Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROMOSI KESEHATAN

Di Susun oleh:
RIKHA RAHMAWATI. A.Md.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA, 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun banyak

orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan didalam

kehidupannya. Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh pelayanan kesehatan hal

ini berdasarkan undang-undang dasar 1945 yang tercantum didalam pasal 28 ayat I.

Untuk itu diperlukan suatu tindakan yang harus diambil dalam meningkatkan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat. Tindakan yang perlu bagi masyarakat adalah salah satunya

dengan promosi kesehatan.

Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki

prinsip, metode, media juga strategi dan akan diintervensikan ketika dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada masyarkat.Sehingga promosi kesehatan yang diberikan

kepada masyarakat dapat dimengerti masyarakat dan ditampilkan dalam bentuk

perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik dalam prilaku kesehatan.

Mengingat tugas kita sebgaai tim medis adalah salah satunya memperkanalkan

bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami akan

membahas tentang “Promosi Kesehatan”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami tentang prinsip, strategi,

metode dan media promosi kesehatan.


2. Tujuan Khusus

Agar mahasiswa dan mahasiswi mampu menjelaskan tentang:

a. Prinsip – prinsip promosi kesehatan

b. Strategi promosi kesehatan

c. Metode promosi kesehatan

d. Media promosi kesehatan

3. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam makalah ini yaitu:

a. Bab I berisikan latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan

b. Bab II berisikan tinjauan pustaka, konsep dan prinsip promosi kesehatan serta

paradigma promosi kesehatan.

c. Bab III berisikan kesimpulan dan saran

d. Daftar pustaka
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Promosi kesehatan

1. Pengertian Promosi Kesehatan

WHO berdasarkan piagam Ottawa (1986) dalam Heri. D. J. Maulana (2009)

hal. 19, mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan

individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya

berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.

Menurut Okti (2013), Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk

dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi

sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan.

2. Tujuan Promosi Kesehatan.

Green (1991) dalam Maulana (2009) tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga

tingkatan yaitu:

a. Tujuan Program

Refleksi dari fase sosial dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang

akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.

Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas
akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan

berjalan lima tahun.

b. Tujuan Pendidikan

Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan

ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya: cakupan angka kunjungan ke

klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.

c. Tujuan Perilaku

Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan.

Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan

tindakan contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat

kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan

3. Konsep dan Prinsip Promosi Kesehatan

Menurut WHO pada Ottawa Charter for health promotion (1986) mengemukakan ada

tujuh konsep dan prinsip pada promosi kesehatan, antara lain:

a. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan seseorang

untuk mendapatkan kontrol lebih besar atas keputusan dan tindakkan yang

mempengaruhi kesehatan mereka.

b. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam

pengambilan keputusan.

c. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi

kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi tersebut.

d. Equitable ( kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang di

dapat oleh klien.


e. Intersectoral (antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instasi terkait

lainnya atau organisasi.

f. Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan promosi

kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

g. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program

kebijakkan.

Sedangkan menurut Michael,dkk (2009). Konsep dan prinsip promosi kesehatan

antara lain sebagai berikut:

a. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias program

intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.

b. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam

perencanaan dan implementasi intervensi.

c. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat didefinisikan

serta dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.

d. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pekerja.

e. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan

mengimplementasikan intervensi.

f. Evaluasi harus dilakukan juga.

g. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi maupun

intervensi promosi kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada perorangan

dan kelompok.

h. Intervensi harus bersifat kontinyu serta didasarkan pada prinsip-prinsip

pemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada masyarakat dengan

menggunakan lebih dari satu metode.


B. Paradigma promosi kesehatan

1. Definisi paradigma promosi kesehatan

Paradigma Kesehatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita

melihat,memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap

berbagai fenomena yang ada dalam bidang kesehatan (Wawan, 2017).

Paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan yang jangka

panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam

menjaga kesehatan mereka sendiri (Anonymous, 2002). Atau Paradigma sehat

didefinisikan sebagai cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang

bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai

masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral,

dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan

perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan

penduduk yang sakit.

2. Perkembangan Paradigma Baru Dalam Promosi Kesehatan

a. Sebelum Tahun 1965

Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan, hanya sebagai pelengkap

pelayanan kesehatan, terutama pada saat terjadi keadaan kritis seperti wabah

penyakit, bencana, dsb. Sasarannya perorangan (individu).

b. Periode Tahun 1965-1975

Sasaran program mulai perhatian kepada masyarakat. Saat itu juga dimulainya

peningkatan tenaga profesional melalui program Health Educational Service

(HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat individual walau

sudah mulai aktif ke masyarakat.


c. Periode Tahun 1975-1985

Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluhan Kesehatan pendekatan

Community Development. Saat itu mulai diperkenalkannya Dokter Kecil pada

program UKS di SD. Departemen Kesehatan sudah mulai aktif membina dan

memberdayakan masyarakat. Saat itulah Posyandu lahir sebagai pusat

pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Namun kenyataannya, perubahan

tersebut sangat lamban sehingga dampaknya terhadap perbaikan kesehatan

sangat kecil. Dengan kata lain, peningkatan pengetahuan yang tinggi tidak

diikuti dengan perubahan perilaku.

d. Periode Tahun 1985-1995

Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas

memberdayakan masyarakat. Tujuan dari PKM dan PSM saat itu adalah

perubahan perilaku. Pandangan (visi) mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa Charter’

tentang Promosi Kesehatan.

e. Periode Tahun 1995-Sekarang

Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah

mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik

kesehatan (termasuk advokasi). Sehingga sasaran Promosi Kesehatan tidak

hanya perubahan perilaku tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju

perubahan sistem atau faktor lingkungan kesehatan. Sehingga tujuan dari

Promosi Kesehatan itu sendiri adalah memampukan masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka dan menciptakan suatu

keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.


3. Faktor Pendorong Adanya Paradigma Sehat

Menurut Wawan, (2017). Faktor yang mendorong perlu adanya paradigma sehat

antara lain:

a. Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata tidak

efektif

b. Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehat dimasukkan unsur

sehat produktif sosial ekonomis

c. Adanya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi ke penyakit kronik

degeneratif

d. Adanya transisi demografi, meningkatnya Lansia yang memerlukan penangan

khusus

e. Makin jelasnya pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi kesehatan

penduduk

4. Paradigma Baru Kesehatan

Kesehatan bukanlah “statis”, bukan sesuatu yang dikotomi sehat dan sakit,

tetapi dinamis, progesif dan kontinum. Hal ini telah disadari oleh WHO, yang

akhirnya pada tahun 1988 merumuskan kembali definisi kesehatan. Kemudian

rumusan WHO tersebut diangkat dalam UU.No.23/1992 yakni:”Kesehatan atau

sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif baik secara ekonomi maupun sosial”.

Hal ini berarti bahwa kesehatan tidak hanya mempunyai dimensi fisik, mental

dan sosial saja, tetapi juga mencakup dimensi ekonomi. Oleh sebab itu agar

pelayanan kesehatan relevan dengan peningkatan derajat kesehatan bangsa perlu

kebijakan-kebijakan baru dalam pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain

paradigma pelayanan kesehatan harus diubah. Orientasi pelayanan kesehatan harus


digeser dari pelayanan kesehatan yang konvensional (paradigma sakit) ke pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan paradigma baru (paradigma sehat).

Pelayanan Kesehatan Konvensional yang mempunyai karakteristik: (Konsursium

Ilmu Kesehatan Indonesia, 2003)

a Sehat dan sakit dipandang sebagai dua hal seperti “hitam” dan “putih”

b Pelayanan kesehatan diasosiasikan dengan pengobatan dan penyembuhan

c Pelayanan kesehatan diidentikkan dengan rumah sakit dan poliklinik

d Tujuan pelayanan kesehatan untuk meringankan penderitaan dan menghidarkan

dari kesakitan dan kematian.

e Tenaga pelayanan kesehatan utamanya dokter

f Sasaran utama pelayanan kesehatan adalah individu yang sakit Oleh sebab itu

program-program pelayanan kesehatan hanya untuk kelangsungan hidup saja

(Health Programs for Survival) dan harus digeser ke Pelayanan Kesehatan

Paradigma Baru atau Paradigma Sehat, yang mempunyai karakteristik:

a Sehat dan sakit bukan sesuatu yang hitam dan putih, sehat bukan berarti

tidak sakit dan sakit tidak berarti tidak sehat

b Pelayanan kesehatan tidak hanya penyembuhan dan pemulihan, tetapi mencakup

preventif dan promotif

c Pelayanan kesehatan bukan hanya Rumah Sakit dan Poliklinik

d Tujuan pelayanan kesehatan utamanya peningkatan kesehatan (promotif) dan

pencegahan penyakit (preventif)

e Tenaga pelayanan kesehatan utamanya untuk kesehatan masyarakat

f Sasaran utama pelayanan adalah kelompok atau masyarakat yang sehat.


Dari pergeseran paradigma pelayanan kesehatan ini maka program-program

kesehatan diarahkan kepada pengembangan sumber daya manusia (Health Programs

for Human Development).

Oleh sebab itu, indikator kesehatan juga harus dilihat dari perspektif

“paradigma sehat”. Indikator kesehatan yang sesuai dengan paradigma sehat

semestinya menggunakan indikator positif, bukan indikator negatif seperti yang

selama ini digunakan.

Indikator kesehatan harus digeser dari indikator negatif (kesakitan, cacat,

kematian, dan sebagainya), ke indikator-indikator positif, antara lain ada tidaknya

kelainan patofisiologis, kemampuan fisik, misal: aerobik, ketahanan dan kelenturan

sesuai umur, kebugaran. penilaian atas kesehatan sendiri Indeks Masa Tubuh (IMT)

atau BMI (Body Mass Index) dan sebagainya.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk meningkatkan

kesehatannya. Menurut Level dan Carlk ada lima tingkat pencegahan penyakit dalam

prespektif kesehatan masyarakat, yakni:

1. Health promotion (Peningkatan/promosi kesehatan)

2. Spesific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)

3. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan kecatatan)

4. Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya kecatatan)

5. Rehabilitation (pemulihan)

Dari prespektif ini kita dapat mengetahui bahwasanya salah satu tips pencegahan

penyakit dapat dilakukan dengan promosi kesehatan seperti penyuluhan dan seminar-

seminar.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan mahasiswi dalam

melaksanakan promosi kesehatan dan saya mengharapkan kritikan yang bersifat

membangun demi kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/40462631/Makalah-Strategi-Promosi-Kesehatan-Jadi

didownload pada tanggal 03 November 2012

Maulana, Herry ( 2007 ). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Wawan, (2017). https://www.scribd.com/document/365834529/Paradigma-Baru-Promosi-

Kesehatan lastupdate 29 November 2017

Okti Viani (2013). http://oktioktaviani36.blogspot.com/2013/05/makalah-promosi-

kesehatan.html diupload 08 Mei 2013

Anda mungkin juga menyukai