Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DISCHARGE PLANNING DAN PENDIDIKAN KESEHATAN

PADA PASIEN GGK YANG MENJALANI HEMODIALISA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Komprehensif Hemodialisa

Dosen Pengampu Nyayu Nina Putri C,S.Kep.Ners.,M.Kep.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Berliani Luthfiyah (118055) Moch Fajar S (118075)

Dewi Alia R (118058) Sri Rifayanti (118090)

Dina Herlina (118061) Tuti Friwaty B (118093)

Indah Ayu A (118068) Widia Julia P (118096)

Jenna Ristiana (118071) Yana Mulyana (118097)

Mira Tamara (118074)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN 3B

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang
telah diberikan baik berupa kesehatan, waktu, dan segala kemudahan dalam
penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat disusun sebagaimana
mestinya dan selesai tepat pada waktunya. Berkat rahmat beserta karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Konsep Discharge Planning
Dan Pendidikan Kesehatan Pada Pasien GGK Yang Menjalani Hemodialisa.

Tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah keperawatan
komprehensif hemodialisa. Makalah ini secara khusus pembahasannya tentang
discharge planning dan pendidikan kesehatan pada pasien GGK yang menjalani
hemodialisa.

Harapan kami semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman, juga membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga untuk ke depannya kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dengan lebih baik.

Akhir kata kami megucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan melancarkan penyusunan makalah ini.

Bandung, 02 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Discharge planning Pada Pasien GGK Yang Menjalani Hemodialisa................3

2.2 Pendidikan Kesehatan Pada Pasien GGK Yang Menjalani Hemodialisa............5

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................7

3.2 Saran.....................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Nuari & Widayati (2017) dalam dalam Winarni,dkk
(2018) disebutkan bahwa gagal ginjal kronis merupakan penyimpangan
progresif yang gejalanya muncul secara bertahap, biasanya tidak
menimbulkan gejala awal yang jelas. Kegagalan fungsi ginjal pada gagal
ginjal kronis bersifat irreversible dimana tubuh tidak dapat
mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit, kemudian
mengakibatkan uremia. Berdasarkan National Kidney Foundation (NKF)
Kidney Disease Outcome Quality Initiative Guidelines Update tahun 2002,
definisi gagal ginjal kronis (GGK) adalah kerusakan ginjal >3 bulan,
berupa kelainan struktur ginjal, dapat atau tanpa disertai penurunan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG <60 mL/menit/1,73 m2 selama >3 bulan) (Aziz,
Witjaksono, & Rasjidi, 2008 dalam Winarni,dkk 2018)
Kegagalan fungsi ginjal mengakibatkan ketidakmampuan tubuh
membuang sisa metabolisme, hal ini kemudian mengakibatkan timbulnya
berbagai masalah kesehatan. Untuk mengatasi masalah kesehatan yang
terjadi, diperlukan terapi baik farmakologis maupun nonfarmakologis.
Pasien harus melakukan pengobatan terhadap penyakit penyerta,
melakukan hemodialisis dua sampai tiga kali dalam seminggu, serta
melakukan pengaturan asupan makanan (protein, lemak, karbohidrat,
natrium dan mineral). Namun terkadang pasien tidak memahami dan
mematuhi program terapi tersebut. Kurangnya pemahaman dan kepatuhan
pasien dalam melakukan program terapi dapat menyebabkan kondisi
kegawatdaruratan. Oleh karena itu discharge planning menjadi sangat
penting bagi pasien GGK (Aziz et al., 2008 dalam Winarni,dkk 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :

1
a. Bagaimana discharge planning pada pasien GGK yang menjalani
hemodialisa ?
b. Bagaimana pendidikan kesehatan pada pasien GGK yang
menjalani hemodialisa ?

1.3 Tujuan
Tujuan yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana discharge planning pada pasien
GGK yang menjalani hemodialisa
b. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan kesehatan pada pasien
GGK yang menjalani hemodialisa

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Discharge planning Pada Pasien GGK Yang Menjalani Hemodialisa


Menurut Cawthorn, L., (2005) dalam Winarni,dkk (2018)
disebutkan bahwa discharge planning merupakan layanan yang
mempersiapkan pasien untuk mendapatkan kontinuitas perawatan, baik
dalam proses penyembuhan maupun dalam upaya mempertahankan derajat
kesehatan sampai pasien siap kembali ke lingkungan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hardivianty (2017)
diketahui bahwa masih terdapat rumah sakit yang belum maksimal dalam
melaksanakan discharge planning. Beberapa faktor yang menyebabkan
belum maksimalnya pelaksanaan discharge planning tersebut, antara lain:
sumber daya manusia yang belum memahami pentingnya discharge
planning, belum tersedianya standar operasional prosedur (SOP) dan
panduan rencana pemulangan yang sesuai, serta adanya hambatan yang
berasal dari faktor personil yaitu pemberi dan penerima pelayanan.
Kegagalan dalam memberikan discharge planning akan beresiko
terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi fisik. Prevalensi
GGK yang terus mengalami peningkatan mengindikasikan dibutuhkannya
peran tenaga kesehatan untuk memberikan informasi yang cukup kepada
pasien terkait program terapi melalui pelaksanaan discharge planning.
Melalui pelaksanaan discharge planning yang baik diharapkan kualitas
hidup pasien dapat optimal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni,dkk (2018) di
RSUD Kota Salatiga, hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat
yang paling penting dalam pelaksanaan discharge planning adalah :
1. Peran perawat sebagai dukator
Dalam menjalankan peran educator perawat membantu pasien
untuk mampu merawat dirinya dan memiliki pengetahuan terkait
perawatan yang harus dilakukan setelah pulang dari Rumah Sakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui peran educator

3
pasien mampu melakukan diet sesuai anjuran dan mampu
menangani efek samping cuci darah secara mandiri dirumah. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ana Maria pada
tahun 2014 mengenai Hubungan Persepsi Perawat tentang Manfaat
Discharge planning yang menyatakan bahwa discharge planning
dapat membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam
melakukan perawatan dirumah. Penelitian yang dilakukan oleh
Endang dan Ichsan tahun 2016 mengenai peran educator dalam
pelaksanaan discharge planning menyatakan bahwa pelaksanaan
discharge planning akan semakin baik jika peran perawat sebagai
educator atau pendidik tersebut juga baik.
2. Perawat pelaksana menjalankan peran sebagai pelaksana discharge
planning
Perawat melakukan pengkajian terhadap kondisi pasien,
memastikan bahwa pasien sudah memenuhi kriteria pemulangan
seperti; Hb dan kreatinin dalam batas normal, serta tidak
mengalami sesak nafas. Kemudian perawat memberikan discharge
planning sesuai kebutuhan pasien dan melakukan evaluasi terhadap
discharge planning yang sudah diberikan. Beberapa proses
pelaksanaan discharge planning yang harus dilakukan adalah
pengkajian tentang kebutuhan pelayanan kesehatan, pengkajian
kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga, dan
pengkajian faktor- faktor lingkungan di rumah yang dapat
mengganggu perawatan diri.
3. Kepala ruang menjalankan peran menegerial
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan discharge
planning, Kepala ruang turut berperan serta melakukan fungsi
menejemen. Kepala ruang melakukan pengawasan dan pengarahan
terhadap kinerja perawat pelaksana. Penelitian Wiwin Sulistyawati
tahun 2016 tentang Implementasi Fungsi Manajemen menyatakan
bahwa implementasi fungsi managemen diperlukan dalam
pelaksanaan discharge planning dan semakin tinggi persepsi

4
perawat pelaksana tentang fungsi manajemen maka semakin
meningkat pelaksanaan discharge planning.

2.2 Pendidikan Kesehatan Pada Pasien GGK Yang Menjalani


Hemodialisa
Menurut Almatsier (2006) dalam Nurjanah (2017) kurangnya
pengetahuan akan mempengaruhi pasien dalam kekambuhan agar tidak
terjadi komplikasi. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada pasien
GGK yang menjalani terapi hemodialisa dapat berupa mempertahankan
asupan cairan, mengurangi konsumsi tinggi natrium, diet tinggi serat, serta
menjalankan hidup secara sehat. Pembatasan asupan cairan pada pasien
yang menjalani terapi hemodialisa adalah untuk mencegah terjadinya
defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar
pasien dalam melalukan aktivitas normal, menjaga keseimbangan cairan
elektrolit dan menjaga akumulasi produk sisa metabolisme tidak
berlebihan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh May Emiliana
Tawuru,.dkk (2019) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna
pengetahuan tentang terapi diet cairan dan hemodialysis sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang terapi diet cairan dan
hemodialysis pada keluarga pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui sebelum diberikan pendidikan kesehatan beberapa
tidak dapat menjawab pertanyaan di kuesioner yang berisi tentang salah
satupasien yang menjalani cuci harus membatasi asupan cairan untuk
mengoptimalkan kualitas hidup, dan pertanyaan selanjutnya yang tidak
bisa dijawab yaitu tentang fungsi dari hemodialisis, serta salah satu cara
mengontrol rasa haus dalam menjalani pengurangan asupan cairan adalah
dengan membekukan air menjadi es dan kunyah perlahan atau dianjurkan
untuk mandi. Namun setelah diberikan pendidikan kesehatan hanya 2
orang yang tidak bisa menjawab selebihnya dapat menjawab soal
kuesioner tersebut.

5
Berikut merupakan prinsip diet untuk pasien GGK adalah sebagai berikut :
a. Diit makanan lunak
b. Sebagai sumber karbohodrat : gula pasir, selai, sirup
c. Cukup energi dan rendah protein
d. Sebagai sumber protein diutamakan protein hewani, misal : susu,
daging sapi dan ikan
e. Sebagai sumber lemak : diutamakan lemat tidak jenuh, dengan
kebutuhan sekitar 25% dari total energi yang diperlukan
f. Untuk kebutuhan kalium dan natrium dengan keadaan penderita
g. Untuk kebutuhan kalori, sekitar 35 Kkal/kg BB/hari
h. Membatasi asupan garam dapur jika ada hipertensi (darah tinggi)
atau edema (bengkak)
i. Dianjurkan juga untuk mengkonsumsi agar-agar karena selain
mengandung sumber energi juga mengandung serat yang larut

Sedangkan makanan yang sebaiknya dibatasi adalah sebagai berikut :

a. Sumber karbohidrat seperti : nasi, jagung, kentang, makaroni,


pasta, hevermout, ubi
b. Protein hewani, seperti : daging kambing, ayam, hati, keju,
udang, telur
c. Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti : apel, alpukat,
jeruk, pisang, pepaya dan daun pepaya, seledri, kembang kol,
bincis (Asep Candara,2010 dalam Nurjanah,2017)

6
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada makalah dengan judul Konsep Discharge Planning Dan
Pendidikan Kesehatan Pada Pasien GGK Yang Menjalani Hemodialisa
dapat disimpulkan bahwa kurangnya pemahaman dan kepatuhan pasien
dalam melakukan program terapi dapat menyebabkan kondisi
kegawatdaruratan dan kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien
dalam kekambuhan agar tidak terjadi komplikasi. Upaya pencegahan yang
dapat dilakukan pada pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisa
dapat berupa mempertahankan asupan cairan, mengurangi konsumsi tinggi
natrium, diet tinggi serat, serta menjalankan hidup secara sehat. Oleh
karena itu discharge planning menjadi sangat penting bagi pasien GGK.
Dan berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa peran perawat yang
paling penting dalam pelaksanaan discharge planning adalah peran
educator, kemudian peran sebagai pelaksana discharge planning dan peran
menegerial oleh kepala ruang.
3.2 Saran
Diharapkan kita sebagai perawat dapat menjadi discharge planners
yang baik bagi pasien GGK yang sedang menjalani terapi hemodialisa.

7
DAFTAR PUSTAKA

May,Emiliana Tawuru.(2019). Perbedaan Pengetahuan Sebelum Dan


Sesudah Pendidikan Kesehatan Tentang Terapi Diet Cairan Dan
Hemodialisis Terhadap Keluarga Pasien GGK Yang Menjalani
Hemodialisis.Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa.Vol 2.No 2. Diakses pada :
[2021, 02 Maret] Tersedia [Online] :
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1249732&val=14616&title=PERBEDAAN%20PENGETAHUAN
%20SEBELUM%20DAN%20SESUDAH%20PENDIDIKAN
%20KESEHATAN%20TENTANG%20TERAPI%20DIET%20CAIRAN
%20DAN%20HEMODIALISIS%20TERHADAP%20KELUARGA
%20PASIEN%20GGK%20YANG%20MENJALANI
%20HEMODIALISIS
Nurjanah,Ririn Eko Putri.(2017).Penerapan Pendidikan Kesehatan
Tentang Gagal Ginjal Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan Kepatuhan
Pada Keluarga Dengan Gagal Ginjal Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gombong II.Karya Tulis Ilmiah.STIKES Muhammadiyah Gombong.
Diakses pada : [2021, 02 Maret] Tersedia [Online] :
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/599/1/RIRIN%EKO%PUTRI
%20NURJANAH%20NIM.%20A01401952.pdf
Winarni,Tri.dkk.(2018).Manajemen Discharge Planning Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik di RSUD Kota Salatiga.Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan.Vol 9.No 2. Diakses pada : [2021, 02 Maret] Tersedia
[Online]:https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/download/
481/374

Anda mungkin juga menyukai