.
Sebagian besar AKA dilakukan karena penyakit pembuluh darah perifer, atau penyakit
sirkulasi yang parah di ekstremitas bawah. Sirkulasi yang buruk membatasi
penyembuhan dan respons imun terhadap cedera. Ulkus kaki atau tungkai dapat
berkembang dan tidak sembuh. Mereka mungkin terinfeksi, dan infeksi dapat
menyebar ke tulang dan menjadi cukup parah hingga mengancam jiwa. Amputasi
dilakukan untuk mengangkat jaringan yang sakit dan mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut. Amputasi di atas lutut dilakukan ketika aliran darah tidak memadai di kaki
bagian bawah atau infeksi sangat parah sehingga tidak memungkinkan dilakukannya
operasi tingkat rendah.

H. PENATALAKSANAAN

1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan


penderita dan reaksi alergi penderita.

2. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah


3. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan
nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng
yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit
sehat.

4. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.

1. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.

a. Vitamin K: Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat


mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K
membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.

b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.

c. Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur


untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang
kemudian diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara
pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid
merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam
darah.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

(Brunner, suddarth. (2019)

1. Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody ‚ anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan


diikuti dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang

Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan


untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound

Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi


6. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan


radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Pemeriksaan tambahan :

- MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada
T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Meliputi : nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor
register, dan diagnosa medis
2. Identitas Penanggung Jawab

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.
3. Keluhan Utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien untuk datang ke Rumah Sakit
biasanya pasien akan mengalami nyeri lokal.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST :

a. Proνoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.

b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifak
menusuk

c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat, nyeri
tidak menjalar atau menyebar

d. Seνerity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif anatara 2-3
pada rentang skala pengukuran 0-4

e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah


buruk pada malam hari atau siang hari

4. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut
(misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam
sedang.
B. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan


sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma
tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya tidak
ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
5. Psikososisl

Pada kondisi ini tidak terpengaruh oleh kondisi lingkungan.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan, kenyamanan, stress, sikap dan


tingkah laku.
b. Tanda-tanda Vital

1) Tekanan Darah

2) Nadi
3) Pernapasan

Nilai normalnya : Frekuensi : 16-24x/menit.

4) Suhu

Nilai normalnya 36oC-37 oC. Suhu badan pada pasien meningkat.

5) Saturasi Oksigen

Nilai normalnya 95% - 100%

c. Head To Toe

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, dari ujung
rambut sampai ujung kaki.
d. Sistem Integumen

1) Kulit normal, tidak edema, tidak muncul keringat dingin, dan lembab

2) Kuku sianosis atau tidak

e. Kepala dan Leher

Inspeksi dilakukan dengan cara memperhatikan kesimetrisan wajah, tengkorak,


warna dan distribusi rambut, serta kulit kepala.
Palpasi untuk mengetahui keadaan rambut, massa, pembekuan, nyeri tekan,
keadaan tengkorak dan kulit kepala
f. Abdomen

Ada lesi atau tidak, suara bising usus

1) Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan

2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen

3) Perkusi : normal tidak ada gangguan

4) Auskultasi : tidak terdengar bising usus

g. Ekstermitas

Periksa apakah simetris, normal dan apakah ada pembengkakan atau edema

1. Look : Menilai warna dan perfusi, luka, deformitas, pembengkakan, dan


memar. dilakukan untuk menemukan pendarahan eksternal aktif, begitu
pula dengan bagian punggung. Bagian distal tubuh yang pucat dan tanpa
pulsasi menandakan adanya gangguan vaskularisasi. Ekstremitas yang
bengkak pada daerah yang berotot menunjukkan adanyacrush injury
dengan ancaman sindroma kompartemen

2. Feel : Menggunakan palpasi untuk memeriksa daerah nyeri tekan, fungsi


neurologi, dan krepitasi.

a. Suhu : dibandingkan dengan anggota gerak kontralateral

b. Nadi distal ( NVD ) pada fraktur/trauma, pulsasi

c. Nyeri : nyeri tekan & nyeri sumbu, terutama pada fraktur, OA sendi
d. Krepitasi tidak dianjurkan

e. Fungsi saraf: sensorik, motorik, dan refleks

3. Move: Pemeriksaan dilakukn dengan Range of Motion dan gerakan


abnormal.Pemeriksaan sirkulasi dilakukan dengan cara meraba pulsasi
bagian distal dari fraktur danjuga memeriksa capillary refill pada ujung jari
kemudian membandingkan sisi yang sakit dengan sisi yang sehat.
7. Pola kebutuhan dasar

1) Persepsi dan Manajemen Kesehatan:

Klien biasanya tidak mengerti bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit
yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien memandang
penyakit yang dideritanya, apakah klien tau apa penyebab penyakitnya
sekarang.
2) Nutrisi dan Metabolik:

Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena demam


yang ia diderita.
3) Eliminasi:

Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien


mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
4) Aktivitas ‚ Latihan:

Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan aktivitas karena rasa


nyeri yang ia rasakan 5) Istirahat dan Tidur:
Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri yang ia
rasakan pada tulangnya.
6) Kognitif ‚ Persepsi:

Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan persepsinya.


7) Persepsi Diri ‚ Konsep Diri:

Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi


takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang,
gagal menepati janji atau banyak janji.
8) Peran dan Hubungan:

Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang dialaminya.


Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya.
Dan klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik.

9) Seksual ‚ Reproduksi:

Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.


10) Koping ‚ Toleransi Stress:

Biasanya pasien mengalami stress ysng berat karena kondisinya saat itu.
11) Nilai Kepercayaan:

Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan spiritual
klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji apakah ada
pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien biasanya mengalami
gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan pre dan post operasi yaitu :

1. Pre Operasi

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (D.0077)

b. Ansietas b.d krisis situasional (D.0080)

c. Defisit Pengetahuan b.d Kurang Terpaparnya Informasi (D.0111)

2. Post Operasi

a. Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan penurunan sensasi akibat
insisi pembedahan (D.0139)
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan struktur integritas tulang, dan
program pembatasan gerak (D.0054)
c. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasive (D.0142)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan


untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnose yang muncul pada pasien. Pre
Operasi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
agen pencedera intervensi keperawatan
fisik D.0077 maka tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,

menurun dengan karakteristik, durasi,

kriteria hasil : frekuensi, kualitas, dan

1. Keluhan nyeri intensitas nyeri

menurun (skala 2-0) 2. Identifikasi skala nyeri

2. Meringis menurun 3. Identifikasi faktor yang

(5) memperberat dan


memperingan nyeri
3. Sikap protektif
menurun (5) 4. Berikan teknik
norfarmakologis untuk

4. Gelisah menurun (5) mengurangi rasa nyeri (mis.


TENS, hypnosis, akupresur,
5. Kesulitan tidur
terapi musik, aromaterapi,
menurun (5)
dll)
5. Fasilitasi tidur dan istirahat

6. Kolaborasi pemberian
analgetil, jika perlu
2. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan Reduksi Asietas
situasional D.0080 intervensi keperawatan
maka tingkat ansietas 1. Identifikasi saat tingkat

menurun dengan ansietas berubah (mis.

kriteria hasil : kondisi, waktu, stressor)

1. Verbalisasi khawatir 2. Monitor tanda ansietas


akibat kondisi yang (verbal dan non verbal)
dihadapi menurun 3. Pahami situasi yang
(5) membuat ansietas

2. Perilaku gelisah 4. Dengarkan dengan penuh


menurun (5) perhatian

3. Perilaku tegang 5. Jelaskan prosedur,

menurun (5) termasuk sensasi yang

4. Frekuensi nadi mungkin dialami

menurun (60- 6. Informasikan secara factual


100x/menit) mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis

7. Latih kegiatan pengalihan


untuk mengurangi
kecemasan

8. Kolaborasi pemberian obat

anti ansietas, jika perlu


Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan

Pengetahuan b.d intervensi


Observasi
Kurang keperawatan maka
tingkat pengetahuan
Terpaparnya 1. Identifikasi kesiapan dan
dapat meningkat
Informasi D.0111 kemampuan menerima
dengan kriteria hasil
informasi
:
2. Identifikasi faktor-faktor
yang dapat meningkatkan
1. Perilaku sesuai
dan menurunkan motivasi
anjuran meningkat(5)
perilaku hidup bersih dan
2. Verbalisasi minat
sehat
dalam belajar
meningkat(5) Terapeutik

3. Kemampuan
1. Sediakan materi dan
menjelaskan
media Pendidikan
pengetahuan tentang
Kesehatan
suatu topik
meningkat(5) 2. Jadwalkan Pendidikan
Kesehatan sesuai
4. Kemampuan
kesepakatan
menggambarkan
pengalaman 3. Berikan kesempatan untuk
sebelumnya bertanya
yang sesuai
Edukasi
dengan topik
meningkat(5)
1. Jelaskan faktor risiko yang
5. Perilaku sesuai dapat mempengaruhi
dengan pengetahuan Kesehatan
meningkat(5) 2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
6. Pertanyaan tentang
masalah yang 3. Ajarkan strategi yang

dihadapi menurun(5) dapat digunakan untuk


meningkatkan perilaku
7. Persepsi yang keliru
hidup bersih dan sehat
terhadap masalah
menurun(5)
Post Operasi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Luka
intervensi keperawatan
Integritas Kulit 1. Monitor karakteristik luka
maka integritas
B.D Perubahan (mis. drainase, warna,
kulit meningkat
Sirkulasi Dan ukuran bau)
dengan kriteria
Penurunan 2. Monitor tanda-tanda infeksi
hasil :
Sensasi Akibat
1. Kerusakan lapisan 3. Melakukan perawatan luka
Insisi
kulit menurun (5) 4. Anjurkan mengkosumsi
Pembedahan 2. Nyeri menurun makanan tinggi kalori dan

(skala 2-0) protein


D.0139
5. Ajarkan perawatan luka
3. Kemerahan menurun
secara mandiri
(5) 6. Kolaborasi prosedur

4. Sensasi membaik (5) debridement (mis.


enzimatik, biologis,
5. Tekstur membaik (5)
mekanis, autolitik), jika Perlu
7. Kolaborasi pemberian

antibiotik, jika perlu


2. Gangguan kerusakan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi
intervensi keperawatan
mobilitas fisik b.d 1. Identifikasi adanya nyeri
maka mobilitas
nyeri, struktur
dan atau keluhan fisik lainnya
fisik meningkat
integritas tulang, 2. Identifikasi toleransi fisik
dengan kriteria
program melakukan ambulasi
hasil :
pembatasan gerak 3. Monitor keadaan umum
1. Pergerakan
D.0054 selama ambulasi
ekstremitas
4. Fasilitasi aktivitas ambulasi
meningkat (5)
dengan alat bantu (mis.
2. Kekuatan otot
tongkat, kruk)
meningkat (5)
5. Libatkan keluarga untuk
3. Rentang gerak
membantu pasien dalam
(ROM) meningkat
meningkatkan ambulasi
4. Gerakan terbatas
6. Anjurkan melakukan
menurun (5)
ambulasi dini
5. Kelemahan fisik
7. Ajarkan ambulasi
menurun (5)
sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan
dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi

3. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi


ditandai dengan intervensi keperawatan
1. Monitor tanda dan gejala
efek invasif prosedur maka tingkat infeksi
infeksi lokal dan sistemik
menurun dengan
2. Berikan perawatan
kriteria
kulit
D.0142 hasil : pada area edema

1. Kemerahan menurun 3. Pertahankan teknik aseptic


pada pasien risiko tinggi
(5)
4. Jelaskan tanda dan gejala
2. Nyeri menurun
infeksi
(skala 2-0) 5. Ajarkan cara memeriksa

3. Bengkak menurun kondisi luka atau luka


operasi
(5)
6. Kolaborasi pemberian
4. Kultur area luka
imunisasi, jika perlu
membaik (5)
Kesiapan Setelah dilakukan
Observasi
intervensi keperawatan
Peningkatan
maka tingkat
Pengetahuan b.d 1. Identifikasi informasi yang
pengetahuan meningkat
akan disampaikan
Menjelaskan dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi pemahaman
Pengetahuan 1. Perilaku sesuai tentang kondisi kesehatan
tentang anjuran saat ini
suatu meningkat(5) 3. Identifikasi kesiapan
topik D.0113
2. Verbalisasi minat menerima informasi
dalam belajar
Terapeutik
meningkat (5)
3. Kemampuan
1. Lakukan penguatan
menjelaskan
potensi pasien dan
pengetahuan
keluarga untuk menerima
tentang suatu topik
informasi
meningkat(5)
2. Libatkan pengambil
4. Kemampuan
keputusan dalam keluarga
untuk menerima informasi
menggambarkan 3. Fasilitasi mengenali
pengalaman kondisi tubuh yang
sebelumnya yang membutuhkan layanan
sesuai dengan topik keperawatan
meningkat(5) 4. Dahulukan
5. Perilaku sesuai menyampaikan informasi
dengan baik (positif) sebelum
pengetahuan menyampaikan informasi
meningkat(5) kurang baik (negatif)
6. Pertanyaan tentang terkait kondisi pasien
masalah yang 5. Berikan nomor kontak
dihadapi yang dapat dihubungi jika
menurun(5) pasien membutuhkan
7. Persepsi yang bantuan
keliru terhadap
6. Catat identitas dan nomor
masalah menurun
kontak pasien untuk
mengingatkan atau follow
up kondisi pasien
7. Fasilitasi akses pelayanan
pada saat dibutuhkan

D. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan


yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual,
kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis
keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan
komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman
dan keselamatan klien.
E. EVALUASI

Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan tujuan


dengan menggunakan format SOAP. Jika kriteria yang ditetapkan belum tercapai maka
tugas perawat selanjutnya adalah melakukan pengkajian kembali.

Perumusan evaluasi meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOAP:

1. S (subjektif)

Data subjektif adalah data yang diperoleh dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien
yang menderita afasia.

2. O (objektif)

Data objektif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh
perawat.

3. A (analisis)

Analisis adalah masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau dikaji
dari data subjektif dan data objektif.

4. P (perencanaan)

Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik yang


sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan
klien.
DAFTAR PUSTAKA

Aini.Nur.(2021). LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMELITIS. .STIKES Insan Cendekia


Medika

Ketut. Ni.Ariasih.(2021). Laporan Pendahuluan Osteomyelitis.Institut Teknologi Dan


Kesehatan Bali

Masfiah. (2021). Osteomyelitis kronik. UNISSULA PRESS

Pitayanti. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUANSISTEM


MUSKULOSKELETAL (OSTEOMIELITIS). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes)
Mataramta.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik.Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 1. Jakaerta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defisit dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai