PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker usus besar atau kanker kolorektal adalah salah satu dari penyakit
kanker dengan prevalensi yang cukup tinggi. Kanker kolorektal merupakan keganasan
atau pertumbuhan sel abnormal pada area usus besar dan rektum.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan pada Kanker
kolorektal dengan kondisi terpasang kolostomi
2. Tujuan Khusus
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Colostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh
tumor (Harahap, 2006).
Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah
pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991)
B. Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi beberapa kondisi yang dikenal
sebagai sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi
resiko kanker kolon (dragovich, 2009).
Sebagian besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi
dinding sebelah dalam usus besar. Seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini
memperbesar dan akhirnya berkembang menjadi adenokarsinoma. Dalam kondisi ini,
2
banyak adenomatosa mengembangkan polip dikolon, yang pada akhirnya
menyebabkan kanker usus besar. Kanker biasanya terjadi sebelum usia 40 tahun.
Sindrom adenomatosa poliposis cenderung berjalan dalam keluarga.
2. kanker payudara, kanker rahim atau ovarium sekarang atau di masa lalu.
4. merokok telah jelas dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi untuk kanker usus
besar.
C. Patofisiologi
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker
kolon,kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang
disebut dengan kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon ( asecenden,
tranversum dan sigmoid ). Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan
permanen.Kolostomi asenden dan transversum bersifat sementara, sedangkan
kolostomi sigmoid bersifat permanen. Kolostomi yang bersifat sementara akan
dilakukan penutupan.
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Obstipasi/diare
4. Perut kembung
3
E. Penatalaksanaan
2. Meningkatkan kenyamanan.
4. Mencegah komplikasi.
F. Indikasi
1. Atresia Ani
adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat
kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi
kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau
pemeriksaan perineum.
Terjadi karena kotoran menumpuk dan menyumbat usus di bagian bawah yang
membuat tak bisa BAB. Penumpukan kotoran di usus besar ini akan membuat
pembusukan yang akhirnya menjadi radang usus.
Kelainan ini biasanya diketahui sejak lahir. Diduga karena terjadi infeksi saat ibu
hamil yang membuat konstruksi usus ke anus tidak lengkap hingga atau karena
kelainan genetik.
4. Hirschsprung
yaitu kelainan bawaan sejak lahir karena kondisi saraf di usus besar yang tidak
berfungsi normal. Akibatnya kotoran akan menumpuk di usus bawah karena
4
fungsi saraf yang mendorong kotoran keluar tidak berjalan. Kondisi ini membuat
penderitanya terutama bayi tidak bisa BAB selama berminggu-minggu yang akhirnya
timbul radang usus. Bagian usus yang tak ada persarafannya ini harus dibuang lewat
operasi.
a. Kolostomi Permanen
5
b. Kolostomi temporer/ sementara
H. Komplikasi
Pasien dengan kolostomi harus menghubungi dokter atau perawat bila ditemukan
komplikasi seperti:
• perdarahan yang berlebihan dari pembukaan stoma, atau jumlah sedang dalam
kantong
6
I. Perawatan Kolostomi
Tujuan
Persiapan alat
1. kantong kolostomi
2. satu set ganti balutan (pinset anatomi, pinset cirrugis, kom kecil dan gunting)
3. kapas
4. kasa steril
5. larutan NaCl
6. zink salep/ zink oil
7. betadin
8. plester
9. sepasang sarung tangan
10. bengkok
11. perlak dan pengalas
12. kantong plastik
13. tempat sampah
Pre interaksi
2. mencuci tangan
3. menyiapkan alat
7
Tahap orientasi
Tahap kerja
5. meletakkan perlak atau pengalas di bagian kanan/ kiri pasien sesuai letak stoma
8. membuka kantong kolostomi secara hati- hati dengan menggunakan pinset dan
tangan kiri menekan kulit klien
9. membersihkan kulit sekitar stoma dengan kapas NaCl/ kaps basah (air hangat)
10. membersihkan stoma dengan sangat hati- hati menggunakan kapas NaCl/ kapas
basah, hindari terjadinya perdarahan.
13. memberikan zink salep/ zink oil (tipis- tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar
stoma
14. mengukur stoma dan membuat lubang kantong kolostomi sesuai ukuran stoma
8
16. menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertikal / horizontal sesuai
kebutuhan
18. membuka sisa perekat indari masuknya udara ke dalam kantong kolostomi
Tahap terminasi
1. mengevaluasi tindakan yang baru saja dilakukan (subjektif dan objektif), hasil
pembalutan: mudah lepas dapat mengganggu peredara darah, mengganggu gerakan
dan lain- lain.
4. mencuci tangan
J. Diagnosa keperawatan
4) Gangguan istirahat tidur berhubungna dengan luka insisi akibat tindakan colostomy
6) Nutrisi kuarang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak
adekuat
9
K. DIET
1. Mudah diserab
2. Mengurangi bau
3. Mengentalkan kotoran (bahwa makanan yang disajikan tidak boleh terlalu cair dan
menyebabkan bau).
1. Air keluar
5. Nausea, vomiting
1. Tinggi serat
2. Tinggi lemak
3. Tinggi cairan
Ada beberapa bahan makanan yang harus diperhatikan agar pasien yang
mendapatkan Colostomy dapat tetap nyaman dalam melakukan aktivitasnya
seharihari. Dibawah ini diuraikan sebagai berikut :
1. Yoghurt (probiotik)
2. Apel
3. Pisang
10
Bahan makanan yang menyebabkan kotoran kental/padat, diantaranya :
1. Apel
2. Pisang
3. Tepung Tapioka
4. Roti putih
5. Buttermilk
6. Nasi
7. Yoghurt
8. Keju
9. Peanut butter
10. Freshly mashed potatoes
1. Hindari makanan yang berserat tinggi dan bergas, seperti : Cabbages, brokoli dan
cauliflowers, serta asparagus
2. Ikan dan telur (dapat menyebabkab bau, pada beberapa orang tertentu)
3. Onion, garlic
5. Carbonate drink
6. Alcohol
11
Selanjutnya, bahan makanan seperti cauliflower, bawang putih, bawang
merah, telur, ikan, kol, brokoli dan asparagus (seperti yang telah disebutkan sebagai
bahan makanan yang tidak dianjurkan oleh ADA karena sebagai salah satu bahan
makanan yang bergas, ternyata bahan makanan tersebut juga dapat menimbulkan
bau).
3. Serat dibatasi
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kolorektal yang dapat menimbulkan komplikasi dan perubahan konsep diri pasien. Colostomi
dibagi menjadi dua yaitu permanen dan sementara. perawatan pasien dengan kolostomi yang
perlu diperhatikan meliputi cara dan waktu mengganti kantong kolostomi, membersihkan
stoma dan kulit peristomal, memantau kondisi stoma, dan melakukan irigasi kolostomi. Hal
lain yang juga perlu dilakukan ialah memberikan edukasi terkait diet yang dibutuhkan pasien
B. Saran
diri, body image, seksual dan hubungan sosial. Beberapa pasien merasa tubuh mereka berada
di luar kontrol, beberapa merasakan bahwa stoma mengatur hidup mereka merasa hilang rasa
percaya diri.
(Kurnia, 2012). Klien dengan kolostomi akan beresiko untuk mengalami gambaran
diri negatif. Oleh karena itu selama perawatan, perawat perlu memberikan dukungan agar
pasien dapat menyesuaikan diri dalam pencapaian gambaran diri yang positif.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, W. A., dkk. (2006). Ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jakarta : Pusat
14