Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KOLOSTOMI

DI BUAT OLEH :

1. ROZA NOFITA
2. REZKYNIA
3. ZILMA FITRIA
4. SYAFRENI FITRIA
5. YENI MARLINA
6. WESRY PURNAMA LINDA
7. DELLA MARCELINA SYAM
8. DESI APRISTIAWATI
9. MAIHAFNI
10. LATIPAHTUL HAMAM
11. RINI SAFITRI SIKUMBANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2023
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor

(Harahap, 2006). Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah

pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991). Kolostomi adalah

suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit

pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu

Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa colostomi merupakan suatu membuatan

lubang di dinding perut dengan tujuan untuk mengeluarkan faces dapat bersifat sementara

ataupun permanen.

Kolostomi merupakan Suatu tindakan membuat lubang pada kolon tranversum kanan maupun

kiri Atau kolonutaneustomi yang disebut juga anus prenaturalis yang dibuat sementara atau

menetap. Kolostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat,

sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Kolostomy pada bayi dan

anak biasanya bersifat sementara. Kolostomi dapat menimbulkan komplikasi dan perubahan

konsep diri pasien.

1. Kolostomi temporer/ sementara

Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses

sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup

kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui

abdomen yang disebut kolostomi double barrel. Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan

abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post
kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien

dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan

dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya

bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang

dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan

segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses. Perawat harus

segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi feses atau jika

kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus

mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari

terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien. Kulit sekitar stoma yang

mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien

alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu

dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.

2. Kolostomi Permanen

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak

memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau

pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus.

Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).

a. Berdasarkan lubang kolostomi di bagi menjadi 3 :

1) Single barreled stoma

Yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup.

2) Double barreled

Biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung kolon yang direksesi dikeluarkan melalui

dinding abdominal mengakibatkan dua stoma.Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan

stoma proksimal mengalirkan feses.


3) Kolostomi lop-lop

Yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat dengan

glass rod.Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat

dipermukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong.

B. Etiologi

Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi beberapa kondisi yang dikenal sebagai sindrom

poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi resiko kanker kolon

(dragovich, 2009).

Sebagian besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi dinding sebelah

dalam usus besar. seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini memperbesar dan akhirnya

berkembang menjadi adenokarsinoma. Dalam kondisi ini, banyak adenomatosa

mengembangkan polip dikolon, yang pada akhirnya menyebabkan kanker usus besar. kanker

biasanya terjadi sebelum usia 40 tahun. sindrom adenomatosa poliposis cenderung berjalan

dalam keluarga. faktor lain yang beresiko tinggi mengembangkan kanker kolon, meliputi hal-

hal berikut :

1. Kolitis useratif atau penyakit chron (blik, 2000)

2. kanker payudara, kanker rahim atau ovarium sekarang atau di masa lalu.

3. obesistas telah diidentifikasi sebagai faktor resiko kanker usus besar

4. merokok telah jelas dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi untuk kanker usus besar.
C. Patofisiologi

1. Proses Perjalanan Penyakit

Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon,kolitis

ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan kolostomi

yaitu lubang dibuat dari segmen kolon ( asecenden, tranversum dan sigmoid ). Lubang

tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen.Kolostomi asenden dan transversum

bersifat sementara, sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen. Kolostomi yang bersifat

sementara akan dilakukan penutupan.


2. Manifestasi Klinis

1. Nyeri abdomen

2. Muntah

3. Obstipasi/diare

4. Perut kembung

5. Kejang hilang timbul

3. Komplikasi

a. Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit

Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:

1) Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat loop ilium.

2) Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan.

3) Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus meningkat, fixasi usus tidak

sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen tipis

dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang pendek dan tipis.

b. Iritasi Kulit

Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung enzim

pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit yang kasar,

salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.

c. Diare

Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid biasanya

normal.
d. Stenosis Stoma

Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase normal

feses.

e. Eviserasi

Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar melalui

celah.

f. Obstruksi/ penyumbatan

Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses

yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan

irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini

perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.

g. Infeksi

Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi

pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan

dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat

bermakna untuk mencegah infeksi.

h. Retraksi stoma/ mengkerut

Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena

adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.

i. Prolaps pada stoma

Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit. Stenosis

Penyempitan dari lumen stoma.

j. Perdarahan stoma

k. Hernia Paracolostomy

l. Pendarahan Stoma
m. lnfeksi luka operasi

n. Retraksi : karena fixasi yang kurang sempurna

o. Sepsis dan kematian

Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta perawatan

pasca bedah yang baik, selain itu pre-operatif yang memadai.

4. Klasifikasi Kolostomi

a. Jenis Kolostomi Berdasarkan Bentuk Kolostomi

1) Loop Colostomy

Biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis yang nantinya kolostomi tersebut akan

ditutup. Jenis kolostomi ini biasanya mempunyai stoma yang berukuran besar, dibentuk di

kolon transversal, dan bersifat sementara.

2) End Colostomy

Terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal saluran

GI dapat dibuang atau dijahit tertutup (disebut Kantong Hartman) dan dibiarkan didalam

rongga abdomen, end colostomy merupakan hasil terapi bedah pada kanker kolorektal.

3) Double-Barrel Colostomy

Terdiri dari dua stoma yang berbeda yaitu stoma proksimal yang berfungsi dan stoma distal

yang tidak berfungsi.

b. Jenis Kolostomi berdasarkan sifat kolostomi

1. Kolostomi sementara dibuat misalnya pada penderita gawat perut dengan peritoritis yang

telah dilakukan reseksi sebagian kolon.

2. Kolostomi tetap dibuat pada reseksi rektoanal abdominoperineal menurut quenu-milles

berupa anus preternaturalis


D. Penatalaksanaan

1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.

2. Meningkatkan kenyamanan.

3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.

4. Mencegah komplikasi.

5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

E. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KOLOSTOMI

1. Pengkajian

a. Keadaan stoma :

1) Warna stoma (normal warna kemerahan).

2) Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi).

3) Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese).

4) Posisi stoma.

b. Apakah ada perubahan eliminasi tinja :

1) Konsistensi, bau, warna feces.

2) Apakah ada konstipasi / diare ?

3) Apakah feces tertampung dengan baik ?

4) Apakah pasien/ keluarga dapat mengurus feces sendiri ?

c. Apakah ada gangguan rasa nyeri :

1) Keluhan nyeri ada/ tidak.

2) Hal-hal yang menyebabkan nyeri.

3) Kualitas nyeri.

4) Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang).

5) Apakah pasien gelisah atau tidak.

d. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi


1) Tidur nyenyak/ tidak.

2) Apakah stoma mengganggu tidur/tidak.

3) Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur.

4) Adakah faktor psikologis mempersulit tidur ?

e. Bagaimana konsep diri pasien ?

Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri, ideal diri, gambaran diri, & peran.

f. Apakah ada gangguan nutrisi :

1) Bagaimana nafsu makan klien.

2) BB normal atau tidak.

3) Bagaimana kebiasaan makan pasien.

4) Makanan yang menyebabkan diare.

5) Makanan yang menyebabkan konstipasi.

g. Apakah pasien seorang yang terbuka ?

1) Maukah pasien mengungkapkan masalahnya.

2) Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya diangkat.

F. Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan

2) Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan pemasangan kolostomi

3) Gangguan konsep diri/citra diri berhubungan dengan perubahan anatomis

4) Gangguan istirahat tidur berhubungna dengan luka insisi akibat tindakan colostomy

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah di abdomen

6) Nutrisi kuarang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
G. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Iskemsia dinding usus


a) Klien mengatakan nyeri ↓ Nyeri akut berhubungan
pada daerah perut bagian Metabolism anaerob dengan agen pencedera
kanan atas dan bawah ↓ fisiologis
b) Klien mengatakan sulit Pembentukan asam laktat
untuk tidur karena nyeri ↓
pada peru Pelepasan mediator kimia
c) Klien mengatakan nyeri

saat bergerak
Transmis dan persepsi
d) Klien mengatakan nyeri

yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk Nosiseptor Cortex cerebri
e) Klien mengatakan ↓
mengatakan nyerinya terus- Nyeri akut
menerus
f) Klien mengatakan skala
nyeri yang dirasakan 7

DO :
a) Klien nampak lemah
b) Klien nampak gelisah
c) Klien nampak meringis
d) Klien nampak memegang
daerah yang nyeri e.
Tanda-tanda vital :
e) TD : 120/80 mmhg
S : 35,6 oC N : 88 x/m
P : 22 x/m

H. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera keperawatan 4x24 jam Observasi
fisiologis ditandai dengan maka tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas,
DS :
1) Keluhan nyeri dari intensitas nyeri
a. Klien mengatakan nyeri meningkat menjadi 2. Identifikasi respon nyeri
pada daerah perut bagian menurun non verbal
kanan atas dan bawah 2) Meringis dari Terapeutik
b. Klien mengatakan sulit meningkat menjadi 1. Berikan terapi
untuk tidur menurun nonfarmakologis untuk
c. Klien mengatakan nyeri 3) Gelisah dari meningkat mengurangi rasa nyeri yaitu
saat bergerak menjadi menurun teknik relaksasi napas
d. Klien mengatakan nyeri 4) Skala nyeri menurun dalam
yang dirasakan seperti menjadi meningkat 2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
tertusuk-tusuk
Edukasi
e. Klien mengatakan 1. Jelaskan penyebab,
mengatakan nyerinya periode, dan pemicu nyeri
terusmenerus 2. Jelaskan strategi
f. Klien mengatakan skala meredakan nyeri
nyeri yang dirasakan 7 3. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
DO : 4. Ajarkan teknik
a. Klien nampak lemah nonfarmakologi yaitu
b. Klien nampak gelisah teknik relaksasi napas
c. Klien nampak meringis dalam
Kolaborasi
d. Klien nampak memegang
1.Kolaborasi dengan tim
daerah yang nyeri medis lain dalam
e. Tanda-tanda vital pemberian analgetik
: TD : 120/80 mmhg
S : 35,6 oC N : 88 x/m
P : 22 x/m

I Implementasi Keperawatan
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut berhubungan 1. Mengidentifikasi S:
dengan agen pencedera lokasi, karakteristik, 1. Klien mengatakan nyeri
fisiologis durasi, frekuensi, pada daerah perut
kualitas, intensitas nyeri 2. Klien mengatakan nyeri
Hasil : saat bergerak
a. Klien mengatakan 3. Klien mengatakan nyeri
nyeri pada daerah perut yang dirasakan seperti
b. Klien mengatakan tertusuk-tusuk
nyeri saat bergerak 4.Klien mengatakan
c. Klien mengatakan mengatakan nyerinya
nyeri yang dirasakan terusmenerus
seperti tertusuk-tusuk 5.Klien mengatakan skala
d. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan 7
mengatakan nyerinya
terus-menerus O:
e. Klien mengatakan 1. Klien nampak
skala nyeri yang memegang daerah yang
dirasakan 7 nyeri
f. Klien nampak 2. Skala nyeri 7
memegang daerah yang 3. Klien nampak gelisah
nyeri 4. Klien nampak meringis
g. Skala nyeri 7 5. TTV : TD : 120/60
2. Mengidentifikasi mmHg
respon nyeri non verbal
Hasil : Nadi : 88 x/menit RR : 22
a. Klien nampak gelisah x/menit S: 36,50C
b. Klien nampak
meringis A:
3. Memberikan terapi nyeri akut belum teratasi
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri P : intervensi 1, 2, 3,
(mis. 4,5,7,8 dan 9dilanjutkan
TENS, hypnosis,
akupressur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain) Hasil :
Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam 4.
Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri Hasil : nampak
tidak ada kegaduhan
diruangan klien
4 Berkolaborasi dengan
tim medis lain dalam
pemberian analgetik
Hasil :
a. Injeksi Ceftriaxone /
12 jam
b. Injeksi Ranitidine 1
amp/12 jam
c. Paracetamol tablet
500 mg 3x1

Anda mungkin juga menyukai