Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Tn “A” DENGAN


MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG
BAJI ATI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Oleh :
Eka Asriyani Said
NS0622010

CI Lahan CI Institusi

NIDN. NIDN.

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES)
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
1.1 Laporan Pendahuluan
1.1.1 Konsep Penyakit/Kasus
1.1.2 Definisi Kasus
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan
hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses
metabolisme tubuh secara terus - menerus. Oksigen diperoleh dari
atmosfer melalui proses bernapas. Pada atmosfer, gas selain oksigen
juga terdapat karbon dioksida (CO), nitrogen (N), dan unsur – unsur
lain seperti argon dan helium. (Wartonah & Tarwoto, Kebutuhan
Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5, 2015)
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk keselamatan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
(Hidayat & Uliyah, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2
Buku 1, 2014)
1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian atas, penyakit asma.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transpor O2 terganggu seperti pada
hipotensi, syok, dan dehidrasi.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,
demam, ibu hamil, luka, dan penyakit hipertiroid.
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada
seperti pada kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang
abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
2) Bayi dan toddler : adanya resiko infeksi pernapasan akur.
3) Anak usia sekolah dan remaja : risiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit
janung dan paru-paru.
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan
eskpansi paru menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga
daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arteriosklerosis.
2) Latihan : dapat meningkatkan kebutuhan oksigen karena
meningkatnya metabolisme.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
4) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan) :
menyebabkan intake nutrisi-Fe menurun mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat dengan
meningkatkan hormon kortisol, serta hormon epinefrin dan
norepinefrin.
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja (polusi), polusi udara merusak ikatan
hemoglobin dengan oksigen, sedangkan zat polutan dapat
mengiritasi mukosa saluran pernapasan.
2) Temperatur lingkungan, suhu yang panas akan
meningkatkan konsumsi oksigen tubuh.
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut, semakin tinggi
suatu tempat kandungan oksigen makin berkurang.
(Wartonah & Tarwoto, Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan Edisi 5, 2015)
2. Anatomi Sistem Pernafasan
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri
atas saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru.
(Hidayat & Uliyah, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2
Edisi 2, 2015)
a. Saluran Pernapasan Bagian Atas
1) Hidung
Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang
masuk melalui hidung dan bulu yang ada dalam vestibulum
(bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan dan
dilembabkan.
2) Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang
dari dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak di
belakang nasofaring (dibelakang hidung), dibelakang mulut
(orofaring), dan belakang laring (laringo faring).
3) Laring (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang
terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama
ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang
bersambung di garis tengah.
4) Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas
membantu menutup laring pada saat proses menelan.
b. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan
udara dan memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas sebagai
berikut : (Hidayat & Uliyah, Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia Buku 2 Edisi 2, 2015)
1) Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki
panjang kurang lebih 9cm yang dimulai dari laring sampai
kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima.
2) Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari
trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri.
3) Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
c. Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.
Paru terletak dalam rongga setinggi tulang selangka sampai
dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa bagian diselaputi
oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh
cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.
3. Fisiologi Sistem Pernafasan
1. Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
2. Difusi gas merupakan pertukaran gas antara oksigen dialveoli
dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli.
3. Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler.
(Hidayat & Uliyah, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2
Edisi 2, 2015)
4. Jenis Pernafasan
a. Pernafasan Eksternal
Pernafasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan
keluarnya CO2 dari tubuh, disebut juga dengan pernafasan biasa.
Prosesnya dimulai dari oksigen masuk melalui hidung dan mulut
pada saat bernafas, kemudian oksigen masuk melalui faring dan
laring menuju trakea ke bronkus lanjut ke alveoli (inspirasi),
selanjutnya oksigen menembus membran yang akan diikat oleh
Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah
merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian
meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg. Karbon
dioksida sebagai hasil buangan metaboisme menembus membran
kapiler darah ke alveoli, dan melalui bronkial ke trakea lanjut
laring dan faring dikeluarkan melalui hidung dan mulut
(ekspirasi).
b. Pernafasan Internal
Pernafasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas
antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering
melibatkan proses metabolisme tubuh, atau juga dapat dikatakan
bahwa proses pernafasan ini di awali dengan darah yang telah
menjenuhkan Hbnya kemudian mengitari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler dan bergerak sangat lambat. Sel
jaringan mengambil oksigen dari Hb dan darah menerima karbon
dioksida sebagai hasil buangannya. (Haswita & Sulistyowati,
2017)
5. Tipe Kekurangan Oksigen Dalam Tubuh
a. Hipoksemia
Merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2)
di bawah normal (normal PaO2 85 – 100 mmHg, SaO2 95%).
b. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau
tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat
defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya
penggunaan oksigen pada tingkat seluler.
c. Gagal napas
Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh
memenuhi kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan
kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan
pertukaran gas CO2 dan O2.
d. Perubahan Pola Napas
Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang
dewasa sekitar 12-20x/m, dengan irama teratur serta inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi. Pernapasan normal disebut eupnea.
Perubahan pola napas dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
1) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien
dengan asma.
2) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.
3) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari
normal dengan frekuensi kurang dari 16x/m.
4) Kussmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan
inspirasi sama, sehingga pernapasan menjadi lambas dan
dalam, misalnya pada pasien koma dengan penyakit diabetes
melitus dan uremia.
5) Cheyne-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam
kemudian berangsur – angsur dangkal dan diikuti periode
apnea yang berulang secara teratur. Misalnya pada keracunan
obat bius, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
6) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa
apnea dengan periode yang tidak teratur, misalnya pada
meningitis. (Wartonah & Tarwoto, Kebutuhan Dasar Manusia
dan Proses Keperawatan Edisi 5, 2015)
1.1.3 Patofisiologi
Gangguan-Gangguan pada Fungsi Pernafasan
1. Perubahan Pola nafas
a. Takipnea
Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada
kondisi demam, asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus
hiperkapnia atau hipoksemia.
b. Bradipnea
Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat
pada orang yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan
pada kasus alkalosis metabolic, dan lain-lain.
c. Apnea
Biasanya juga disebut dengan henti napas.
d. Hiperventilasi
Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini
terjad saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk
pembuangan karbondioksida.
e. Hipoventilasi
Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini
terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolic untuk penyaluran oksigen dan pembuangan
karbondioksida.
f. Pernapasan Kusmal
Salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolic.
g. Orthopnea
Ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau
berdiri.
h. Dispnea
Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas
1.1.4 Pemeriksaan Penunjang
1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung :
a) EKG
b) Exercise stress test.
2) Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah :
a) Echocardiography.
b) Kateterisasi jantung.
c) Angiografi.
3) Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi :
a) Tes fungsi paru-paru dengan spirometri.
b) Tes astrup.
c) Oksimetri.
d) Pemeriksaan darah lengkap.
4) Melihat struktur sistem pernapasan :
a) Foto toraks (sinar x)
b) Bronkoskopi.
c) CT scan paru.
5) Menentukan sel abnormal/infeksi sistem pernapasan :
a) Kultur aspus tenggorok.
b) Sitologi.
c) Spesimen sputum (BTA). (Wartonah & Tarwoto, Kebutuhan
Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5, 2015)
1.1.5 Konsep Tindakan Keperawatan yang Diberikan
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi Keperawatan
d. Implementasi Keperawatan
e. Evaluasi Keperawatan
1.2 Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Masalah pernapasan yang pernah dialami :
a) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
b) Pernah mengalami batuk dengan sputum.
c) Pernah mengalami nyeri dada aktivitas apa saja yang
menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
2) Riwayat penyakit pernapasan :
a) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TB, dan
lain-lain ?
b) Bagaimana frekuensi setiap kejadian ?
3) Riwayat kardiovaskuler :
a) Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah.
b) Gagal jantung, infrak miokardium.
4) Gaya hidup :
a) Merokok, keluarga perokok, atau lingkungan kerja dengan
perokok.
b) Penggunaan obat-obat dan minuman keras.
c) Konsumsi tinggi kolesterol.
5) Keluhan saat ini
a) Adanya batuk.
b) Adanya sputum.
c) Sesak napas, kesulitan bernapas.
d) Intoleransi aktivitas.
e) Perubahan pola pernapasan.
6) Pemeriksaan Fisik
a) Mata
1. Konjungtiva pucat (karena anemia).
2. Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia).
3. Konjungtiva terdapat pethechial (karena emboli lemak
atau endokarditis).
b) Kulit
1. Sianosis perifer (vasokonstriksi dan menurunnya aliran
darah perifer).
2. Sianosis secara umum (hipoksemia).
3. Penurunan turgor (dehidrasi).
4. Edema.
5. Edema periorbital.
c) Jari dan Kuku
1. Sianosis.
2. Jari tabuh (clubbing finger).
d) Mulut dan Bibir
1. Membran mukosa sianosis.
2. Bernapas dengan mengerutkan mulut.
e) Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
f) Leher
1. Adanya distensi/bendungan vena jugularis.
2. Pemasangan trakeostomi.
g) Dada
1. Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan
aktivitas pernapasan, dispnea, atau obstruksi jalan
pernapasan).
2. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3. Taktil fremitus, thrill (getaran pada dada karena udara/
suara ,melewati saluran/ rongga pernapasan).
4. Suara napas normal (vesikular, bronkovesikuler,
bronkial).
5. Suara napas tidak normal (cracles/rales, ronkhi, wheezing,
friction rubl pleural friction).
6. Buni perkusi (resonan, hiperesonan, dullness).
h) Pola Pernapasan
1. Pernapasan normal (eupnea).
2. Pernapasan cepat (takipnea)
3. Pernapasan lambat (bradipnea).
4. Pernapasan biot.
5. Pernapasan kussmaul.
6. Pernapasan chyne-stokes.
1.3 Diagnosa Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis pada masalah
kesehatan , pada resiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan.
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b. Gangguan Pertukaran Gas
c. Pola Nafas Tidak Efektif
d. Risiko Aspiras
1.4 Intervensi Keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Latihan Batuk Efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Identifikasi kemampuan batuk
keperawatan 2x24 jam diharapkan - Monitor adanya retensi sputum
bersihan jalan nafas meningkat dengan - Monitor tanda dan gejala infeksi
kriteria hasil : saluran napas
- Batuk efektif meningkat - Monitor input dan output cairan
- Produksi sputum menurun (mis.jumlah dan karakteristik)
- Mengi menurun - Atur posisi semo fowler atau fowler
- Wheezing menurun - Pasang perlak dan bengkok di
- Dispnea menurun pangkuan pasien
- Ortopnea menurun - Buang sekret pada tempat sputum
- Sulit bicara menurun - Edukasi
- Sianosis menurun - Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
- Gelisah menurun efektif
- Frekuensi napas membaik - Anjurkan tarik napas dalam melalui
- Pola napas membaik hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3

2. Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor frekuensi, irama,
keperawatan 2x24 jam diharapkan kedalaman dan upaya napas
pertukaran gas meningkat dengan kriteria - Monitor pola napas (seperti
hasil : bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
- Dispnea menurun kussmaul, cheyne-stokes, biot,
- Bunyi napas tambahan menurun ataksik)
- Takikardi menurun - Monitor kemampuan batuk efektif
- Pusing menurun - Monitor adanya produksi sputum
- Penglihatan kabur menurun - Monitor adanya sumbatan jalan
- Diaforesis menurun napas
- Gelisah menurun - Palpasi kesimetrisan eskpansi paru
- Napas cuping hidung menurun - Asukultasi bunyi napas
- PCO2 membaik - Auskultasi bunyi napas
- PO2 membaik - Monitor saturasi oksigen
- Pola napas membaik - Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.

3. Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor pola napas (frekuensi,
keperawatan 2x24 jam diharapkan pola kedalaman, usaha napas)
nafas membaik dengan kriteria hasil : - Monitor bunyi napas tambahan
- Dispnea menurun (mis.gurgling, mengi, wheezing,
- Penggunaan otot bantu napas ronkhi kering)
menurun - Monitor sputum (jumlah, warna,
- Pemanjangan fase ekspirasi aroma)
menurun - Pertahankan kepatenan jalan napas
- Pernapasan cuping hidung menurun dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
- Ortopnea menurun thrust jika curiga trauma servikal)
- Frekuensi napas membaik - Posisikan semi fowler atau fowler
- Kedalam napas membaik - Berikan minum hangat
- Tekanan ekspirasi membaik - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Tekanan inspirasi membaik - Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
- Berikan oksigen, jika perlu.
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
4. Resiko Aspirasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor tingkat kesadaran, batuk,
keperawatan 2x24 jam diharapkan tingkat muntah dan kemampuan menelan
aspirasi menurun dengan kriteria hasil : - Monitor status pernapasan
- Tingkat kesadaran meningkat - Monitor bunyi napas, terutama
- Kemampuan menelan meningkat setelah makan/minum
- Kebersihan mulut meningkat - Posisikan semi fowler (30-45
- Dispnea menurun derajat) 30 menit sebelum
- Akumulasi secret menurun memberi asupan oral
- Wheezing menurun - Pertahankan kepatenan jalan
- Batuk menurun napas (mis.teknik head tilt chin
- Sianosis menurun lift, jaw thrust, in line)
- Gelisah menurun - Lakukan penghisapan jalan napas,
- Frekuensi napas membaik jika produksi sekret meningkat
- Sediakan suction di ruangan
- Hindari memberi makan melalui
selang gastrointestinal, jika residu
banyak
- Berikan makanan dengan ukuran
kecil atau lunak
- Berikan obat oral dalam bentuk
cair
- Anjurkan makan secara perlahan
- Ajarkan strategi mencegah
aspirasi
- Ajarkan teknik mengunyah atau
menelan, jika perlu.
1.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncakan dalam rencana
perawat. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen)
dan tindakan kolaborasi. (Wartonah & Tarwoto, 2015)
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan
khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi. (Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2011)
1.6 Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat harus
mempersiapkan untuk mengubah recana jika tidak berhasil. (Widianti
A. T. & Saryono, 2011)
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan terapi
dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan dan hasil
yang diinginkan dan rencana asuhan keperawatan. (Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2011)
Evaluasi di susun menggunakan SOAP dimana:
S (Subjek ) : Ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O (Objektif) : Keadaan objektif yang dapat didentifikasi oleh
perawat menggunakan pengamatan yang
objektif.
A (Assesment) : Analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif.
P (Planing) : Perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa


Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi
2 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku
2 Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2011). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses & Praktik Edisi 7 Volume 1. Jakarta: ECG.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Wartonah, & Tarwoto. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Wartonah, & Tarwoto. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Widianti, A. T., & Saryono. (2011). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai