GANGGUAN ELIMINASI
DISUSUN OLEH :
DIAN HARIANI CHANDRA NINGTYAS
P27220019197
Inkontinensia Urin
b. Retensi Urine
Kerusakan Medula
spinalis TH12-L1,
kerusakan saraf simpatis
dan parasimpatis
Retensi urin
2. Gangguan Eliminasi Fekal
a. Konstipasi
Diet rendah serat, asupan cairan kurang, Penggunaan obat-obatan tertentu (seperti,
kondisi psikis, kondisi metabolik, dan gol. Opiat)dan mengandung AL dan Ca
penyakit yang di derita
Rangsangan refleks
penyebab rekto anal
Diperlukan rangsangan
yang lebih kuat untuk
mendorong feses
KONSTIPASI
b. Diare
DIARE
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Gangguan eleminasi urine
Pemeriksaan sistem perkemihan dapat mempengaruhi berkemih.
Prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan
saluran kemih seperti IVP (intravenous pyelogram), yang dapat
membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Klien
tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi cairan per oral sebelum tes
dilakukan. Pembatasan asupan cairan umumnya akan mengurangi
pengeluaran urine. Selain itu pemeriksaan diagnostik seperti tindakan
sistoskop yang melibatkan visualisasi langsung struktur kemih dapat
menimbulkan edema lokal pada uretra dan spasme pada sfingter kandung
kemih. Klien sering mengalami retensi urine setelah menjalani prosedur
ini dan dapat mengeluarkan urine berwarna merah atau merah muda
karena perdarahan akibat trauma pada mukosa uretra atau mukosa
kandung kemih. Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan sebagai
berikut :
a. Pemeriksaan urine ( urinalisis)
1) Warna urine normal yaitu jernih
2) pH normal yaitu 4,6-8,0
3) glukosa dalam keadaan normal negatif
4) Ukuran protein normal sampai 10 mg/100ml
5) Keton dalam kondisi normal yaitu negatif
6) Berat jenis yang normal 1,010-1,030
7) Bakteri dalam keadaan normal negatif
b. Pemeriksaan darah meliputi : HB, SDM, kalium, natrium, pencitraan
radionulida, klorida, fosfat dan magnesium meingkat.
c. Pemeriksaaan ultrasound ginjal
d. Arteriogram ginjal
e. EKG
f. CT scan
g. Enduorologi
h. Urografi
i. Ekstretorius
j. Sistouretrogram berkemih
2. Gangguan eleminasi fekal
Pemeriksaan diagnostik, yang melibatkan yang melibatkan
visualisasi struktur saluran GI, sering memerlukan dikosongkannya isi
dibagian usus. Klien tidak diizinkan untuk makan atau minum stelah
tengah malam jika esoknya akan dilakukan pemeriksaan, seperti
pemeriksaan yang menggunakan barium enema, endoskopi saluran GI
bagian bawah, atau serangkaian pemeriksaan saluran GI bagian atas.
Pada kasus penggunaan barium enema atau endoskopi, klien biasanya
menerima katartik dan enema. Pengosongan usus dapat mengganggu
eliminasi sampai klien dapat makan dengan normal.
Prosedur pemeriksaan menggunakan barium menimbulkan masalah
tambahan. Barium mengeras jika dibiarkan di dalam saluran GI. Hal ini
dapat menyebabkan konstipasi atau impaksi usus. Seorang klien harus
menerimakatartik untuk meningkatkan eliminasi barium setelah prosedur
dilakukan. Klien yang menglami kegagalan dalam mengevakuasi semua
barium, mungkin usus klien perlu dibersihkan dengan menggunakan
enema. Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada gangguan
eleminasi fekal yaitu :
a. Anuskopi
b. Prosktosigmoidoskopi
c. Rontgen dengan kontras
d. Pemeriksaan laboratorium feses
e. Pemeriksaan fisik
1) Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang, hanya
pada bagian yang tampak saja.
- Inspeksi, amati abdomen untuk melihat bentuknya,
simetrisitas, adanya distensi atau gerak peristaltik.
- Auskultasi, dengan bising usus, lalu perhatikan intensitas,
frekuensi dan kualitasnya.
- Perkusi, lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui
adanya distensi berupa cairan, massa atau udara. Mulailah
pada bagian kanan atas dan seterusnya.
- Palpasi, lakukan palpasi untuk mengetahui kostitensi
abdomen serta adanya nyeri tekan atau massa dipermukaan
abdomen.
2) Rektum dan anus, pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi
atau sims.
3) Feses, amati feses klien dan catat konstitensi, bentuk, bau,
warna, dan jumlahnya.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Gangguan eleminasi urine
a. Penatalaksanaan medis inkontinensia urine yaitu:
1) Pemanfaatan kartu berkemih
2) Terapi non famakologi
3) Terapifarmakologi
4) Terapipembedahan
5) Modalitas lain
b. Penatalaksanaan medis retensi urine yaitu :
1) Kateterisasi uretra.
2) Dilatasi uretra dengan boudy.
3) Drainage suprapubik.
2. Gangguan Eliminasi Fekal
1. Penatalaksanaan medis konstipasi :
a. Pengobatan non-farmakologis
b. Pengobatan farmakologis
2. Penatalaksanaan medis diare :
a. Pemberian cairan
b. Pengobatan dietetik (cara pemberian makanan)
c. Obat- obatan
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada kebutuhan eleminasi urine meliputi :
1. Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan mencakup tinjauan ulang pola eleminasi dan
gejala-gejala perubahan urinarius serta mengkaji faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi klien untuk berkemih secara normal.
a. Pola perkemihan
Perawat menanyakan pada klien mengenai pola berkemih hariannya,
tremasuk frekuensi dan waktunya, volume normal urine yang
dikeluarkan setiap kali berkemih, dan adanya perubahan yang terjadi
baru-baru ini. Frekuensi berkemih bervariasi pada setiap individu
dan sesuai dengan asupan serta jenis-jenis haluaran cairan dari jalur
yang lain. Waktu berkemih yang umum ialah saat bangun tidur,
setelah makan, dan sebelum tidur. Kebanyakna orang berkemih rata-
rata sebanyak lima kali atau lebih dalam satu hari. Klien yang sering
berkemih padamalam hari kemungkinan mengalami penyakit ginjal
atau pembesaran prostat. Informasi tentang pola berkemih
merupakan dasar yang tidak dapat dipungkiri untuk membuat suatu
perbandingan. Dibawah merupakan gejala umum pada perubahan
perkemihan :
1) Urgensi : merasakan kebutuhan untuk segera berkemih
2) Disuria : merasa nyeri atau sudut berkemih
3) Frekuensi : berkemih dengan sering
4) Keraguan : sulit memulai berkemih
5) Poliuria : mengeluarkan sejumlah besar urine
6) Oliguria : haluaran urine menurun dibandingkan cairan yang
masuk ( biasanya kurang dari 400 ml dalam 24 jam )
7) Nukturia : berkemih berlebihan atau sering pada malam hari
8) Dribling ( urine yang menetes) : kebocoran atau rembesan urine
walaupun ada kontrol terhadap pengeluaran urine.
9) Hematuria : terdapat darah dalam urine
10) Retensi : akumulasi urine di dalam kandung kemih disertai
ketidakmampuan kandung kemih untuk benar-benar
mengosongkan diri
11) Residu urine : volume urine yang tersisa setalah berkemih (
volume 100 ml atau lebih )
b. Gejala perubahan perkemihan
Gejala tertentu yang khusus terkait dengan perubahan perkemihan,
dapat timbul dalam lebih dari satu jenis gangguan. Selama
pengkajian, perawat menanyakan klien tentang gejala-gejala yang
tertera. Perawat juag mengkaji pengetahuan klien mengenai kondisi
atau faktor-faktor yang mempresipitasi atau memperburuk gejala
tersebut.
c. Faktor yang mempengaruhi perkemihan
Perawat merangkum faktor-faktor dalam riwayat klien, yang dalam
kondisi normal mempengaruhi perkemihannya, seperti usia, faktor-
faktor lingkungan dan riwayat pengobatan.
2. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik memungkinkan perawat untuk menentukan keberadaan
dan tingkat keparahan masalah eleminasi urine.organ utama yang ditinjau
kembali meliputi kulit, ginjal, kandung kemih, dan uretra.
3. Pengkajian urine
Pengkajian urine dilakukan dengan mengukur asupan cairan dan haluaran
urine serta mengobservasi karakteristik urine klien.
a. Asupan dan haluaran
b. Karatekristik urine
c. Pemeriksaan urine
2. Pengkajian fisik
Perawat melakukan pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang
kemungkinan dipengaruhi oleh adanya masalah eleminasi. Ada beberapa
pemeriksaan fisik pada seorang klien yaitu :
a. Mulut : inspeksi gigi, lidah, dan gusi klien.
b. Abdomen : perawat menginspeksi keempat kuadaran abdomen untuk
melihat warna, bentuk, kesimetrisan, dan warna kulit..
c. Rektum : perawat menginspeksi daerah sekitar anus untuk melihat
adanya lesi, perubahan warna, inflamasi dan hemoroid.
3. Karakteristik feses
a. Warna yang normal : kuning (bayi), cokelat (dewasa)
b. Bau yang normal : menyengat yang dipengaruhi oleh tipe makanan
c. Konsistensi yang normal : lunak, berbentuk
d. Frekuensi yang normal : bervariasi ; bayi 4-6 kali sehari ( jika
mengonsumsi ASI) atau 1-3 kali sehari ( jika mengonsumsi susu
botol ) ; orang dewasa setiap hari atau 2-3 kali seminggu
e. Jumlah yang normal : 150 gr per hari ( orang dewasa)
f. Bentuk yang normal : menyerupai diameter rektum
g. Unsur-unsur yang normal : makanan tidak dicerna, bakteri mati,
lemak, pigmen empedu, sel-sel yang melapisi mukosa usus, air
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisis kandungan feses : untuk mengetahui kondisi patologis
seperti : tumor, perdarahan dan infeksi.
b. Tes Guaiak : pemeriksaan darah samar di feses yang mengitung
jumlah darah mikroskopik di dalam feses.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Eliminasi Urine
a. Retensi urine
Definisi : pengosongan kandung kemih tidak komplet.
Batasan karakteristik :
1) Tidakadahaluaran urine
2) Distensikandungkemih
3) Menetes
4) Disuria
5) Seringberkemih
6) Inkotinensiaaliranberlebih
7) Residu urine
8) Sensasikandungkemihpenuh
9) Berkemihsedikit
Batasan Karakteristik :
1) Nyeri abdomen
2) Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot.
3) Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resistensi otot.
4) Anoreksia
5) Penampilan tidak khas pada lansia (misal, perubahan pada
status mental, inkontinensia urinarius, jatuh yang tidak ada
penyebabnya, peningkatan suhu tubuh
6) Borborigmi
7) Darah merah pada feses.
8) Perubahan pada pola defekasi
9) Penurunan frekuensi.
10) Penurunan volume feses.
11) Distensi abdomen
12) Rasa rectal penuh.
13) Rasa tekanan rektal.
14) Keletihan umum
15) Feses keras dan berbentuk
16) Sakit kepala
17) Bising usus hiperaktif.
18) Bising usus hipoaktif.
19) Peningkatan tekanan abdomen
20) Tidak dapat makan.
21) Mual.
22) Rembesan feses cair.
23) Nyeri pada saat defekasi.
24) Masa abdomen yang dapat diraba.
25) Masa rektal yang dapat diraba.
26) Adanya feses lunak, seperti pasta di dalam rektum.
27) Perkusi abdomen pekak.
28) Sering flatus.
29) Mengejan pada saat defekasi.
30) Tidak dapat mengeluarkan feses.
31) Muntah.
Psikologis :
1) Depresi.
2) Stresemosi.
3) Konfusi mental.
Mekanis :
1) Ketidakseimbanganelektrolit.
2) Hemoroid
3) PenyakitHirschsprung.
4) Gangguanneurologis
5) Obesitas
6) Obstruksipascabedah
7) Kehamilan
8) Pembesaranprostat
9) Absesrektal
10) Fisura anal rektal
11) Striktur anal rektal
12) Prolapsrektal
13) Ulkus rektal
14) Rektokel
15) Tumor
Fisiologis :
1) Perubahan pola makan
2) Perubahan makanan
3) Penurunan motilitas traktus gastrointestinal
4) Dehidrasi
5) Ketidakadekutan gigi geligi
6) Ketidakadekuatan higiene oral
7) Asupan serat tidak cukup
8) Asupan cairan tidak cukup
9) Kebiasaan makan buruk
b. Diare
Definisi : pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk
Batasan karakteristik :
1) Nyeri abdomen
2) Sedikitnyatiga kali defekasi perhari
3) Kram
4) Bising usus hiperaktif
5) Ada dorongan
Psikologis
1) Ansietas
2) Tingkat stress tinggi
Situasional
1) Efek samping obat
2) Penyalahgunaan alkohol
3) Kontaminan
4) Penyalahgunaan laksatif
5) Radiasi
6) Toksin
7) Melakukan perjalanan
8) Selang makan
Fisiologis
1) Proses infeksi
2) Inflamasi
3) Iritasi
4) Malabsorpsi
5) Parasit
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan Eliminasi Urine
Diagnosa
No Keperawatan yang Tujuan Intervensi Rasional
mungkin muncul
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC