Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN TEORI

.1 Konsep Promosi Kesehatan

2.1.1 Definisi Promkes

WHO berdasarkan piagam Ottawa (1986) dalam Heri.D.J. Maulana


(2009) hal. 19, mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu
proses yang memungkinkan individu meningkatkan kontrol
terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis
filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan


seseorang untuk meningkatkan control dan peningkatan
kesehatannya. WHO menekankan bahwa promosi kesehatan
merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu
meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan
kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan
diri sendiri (Maulana,2009).

2.1.2 Tujuan Promosi kesehatan

Green,1991 dalam Maulana,2009,tujuan promosi kesehatan


terdiri dari tiga tingkatan yaitu:

a. Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa
pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode
tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan
program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya
mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 %
setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.
b. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku
yang diinginkan. Tujuan ini merupakan tujuan jangka
menengah, contohnya :cakupan angka kunjungan ke klinik
perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan
tiga tahun.
c. Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi
masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek,
berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya:
pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat
kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6
bulan

2.1.3     Sasaran Promosi Kesehatan

Sasaran promosi kesehatan yang dilakukan oleh perawat


adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Agar
promosi kesehatan dapat lebih tepat sasaran, maka sasaran tersebut
perlu dikenali lebih rinci, dan jelas melalui pengelompokkan
sasaran promosi kesehatan, meliputi:

a. Sasaran primer, yaitu mereka yang diharapkan dapat


menerima perilaku baru.
b.  Sasaran sekunder, yaitu mereka yang mempengaruhi
sasaran primer.
c. Sasaran tersier, yaitu mereka yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan seperti para pengambil
keputusan  atau penyandang dana.

2.1.4    Strategi dalam Promosi Kesehatan

Strategi promosi kesehatan berdasarkan (Piagam Ottawa


1986) ialah sebagai berikut :

1. Kebijakan berwawasan kebijakan


Strategi promosi kesehatan yang mana ditujukan kepada
para penentu kebijakan agar mengeluarkan kebijakan dan
ketentuan yang menguntungkan bahkan dapat merugikan
kesehatan, sehingga dalam menentukan keputusan diperhatikan
dampaknya bagi kesehatan masyarakat.
2. Lingkungan yang mendukung
Strategi ini dikelola oleh para pengelola tempat umum,
termasuk pemerintah kota. Dimana mereka dapat menyediakan
sarana dan prasarana bagi masyarakat dalam meningkatkan
kesehatnnya, sehingga nantinya akan tercipta lingkungan yang
sehat untuk mendukung prilaku sehat masyarakat
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan
Realisasi dari reorintasi pelayanan kesehatan ini adalah para
penyelenggara kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus
dilibatkan dalam memberdayakan masyarakat agar dapat
berperan bukan hanya sebagai penerima pelayan kesehatan
namun dapat menjadi menjadi penyelenggara pelayanan
kesehatan.
4. Keterampilan Individu
Strategi ini mewujudkan adanya keterampilan individu-
individu dalam meningkatkan dan memelihara kesehatanya.
Langkah awal untuk strategi ini adalah pemberian pemahaman
tentang penyakit dalam bentuk metode atau teknik kepada
individual bukan dalam bentuk massa
5. Gerakan Masyarakat
Adanya gerakan dari masyarakat itu sendiri dalam
meningkatkan dan memelihara kesehatannya. Hal ini akan
tampak dari prilaku masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya tanpa harus ada kegiatan namun
akan tampak dari prilaku menuju sehat.
Berdasarkan rumusan yang dibuat oleh WHO (1994),
strategi promosi kesehatan secara global dibagi menjadi tiga
yang akan dibentuk dalam intervensi, yaitu :

a. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan dimana untuk
meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu
atau mendukung terhadap apa yang  diinginkan. Pendekatan
advokasi ialah sasaran kepada para pembuat keputusan atau
penentu keputusan sesuai sektornya. Intinya adalah strategi
advokasi kesehatan merupakan pendekatam yang dilakukan
dengan pimpinan atau pejabat dengan tujuan
mengembangkan kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan Kegiatan advokasi ini ada dalam bentuk formal
dan informal. Advokasi dalam bentuk  formal misalnya :
penyajian presentasi, seminar, atau suatu usulan yang
dilakukan oleh para pejabat terkait. Advokasi informal
misalnya : Suatu kegiatan untuk meminta dana, atau
dukungan dalam bentuk kebijakan kepada para pejabat
yang relevan dengan kebijakan yang diusulkan. Intervensi
yang dapat dilakukan secara perseorangan kepada pejabat
ialah dengan : lobi, dialog, negosiasi dan debat. Sehingga
diharapkan mendapatkan hasil adanya tindakan yang nyata,
kepedulian, serta pemahaman atau kesadaran dari pejabat
sehingga terjadi kelanjutan kegiatan.

b. Dukungan sosial ( Social Support )

Dukungan sosial adalah suatu strategi yang digunakan


untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat. Dimana tujuannya dengan menggunakan tokoh
masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan atau
pengembang kesehatan dengan masyarakat. Intervensi
keperawatan yang diberikan dalam stretegi dukungan sosial
ialah : pelatihan bagi para tokoh masyarakat, lokakarya,
bimbingan bagi para tokoh masyarakat, sehingga hasil yang
diharapkan adalah adanya peningkatan jumlah para tokoh
masyarakat yang berperan aktif dalam pelayanan kesehatan,
jumlah individu dan keluarga dimana meningkat
pengetahuannya tentang kesehatan, adanya pemanfaatan
fasilitas kesehatan yang ada misalnya posyandu.

c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang
langsung kepada masyarakat. Pemberdayaan ini bertujuan
untuk mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat itu
sendiri. Intervensi keperawatan dalam pemberdayaan
masyarakat adalah dengan kegiatan pemberdayaan
masyarakat ini dapat berupa : penyuluhan kesehatan,
posyandu, pos obat desa, dan lain sebagainya. Hasil yang
diharapkan adalah sumber daya manusia yang berperan
dalam peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

2.1.5  Metode Promosi kesehatan


Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan
tertentu. Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua,
yaitu metode didaktif dan metode sokratik.
a. Metode Didaktif
Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu
arah. Tingkat keberhasilan metode didaktif  sulit
dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya
pendidik yang aktif. Misalnya: ceramah, film, leaflet,
booklet, poster dan siaran radio.
b. Metode Sokratif
lakukan secara dua arah. Dengan metode ini,
kemungkinan antara pendidik dan peserta didik
bersikap aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok,
debat, panel, forum, seminar, bermain peran, curah
pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya dan
penugasan perorangan.
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan
berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai
dan Indera penerima dari sasaran promosi. Metode
berdasarkan tekhnik komunikasi:
c. Metode Penyuluhan Langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan
atau bertatap muka dengan sasaran. Termasuk disini
antara lain: kunjungan rumah, pertemuan diskusi,
pertemuan di balai desa pertemuan di posyandu, dll.
d. Metode Penyuluhan Tidak Langsung
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung
berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia
menyampaikan pesannya dengan  perantara media.
Contohnya, publikasi dalam bentuk media cetak,
melalui pertunjukkan film dan sebagainya berdasarkan
jumlah sasaran yang dicapai.

2.1.6    Media Promosi kesehatan

Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik


dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran
( Herry D.J. Maulana)..Media pendidikan kesehatan disebut
juga alat peraga karena berfungsi membantu dan
memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau
pengajaran. Pembuatan alat peraga atau media mempunyai
prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang
diterima dan ditangkap melalui panca indra.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Promosi Kesehatan Pada Individu

3.3.1 konsep Perawatan Payudara ( Breast Care) Pada Ibu Nifas

perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara


merawat payudara yang dilakukan pada saat kehamilan atau masa
nifas untuk produksi ASI, selain itu untuk kebersihan payudara dan
bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau datar. Puting susu
demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui
dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu
untuk mengusahakan agar puting susu lebih mudah sewaktu
menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan
kebersihan personal hygiene (Rustam, 2009).

Payudara adalah pelengkap organ reproduksi wanita dan


pada masa laktasi akan mengeluarkan air susu. Payudara mungkin
akan sedikit berubah warna sebelum kehamilan, areola (area yang
mengelilingi puting susu) biasanya berwarna kemerahan, tetapi
akan menjadi coklat dan mungkin akan mengalami pembesaran
selama masa kehamilan dan masa menyusui. (Manuaba, 2011).

3.3.2 Tujuan Perawatan Payudara

Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan


kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, mempunyai tujuan
antara lain:

a. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari


infeksi.
b. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet.

c. Untuk menonjolkan puting susu.

d. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus

e. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan

f. Untuk memperbanyak produksi ASI

g. Untuk mengetahui adanya kelainan (Notoadmojo, 2008).

3.3.3 Teknik Perawatan Payudara

Beberapa Keadaan Yang Berkaitan Dengan Teknik Dan Saat

Perawatan Payudara antara lain :

1. Puting Lecet

a. Untuk mencegah rasa sakit, bersihkan puting susu dengan air


hangat ketika sedang mandi dan janganmenggunakan sabun,
karena sabun bisa membuat puting susu kering dan iritasi.

b. Pada ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dan tanpa
riwayat abortus, perawatnnya dapat dimulai pada usia
kehamilan 6 bulan atas.

c. Ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dengan riwayat

abortus, perawatannya dapat dimulai pada usia kehamilan


diatas 8 bulan.

d. Pada puting susu yang mendatar atau masuk kedalam,


perawatannya harus dilakukan lebih dini, yaitu usia kehamilan
3 bulan, kecuali bila ada riwayat abortus dilakukan setelah usia
kehamilan setelah 6 bulan.

Cara perawatan puting susu datar atau masuk Ke dalam Antara


Lain:

a. Puting susu diberi minyak atau baby oil.


b. Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting.

c. Pegangkan daerah areola dengan menggerakan kedua ibu

jari kearah atas dan kebawah ± 20 kali (gerakannya kearah


luar)

d. Letakkan kedua ibu jari disamping kiri dan kanan puting


susu

e. Pegang daerah areola dengan menggerakan kedua ibu jari


kearah kiri dan kekanan ± 20 kali( Saiffudin, 2010).

3.3.4 Teknik Dan Cara Perawatan Payudara

1. Tehnik Pengurutan Payudara

Tehknik Dan Cara pengurutan payudara di Paparkan Oleh


Siti, 2012 antara lain :

a. Massase
Pijat sel-sel pembuat ASI dan saluran ASI tekan 2-4 jari ke
dinding dada, buat gerakan melingkar pada satu titik di area
payudara Setelah beberapa detik pindah ke area lain dari
payudara, dapat mengikuti gerakan spiral. mengelilingi
payudara ke arah puting susu atau gerakan lurus dari pangkal
payudara ke arah puting susu.
b. Stroke
1. Mengurut dari pangkal payudara sampai ke puting susu
dengan jari-jari atau telapak tangan.
2. Lanjutkan mengurut dari dinding dada kearah payudara
diseluruh bagian payudara.
3. Ini akan membuat ibu lebih rileks dan merangsang
pengaliran ASI (hormon oksitosin).
c. Shake (goyang)
Dengan posisi condong kedepan, goyangkan payudara
dengan lembut, biarkan gaya tarik bumi meningkatkan
stimulasi pengaliran.

3.3.5 Akibat Jika Tidak Dilakukan Perawatan Payudara

Berbagai dampak negatif dapat timbul jika tidak


dilakukanperawatan payudara sedini mungkin. Dampak tersebut
meliputi :

a. Puting susu kedalam

b. ASI lama keluar

c. Produksi ASI terbatas

d. Pembengkakan pada payudara

e. Payudara meradang

f. Payudara kotor

g. Ibu belum siap menyusui

h. Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet


(Prawirohardjo, 2011).

3.3.6 Cara Melakukan Perawatan Payudara

Adapun cara perawatan payudara Menurut Siti (2012), antara lain:

a. Tempelkan kapas yang sudah di beri minyak atau baby oil


selama 5 menit, kemudian putting susu di bersihkan.

b. Letakan kedua tangan di antara payudara

c. Mengurut payudara dimulai dari arah atas, kesamping lalu


kearah bawah.
d. Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak
tangan kearah sisi kanan.

e. Melakukan pengurutan kebawah dan kesamping.

f. Pengurutan melintang telapak tangan mengurut kedepan


kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara, ulangi
gerakan 20 – 30 kali.

g. Tangan kiri menopang payudara kiri 3 jari tangan kanan


membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal
payudara sampai pada puting susu, lakukan tahap yang sama
pada payudara kanan.

h. Membersihkan payudara dengan air hangat lalu keringkan


payudara dengan handuk bersih, kemudian gunakan bra yang
bersih dan menyokong.

Anda mungkin juga menyukai