Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULAN

PERAWATAN KOLOSTOMI

OLEH

ANDREI ROMARTHO PUNUF

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NURSE

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA, 2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Defenisi
Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan
antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat
sementara atau menetap selamanya. (Thiodorer Schrock, MD, 2007).
Colostomy adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah
pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 2009).
B. Jenis kolostomy berdasarkan lokasi
Jenis kolostomi berdasarkan lokasinya terdiri dari:
1. Transversokolostomi merupakan kolostomi di kolon transversum.
2. Sigmoidostomi yaitu kolostomi di sigmoid.
3. Kolostomi desenden yaitu kolostomi di kolon desenden.
4. Kolostomi asenden, adalah kolostomi di asenden.
C. Jenis-jenis kolostomi lama penggunaan
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya
ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara
permanen maupun sementara.
1. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah
tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,
perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa
kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).
2. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti
semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua
ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double
barrel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa
kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi
biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan
laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko
mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang
kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka
laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat
luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses.
Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong
kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair
mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar
stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada
kulit dan untuk kenyamanan pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep
atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong
kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk
memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.
D. Berdasarkan lubang kolostomy dibagi menjadi 3:
1. Single barreled stoma
Yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau
ditutup.
2. Double barreled
Biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung kolon yang direksesi
dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan dua stoma.Stoma distal
hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan feses.
3. Kolostomi lop-lop
Yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat
ditempat dengan glass rod.Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada
dinding abdomen, lubang dibuat dipermukaan terpajan dari usus dengan
menggunakan pemotong.
E. Indikasi kolostomi
Indikasi colostomy yang permanent. Pada penyakit usus yang ganas seperti carsinoma
pada usus. Kondisi infeksi tertentu pada colon:
1. Trauma kolon dan sigmoid
2. Diversi pada anus malformasi
3. Diversi pada penyakit Hirschsprung
4. Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal

F. KOMPLIKASI
1. lritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar
mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara
membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan
plaster.
2. Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid
biasanya normal.
3. Stenosis Stoma
Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu
pasase normal feses.
4. Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen
keluar melalui celah.
5. Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya
sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien
dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien
dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.
6. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang
terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka
dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
7. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan
juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang
mengalami pengkerutan.
8. Prolaps pada stoma
Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan
kulit.
9. Perdarahan stoma
G. Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos abdomen 3 posisi
2. Colon inloop
3. Colonoscopy
4. USG abdomen
BAB II
PERAWATAN KOLOSTOMI

A. Pengertian
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong kolostomi
secara berkala sesuai kebutuhan.
Tujuan
1. Menjaga kebersihan pasien
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
4. Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya
Persiapan pasien
1. Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan, dll
2. Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
3. Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden jendela, pintu,
memasang penyekat tempat tidur (k/P), mempersilahkan keluarga untuk menunggu di
luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi pasien
B. PERSIAPAN ALAT
1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain persegi empat
2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3. Kapas kering atau tissue
4. pasang sarung tangan bersih
5. Kantong untuk balutan kotor
6. Baju ruangan/celemek
7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi
8. Zink salep
9. Perlak dan alasnya
10. Plester dan gunting
11. Bila perlu obat desinfektan
12. Bengkok
13. Set ganti balut
C. PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma
4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan
kiri menekan kulit pasien
7. Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok
8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
9. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas sublimat / kapas
hangat (air hangat)/ NaCl
10. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan kassa steril
11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
12. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy
13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring sesuai
kebutuhan pasien
14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
15. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya
16. Merapikan klien dan lingkungannya
17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
18. Melepas sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Membuat laporan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KOLOSTOMI

A. Pengkajian
1. Keadaan stoma:
a. Warna stoma (normal warna kemerahan).
b. Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi).
c. Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese).
d. Posisi stoma.
2. Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
a. Konsistensi, bau, warna feces.
b. Apakah ada konstipasi/diare?
c. Apakah feces tertampung dengan baik?
d. Apakah pasien/ keluarga dapat mengurus feces sendiri?
3. Apakah ada gangguan rasa nyeri :
a. Keluhan nyeri ada/ tidak.
b. Hal-hal yang menyebabkan nyeri.
c. Kualitas nyeri.
d. Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang).
e. Apakah pasien gelisah atau tidak.
4. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
a. Tidur nyenyak/ tidak.
b. Apakah stoma mengganggu tidur/tidak.
c. Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur.
d. Adakah faktor psikologis mempersulit tidur ?
5. Apakah ada gangguan nutrisi :
a. Bagaimana nafsu makan klien.
b. BB normal atau tidak.
c. Bagaimana kebiasaan makan pasien.
d. Makanan yang menyebabkan diare.
e. Makanan yang menyebabkan konstipasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan pemasangan kolostomi
2. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan luka insisi akibat tindakan colostomy
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah di abdomen
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
C. Intervensi keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemasangan kolostomi
Tujuan: dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil: iritasi berkurang dan luka kering.
Intervensi
a. Jelaskan pentingnya merawat luka pada pasien kolostomi
b. Observasi luka, catat karakteristik drainase.
c. Kosongkan irigasi dan bersihkan kantong kolostomi secara rutin.
d. Kolaborasi pemberian antibiotik.
2. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan luka insisi akibat tindakan kolostomi
Tujuan: kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
Kriteria hasil: klien dapat tidur tenang (6-8 jam sehari) dan tidak ada faktor lingkungan
dan psikologis yang mempersulit tidur.
Intervensi
a. Jelaskan perlunya pengawasan fungsi usus dalam operasi awal.
b. Berikan sistem kantong adekuat, kosongkan kantong sebelum tidur, bila perlu
pada jadwal yang teratur.
c. Biarkan pasien mengetahui bahwa stoma tidak akan cedera bila tidur.
d. Dukung kelanjutan kebiasaan ritual sebelum tidur.
e. Kolaborasi: berikan analgesic, sedative saat tidur.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah
Tujuan: diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kondisinya.
Kriteria hasil: pasien mampi miring kiri dan miring kanan, pasien dapat duduk sendiri
Intervensi
a. Jelaskan pentingnya gerakan/aktivitas bagi pasien
b. Bantu dan latih pasien untuk melakukan aktivitas/gerakan.
c. Ubah posisi secara periodik sesuai kondisi pasien.
d. Motivasi pasien untuk tetap melakukan latihan.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubugan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
Tujuan: diharapkan nafsu makan pasien meningkat
Kriteria hasil: bebas tanda malnutrisi dan pola makan 3 kali/hari.
Intervensi
a. Jelaskan pentingnya nutrisi pada pasien
b. Jelaskan makanan yang dianjurkan dan yang dipantangkan
c. Monitor makanan dalam porsi sedikit tapi sering
d. Kolaborasi dengan ahli gizi.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes E. M (2012). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC

Price & Wilson (2006). Patofisiologi, Jakarta: EGC

Thiodorer Schrock, MD (2007). Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta: EGC

M. Bouwhuizen. (2009). Askep perawatan kolostomi, jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai