Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT POST OP HERNIA

A. Konsep Penyakit Hernia


1. Definisi
Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui
defek atau bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan
(Dermawan, dkk. 2010). Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan (Sjamsuhidajat, dkk. 2014).
2. Klasifikasi
1. Berdasarkan terbaginya dibagi menjadi:
a. Hernia congenital/bawaan
b. Hernia akuisita
2. Berdasarkan sifatnya heria terbagi menjadi:
a. Hernia reponible yaitu bila isi hernia dapat dimasukkan kembali.
Usus keluar bila berdiri atau mengedan dan masuk lagi bila
berbaring atau didorong masuk. Tidak terdapat keluhan atau
gejala obstruktif.
b. Hernia ireponible yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga, hal ini disebabkan perlengketan
isi usus pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan nyeri
atau tanda sumbatan usus.

3. Berdasarkan isinya hernia dibagi menjadi:


a. Hernia adipose yaitu hernia yang isinya jaringan lemak.
b. Standing hernia, yaitu hernia yang isinya kembagi sebagian dari
dinding kantong hernia.
c. Hernia litter yaitu hernia inkaserata/ strangulasi yang sebagian
dinding ususnya terjepit dalam cincin hernia.
4. Berdasarkan macam hernia:

8
9

a. Inguinalis indirect
b. Batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran
sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis.
c. Inguinalis direct
Batang usus melewati dinding inguinal bagian posterior.
d. Femoral
Batang usus melewati femoral ke bawah ke dalam kanalis
femoralis.
e. Umibilikal
Batang usus melewati cincin umubilikal.
f. Insicional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan perut yang
lemah. (Dermawan, dkk. 2010).
3. Etiologi
Hal yang menyebabkan hernia inguinalis adalah:
1. Kelemahan abdomen
Lemahnya dinding abdomen bisa disebabkan karena cacat bawaan
atau keadaan yang didapat sesudah lahir dan usia dapat
mempengaruhi kelemahan dinding abdomen (semakin bertambah
usia dinding abdomen semakin melemah).
2. Peningkatan tekanan intra abdomen
Mengangkat benda berat, batuk kronis kehamilan, kegemukan dan
gerak badan yang berlebih.
3. Bawaan sejak lahir
Pada usia kehamilan 8 bulan terjadi penurunan testis melalui kanalis
inguinalis menarik peritoneus dan disebut plekus vaginalis,
perinoneal hernia karena kanalis inguinalis akan tetap menutup pada
usia 2 bulan.
4. Kebiasaan mengangkat bendayang berat (heavy lifting)
5. Kegemukan (marked obesity)
6. Batuk
10

7. Terlalu mengejan saat buang air kecil dan besar


8. Ada cairan di rongga perut (ascites)
9. Peritoneal dialysis
10.Ventriculoperitoneal shunt
11.Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)
12.Riwayat keluarga ada yang menderita hernia (Sjamsuhidajat. 2008).

4. Manifestasi Klinis
Hernia reponible:
1. Pasien merasa tidak enak di tempat benjolan
2. Ada penonjolan disalah satu lokasi abdomen misalnya inguinal,
femoralis dan lain-lain. Benjolan timbul saat mengejan BAB,
Mengangkat beban berat ataupun aktivitas berat dan hilang pada
waktu istirahat baring.
3. Kadang-kadang perut kembung.
4. Apabila terjadi perlengketan pada kantung hernia dan isi hernia
maka tidak dapat dimasukkan lagi (ireponibel).
Hernia inkarserata:
1. Adanya gambaran obstruktif usus dimana pasien mengalami
obstipasi, muntah, tidak flatus, perut kembung dan dehidrasi.
2. Terjadi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
3. Bila lelah terjadi strangulasi. Pasien mengalami nyeri hebat di daerah
hernia, dimana nyeri menetap karena rangsangan peritoneum. Pada
pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan
lagi serta nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia.
4. Dapat dijumpai tanda peritonitis atau terjadi abses lokal keadaan ini
merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan pertolongan
segera.
Manifestasi klinis pada hernia inguinalis yaitu :
1. Tanpa keluhan (asimtomatis).
11

2. Daerah hernia agak menonjol, bertambah besar terutama saat berdiri.


3. Adanya nyeri dan demam. Yang membedakan strangulated hernias
dengan incarcerated hernias.
4. Nyeri mendadak pada tempat hernias.
5. Nyeri abdomen generalisata.
6. Terjadi pada bagian proksimal dan sering terletak di umbalikus.
7. Mual dan muntah.
8. Hernia tegang, nyeri tekan. (Sjamsuhidajat 2008).
5. Patofisiologi
Kanali inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus bulan
kedepan kehamilan terjadi. Densdensus testiculorum melalui kanalis
tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritonium yang disebut
dengan prosesus vaginalis peritoneal. Bila bayi lahir umumnya prosesus
ini telah mengalami obiterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui
kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup
karena testis turun lebih dulu dari yang kanan, maka kalas inguinalis
kanan lebih sering terbuka.
Pada orang tua kanal 1 hari telah menutup, namun karena daerah
itu merupakan lobus minosy resistance maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra abdominal meingkat benda berat, mengejan
saat defekasi dan mengejan pada saat miksi, menjadi akibathipertropi
prostal. Hernia juga bisa terjadi karena hasil dari adanya defek (lubang)
bisa terjadi karena kalainan kongenital. Biasanya hernia bersifat
kongenital dan disebabkan oleh kegagalan penutupan procesus
vaginalis (kantog hernia). Hernia bisa terjadi jika terdapat defek
tersebut dan adanya tekanan intra abdominal (Dermawan, dkk. 2010).
12

1. WOC Hernia

Faktor pencetus, bayi premature, kelemahan


Dinding abdominal, intraabdominal tinggi, Hernia
Adanya tekanan.

Hernia umbilikaslis Hernia paraumbilikalis Hernia Inguinalis


Congenital
Kantung hernia melewati Kantung hernia memasuki
Masuknya omentum dinding abdomen celah inguinal
Intestinal ke kantong
Umbilikalis Prostusi hilang timbul Dinding posterior canalis
Inguinal yg lemah
Gangguan suplai darah Ketidaknyaman
Ke intestinal abdominal Benjolan pada region
Inguinal
Nekrosisv intestinal Intervensi bedah
Relative/konservvatif Diatas ligamentum
Inguinal mengecil bila
MK: Resti Infeksi berbaring

Pembedahan

Insisi bedah Asupan gizi kurang Mual

Terputusnya jaringan Peritaltic usus menurun Nafsu makan


Syarat menurun
MK; Konstipasi

MK: Nyeri Intake makanan


inadekuat
Keterbatasan gerak

MK: Imobilisasi fisik

Sumber : Nurarif, (2015).


13

6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada hernia adalah:
1. Ileus
2. Terjadi peningkatan antara isi hebura dengan dinding kartona hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
3. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat makin bertambah/
banyaknya usus yang masuk.
4. Bila inkaserata dibiarkan maka akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis (Darmawan, dkk.
2010).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia
adalah:
1. Lab darah: hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
2. Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
3. Foto rontgen dan barium (Dermawan, dkk. 2010).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
1. Terapi konservatif pada hernia reponibel dilakukan tekanan sacara
terus-menerus pada benjolan seperti dengan bantal pasir, pasien tidur
dengan pada posisi supine antitrendernburg atau memakai korset.
2. Terapi pembedahan dapat dilakukan herniotomi dan herniografi
(menjahit kantong hernia). Tindakan pembedahan lebih efektif pada
hernia reponibel karena dikhawatirkan terjadi komplikasi. Kondidi
usus harus diperhatikan pada hernia inkarserata atau stranglata, bila
terjadi nekrosis harus direseksi.
Metode pembedahan antara lain:
a. Perbaikan bassini: kantung indirect dibuka, diperiksa dan diligasi.
Bagian inguinalis diperkuat dengan menjahit fascia tranversalis
pada ligamentum inguinlis di belakang funikulus.
b. Ligasi tinggi kantong hernia: merupakan tindakan pada hernia
14

inguinalis pada bayi dan anak.


c. Perbaikan shoudice: Fascia transversal dibagi secara longitudinal
dan kedua lembaran diimbrikasi pada ligamentum inguinal.
Perbaikan diperkuat dengan menjahit musculus obligus internus
dan conjoined tendon pada opneurosisi obligusternus, untuk
hernia direct dan indirect.
Pada inkontabilitas, maka diusahakan agar isi hernia
dimasukkan kembali. Pada penderita istirahat baring dan dipuasakan
atau mendapat diit halus. Herniotomi (memotong hernia), herniorapi
(menjahit kantung hernia) tetapi disritmik adalah pembedahan,
kantung hernia tidak pevil di eksisi tetapi cukup dikembalikan ke
dalam rongga perut (Dermawan, dkk. 2010).

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Op Hernia


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan cara mengumpulkn data, mengelompokkan
dan menganalisa sehingga didapatkan masalah dan kebutuhan untuk
perawatan. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberikan
gambaran secara terus-menerus mengenai kesehatan yang
memungkinkan perawat merencanakan asuhan keperawatan. Langkah
pertama dalam pengkajian adalah mengumpulkan data.
Pemeriksaan fisik : Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik
mencakup:
1. Nyeri tekan abdomen
2. Adanya luka insisi
3. Perubahan warna
4. Turgor kulit dan tidak adanya gangguan
5. Lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang dan metode yang
digunakan oleh pasien untuk mengatasi gejala, serta efeknya juga
diidentifikasi. (Dermawan, dkk, 2010)
15

Data pengkajian yang diperoleh:


1. Aktivitas
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat,
duduk yang terlalu lama.
Tanda : Atrosi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan
dalam benjolan.
2. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
3. Integritas ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralitik, ansietas masalah
pekerjaan finansial keluarga.
Tanda : Cemas, depresi, menghindar dari keluarga.
4. Neurosensori
Gejala : Kesemutan, ketakutan, kelemahan
Tanda : Kelemahan otot, nyeri tekan/ spasme otot para vertebralis.
5. Nyeri
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau
Tanda : Perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-
pincang (Nurarif, 2015).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pengertian

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang


respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah
kesehatan actual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan atau
sesuai dengan kewenangan perawat, semua diagnose keperawatan
harus di dukung oleh data (Nursalam, 2008).
2. Tujuan Pencatatan Diagnosa Keperawatan
a. Menyediakan definisi yang tepat dalam memahami kebutuhan
klien bagi semua anggota tim pelayanan kesehatan
16

b. Memungkinkan perawat untuk mengkomunikasi apa yang


mereka lakukan sendiri, dengan profesi pelayanan kesehatan
yang lain.
c. Membedakan peran perawat dari dokter atau penyelenggara
pelayanan kesehatan lain.
d. Membantu perawat berfokus pada bidang praktik keperawatan.
e. Membantu mengembangkan pengetahuan keperawatan.
3. Tipe diagnosa keperawatan
a. Fokus terhadap reaksi atau respon klien terhadap tindakan
keperawatan dan tindakan medis lainya
b. Orientasi pada kebutuhan dasar individu
c. Berubah sesuai perubahan respon klien
d. Mengarah pada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan
tindakan dan evaluasinya
e. Diagnosa keperawatan melengkapi diagnosa medis
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan post op hernia menurut Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI), (2017) antara lain yaitu :
No Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive atau
kerusakan integritas kulit.
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
sekunder terhadap efek anesthesia.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan program
pembatasan gerak

3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur operasi
17

a. NOC
Pain level, pain control, comfort level
Klien melaporkan nyeri berkurang, mampu mengontrol nyeri,
mampu mengenali nyeri dan menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang.
b. Intervensi
NIC : Pain management
No Intervensi Rasionalisasi
1. Observasi nyeri, perhatikan Pengkajian nyeri mendasari bagi
lokasi, intensitas (skala 1- perencanaan intervensi
10). keperawatan.
2. Latih klien menggunakan Latihan pernafasan dan tehnik
metode distraksi. relaksasi menurunkan
konsumsi O2, frekuensi nafas,
frekuensi jantung, ketegangan
otot yang menghentikan siklus
nyeri.
3. Ubah posisi yang nyaman, Posisi yang tepat dapat
misalnya posisi semifowler mengurangi stres pada area
dengan bagian lutut insisi.
ditopang dengan bantal.
4. Pantau tanda-tanda vital Untuk mengetahui perubahan
tiap 4 jam. KU pasien.
5. Berikan tindakan Rangsang kutan mengaktifkan
kenyamanan (sentuhan serabut besar yang bereaksi
terapeutik, pengubahan terhadap nyeri yang mengatur
posisi, pijatan punggung) pesan nyeri yang dibawa oleh
serabut kecil.
6. Kolaborasi dengan tim Obat-obat anti inflamasi non
medis dalam pemberian steroid dianjurkan untuk nyeri
analgetic sesuai indikasi. pasca operasi ringan sampai
sedang.
18

2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive atau


kerusakan integritas kulit.
a. NOC
Immune status, infection control, risk control
Klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi, menunjukkan
kemampuan untuk mencegah infeksi, leukosit normal.
b. Intervensi
NIC : Infection control
No Intervensi Rasionalisasi
1. Observasi adanya tanda- Sebagai respon jaringan
tanda infeksi terhadap infiltrasi pathogen
dengan peningkatan darah dan
aliran limfe, penurunan
epitelisasi, peningkatan suhu
tubuh oleh rangsangan
hipotalamus.
2. Pantau tanda-tanda vital, Untuk mengetahui perubahan
perhatikan demam ringan keadaan umum pasien.
menggigil, nadi dan
pernafasan cepat, gelisah,
peka, disorientasi.
3. Ganti balutan secara sering Dapat mencegah masuknya
dengan tehnik aseptik mikro organisme ke dalamluka
dan mengurangi resiko
transmisi infeksi pada orang
lain
4. Selalu mencuci tangan Dengan cuci tangan dapat
sebelum dan sesudah mencegah terjadinya resiko
melakukan perawatan luka infeksi pada luka
pasien
5. Anjurkan klien untuk Untuk memperbaiki jaringan
makan TKTP tubuh harus meningkatkan
19

masukan protein dan


karbohidrat serta hidrasi
adekuat untuk transport
vaskuler dari oksigen dan zat
sampah
6. Kolaborasi pemberian Sebagai penghambat
antibiotik pertumbuhan dan pembunuh
mikro organisme pada luka,
sehingga luka bersih dan
terbebas dari infeksi

3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus sekunder


terhadap efek anesthesia.
a. NOC
Bowel elimination, hydration
Klien mampu mempertahankan bentuk feces lunak, bebas dari
ketidaknyamanan dan konstipasi, feces lunak.
b. Intervensi
NIC : Constipation
No Intervensi Rasionalisasi
1. Observasi adanya distensi, Untuk mengetahui kemampuan
nyeri, dan pembatasan klien dalam bergerak
pasien dalam melakukan
mobilisasi
2. Sarankan klien untuk Gerak fisik miring kanan/kiri
melakukan mobilisasi merangsang eliminasi usus
secara dini dengan memperbaiki tonus otot
abdomen dan merangsang
nafsu makan dan peristaltic
usus
3. Sarankan untuk makan diit seimbang tinggi serat
makanan tinggi serat merangsang peristaltik
20

segera setelah peristaltik


aktif kembali
4. Sarankan klien minum Minum yang cukup perlu
banyak sesuai anjuran untuk mempertahankan pola
dokter BAB dan meningkatkan
konsistensi feses

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan program pembatasan


gerak
a. NOC
Join movement active, mobility level, transfer performance
Pasien dapat meningkat dalam aktivitas fisik, bantu untuk
mobilisasi (walker).
b. Intervensi
NIC : Exercvise therapy : Ambulation
No Intervensi Rasionalisasi
1. Berikan aktivitas yang Imobilitas yang dipaksakan
disesuaikan dengan pasien dapat memperberat keadaan
2. Anjurkan pasien untuk Partisipasi pasien akan
beraktivitas sehari-hari meningkatkan kemandirian
dalam keterbatasan pasien pasien
3. Anjurkan keluarga dalam Keterbatasan aktivitas
melakukan meningkatkan bergantung pada kondisi yang
kemandirian pasien khusus tetapi biasanya
berkembang dengan lambat
sesuai toleransi
4. Kolaborasi dalam Obat dapat meningkatkan rasa
pemberian obat nyaman dan kerja sama pasien
selama melakukan aktivitas

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan klien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
21

keperawatan yang berfokus pada klien dan berorientasi pada hasil,


sebagaimana digambarkan dalam perencanaan. Fokus utama dari
komponen implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan yang
aman dan individual dengan pendekatan multifokal (Christensen &
Kenney, 2009).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis
dalam mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan
membandingkangkan status kesehatan klien dengan kriteria hasil yang
diinginkan, serta menilai derajat pencapai hasil klien. Evaluasi adalah
suatu aktivitas yang terus menerus (Christensen & Kenney, 2009).
Metode evaluasi dengan pendekatan SOAP, yaitu :
a. Subjective adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari
pasien setelah tindakan yang diberikan
b. Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan
c. Analisi adalah membandingkan antara informasi sebjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi
d. Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.

Anda mungkin juga menyukai