Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyuluhan Kesehatan


1. Promosi kesehatan
Menurut Pender, et al yang sebagaimana dikutip oleh Martina, et al.
(2021), promosi kesehatan merupakan sebuah perilaku yang dimotivasi
oleh keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan
potensi kesehatan manusia.
Menurut Notoatmojo sebagaimana dikutip oleh Nawangwulan dan
purwoto (2022), promosi kesehatan adalah bentuk pendidikan yang
berupaya agar masyarakat berperilaku kesehatan yang baik.
Sedangkan menurut WHO yang sebagaimana dikutip oleh Martina, et
al. (2021), promosi kesehatan adalah sebagai proses untuk membuat
seseorang mampu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan
memperbaiki kesehatan mereka.
2. Tujuan Promosi Kesehatan
Menurut Martina, et al. (2021), tujuan promosi kesehatan dapat dilihat
dari beberapa pandangan yaitu sebagai berikut:
a. Tujuan umum
Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang Kesehatan.
b. Tujuan khusus
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi
masyarakat.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri/ kelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat
sarana pelayanan kesehatan yang ada.
3. Komponen Promosi Kesehatan
Menurut Martina, et al. (2021), para ahli dan WHO menjelaskan
komponen promosi kesehatan ada tiga, ketiga komponen tersebut sebagai
berikut:
a. Pendidikan kesehatan (health education)
Merupakan kombinasi dari pengalaman belajar dirancang untuk
memengaruhi, mengaktifkan dan memperkuat perilaku sukarela
yang kondusif bagi kesehatan individu, kelompok atau komunitas
untuk memfasilitasi proses yang memungkinkan individu, keluarga
dan kelompok membuat keputusan yang terinformasi dengan baik
tentang praktik kesehatan.
b. Pencegahan penyakit (disease prevention)
Merupakan kegiatan atau serangkaian kegiatan yang bersifat
preventif, dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan, yang ditujukan untuk menghindari dan
mengurangi risiko dan dampak buruk akibat penyakit. Kegiatan
pencegahan penyakit digunakan untuk membuat individu dan
komunitas tetap sehat dengan mencegah kemungkinan penyakit di
masa depan. Tindakan preventif diartikan sebagai intervensi yang
diarahkan untuk mencegah munculnya penyakit yang spesifik dan
mengurangi insiden dan prevalensi penyakit dalam populasi.
c. Perlindungan kesehatan (health protection)
Perilaku dimana seseorang terlibat dengan maksud khusus untuk
mencegah penyakit, mendeteksi penyakit pada tahap awal atau
untuk memaksimalkan kesehatan dalam batasan penyakit.
Perlindungan kesehatan bertujuan untuk mengurangi kemungkinan
individu atau masyarakat dalam menghadapi bahaya lingkungan
atau berperilaku tidak aman atau tidak sehat. Intervensi ditujukan
untuk mencegah orang jatuh sakit atau sakit dengan membangun
mekanisme perlindungan. Perlindungan kesehatan di era kesehatan
masyarakat modern berfokus terutama pada mencegah dan
mengendalikan infeksi penyakit dan melindungi dari radiasi, bahan
kimia dan bahaya lingkungan.
4. Tahap tahap kegiatan promosi kesehatan
Perlu diketahui bahwa mengubah perilaku seseorang tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan. Oleh sebab itulah, kegiatan pendidikan
kesehatan dilaksanakan secara ilmiah melalui beberapa tahap kegiatan,
yaitu tahap sensitisasi, publisitas, edukasi, dan motivasi (Harlon melalui
Maulana, 2009). Berikut adalah penjelasan kelima tahap tersebut.
a. Tahap pertama atau tahap sensitilasi
Kegiatan di tahap ini adalah pemberian informasi untuk
menumbuhkan kesadaran pada masyarakat terhadap adanya
hal-hal penting yang berkaitan dengan kesehatan, seperti
kesadaran terhadap adanya pelayanan kesehatan, fasilitas
kesehatan, dan kegiatan imunisasi. Kegiatan di tahap ini tidaklah
dimaksudkan untuk menigkatkan pengetahuan dan tidak
mengarah pada perubahan sikap serta tidak atau belum
bermaksud untuk mengubah perilaku tertentu. Kegiatan di tahap
ini hanya sebatas pemberian informasi tertentu untuk
merangsang masyarakat terhadap perilaku kesehatan dan
bentuk kegiatannya adalah radio spot, poster,
selebaran, dan lain-lain
b. Tahap kedua atau tahap publisitas
Tahap ini menjadi kelanjutan dari tahap sensitisasi yang memiliki
tujuan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang jenis pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
c. Tahap ketiga atau tahap edukasi
Tahap edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
megubah sikap, dan mengarahkan perilaku yang diinginkan oleh
kegiatan tersebut. Cara yang digunakan di tahap ini adalah
dengan kegiatan belajar-mengajar. Pada tahap ini, penting
dilakukan peragaan ataupun demonstrasi perilaku kesehatan
d. Tahap terakhir atau tahap motivasi
Tahap ini memiliki makna bahwa setelah mengikuti pendidikan
kesehatan, baik individu maupun masyarakat, harus mampu
mengubah perilaku sehari-hari sesuai dengan perilaku yang
dianjurkan. Kegiatan-kegiatan di atas dilakukan secara
berurutan dan bertahap. Oleh sebab itulah, pendidik kesehatan
harus menguasai ilmu komunikasi untuk tahap sensitisasi dan
pubisitas serta menguasai ilmu belajar ball mengajar untuk
melaksanakan pendidikan kesehatan pada tahap
edukasi dan motivasi
5. Perencanaan progam Pendidikan kesehatan
Perencanaan program adalah kegiatan utama dalam usaha kesehatan
masyarakat. Pendidikan kesehatan menjadi cara yang tepat membantu
masyarakat mempelajari apa yang harus mereka kerjakan sendiri dan
bagaimana mengerjakannya untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih
baik. Berikut adalah langkah-langkah perencanaan yang dapat diterapkan
oleh para pendidik kesehatan.
a. Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, sebaiknya kita
mengidentifikasi aspek epidemiologi dan aspek perilaku sasaran
sehubungan dengan penyakitnya. Langkah ini bertujuan untuk
menemukan garis batas antara perilaku yang akan diajarkan dan
perilaku yang tidak perlu diajarkan. Perilaku yang akan diajarkan
selanjutnya dirumuskan dalam bentuk tujuan khusus.
b. Menentukan identitas pelajaran
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan di langkah kedua ini.
Pendidik kesehatan harus mengetahui dan mengidentifikasi area
dan pesan pokok atau topik yang akan diberikan. Pendidik juga
harus memahami siapa sasaran dari kegiatan ini karena sasaran
dapat berupa individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat.
Berikutnya, tempat, waktu, serta hari dan tanggal pelaksanaan
kegiatan tersebut.
c. Pendidik kesehatan harus mengetahui dan menentukan tujuan
Ada dua tujuan, yaitu tujuan instruksional umum/tujuan
umum dan tujuan instruksional khusus/tujuan khusus, Tujuan
umum adalah tujuan yang akan dicapai setelah menyelesaikan
setiap pokok bahasan atau satuan bahasan tertentu dalam suatu
bidang studi. Bloom (dalam Maulana, 2009) membagi tujuan
umum menjadi tiga domain menurut kemampuan, yaitu domain
kognitif, domain psikomotor, dan domain afektif.
Domain kognitif mencakup tingkat kemampuan rendah,
seperti mengingat, memahami, dan menerapkan serta tingkat
kemampuan tinggi misalnya menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Domain psikomotor contohnya antara lain
kemampuan meniru, melakukan suatu gerak, memanipulasi
gerak, merangkai berbagai gerakan, dan mendemonstrasikan.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
merumuskan tujuan umum. Pertama, berorientasi dan
menunjang tujuan pendidikan. Kedua, berdasarkan karak-
teristik tujuan khusus sasaran, yang artinya harus sesuai dengan
tingkat kemampuan. Ketiga, mengembangkan kemampuan,
keterampilan, dan sikap sasaran. Keempat, menggambarkan
perilaku yag harus ditampilkan. Kelima, harus didukung pokok
bahasan dan pokok bahan yang akan dikuasai sasaran.
Berikutnya adalah tujuan khusus. Maulana (2009)
menyebutkan bahwa tujuan khusus ini harus dibuat sehingga
dapat menggambarkan tingkah laku sasaran yang dapat diamati
dan dapat diukur oleh pemberi materi. Selain itu, dapat pula
berguna untuk membantu dan mempermudah pemberi materi
menentukan tercapai atau tidaknya tujuan. Tujuan khusus juga
harus jelas rumusannya, konkret, dapat diamati, dan dapat
diukur. Tujuan khusus harus dirumuskan dan memenuhi
beberapa syarat berikut:
1) Tujuan khusus harus mengunakan istilah atau kata kerja
operasional, seperti dibawah ini :
a) menyebutkan, mengucapkan, mengatakan
b) menjelaskan, memilih, dan mengubah
c) membedakan, menulis, dan membaca
d) membandingkan
e) menganalisis, memperkirakan, dan mengevaluasi
f) mengganti, memperbaiki, memasang, dan menjalan
kan
g) membuat grafik dan membuat pola
h) mengerjakan
i) mengatur dan menyusun.
2) Tujuan khusus harus dalam bentuk hasil belajar
3) Tujuan khusus berbentuk tingkah laku sasaran
4) Tujuan khusus mesti meliputi satu jenis kemampuan
d. Menentukan isi atau materi
Komponen isi atau materi dan bahan pelajaran yang akan
disampaikan kepada sasaran, misalnya untuk mencapai tujuan
instruksional khusus syarat yang harus dicapai, antara lain
berorientasi pada tujuan khusus, harus menunjang pencapaian
tujuan khusus, dan harus disusun berdasarkan masing-
masing tujuan khusus.
Ada beberapa hal dan pertanyaan yang harus
diperhatikan oleh pendidik kesehatan saat membuat materi atau
bahan pelajaran. Berikut adalah pertanyaan yang harus dipenuhi
dalam penyajian materi: "Apakah materi sesuai dengan tujuan?",
"Apakah materi tersebut paling tepat?", "Apakah konsisten
dengan nilai dan pendekatan yang dilakukan?", "Apakah relevan
untuk sasaran?", "Apakah cenderung membedakan ras dan
jenis kelamin?", "Apakah mudah dimengerti?", "Apakah
informasi yang disampaikan tepat dan valid?", dan
"Apakah memuat iklan?".
e. Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar ini adalah kegiatan belajar
yang dilakukan oleh sasaran dan kegiatan mengajar yang
dilakukan oleh pendidik kesehatan selama proses pengajaran
berlangsung. Dalam kegiatan belajar mengajar, harus
diperhatikan bahwa kegiatan yang disusun harus dapat
menggambarkan metode dan media yang digunakan, materi
atau isi, dan aktivitas lain yang diperlukan.
Kegiatan mengajar harus sesuai dan berhubungan
dengan kegiatan belajar. Misalnya, jika guru menjelaskan,
sasaran diminta untuk memperhatikan penjelasan dan mencatat
hal-hal yang penting atau jika guru memeragakan sesuatu dan
sasaran mengamati. Pembuatan matriks biasanya dapat
digunakan untuk mempermudah pembuatan.
f. Menentukan metode
Penggunaan metode untuk semua bahan tentunya tidak
akan sama. Berikut adalah beberapa pertimbangan untuk
menentukan metode harus sesuai dengan: (1) tujuan dan dapat
mempercepat pencapaian tujuan, (2) bahan dan materi yang
akan diajarkan, (3) alat yang tersedia, (4) jumlah sasaran. (5)
mendorong sasaran tingkat aktif belajar, (6) waktu dan kondisi
saat proses belajar berlangsung, seperti jam terakhir, suasana
gelap, dan lingkungan bising
g. Alat dan sumber pembelajaran
Alat belajar, media atau alat peraga adalah alat bantu
yang dapat digunakan untuk memperlancar jalannya pengajaran
sehingga materi dapat dengan mudah dipahami oleh sasaran.
Alat peraga ini bisa berupa poster, gambar, dan lain-lain.
Sumber belajar berarti sumber atau tempat materi yang akan
diberikan dapat diperoleh oleh pendidik kesehatan. Sumber
belajar dapat diperoleh dari wawancara dengan ahli ataupun dari
literatur-literatur terkait.
h. Menentukan evaluasi
Alat peraga ini bisa berupa poster, gambar, dan lain-lain.
Sumber belajar berarti sumber atau tempat materi yang akan
diberikan dapat diperoleh oleh pendidik kesehatan. Sumber
belajar dapat diperoleh dari wawancara dengan ahli ataupun dari
literatur-literatur terkait.
6. Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Menurut Suliha sebagaimana di kutip oleh Nurmala, et al (2018),
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang dilakukan menggunakan
prinsip belajar sehingga masyarakat mendapatkan perubahan
pengetahuan dan kemauan, baik untuk mencapai kondisi hidup yang
diinginkan ataupun untuk mendapatkan cara mencapai kondisi tersebut,
secara individu maupun bersama-sama.
Sedangkan menurut Depkes RI dalam Nurmala et al (2018),
menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan merupakan peningkatan
pengetahuan dan kemampuan yang bertujuan untuk perubahan perilaku
hidup sehat pada individu, kelompok maupun masyarakat yang diberikan
melalui pembelajaran atau instruksi.
7. Tujuan Penyuluhan Kesehatan
Menurut Nurmala, et al (2018), Tujuan dari penyuluhan kesehatan,
yaitu melakukan perubahan terhadap pengetahuan, pengertian atau
konsep yang sudah ada, serta perubahan terhadap pandangan dan
keyakinan dalam upaya menempatkan perilaku yang baru sesuai dengan
informasi yang diterima. Penyuluhan dengan tujuan yang ditetapkan oleh
tim pelaksana akan membedakan jenis media dan alat peraga yang
digunakan, semakin rumit tujuan yang akan dicapai, semakin banyak dan
bervariasi media dan alat peraga yang digunakan. Misalkan, media dan
alat peraga yang dirancang untuk kegiatan peningkatan pengetahuan
sasaran tentang permasalahan kesehatan akan berbeda dengan media
dan alat peraga yang disiapkan oleh pelaksana program yang bertujuan
untuk peningkatan keterampilan untuk melakukan intervensi terhadap
permasalahan kesehatan.
8. Sasaran Penyuluhan Kesehatan
Menurut Rohmah (2023),sasaran penyuluhan kesehatan secara
spesifik ada 3 yaitu :
a. Sasaran Primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya
pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan
kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui
untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk
kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan
terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
b. Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan
sebagainyaDisebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk
selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat di sekitarnya Di samping itu dengan perilaku sehat
para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang
diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh
atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi
kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan
dengan strategi dukungan sosial (social support).
c. Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat,
maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan Dengan
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok
ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat
(sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran
primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran
tersier ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy) kesehatan,
maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA
(kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan
sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer
ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
(empowerment).
B. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Hamsani (2020), pengetahuan dapat didefinisikan sebagai
kombinasi dari serangkaian pengalaman, nilai-nilai, informasi kontekstual
dan wawasan yang dapat memberikan kerangka untuk informasi.
Teori lain Menurut Lestari (2015), pengetahuan merupakan
kemampuan seseorang tentang sesuatu. Kemampuan yang paling rendah
tetapi paling dasar dalam kawasan kognitif. Kemampuan untuk
mengetahui adalah kemampuan untuk mengenal atau mengingat kembali
suatu obyek, ide, prosedur, prinsip atau teori yang pernah ditemukan
dengan pengalaman tanpa memanipulasinya. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Dari pengalaman dan penelitan terbukti bahwa perilaku yang di
dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak di dasari oleh pengetahuan. Dari definisi itu disimpulkan bahwa
pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan mengenal kembali
obyek yang telah dipelajari melalui panca indra pada suatu bidang tertentu
secara baik.
2. Jenis Pengetahuan
Menurut Ridwan (2021), Pengetahuan dapat dimiliki manusia di dalam
kehidupannya. Akan tetapi pada umumnya pengetahuan itu dibagi menjadi
beberapa jenis diantaranya:
a. Pengetahuan Langsung (immediate)
Pengetahuan langsung adalah pengetahuan langsung yang hadir
dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran.
b. Pengetahuan Tidak Langsung (mediated)
Pengetahuan tidak langsung adalah hasil dari pengaruh interpretasi
dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang
kita ketahui dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan
penafsiran dan penyerapan pikiran kita.
c. Pengetahuan Indrawi (perceptual)
Pengetahuan Indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui
indra-indra lahiriah. Sebagai contoh, kita menyaksikan satu pohon,
batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran
melalui indra penglihatan akan membentuk pengetahuan kita. Tanpa
diragukan bahwa hubungan kita dengan alam eksternal melalui media
indra-indra lahiriah ini, akan tetapi pikiran kita tidak seperti klise foto
dimana gambar-gambar dari apa yang diketahui lewat indra-indra
tersimpan didalamnya. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa
faktor yang berpengaruh, seperti adanya cahaya yang menerangi
objek-objek eksternal, sehatnya anggota- angota indra badan (seperti
mata, telinga, dan lain-lain), dan pikiran yang mengubah benda-benda
partikular menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti
adat istiadat).
d. Pengetahuan Konseptual (conceptual)
Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi.
Pikiran manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu
konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal
tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi
saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara
keduanya merupakan aktivitas pikiran
e. Pengetahuan Partikular (particular)
Pengetahuan partikular berkaitan dengan satu individu, objek-objek
tertentu, atau realitas-realitas khusus. Misalnya ketika kita
membicarakan satu kitab atau individu tertentu, maka hal ini
berhubungan dengan pengetahuan partikular itu sendiri.
f. Pengetahuan universal (universal)
Pengetahuan yang meliputi keseluruhan yang ada, seluruh hidup
manusia misalnya; agama dan filsafat.
3. Cara Mengukur Pengetahuan
Menurut Lestari (2015), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
akan diukur dari subyek penelitian, kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat domain
diatas. Pengukuran penegetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan yang diukur.
C. Konsep Penyakit Gastroenteritis
1. Pengertian Gastroenteritis
Menurut Diyono dan Mulyanti (2016), gastroenteritis atau diare adalah
kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih dari tiga
kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (fese cair).
Pengertian lain diare adalah defekasi cair/encer lebih dari tiga kali sehari
dengan/tanpa darah dan/lendir dalam tinja.
Menurut Lestari (2016), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk
encer atau cair.
Menurut Anwar, T (2020) gastroenteritis adalah peradangan pada
lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis
dari sa- Juran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau
tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen. Diare atau
gastroenteritis (GE) adalah peningkatan frekuensi dan penurunan
konsistensi pengeluaran tinja dibandingkan individu dengan keadaan usus
besar yang normal.
2. Penyebab gastroenteritis

Menurut Lestari (2016), penyebab dari diare bisa disebabkan oleh


beberaoa faktor antara lain :
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan yanng merupakan penyebab utama
diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (vibrio, E.coli,
salmonella, shigella, campylobacter, aeromonas), infeksi virus
(enterovirus, adenovirus, rotavirus,astrovirus), infeksi parasit (E.
Hystolytica, Glamblia, T.hominis) dan jamur (C.albicans)
2) Infeksi parenteral
Merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis.

b. Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa


dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransin laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada anak dan bayi. Disamping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
c. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun
dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

Menurut Anwar, T (2020), penyebab gastroenteritis antara lain:

1. Faktor infeksi :

a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan


oleh kontaminasi makanan maupun air minum
(entero- pathogenic, escherichia coli, salmonella,
shigella, V. Cholera dan clostridium).

b. Infeksi berbagai macam virus enterovirus, echovi-


ruses, adenovirus dan rotavirus. Penyebab diare
terba- nyak pada anak adalah virus Rotavirus.

c. Jamur : candida

d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium


dan cyclospora).

2. Faktor non infeksi

a. Alergi makanan misal susu, protein

b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit.

c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh


makanan

d. Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine,


Kolinergik dan Sorbital

e. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease,


en- terocolitis

f. Emosional atau stress.

g. Obstruksi usus.
3. Patofisiologi gastroenteritis

Menurut Lestari (2016), mekanisme dasar yang menyebabkan


diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu misalnya
toksin pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
Selanjutnya gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik
akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare.
4. Tanda dan gejala
Menurut Supriatin, et.al (2023), tanda dan gejala yang timbul pada
anak dengan diare sebagai berikut :
a. Anak gelisah (banyak menangis), demam dan tidak nafsu makan
b. BAB lebih dari 3 kali sehari dan encer. Kadang feses bercampur
darah atau lendir, warna ikut berubah karena bercampur dengan
empedu, memberikan warna kehijauan
c. Lepuh pada anus dan perineum karena sering buang air besar,
pengasaman tinja karena asam laktat dalam jumlah besar
d. Biasanya disertai muntah dan memiliki tanda dan gejala dehidrasi
seperti mudah haus, mulut kering.
5. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Lestari (2016), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
untuk membantu menegakkan diagnosis antara lain :
a. Pemeriksaan tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) pH dan kadar gula dalam tinja

3) bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui


organisme penyebabnya, dengan melakukan
pembiakan terhadap contoh tinja
b. pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar
elektrolit dan jumlah sel darah putih
c. pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam
darah, bila memungkinkan dengan menentukan PH
keseimbanganan analisa gas darah.
d. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui
faal ginjal
Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.
6. Pathway
Kardiyudiani dan Susanti (2019)

Infeksi Malabsorbsi Makanan

Tekanan
Kuman masuk dan Toksin tidak
osmotik
berkembang dalam usus dapat
meningkat
diabsorbsi

Toksin dalam dinding Hiperperistaltik


Pergeseran air
usus halus
dan elektrolit
ke rongga usus

Isi rongga Kemampuan


usus absorbsi
menurun
Hipersekresi air dan
elektrolit usus meningkat DIARE

BAB Inflamasi
sering saluran
dengan pencernaan
konsistensi
encer

Kulit di Cairan Agen Mual dan


Frekuensi
7. sekitar yang defekasi pirogenic muntah
anus lecet keluar
8. dan iritasi banyak
BAB encer Anoreksia
9.Kemeraha Dehidrasi
dengan atau
tanpa darah Suhu tubuh
n dan gatal
10. Kekurangan meningkat Ketidakseimbangan
volume nutrisi kurang dari
11.Risiko cairan kebutuhan tubuh
kerusakan Hipertermi
12.
integritas Diare
kulit

4. Komplikasi

Menurut Lestari (2016), komplikasi yang bisa terjadi pada anak


dengan diare yaitu :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim
laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi, protein karena selain diare dan muntah,
penderita juga mengalami kelaparan.

Anda mungkin juga menyukai