Anda di halaman 1dari 48

Proposal Skripsi

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING


(ADL) DENGAN RESIKO JATUH PADA LANSIA DI DUSUN POLAMAN
DESA ARGOREJO SEDAYU BANTUL
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan Di Program S1-Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Alma Ata Yogyakarta

Oleh :
Tia Indah Fatmasari
130100453

PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
2017

HALAMAN JUDUL

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING


(ADL) DENGAN RESIKO JATUH PADA LANSIA DI DUSUN POLAMAN
SEDAYU BANTUL

Disusun Oleh :
Tia Indah Fatmasari
130100453

Telah Memenuhi Syarat dan Disetujui untuk Diseminarkan


di Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Alma Ata Yogyakarta

Pembimbing I
Anggi Napida Anggraini, S. Kep., Ns., MMR ...................................
Tanggal.

Pembimbing II
Nindita Kumalawati Santoso, S. Kep., Ns., M.N.S. ...................................
Tanggal..

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Universitas Alma Ata

Dr. Sri Werdati, S.K.M., M.Kes

ii
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Skripsi
HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ADL DENGAN RESIKO
JATUH PADA LANSIA DI DUSUN SEDAYU BANTUL

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dipertahankan di depan dewan penguji


untuk mendapat gelar sarjana Keperawatan
Pada tanggal ....... Juni 2017

Disusun Oleh :
Tia Indah Fatmasari
130100453

Ketua,
Anggi Napida Anggraini, S. Kep., Ns., MMR ....................................
Tanggal..

Anggota,
Nindita Kumalawati Santoso, S. Kep., Ns., M.N.S. ...................................
Tanggal..

Anggota,
Mutiara Dewi Listiyanawati, S.Kep., M.Si.Med ....................................
Tanggal..

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan


Universitas Alma Ata Yogyakarta

Dr. Sri Werdati, S.K.M., M.Kes

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Hubungan tingkat mandiri activity
daily living (ADL) di Dusun Polaman Desa algorejo sedayu Bantul .
Penyusunan Proposal skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mendapatkan
gelar sarjana keperawatan di program studi ilmu keperawatan Universitas Alma
Ata Yogyakarta. Skripsi ini dapat tersusun berkat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. Hamam Hadi, MS., Sc. D.Sp.GK Selaku Ketua Universitas Alma
Ata Yogyakarta
2. Wahyuningsih, S. Kep., Ns., M. Kep Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ners Universitas Alma Ata Yogyakarta.
3. Anggi Napida Anggraini, S. Kep., Ns., MMR Pembimbing 1 Penyusunan
Skripsi.
4. Nindita Kumalawati Santoso, S. Kep., Ns., M.N.S. Selaku Pembimbing II
Penyusunan Skripsi.
5. Mutiara Dewi Listiyanawati S.kep., M.Si.Med Selaku Dewan Penguji Skripsi.
6. Seluruh dosen beserta staf di lingkungan Universitas Alma Ata Yogyakarta.
7. Teristimewa untuk orang tua,dan keluarga yang ikut mendukung dan
mensupport dalam penyusunan proposal skripsi.
8. Sahabat seperjuangan PSIK B yang selalu memberikan support system semoga
kita bisa lulus bareng AMIN.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per-satu sebutkan, terima
kasih atas bimbingan dan dukungannya.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, namun peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum,Wr.Wb.

Yogyakrta Januari 2017

Tia Indah Fatmasari

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
PERNYATAAN.......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vi
DAFTAR TABEL....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 6
E. Keaslian Penelitian............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep lansia................................................................................. 9
2. Konsep ADL....................................................................... 16
3. Konsep Jatuh...................... 27
B. Kerangka Teori.................................................................................... 36
C. Kerangka Konsep................................................................................ 37
D. Hipotesis.............................................................................................. 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 37
C. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................... 37
D. Variabel Penelitian.............................................................................. 38
E. Definisi Operasional............................................................................ 39
F. Instrumen Penelitian............................................................................ 40
G. Tehnik Pengumpulan Data.................................................................. 43
H. Pengolahan dan Analisis Data............................................................. 45
I. Etika dan Penelitian............................................................................. 48
J. Rencana Jalannya Penelitian............................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA. 51

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.................................................................... 9

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................. 39

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pertanyaan kuesioner ................................................. 46

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pertanyaan kuesioner ................................................ 47

Tabel 3.4 Kontingensi Korelasi................................................................ 48

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori35

Gambar 2.2 Kerangka Konsep36

vi
DAFTAR SINGKATAN

1. WHO : World Health Organization

2. ADL : Activity Daily Living

3. SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional

vii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Barthel index

2. Kuesioner Resiko jatuh

3. Informe consent

4. Surat studi pendahuluan

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia tentunya akan mempengaruhi

kemandirian lansia. Kemandirian adalah kebebasan untuk bertindak, tidak

tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas

mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok

dari berbagai kesehatan atau penyakit (4). Kemandirian pada lansia sangat

penting untuk merawat dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasar

manusia. Meskipun sulit bagi anggota keluarga yang lebih muda untuk

menerima orang tua melakukan aktivitas sehari-hari secara lengkap dan

lambat. Pemikiran dan caranya sendiri lansia di akui sebagai individu yang

mempunyai karakteristik yang unik oleh sebab itu perawat membutuhkan

pengetahuan untuk memahami kemampuan lansia untuk berpikir, berpendapat

dan mengambil keputusan untuk meningkatkan kesehatanya (5).

Penduduk lansia pada tahun 2012 adalah sebesar 11,90 %. Angka rasio

sebesar 11,90% menunjukkan bahwa setiap 100 orang pendudukusia produktif

harus menanggung sekitar 12 orang penduduk lansia. Namun bila

dibandingkan per jenis kelamin, angka rasio ketergantungan penduduk lansia

perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk lansia laki-laki

(12,95% berbanding 10,86%). Lansia di Indonesia memiliki angka kesakitan

di daerah perkotaan yaitu sebesar 24,77 % yang artinya bahwa setiap 100

orang lansia di perkotaan pada tahun 2012 terdapat 24 lansia yang sakit.

Sedangkan dipedesaan 28,62% yang berarti bahwa setiap 100 lansia di

1
pedesaan pada tahun 2012 terdapat 28 lansia yang sakit. Perlu diperhatikan

bahwa lansia yang memiliki penyakit (dalam keadaan sakit) pastinya akan

mengalami gangguan dari kemandirian lansia atau lansia tersebut akan

memiliki ketergantungan terhadap anggota keluarganya. Lansia yang memiliki

penyakit pula merupakan salah satu penyebab dari ketidak mandirian lansia

(6).

Proses penuaan sering kali diikuti dengan penurunan kualitas hidup

sehingga lansia dapat mengalami permasalahan kesehatan. Salah satu

permasalahan lansia adalah jatuh. Kejadian jatuh merupakan salah satu

geriatric giant dan masalah utama pada lasia. Lebih dari sepertiga atau

setengah lansia usia 65 tahun atau lebih jatuh setiap tahunnya dan jatuh sering

mengakibatkan cedera yang serius. Jatuh pada lansia terjadi karena banyak

faktor antara lain gangguan kognitif, kelemahan otot, postur jelek, gangguan

penglihatan, gangguan keseimbangan dan pola jalan yang tidak normal.

Masalah kependudukan dan kesehatan dapat timbul karena terjadinya

penuaan penduduk (ageing population) ditandai dengan terus meningkatnya

angka harapan hidup penduduk Indonesia yaitu 67,8 tahun pada periode 2000-

2005 menjadi 73,6 tahun pada periode 2020-2025. demikian peningkatan

jumlah penduduk lansia juga terjadi. Pada tahun 2004 jumlah penduduk lansia

sekitar 16,52 juta orang meningkat lagi menjadi sekitar 19,50 juta orang pada

tahun 2008. Angka ini adalah sekitar 8,55 persen dari seluruh penduduk

indonesia (1)(2)

2
Pengaruh peningkatan populasi usia lanjut ini akan sangat tampak pada hal

ekonomi dan sosial, dimana seperti kita ketahui saat ini angka kejadian

penyakit kronis, degeneratif, maupun berbagai macam kanker semakin

meningkat, juga angka kematian akibat penyakit-penyakit tersebut yang

meningkat. Kecacatan akibat penyakit degeneratif pun tidak akan

terhindarkan, sehingga menurunkan produktifitas para usia lanjut. Penurunan

produktifitas dari kelompok usia sehingga akan menyebabkan kelompok usia

lanjut mengalami penurunan dalam melaksanakan kegiatan harian seperti

makan, ke kamar mandi, berpakaian, dan lainnya dalam Activities Daily Living

(ADL). Lansia dirasakan semakin mirip dengan anak-anak, dalam

ketergantungan pemenuhan kebutuhan dasarnya, hal inilah yang menyebabkan

pada akhirnya lansia dikirim ke Panti Wedha (3).

Angka kejadian jatuh adalah sebesar 40,9% dengan rata-rata jumlah jatuh

satu kali selama setahun. Di Indonesia, pravalensi cedera pada penduduk usia

lebih dari 55 tahun mecapai 22%,diantaranya dikarenakan jatuh dan 36,5%

jatuh dirumah (7). Jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak disengaja yang

mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk dilantai yang lebih rendah

tanpa kehilangan kesadaran (8). Faktor resiko jatuh pada usia lanjut dapat

digolongkan dalam dua golongan yaitu faktor internal dan factor eksternal,

faktor resiko jatuh pada usia lanjut dapat digolongkan dalam dua golongan

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan yang

berasal dari dalam tubuh lansia itu sendiri, yaitu gangguan jantung dan

sirkulasi darah, gangguan sistem anggota gerak, misalnya kelemahan otot

3
ekstremitas bawah dan kekuatan sendi, gangguan system susunan saraf

misalnya neuropati perifer, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan,

gangguan psikologis, infeksi telinga, gangguan adaptasi gelap, sedangkan

faktor ekternal adalah yang berasal dari luar atau lingkungan, setidaknya 50%

kejadian jatuh yang terjadi pada lansia disebabkan karena faktor ekstrintik

seperti pencahayaan yang kurang dan penempatan perabotan yang tidak

tepat(8).

Beberapa kota di Yogyakarta menepati posisi tertinggi dengan presentasi

jumlah lansia di atas rata-rata nasional pada tahun 2010 jumlah lansia di

Yogyakarta tersebut 12,48% pada tahun 2014 jumalah lansia di Yogyakarta

mencapai 15% secara nasional dengan usia harapan hidup menepati peingkat

di indonesia (9).

Berdasarkan Penelitian Ediawati (10) Gambaran tingkat kemandirian

dalam activity of daily living (ADL) dan resiko jatuh pada lansia di panti

sosial Werdha budi mulia 01 dan 03 jakarta timur pada tahun 2012 berada

pada kategori tinggi dengan presntase memiliki resiko jatuh yang tinggi (44,1%).

Berdasarkan studi pendahuluan penelitian di Sedayu II Yogyakarata

tempatnya di Dusun Polaman Desa Argorejo terdapat 116 lansia yang terdiri

dari 60 perempuan dan 56 laki-laki . Berdasarkan hasil wawancara dengan

lansia, terdapat 6 dari 10 lansia yang mengalami jatuh dalam 3 bulan terakhir

yaitu bulan Januari 2017,lansia mengatakan sering gepal di daerah lutut

pinggang sehingga mengakibatkan mudah lelah saat beraktifitas yang cukup

berat. Berdasarkan latar belakang diatas,maka penulis tertarik mengangkat

4
rumusan masalah tentang apakah ada hubungan tingkat kemandirian ADL

dengan resiko jatuh di Dusun Polaman, Desa Argorejo, Sedayu Bantul.

5
2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan antara tingkat kemandirian

ADL dengan resiko jatuh pada lansia di Dusun Polaman Desa Argorejo

Sedayu?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kemandirian Activity daily

living (ADL) dengan resiko jatuh pada lansia di Dusun Polaman Desa

Argerojo Sedayu.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden yang ada di Dusun

Polaman Sedayu Bantul

b. Untuk mengetahui tingkat kemandirian Activity of daily living (ADL)

pada lansia di Dusun Polaman Sedayu Bantul.

c. Untuk mengetahui resiko jatuh pada lansia di Dusun Polaman Sedayu

Bantul.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu

pengetahuan pada pembaca terutama mengenaikeperawatn gerontik


3

khususnya mengenai tingkat kemandirian Activiti daily living (ADL)

dengan resiko jatuh pada lansia.

2. Manfaat praktisi

a. Maanfaat bagi puskesmas sedayu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

dalam melakukan penanganan tingkat mandiri ADL dengan resiko

jatuh pada lansia.

b. Bagi institusi Universitas Alma Ata

Untuk menambah pustaka dan sebagai bahan kajian ilmiah, sehingga

dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan pembaca, khususnya

pada institusi Universitas Alma Ata sendiri dan Pada Institusi lain

umumnya mengenai hubungan tingakt kemandirian Activity Daily

Living (ADL) dengan resiko jatuh pada lansia.

c. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Gerontik

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar

dan landasan teoritis yang bertujuan untuk memperkaya dan

memperluas ilmu kesehatan terutama dalam bidang ilmu keperawatan

lansia, yaitu tentang hubungan tingkat kemandirian Activity Daily

living (ADL) dengan resiko jatuh pada lansia.

d. Bagi Peneliti

Sebagai bahan referensi atau sumber data untuk penelitian sejenis

berikutnya yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan

metode yang variable yang kompleks,


4
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Lansia

a. Pengertian Lansia

Usia lanjut adalah seseorang yang usianya mengalami perubahan

biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memeberikan

pengaruh pada seluruh aspek kehidupan ini termasuk kehidupan (13).

Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang yang dialami makhluk

hidup. Menjadi lansia pada manusia bukanlah proses yang terjadi secara

tiba-tiba, tetapi menjadi lansia merupakan proses yang berlangsung secara

terus menurus. Proses yang dilewati manusia sebelum menjadi tua yaitu,

bayi anak-anak,dewasa dan akhirnya menjadi tua. Perubahan fisik dan

tingkah laku yang terjadi pada lansia merupakan hal yang normal terjadi

(14).

b. Batasan Lansia

Beberapa pendapat mengenai batasan umur lansia. Menurut Organisasi

kesehatan dunia (WHO) (15).

1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia antara 45-59 tahun.

2) Lanjutan (eldery), kelompok usia antara 60-74 tahun.

3) Lanjutan usia tua (old), kelompok usia antara 76-90.

4) Usia sangat tua (very old), kelompok usia antra diatas 90 tahun
11

d. Tipe- tipe lansia

Beberapa karakteristik bergantung pada karakter, pengalaman hidup,

lingkungan, kondisi fisik, metal, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut

dapat di jabarkan sebagai berikut (16).

1) Tipe arif bijak

Kaya dengan bijak hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan

perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah

hati, sederhana, dermawan, memenuhi, dan menjadi panutan.

2) Tipe mandiri

Mengganti kegitan yang hilang dengan baru dan selektif dalam

mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi

undangan.

3) Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar,mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik

dan banyak menuntut.

4) Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik,memngikuti kegiatan agama

dan melakukan pekerjaan apa saja.

5) Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,

menyesal, pasif dan acuh tidak acuh.


12

e. Teori-teori proses penuan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses menua,yaitu Teori

Biologi mencangkup teori genetik dan mutsi, immunology slow theory,

teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang (17).

1) Pada usia lanjut, proses menua menjadi secara alamiah seiring dengan

penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat

dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional

yang efektif. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi

presepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut

menyebabkan meraka untuk di pahami dan berinteraksi.

2) Teori sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu

teori interksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri

(disengagement theory), teori aktivitas (continuty theory), teori

perkembangan (develompent theory), dan teori stratifikasi usia (age

stratification theory). Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak

dengan situasi tertentu,yaitu atas dasar hal-hal yang di hargai

masyarakat.

3) Teori Spritual

Komponen spritual dan tumbuh merujuk pada pengertian hubungan

individu dengan alam semesta dan persepsi individu terhadap arti

kehidupan. Perkembangan dan kepercayaan antara orang dan


13

lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antra nilai nilai dan

pengetahuan.

Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut (8).

a) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

b) Mempersiapkan diri untuk pensiun

c) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya

d) Mempersiapkan kehidupan baru

e) Melakukan menyesuaian terhadap kehidupan sosial atau

masyarakat secara santai

f) Mempersiapkan diri untuk kemantian dan kemantian pasangan

g) Perubahan dan masalah yang terjadi pada lansia

h) Perubahan yang terjadi pada lansia akibat proses menua

f. Perubahan Perubahan yang terjadi pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (15)

1) Perubahan kondisi fisik

Perubahan yang terjadi pada kondisi fisik lansia meliputi

perubahan diri tingkat sel sampai ke suma sistem organ tubuh,

diantara sistem pernafasan, pendengaran, pengelihatan,

kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh , muskolosketal,

gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen. Masalah

fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia diantaranya

lansia mudah jatuh,mudah lelah, kekacauan metal akut, nyeri

pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada saat melakukan


14

aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri

pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering

pusing,berat badan menurun, gangguan pada fungsi pengelihatan,

pendengaran, dan sulit menahan kencing.

2) Perubahan kondisi mental

Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan

psikimotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan

perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau

pengetahuan,dan situasi lingkungan. Dari segi mental dan

emosional tingkat pendidikan atau pengetahuan,dan situasi

lingkungan. Dan segi mental dan emosi sering perasaan pesimis

,timbulnya perasaan tidak aman dan cemas. adanya kekacauan

mental akut,merasa terancam akan timbul suatu peyakit atau takut

ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Hal ini bisa menyebabkan

lansia depresi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar 2016

menunjukan responden yang memiliki ADL mandiri sebagian

besar mengalami stres rendah yaitu sebanyak 23 responden

(29,1%) sedangkan reponden yang memiliki ADL ketergantungan

ringan sebagian besar mengalami stres sedang yaitu sebanyak 25

responden (32,6%).

3) Perubahan psikososial
15

Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap

perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan

ini sangat beragam,bergantung pada kepribadian individu yang

bersangkutan.

4) Perubahan kognitif

Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah kemunduran

pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang

memerlukan pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan

tugas yang memerlukan memori jangka pendek,kemampuan

intelektual tidak mengalami kemunduran,dan kemampuan verbal

akan menetapkan bila ada penyakit yang menyertai.

5) Perubahan spiritual

a) Agama atau kepercayaan semakin terintegritas dalam

kehidupan.

b) Lanjut usia semakin pada usia 70 tahun pekembangan yang

sesuai dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dengan bertindak

dengan cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan.

c) Kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri

terhadap tugas kembang usia lanjut dipengaruhi oleh proses

tumbuh kembang pada tahap sebelumnya (18).


16

2. Activity Daily living (ADL)

a. Pengertian

Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan

kulitas hidup agar tetap sehat bugar sepanjang hari. Aktifitas sehari

hari dalam bahasa inggris biasanya di sebut ADL (activity daily living)

adalah aktivitas pokok dalam perawatan diri. ADL meliputi : ke toilet,

makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat.

Pengkajian ADL bertujuan untuk mengetahu tingkat ketergantungan

lansi terhadap orang lain (19)

b. Indeks Barthel Tingkat Kemandirian

ADL merupakan kemampuan fungsional yang harus di pertahnkan

semandiri mungkin dalam melaksanakan fungsi kemandirian sehari

hari. Ketergantungan secara fungsional pada lansia biasanya di ukur

menggunakan skala indeks barthel penggukuran ini berdasarkan ada

evaluasi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan pemenuhan

kebutuhan sehari hari. Indeks barthel ini mempunyai penilaian

terhadap aktifitas lansia yang meliputi makan, mandi, berpakaian, ke

toilet, perawatan diri, mobilitas, BAB, BAK, transferring dan naik

turun tangga (19).

1) Mandi dinilai darikemampuan klien menggosok atau

membersihkan sendiri seluruh badan, dikatakan independen (


17

mandiri), bila lansia memerlukan bantuan dalam memebersihkan

bagian tertentu dari sebagian badannya, dikatakan dependen

apabila lansia tersebut memerlukan bantuan lebih dari satu bagian

badannya.

2) Berpakain, dikatakan Independen apabila tidak mampu

mengambil pakaian sendiri dalam lemari atau laci serta tidak

memakai baju, memasang kancing atau resleting ( meningkat tali

sepatu).

3) Ke toilet, dikatakan Independen apabila lansia tidak mapu ketoliet

sendiri, beranjak dari kloset, merapikan pakaian sendir,

membersihkan sendiri organ eksresi, penggunaan bed pan hanya

boleh pada malam hari. Tergolong dependen apabila lansia sela

memerlukan bed pan atau pispot

4) Berpindah, dikatakan independen jika lansia tersebut mampu naik

atau turun dari tempat tidur ataupun kursi roda, bila memerlukan

sedikit bantuan yang bersifat mekanis, tidak termasuk. Dikatakan

dependen apabila sendiri dan makan sendiri. Dikatakan dependen

jika sebaliknya.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan ADL

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan melakukan Activity

Daily Living (ADL) yaitu (20) :

1) Umur dan status perkembangan


18

Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkantanda

kemauan dan kemampuan melaksanakan activity daily living. Saat

perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorangt secara

perlahan-lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam

melakuakn activity daily living dari hasil penelitian yang

dilakukan rina jumita terhadap 90 reponden diwilayah kerja

puskesmas Lampasi,di peroleh bahwa responden lanjut usia (60-

69 tahun) yang mandiri lebih banyak (93,3%) dibandingkan

dengan responden lanjut usia resiko tinggi (70 tahun keatas) yang

mandiri.

2) Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan

partisipasi dalam activit daily living, contoh sistem nervous

mengumpulkan,menghantar dan mengelola informasi dari

lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasi dengan

sistem nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk

dengan melakukan gerakan. Gangguan pola sistem ini misalnya

karena penyakit,atau trauma injuri dapat menggangu pemenuhan

activity daily living secara mandiri.

3) Fungsi Kognitif

Tingkat dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

melakukan activit daily living. Fungsi kognitif menunjukan proses

menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor


19

stimulus untuk berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses

mental menberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat

menggangu dalam befikir logis dan menghambat kemandirian

dalam melaksanakan activity daily living.

4) Fungsi psikososial

Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk

mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan ini meliputi

interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan

interpersonal. Gangguan intrapersonal contohnya akibat gangguan

konsep diri atau ketidak stabilan emosi dapat menggangu dalam

tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan intrepersonal

seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau

difungsi dalam penampilan peran dapat mempengaruhi dalam

pemenuhan activity daily living.

5) Tingkat stress

Stress merupakan responfisik nonspesifik terhadap berbagai

macam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress

(stressor), dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat

menggangu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa

fisiologi seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan.

6) Status mental

Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang.

Keadaan status mental akan memberikan pada pemenuhan


20

kebutuhan dasar manusia individu. Seperti yang diungkapkan

oleh cahya yang di kutip dari baltes,salah satu yang dapat

mempengaruhi ketidak mampuan mandiri individu dalam

memenuhi kebutuhan adalah keterbatasan status mental. Seperti

halnya lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami

gangguan, lansia yang mengalami apraksia tentunya akan

mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya.

3. Jatuh

a. Pengertian

Jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan

seseorang terbaring atau terduduk di lantai (21). Jatuh merupakan suatu

kejadian yang dialami seseorang dikarenakan oleh faktor usia(22).

b. Faktor Penyebab Jatuh pada Lansia

Penyebab jatuh diakibatkan karena beberapa faktor yaitu sistem sensorik,

sistem syaraf pusat, kognitif, dan sistem muskuloskeletal(22).

1) Sistem sensorik

Pada sistem ini yang berperan adalah penglihatan dan pendengaran. Jika

terjadi gangguan pada kedua sistem ini dapat menimbulkan resiko jatuh

pada lansia dari hasil penelitian yang dilakukan rinajumita hasil analis

hubungan antara kondisi kesehatan dengan kemandirian diperoleh.bahwa

responden mandiri dengan kondisi sehat lebih banyak (97,4%)

dibandingkan responden mandiri dengan kondisi tidak sehat. Kondisi

kesehatan ini diperoleh berdasarkan keluhan-keluhan umum lansia yang


21

dirasakan oleh responden. Keluhan yang paling banyak dirasakan oleh

responden berupa gangguan penglihatan (78,8%).

2) Sistem syaraf pusat (SSP)

Jika terjadi gangguan pada sistem saraf pusat seperti penyakit stroke maka

dapat mengakibatkan respon yang tidak baik terhadap input sensorik.

3) Kognitif

Kognitif adalah kepercayaan seseorang yang didapatkan dari proses

berfikir. Proses berpikir dimulai dari memperoleh pengatahuan mengelolah

pengetahuan tersebut melalui kegiatan mengingat, menganalisis,

memahami, menilai, membayangkan dan berbahasa.

4) Sistem Muskuloskeletal

Faktor ini betul-betul berperan besar terjadinya jatuh terhadap lanjut usia.

Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gangguan gaya

berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis,

misalnya kekakuan jaringan penghubung, berkurangnya massa otot,

perlambatan konduksi saraf, dan penurunan visus atau lapang pandang.

a. Faktor penyebab jatuh

Faktor-faktor pada lansia dibagi 2 golongan besar, yaitu (23) :

1) Faktor Internal :

a) postur dan keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan koordinasi pada posisi

berdiri dan bereaksi mencegah jatuh bergantung pada koordinasi

system muskuloskeletal, neurologi dan sistem pengelihatan. Postur


22

melambai terjadi ketika satu dari tiga system tidak berfungsi secara

optimal. Gangguan keseimbangan berhubungan dengan adanya

postur melambai yang akan meningkatkan resiko jatuh.

b) Gaya berjalan

sejalan dengan proses menua, pergerakan motorik kasar yang

dibutuhkan untuk mempertahankan postur dan gaya berjalan

mengalami perubahan. Gaya berjalan pada lansia ditandai dengan

penurunan kecepetan, langkah kaki diseret, langkah pendek,

langakah ragu, penurunan lambatan tangan dan postur membungkuk.

Perubahan kecepatan pergerakan dan kemampuan untuk

memepertahankan postur tubuh tegak dapat mempengaruhi

keseimbangan lansia dan meningkatkan resiko jatuh pada lansia.

c) pengelihatan

Semua lansia mengalami proses gangguan pengelihatan sebagai

dampak dari proses menua. Sejalan dengan pertambahan usia akan

terjadi penurunan tajam pengelihatan, kedalam presepsi dan

pengelihatan pada waktu malam. Penurunan pengelihatan

meningkat resiko jatuh pada lansia kerena dapat menurunkan

kemampuan lansia untuk menfokuskan objek yang berada pada

jarak yang jauh dan menurunkan kemampuan lansia untuk

menentukan jarak. Penurunan tajam pengelihatan sangat diperlukan

untuk memeprtahankan kestabilan dalam berjalan.

d) Muskuloskeletal
23

Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan berjalan

(gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologi.

gangguan yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain:

perlambatan kondusif saraf, penurunan kekuatan otot terutama

menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah, kekukuan

jaringan penghubungan dan penurunan range of motion (ROM).

e) IMT (indeks massa tubuh)

IMT yang tinggi dapat mempunyai resiko jatuh tinggi

dibandingkan IMT normal, karena adanya penumpukan lemak

di abdominal, hal ini terjadi karena seseorang yang mempunyai

IMT tinggi akann terjadi tekanan postural yang tinggi dana

mengalami gangguan keseimbangan yang mengakibatkan

berubahnya the center of the body mass (COM).

2) Faktor Eksternal

a) Lingkungan

Lingkungan yang tidak aman pada area luar rumah seperti

kondisi jalan yang retak,jalan depan rumah sempit,

pencahayaan yang kurang, kondisi teras atau halaman yang

landai dan memiliki tepian lebih tinggi. Lingkungan pada

area ruang tamu adalah kurangnya pencahayaan, area yang

sempit untuk berjalan,kondisi lantai yang ujungnya rentak

dan berantakan dengan barang serta kabel, karpet yang

ujungnya terlipat, kaki kursi yang miring dan tinggi kursi


24

yang sesuai dengan tinggi kaki lansia, dan sandaran lengan

pada kursi tidak kuat. Pada area kamar tidur lingkungan

dapat dilihat dari kondisi lantai, tinggi tempat tidur, kondisi

seprai yang tergerai di lantai, penempatan barang dan

perabotan yang mudah dijangkauu,pencahayaan, dan dilihat

kondisi lantai, pencahayaan dan area untuk berjalan. Pada

dapur dapat dilihat kondisi lantai, pencahayaan, dan area

untuk berjalan. Area kamar mandi yang dapat menyebabkan

gangguan untuk berjalan. Area kamar mandi yang dapat

menyebabkan gangguan keseimbangan atau resiko jatuh

diantaranya adalah pencahayaan yang kurang, kondisi lantai

yang licin dan retak,posisi bak dan toilet tidak aman,dan

pelentakan alat mandi yang tidak mudah dijangkau oleh

lansia.pada area tangga atau lorong,bahaya lingkungan

dapat dilihat dari kondisi lantai,pencahayaan, pegangan

tangga, list tangga, dan lebar tangga (24).

b) Penggunaan alat bantu jalan

Pengguna alat bantu dalam jangka waktu lama dapat

mempengaruhi keseimbangan sehingga dapat menyebabkan

jatuh (safe saskacthewan and the seniors Fall Provincial

steering committe 2010).


25

B. Kerangka Teori

Activity Daily
living
Faktor- faktor yang
mempengaruhi Activity of
Daily living

1. Umur dan status Lansia


perkembangan
2. Kesehatan fisiologi
3. Fungsi kognitif
4. Fungsi psikososial
5. Tingkat stres
Faktor- resiko jatuh Resiko Jatuh
1. Sistem sensori
2. Sistem saraf
3. muskuskeletal

Penyebab Jatuh

1. Faktor Instrinsik

2. Faktor Ekstrinsik

3.
Gambar 2.1 Kerangka Teori (9,17,18,20,21)
1.
26

C. Kerangka Konsep

Variable independent Variable dependen


Tingkat mandiri pada
Resiko Jatuh pada
lansia ADL activity daily
lansia
living

Gambar 2.3 Kerangka konsep (17,20)

Keterangan:

Mempengaruhi

Diteliti

D. Hipotesis

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan tingkat kemandirian ADL dengan resiko jatuh

pada lansia di Dusun Polaman Desa Argorejo Sedayu

Ha : ada hubungan tingkat kemandirian ADL dengan resiko jatuh pada

lansia di Dusun Polaman Desa Argorejo Sedayu


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Kuantitatif. Rancangan penelitian

yang di gunakan adalah cross sectional karena pengumpulan data dalam suatu

penelitian dilakukan sekaligus dalan waktu tertentu (point time) dan setiap subjek

penelitian hanya dilakukan satu kali pendataan (pengamatan) untuk semua

variable yang di teliti,selama dalam penelitian itu.

B. Tempat dan Waktu penelitian

Tempat penelitian ini akan dilakukan di Dusun Polaman Desa Argorejo Sedayu

dan Penelitian ini akan di mulai dilakukan pada Bulan April 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan dari subyek peneliti (1).

ditetapkan populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di

Sedayu di Dusun Polman sebanyak 116 lansia.

2. Sampel

Sampel merupakan sebgian dari proposal yang di teliti atau sebagaian

jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (2). Sampel dalam

penelitian ini menggunakan total sampling

23
a. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling menggunakan non probabilty sampling

dengan teknik total sampling cara pengambilan sampel ini adalah

mengambil semua anggota populasi menjadi sampel yang memenuhi

kretria inklusi yang berjumlah 116 lansia.

Kriteria Inklusi

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti.

Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

a) Lansia yang bersedia menjadi responden dalam peneliti di

dusun polaman Desa Argorejo Sedayu Bantul

b) Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik dan

menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa jawa.

c) Lansia yang hadir saat dilakukan penelitian di dusun Polaman

Desa Argorejo Sedayu Bantul

24
10

D. Variable penelitian

1) Variable bebas (Independen variables)

Variable yang mempengaruhi variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya timbulnya variable dependen.

Variable independen dalam penelitian ini adalah tingkat mandiri

activity of dail living pada lansia.

2) Variable terikat (Dependen variable)

Variable terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat,karena adanya variable bebas. Variable terikat

dalam penelitian ini adalah resiko jatuh pada lansia.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah variable penelitian dimaksudkan untuk

memahami arti setiap penelitian sebelum dilakukan analisis

No Variable Definisi operasional Alat ukur Skala Kategori

1 Tingkat Kemampuan lansia dalam Kuesioner Ordinal 0-20


mandiri melakukan aktifitas dasar Barthel ketergantungan
ADL secara rutin seperti Index , 21-61
kemampuan ke toilet, ketergantungan
makan,berpakaian, mandi, berat/sangat
dan berpindah tempat ketergantungan
, 62-90
ketergantungan
berat, 91-99
ketergantungan
ringan, 100
mandiri
11

2 Jatuh suatu kejadian yang dapat Kuesioner Ordinal 0-20 Lansia


terjadi secara tiba-tiba dan Berg memiliki
tidak disengaja yang dapat balance resiko jatuh
mengakibatkan terbaring scale tinggi dan
atau duduk dilantai dan perlu
beresiko jatuh menggunakan
alat bantu jalan
berupa kursi
roda, 21-40
lansia
memiliki
resiko jatuh
sedang dan
perlu
menggunakan
alat bantu jalan
seperti
tongkat,kruk
dan walker,
41-56 lansia
memiliki
resiko jatuh
rendah dan
tidak
memerlukan
alat bantu.

F. Instrumen penelitian

1) Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan kuesioner.

a) Kuesioner tingal mandiri Acitivity daily living (ADL)

Kuesioner tingkat mandiri menggunakan kuesioner Barthel

Index diadopsi dari peneliti Muhammad Ardi 2011 dengan

judul Analisis hubungan ketidak mampuan fisik dan kognitif

dengan keputusan pada pasien stroke di Makasar. Kemandirian


12

ADL adalah Barthel index peneliti tidak melakukan uji

validitas dan reabilitas karena isntrumen menggunakan angket

yang diadaptasi dari model kuesioner baku Barthel Index of

Activities of Daily Living yang diadposi dari penelitian Collin

C,Wade DT, Davies S, Horne V. The Barthel ADL Index: a

reliability study. Int Disabil Stud. 1988. jenis pertanyaan

tertutup.

b) Kuesioner resiko jatuh

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan ceklis observasi

pengkajian keseimbangan Berg Balance Scale (BBS)

dikembangkan oleh Langley dan Mockintesh, 2007, yang

terdiri dari 14 item pernyataan dengan jawaban 41-56 resiko

jatuh rendah, 21-40 resiko jatuh sedang, 0-20 resiko jatuh

tinggi. Instrumen penelitian ini diadopsi dari penelitian Mulkin

Waras 2016 dengan judul Gambaran Tingkat resiko jatuh pada

lansia di Pukesmas Sedayu II Kecamatan Sedayu Bantul

Yogyakarta. Kuesioner ini berisi butiran-butiran pertanyaan

sebanyak empat belas butir buah dengan jenis pertanyaan

tertutup.
13

2) Kisi-kisi Instrumen penelitian.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Variable Indeks Score

1 Tingkat mandiri ADL Makan 0 = tidak dapat makan


5 = memerlukan bantuan,seperti memotong
makanan,mengoleskan mentega, atau
memerlukan diet khusus
10 = mandiri

2 Mandi 0 = memerlukan bantuan dalam perawatan


5 = mandiri

3 Berpakaian 0 = tidak mampu mandiri


5 = bantuan tapi dapat melakukan sebagian
10 = Mandiri (mampu mengancing baju,
menutup resleting, merapihkan pakaian)
4 Buang air besar 0 = tidak dapat mengotrol (butuh enema)
5 = kadang- kadang mengalami kesulitan
10 = dapat mengontrol buang air besar
5 Buang air kecil 0 = tidak mampu mandiri
5 = kadang-kadang mengalami kesulitan
10 = dapat mengontrol buang air kecil
6 Penggunaan 0 = tidak mampu mandiri
toilet 5 = butuh beberapa bantuan, tapi tidak
tergantung penuh
10 = mandiri
7 Berpindah (dari 0 = tidak mampu dapat duduk seimbang
tempat tidur ke 5 = butuh banyak bantuan (1 atau 2 orang)
kursi atau untuk bisa duduk
sebaliknya 10 = butuh bantuan minimal (hanya
diarahkan)
15 = mandiri
8 Mobilititas 0 = tidak mampu atau berjalan <50 meter
(berjalan pada 5 = mandiri dengan kursi roda
permukaan yang 10 = berjalan >50 meter dengan bantuan 1
rata) orang
15 = mandiri (tapi menggunakan alat bantu
seperti tongkat )
9 menggunakan 0 = tidak dapat menggunakan tangga
tangga 5= butuh bantuan ( verbal,fisik,menggunakan
alat bantu
10 = madiri

TOTAL 0-100
14

3) Validititas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini alat ukur untuk mengetahui tingkat kemandirian

ADL adalah Barthel index peneliti tidak melakukan uji validitas

dan reliabilitas karena isntrumen menggunakan angket yang

diadaptasi dari model kuesioner baku Barthel Index of Activities of

Daily Living yang diadposi dari penelitian Collin C,Wade DT,

Davies S, Horne V. The Barthel ADL Index: a reliability study. Int

Disabil Stud. 1988. Angket tidak dilakukan uji validitas dan

reliabilitas dikarenakan Barthel Index, Activities of Daily Living

merupakan skala baku untuk mengukur kemandirian melakukan

aktifitas dasar sehari hari yang sudah diukur nilai validitas dan

reliabilitasnya di tentukan juga dengan hasil nilai test-retes

reliabilitas 0.989 dan interreliabilitas 0.994 dengan Alpha

cronbachs 0,935 (Oveisgharan, shirani, ghorbani, soltanzade,

baghaei, hosseini, 2006) pada peneliti ini di peroleh alpha

chombach 0,88.

Sedangkan untuk penilain resiko jatuh pada lansia dengan

mengunakan Berg Balance scale (BBS) dikembangkan oleh

Langley dan Mockintesh, 2007, yang terdiri dari 14 item

pernyataan dengan jawaban 41-56 resiko jatuh rendah, 21-40

resiko jatuh sedang, 0-20 resiko jatuh tinggi. pada kuesioner Berg

blance scale sudah di uji validitas dan reliabilitas di tentukan juga


15

dengan Hasil uji Validitas ditemukan dengan hasil sebagai berikut:

bila nilai r hitung > r tabel maka item peryataan dikatakan valid

dan apa bila nilai r hitung < r tabel maka item peryataan tersebut

dikatakan tidak valid dengan jumlah populasi sebanyak 30 orang (r

tabel = 0,361). Hasil uji reliabilitas ditentukan juga dengan hasil

sebagai berikut: bila nilai Alpha chronbachs > 0,7 maka item

pernyataan tersebut dikatakan reliabel dan bila nilai Alpha

chronbachs < 0,7 maka item pernyataan tidak dapat di gunakan.

Setelah uji validitas dan reliabilitas dari 14 item peryataan

dikatakan valid dan reliabel sehingga item peryataan tersebut dapat

digunakan dengan nilai Alpha chronbachs Resiko Jatuh 0,759.

G. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari responden

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran rumah tahanan, jumlah narapidana


secara keseluruhan.

H. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengelolaan Data

a) Editing

meneliti kembali jawaban yang ada, apakah seluruh item sudah

dijawab atau tidak.


16

b) Coding

merupakan kegiatann merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka bilangan, hal ini dilakukan untuk memudahkan

dalam pengelolahan data.

c) Processing

Kegiatan memproses data yang didapat dari kuesioner kemudian

dianalisis dengan cara memasukan data tersebut kepaket program

SPSS

d) Tabulating

Merupakan kegiatan peneliti dalam memasukan data-data sesuai

kriteria yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah

ditentukanya skornya.

4. Analisa Data

a. Analisa univariat

Analisa univariat adalah analisa deskriptif yang bertujuan untuk

menggambarkan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian. Analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui nilai

frekuensi dan distribusi pada tiap-tiap variable penelitian seperti

independen (tingkat mandiri ADL) dan variable dependen (resiko

jatuh). Adapun rumus yang digunakan adalah:


= 100%

Keterangan :

P = Presentasi yang dicari


17

F = Jumlah frekuensi setiap kategori

N = jumlah Sampel.

b. Bivariat

Analisis bivariat adalah suatu analisis yang menggabungkan dua

variable yang diduga berhubungan atau berkolersi. Variable

independen (tingkat mandiri ADL) dan variable dependen (resiko

jatuh) dengan skala ordinal-ordinal maka dilakukan untuk mencari

hubungan antara variabel bebas dengann variabel terikat. Uji statistik

yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kolerasi kendal tau ().

Uji kendal tau () sama dengan uji jenjang atau uji rangkin dari

spearman, yakni menguji hubungan antara dua atau lebih veriabel

dengan skala ordinal.

Adap`un rumus kendal tau sebagai berikut:

Rumus Kendal tau:

= N ( N 1)

Keterangan:

=Koefisien Korelasi Kendal Tau yang besarnya (-1<0<1)

A = Jumlah Rngking atas

B = Jumlah Rangking bawah

N = Jumlah anggota sampel


18

Untuk menguji koefisien kolerasi (Hubungan) antara tingkat mandiri (ADL)

dengan resiko jatuh pada lansia tabel koefisien kontingensi(24). Tabel koefisien

kontingensi yang digunakan sebagai pedoman dalam memberikan interpretasi

terhadap nilai koefisien korelasi adalah:

Table 3.3 Kontingensi korelasi(24)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00- 0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,00 Sangat kuat

I. Etika Penelitian

Etika penelitian yang harus diperhatikan adalah diantaranya sebagai

berikut :

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden dengan memberikanlembar persetujuan. Informed

Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan


19

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden, kemudian

diminta menandatangani lembar persetujuan yang telah disimpan.

2. Anonimity (Tanpa Nama )

Anonimity merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan sujek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerasiaanya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

4. Justice

Peneliti berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanankan prinsip

keadilan responden.

J. Rencana penelitian

Setelah judul penelitian disetujui, maka peneliti segera melakukan

studi pendahuluan untuk menguatkan fenomea yang dijadikan lahan

penelitian yang menjadi landasann latar belakang masalah penelitian.

Kemudian mencari sumber-sumber referensi sebagai dasar pembuatan

skripsi dan langkah-langkah selanjutnya adalah:

1. Tahap Persiapan
20

Tahap persiapan meliiputi :

a) Mengurus surat ijin penelitian

b) Melakukan studi pendahuan

c) Menyiapkan instrumen yang telah valid dan reliabel untuk penelitian

d) Menyiapkan tempat yang akan digunakan untuk pelaksanaan penelitian

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret pada saat kegiatan senam

lansia dan di rumah lansia ketika lansia tidak mengahdiri kegiatan

tersebuts, Proses pengambilan data selama 1 minggu pada bulan april 2017

. Pelaksanaan penelitian diawali dari perkenalan peneliti pada responden,

setelah itu peneliti menyiapkan instrumen penelitian dan memberikan

penjelasan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukann. Kemudian

peneliti memberikan informed consent atau surat persetujuan menjadi

responden dan menyiapkan lembar kuesioner yang akan diisi oleh

responden. Apabila ada kata-kata yang tidak dimengerti dan respon tidak

bisa membaca dan menulis maka peneliti membacakan dan menceklis atau

responden diminta untuk menanyakan kepada penelitian. Peneliti

kemudian menghitung kembali jumlah kuesioner, setelah itu

mengumpulkan instrumen penelitian yang telah dijawab dan melakukan

editing atau pemeriksaan kembali terhadap instrumen penelitian.

3. Tahap akhir

Setelah data dikumpulkan peneliti melakukan analisis data penelitian.

Setelah analisis data selesai dilakukan konsultasi dengan dosen


21

pembimbing, kemudian dibuatkan laporan hasil penelitian yang nanti akan

diseminarkan. Apabila laporan hasil yang di seminarkan terdapat

kekurangan maka dilanjurkan dengan perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai