Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

PEMECAHAN KASUS PEMICU DENGAN METODE MODULER


Dosen Pembimbing : Kusniawati, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun Oleh :

Amanda Recca M.F Ratu Ayu Dwi K


Eka Yuni Astuti Rhefina Amelia F
Febriyanti Shoolihah Siti Ika Fariha
Fifi Maghfiroh Sity Maryatul K
Iman Sadewa Sopiyatun

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
TINGKAT III/SEMESTER VI
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala inayah dan
kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis berupa kesehatan,
kekuatan, serta kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai dengan
semestinya. Tidak lupa penulis kirimkan shalawat dan salam beriringan dengan
ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada Baginda Rasulullah SAW karena
atas segala pengorbanan yang telah dilakukannya beserta para sahabat, sehingga
kini kita mampu mengkaji alam ini lebih tinggi dari gunung tertinggi, lebih dalam
dari lautan terdalam, serta lebih jauh dari batas pandangan mata.
Adapun makalah ini berisikan tentang “Pemecahan Kasus Pemicu“ yang
bertujuan sebagai bahan bacaan, semoga dapat bermanfaat bagi yang
membacanya. Dalam makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan
dalam penulisannya. Oleh karena itu, mohon kiranya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan
pada pembuatan makalah penulis selanjutnya.

Tangerang, April 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang1

B. Tujuan Penulisan2

BAB II Landasan Teori

A. Pengertian Sistem MAKP 3

B. Jenis Model Metode MAKP 3

BAB III Gambaran Kasus

Gambaran Kasus Pemmicu6

BAB IV Analisan Kasus

A. Metode Asuhan Keperawatan 9

B. Bagan Organisasi Ruangan 10

C. Unsur, Struktur, Proses, dan Nilai Profesional 10

D. 4 Pilar Pedoman MPKP 11

E. Standar Sarana dan Prasana di ruang Rawat Inap 13

F. Perhitungan BOR 23

G. Perhitungan ALOS 23

H. Perhitungan TOI 24

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan25
B. Saran25

DAFTAR PUSAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif
mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh
lapisan masyarakat, sering kali mengalami permasalahan yang
menyangkut tentang ketidakpuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan
rumah sakit yang dianggap kurang memadai atau memuaskan. Dalam
rangka menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan, maka salah satu aspek
yang perlu mendapat perhatian adalah kualitas pelayanan keperawatan.
(Depkes RI, 1994).
Salah satu bentuk pelayanan keperawatan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan adalah memberikan rasa tanggung jawab
perawat yang lebih tinggi sehingga terjadi peningkatan kinerja kerja dan
kepuasan pasien. Pelayanan keperawatan ini akan lebih memuaskan
tentunya dengan penerapan model asuhan keperawatan professional atau
MAKP karena kepuasan pasien ditentukan salah satunya dengan
pelayanan keperawatan yang optimal (Fisbach, 1991).
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan,
dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang
diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan
keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai
sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat
terwujud.

1
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memimpin secara umum maupun dibidang
pelayanan keperawatan
2. Tujuan khusus
1) Mengetahui dan memahami metode Asuhan Keperawatan
2) Mengetahui bagan struktur ruangan
3) Menyebutkan dan memahami unsur struktur, proses dan nilai-
nilai profesional
4) Mengetahui 4 pilar yang menjadi pedoman dalam MPKP.
5) Mengetahui sarana dan prasarana standar di ruang perawatan
penyakit dalam sesuai dengan peraturan pemerintah
6) Mengetahui dan mengaplikasikan perhitan BOR, ALOS, TOI

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN SISTEM MAKP (METODE ASUHAN


KEPERAWATAN PROFESIONAL)
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat
unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang
diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan
keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai
sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat
terwujud.

B. JENIS MODEL METODE MAKP


1. Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan
kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis atau lebih untuk
semua klien yang ada di unit tersebut. Metode ini berkembang
ketika perang dunia II, akibat kurangnya perawat profesional, maka
banyak direkrut tenaga pembantu perawat. Mereka dilatih minimal
cara merawat, diajarkan tugas yang sederhana dan berulang seperti
menyuntik, ukur tekanan darah, mengukur suhu, merawat luka dan
sebagainya. Awalnya hal tersebut bersifat sementara, karena
keterbatasan tenaga perawat yang ada, namun dalam kenyataannya
hal tersebut tetap bertahan sampai saat ini, khususnya di Indonesia.
Contoh:

3
Perawat A tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital serta penyuapi pasien dan Perawat C
bertugas untuk merawat luka dan sebagainya.

2. Model Asuhan Keperawatan Tim


Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat dan sekelompok klien. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat berijazah dan berpengalaman serta memiliki
pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain itu Ketua
Tim bertanggungjawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum
tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan
klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas
apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya ketua tim yang
melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan
atau asuhan keperawatan klien

3. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien


Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan
untuk satu atau beberapa klien oleh satu perawat pada saat
tugas/jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang.
Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan
menerima laporan tentang pelayanan keperawatan klien.

4. Model Asuhan Keperawatan Primer


Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian
asuhan keperawatan dimana perawat profesional bertanggung
jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien
selama 24 jam/hari. Metode ini dikembangkan sejak tahun 1970'an.
Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan,
Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien

4
masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini
merupakan tugas utama perawat primer yang
dibantuolehperawatasosiet. Keperawatan primer iniakan
menciptakan kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi
kepada pasien. Pengkajian dan menyusun rencana asuhan
keperawatan pasien dibawah tanggung jawab perawat primer dan
perawat assosiet yang akan melaksanakan rencana asuhan
keperawatan dalam tindakan keperawatan.
Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan
kualifikasi tertentu karena perawat primer harus tenaga perawat
profesional (Register Nurse) yang mengasuh pasien mulai
pengkajian, penentuan diagnosa, membuat rencana, melakukan
implementasi dan evaluasi. Dalam kegiatan implementasiperawat
primer dibantu oleh perawat assosiete. Jadi peran perawat associate
adalah membantu saat pelaksanaan tindakan. Perawat primer akan
mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam.

5. Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan asuhan


keperawatan primary dan Tim)
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat profesionaldan non profesional
(perawattrampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah
sakit sampai pulang, disebut tanggung jawab total atau
keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang
berpengetahuan, trampil dan memiliki kemampuan memimpin.
Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien.

5
BAB III

GAMBARAN KASUS

GAMBARAN KASUS PEMICU


PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
MAHASISWA TINGKAT III, SEMESTER VI, TA 2019-2020

Sebuah Rumah Sakit X memiliki salah satu ruangan perawatan penyakit


dalam yaitu ruang Y, yang dipimpin oleh seorang kepala ruangan bernama Z yang
dipilih berdasarkan persyaratan dan aturan yang telah ditetapkan di rumah sakit X.
Ruangan Y memiliki visi yaitu pasien perawatan penyakit dalam
mendapatkan pelayanan yang cepat, tepat dan akurat sedangkan misinya yaitu
memberikan pelayanan kepada pasien penyakit dalam dengan pendekatan ilmu
kedokteran dan keperawatan yang profesional.
Jumlah perawat di ruang Y berjumlah 26 orang, dengan rincian satu orang
kepala ruangan (Ners), empat orang perawat primer (Ners) dan perawat pelaksana
(PA) berjumlah 21 dengan kualifikasi pendidikan diploma III dan SPK (20 orang
dan 1 orang).
Kepala ruangan, katim dan perawat pelaksana menyusun rencana kegiatan
bulanan dan harian. Rencana kegiatan harian yang disusun seperti yang tercantum
dalam tabel sebagai berikut:

No Katagori Rencana kegiatan harian


perawat
1. Kepala ruangan 1. Melakukan supervisi PP
2. Melakukan supervisi tenaga lain
3. Melakukan kerjasama dengan unit lain
4. Melaksanakan asuhan keperawatan

6
2. PP 1. Melakukan asuhan keperawatan dalam tim nya
2. Melakukan supervisi PA
3. Kolaborasi dengan profesi lain
4. Membagi alokasi pasien

3. Perawat 5. Melakukan asuhan keperawatan


pelaksana

Di ruangan Y terdapat struktur organisasi, daftar dinas perawat, daftar pasien.


Adapun struktur organisasi di ruang Y adalah:
1. Kepala ruangan: Ns. A
2. PP1 dan PA berjumlah 4 orang, mengelola pasien 7-8 orang
3. PP2 dan PA berjumlah 4 orang, mengelola pasien 7-8 orang
4. PP3 dan PA berjumlah 4 orang, mengelola pasien 7-8 orang
5. PP4 dan PA berjumlah 4 orang, mengelola pasien 7-8 orang
Daftar dinas tersedia di ruangan dengan pola shift yaitu kepala ruangan selalu
dinas pagi, sedangkan untuk PP dan PA jadwal dinas diatur dengan pola
PPSSMMLL.
Seluruh perawat di ruang Y melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien,
dalam berinteraksi tidak membeda-bedakan golongan/kelas ekonomi pasien
apalagi sebagian besar pasien adalah pengguna BPJS kelas III. Kepala ruangan
dan PP melakukan pengarahan kepada bawahannya melalui komunikasi yang
dibangun dengan cara melakukan kegiatan rutin berupa operan dinas, pre
conference, post conference. Kegiatan lain berupa supervisi, pendelegasian,
managemen waktu, managemen konflik. Kegiatan supervisi memastikan bahwa
diantara mereka saling mengingatkan untuk selalu melakukan kegiatan sesuai
dengan aturan/SOP yang berlaku.
Ruang Y merupakan paviliun kelas III yang memiliki kamar ruang perawatan
sebagai berikut terdapat 1 kamar (kamar 1) yang memiliki 2 tempat tidur, 3 kamar
(kamar 1,3 dan 5) memiliki 4 tempat tidur dan 3 kamar (kamar 2,4 dan 6)
memiliki 6 tempat tidur, sehingga jumlah tempat tidur seluruhnya yaitu 32 tempat
tidur. Terdapat satu meja kabinet, satu panel (berisi 1 oksigen dan 2 stop contact),

7
1 Air Conditioner dan satu kamar mandi di setiap kamar. Ruang dan peralatan lain
yang ada di ruang Y antara lain : Ruang pos perawat (nurse station), Ruang
konsultasi, Ruang tindakan, Ruang kepala rawat inap, Ruang linen bersih, Gudang
bersih, Gudang kotor, Toilet, Pantry, Ruang janitor ( Ruang petugas kebersihan ).
Fasilitas mesin yang ada diruang Y yaitu EKG, suction, tensimeter, syring
pump, infus pump.
Ruangan Y memiliki kapasitas 32 TT. Jumlah pasien yang dirawat pada
tanggal 1 April = 30 orang, tanggal 2 April = 32 orang, tanggal 3 April = 25 orang
dan tanggal 4 April = 28 orang.
Pada tanggal 4 April terdapat pasien yang pulang dengan rincian sebagai
berikut:
1. Pasien A pulang dengan lama dirawat 4 hari
2. Pasien B pulang dengan lama dirawat 2 hari
3. Pasien C meninggal dengan lama dirawat selama 10 hari
4. Pasein D pulang dengan lama dirawat 3 hari
5. Pasien E pulang dengan lama dirawat 6 hari

8
BAB IV

ANALISA KASUS

1. Jelaskan metode pemberian asuhan yang diterapkan di ruangan Y?


Jawaban :
Dari kasus diatas, ruangan Y mengguankan Metode Moduler dalam
pemberian Asuhan Keperawatan.
Metode moduler ini merupakan metode modifikasi dari metode tim dan
primer
Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini
didasarkan pada beberapa alasan berikut.
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1
Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar
adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat primer/ketua tim.

9
2. Buat bagan struktur organisasi di ruangan tersebut

Kepala
Ruangan

Perawat Perawat Perawat Perawat


Primer Primer Primer Primer

Perawat Perawat Perawat Perawat


Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Perawat Perawat Perawat Perawat


Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Perawat Perawat Perawat Perawat


Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Perawat Perawat Perawat Perawat


Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8


orang orang orang orang

10
3. Jelaskan unsur struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang tergambar
dalam kasus tersebut.
Jawaban :
Dalam kasus tersebut unsur struktur sudah lengkap dan sesuai yaitu
perawat diruang Y berjumlah 26 orang, 1 Kepala Ruangan, 4 Perawat
Primer, 21 Perawat Pelaksana. Sesuai dengan Contoh (dikutip dari Sitorus,
2002)
Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan empat
orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang
kepala ruang rawat yang juga Ners. Perawat pelaksana (PA) 21 orang,
kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri atas lulusan D-3
Keperawatan (tiga orang) dan SPK (18 orang).
Penempatan standar rencana Asuhan Keperawatan, Kepala
ruangan, katim dan perawat pelaksana menyusun rencana kegiatan bulanan
dan harian, terdapat juga struktur organisasinya dan daftar dinas perawat
dan pasien
1. PP1 dan PA berjumlah 4 orang, mengelola pasien 7-8 orang
2. PP2 dan PA berjumlah 4 orang, mengelola pasien 7-8 orang
3. PP3 dan PA berjumlah 4 orang, mengelola pasien 7-8 orang
4. PP4 dan PA berjumlah 4 orang, mengelola pasien 7-8 orang
Daftar dinas tersedia di ruangan dengan pola shift yaitu kepala ruangan
selalu dinas pagi, sedangkan untuk PP dan PA jadwal dinas diatur dengan
pola PPSSMMLL.
Proses atau metode dalam asuhan keperawatan yang digunakan di
ruang Y menggunakan metode Moduler atau merupakan metode
modifikasi antara metode tim dan primer.
Nilai-nilai profesional = Seluruh perawat diruang Y melakukan
komunikasi terapeutik dengan pasien dan tidak membeda-bedakan
golongan, kelas, maupun ekonomi, serta perawat di ruang Y melakukan
asuhan keperawatan sesuai dengan standar operasional yang ada.

11
4. Sebutkan 4 pilar yang menjadi pedoman dalam MPKP
Jawaban:
Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar
diantaranya adalahda
a. Pilar I : Pendekatan Manajemen Keperawatan
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan
manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang
pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari
1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di
ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi,
kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan
tahunan)
2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi,
jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
3) Pengarahan
4) Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise,
menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi
efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik
5) Pengawasan.
6) Pengendalian.
b. Pilar II: Sistem Penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik
keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi
kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu
dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.
c. Pilar III: Hubungan Professional

12
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata
(tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan
keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara
interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan
kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan
professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan
penerima pelayanan kesehatan.
d. Pilar IV : Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan
keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di
MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di
MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan.
5. Jelaskan sarana dan prasarana standar di ruang perawatan penyakit dalam
sesuai dengan peraturan pemerintah
Sesuai dengan PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN DAN PRASARANA RUMAH SAKIT
Pada LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 24
TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN
DAN PRASARANA RUMAH SAKIT

Ruang Rawat Inap :


1. Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang tenang, aman, dan
nyaman.
2. Ruang rawat inap harus memiliki akses yang mudah ke ruang
penunjang pelayanan lainnya.
3. Ruangan perawatan pasien di ruang rawat inap harus dipisahkan
berdasarkan jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit.
No Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Keterangan

13
1. Ruangan Perawatan 1. Ukuran ruangan Jumlah tempat
rawat inap tergantung tidur
kelas perawatan dan menyesuaikan
jumlah tempat tidur. dengan klasifikasi
2. Jarak antar tempat RS dan kajian
tidur 2,4 m atau antar kebutuhan
tepi tempat tidur pelayanan
minimal 1,5 m.
3. Bahan bangunan
yang digunakan tidak
boleh memiliki
tingkat porositas
yang tinggi.
4. Antar tempat tidur
yang dibatasi oleh
tirai maka rel harus
dibenamkan/
menempel di plafon,
dan sebaiknya bahan
tirai non porosif.
5. Setiap tempat tidur
disediakan minimal 2
(dua) kotak kontak
dan tidak boleh ada
percabangan/
sambungan langsung
tanpa pengamanan
arus.
6. Harus disediakan
outlet oksigen.
7. Ruangan harus

14
dijamin terjadinya
pertukaran udara baik
alami maupun
mekanik. Untuk
ventilasi mekanik
minimal total
pertukaran udara 6
kali per jam, untuk
ventilasi alami harus
lebih dari nilai
tersebut.
8. Ruangan perawatan
pasien harus
memiliki bukaan
jendela yang aman
untuk kebutuhan
pencahayaan dan
ventilasi alami.
9. Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan
buatan dengan
intensitas cahaya 250
lux untuk
penerangan, dan 50
lux untuk tidur.
10. Ruang perawatan
harus menyediakan
nurse call untuk
masing-masing

15
tempat tidur yang
terhubung ke pos
perawat (nurse
station).
11. Di setiap ruangan
perawatan harus
disediakan kamar
mandi. Kamar mandi
ini mengikuti
persyaratan kamar
mandi aksesibilitas.

2. Ruangan Laktasi Mengikuti persyaratan ruang Ruangan ini


laktasi seperti pada khusus disediakan
penjelasan sebelumnya. di ruang
Perawatan
kebidanan.

3. Ruangan Pos 1. Luas ruangan pos


Perawat (Nurse perawat minimal 8
Station) m2 atau 3-5 m2 per
perawat, disesuaikan
dengan kebutuhan.
Satu pos perawat
melayani maksimal
25 tempat tidur.
2. Luas ruangan harus
dapat mengakomodir
lemari arsip dan
lemari obat.

16
3. Disediakan instalasi
untuk alat
komunikasi.
4. Disediakan fasilitas
desinfeksi tangan
(handsrub).
5. Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan
buatan dengan
intensitas cahaya 200
lux untuk
penerangan.

4. Ruangan Konsultasi Umum RS Kelas C dan


D dapat
bergabung
dengan ruangan
pos perawat

5. Ruangan Tindakan 1. Luas ruangan per Jumlah ruangan


tempat tidur tindakan
resusitasi 12-20 m2. menyesuaikan
2. Bahan bangunan dengan kajian
yang digunakan tidak kebutuhan
boleh memiliki kapasitas
tingkat porositas Pelayanan
yang tinggi.
3. Setiap tempat tidur
disediakan minimal 5

17
(lima) kotak kontak
dan tidak boleh ada
percabangan/
sambungan langsung
tanpa pengamanan
arus.
4. Harus disediakan
outlet gas medik
yang terdiri dari
oksigen, udara tekan
medik dan vakum
medik.
5. Ruangan harus
dijamin terjadinya
pertukaran udara baik
alami maupun
mekanik dengan total
pertukaran udara
minimal 15 kali per
jam.
6. Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan
buatan dengan
intensitas cahaya 300
lux.

6. Ruangan Dokter Umum RS Kelas D


Jaga ruangan ini dapat
terpusat

18
7. Ruangan Kepala Umum RS Kelas D
Rawat Inap ruangan ini dapat
terpusat.
8. Ruangan Linen Disediakan lemari atau rak. RS Kelas C dan
Bersih D ruangan ini
dapat digabung
9. Gudang Bersih Umum
10. Gudang Kotor 1. Dilengkapi dengan
(Spoolhoek/Dirty sloop sink dan
Utility) service sink
2. Letak ruang
spoolhoek berada di
area servis.
3. Persyaratan ventilasi
udara :
a. Tekanan
udara dalam
ruangan
negatif.
b. Total
pertukaran
volume udara
min. 10 kali
per jam.

11. KM/WC (Toilet) 1. Toilet petugas


mengikuti
persyaratan toilet
umum (lihat poin di
atas).
2. Satu toilet melayani
satu ruangan

19
perawatan.
3. Toilet di ruangan
rawat inap harus
aksesibel untuk
pasien (Persyaratan
tentang toilet akesibel
melihat poin di atas)
dan tersedia tombol
panggil bantuan
perawat

12. Dapur Kecil 1. Dilengkapi dengan Ruangan ini dapat


(Pantry ) sink dan meja pantri. terpusat di RS
2. Dilengkapi meja dan
kursi makan sesuai
dengan kebutuhan.

13. Janitor/ Ruang Umum Untuk RS kelas


Petugas Kebersihan D, ruangan ini
dapat terpusat di
RS

14. Ruangan Perawatan 1. Ukuran ruangan Untuk RS kelas C


Isolasi perawatan isolasi dan D, ada/tidak
minimal 3x4 m2. ruangan ini
2. Satu ruangan untuk disesuaikan
satu tempat tidur. kajian kebutuhan
3. Bahan bangunan pelayanan
yang digunakan tidak
boleh memiliki
tingkat porositas
yang tinggi.

20
4. Setiap ruangan
disediakan minimal 2
(dua) kotak kontak
dan tidak boleh ada
percabangan/
sambungan langsung
tanpa pengamanan
arus.
5. Harus disediakan
outlet oksigen dan
vakum medik.
6. Disediakan toilet
pasien.
7. Dilengkapi wastafel
pada ruangan antara.
8. Persyaratan ventilasi
udara sebagai berikut
:
a. Ruangan
bertekanan
lebih negatif
dari ruangan
disebelahnya.
b. Ruangan
harus dijamin
terjadinya
pertukaran
udara baik
alami maupun
mekanik.
Untuk

21
ventilasi
mekanik
minimal total
pertukaran
udara 6
kali/jam.
c. Dilengkapi
ruangan
antara
(airlock) jenis
sink, dimana
airlock
bertekanan
lebih negatif
dibandingkan
ruangan-
ruangan
disebelahnya

9. Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan
buatan dengan
intensitas cahaya 200
lux untuk
penerangan, dan 50
lux untuk tidur.
10. Ruang perawatan
isolasi harus
menyediakan nurse

22
call yang terhubung
ke pos perawat
(nurse station).

Keterangan : Kebutuhan ruangan di ruang rawat inap disesuaikan dengan


jenis dan kebutuhan pelayanan serta ketersediaan SDM di Rumah Sakit.

6. Hitung BOR ( Bed Occupancy Rate)


Dik :
HP = 115 Hari 1. April = 30 Orang
2. April = 32 Orang
3. April = 25 Orang
4. April = 28 Orang
TT = 32 TT
Dit : BOR ?
BOR
= Hari perawatan
X 100%
 TT X  Hari dalam 1 periode

= 115 Hari
X 100%
32 X 4

= 115

23
X 100% = 90 %

128

7. Hitung ALOS (Averege Length Of Stay)


Diketahui Pada Tanggal 4 April Terdapat Pasien Yang Pulang 5 Orang

1. Pasien A Pulang dengan lama dirawat 4 hari


2. Pasien B pulang dengan lama dirawat 2 hari
3. Pasien C meninggal dengan lama dirawat 10 hari
4. Pasien D pulang dengan lama dirawat 3 hari
5. Pasien E pulang dengan lama dirawat 6 hari

Jumlah lama dirawat = 25 hari

Dit : ALOS ?

ALOS =  lama dirawat

 pasien keluar (hidup = mati )

= 25 Hari =5

5 Orang

8. Hitung TOI ( Turn Over Interval)


Dit :
Tempat Tidur : 32 TT
Jumlah Periode : 1 Hari
Jumlah HP : 28 Hari
Jumlah Pasien Keluar Hidup & Meninggal : 5 Orang
Dit : TOI ?
=(  TT X  PERIODE) – HARI PERAWATAN
 PASIEN KELUAR HIDUP + MATI )
= (32 X 1) – 28 = 32– 28 = 4/5 = 0,8 = 1 n

24
5 5

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Disimpulkan bahwa gambaran kasus diatas dalam penerapan metode


asuhan keperawatan yang digunakan di ruang Y adalah Metode Moduler
yang merupakan modifikasi dari metode tim dan primer. Nilai-nilai
profesional yang dapat diambil dari gambaran kasus diatas adalah Seluruh
perawat diruang Y melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dan
tidak membeda-bedakan golongan, kelas, maupun ekonomi, serta perawat
di ruang Y melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan standar
operasional yang ada. Terdapat 4 pilar yang menjadi pedoman MPKP
antara laian : Pendekatan Manajemen Keperawatan, Sistem Penghargaan,
Hubungan Profesional, dan Manajemen Asuhan Keperawatan

B. Saran

25
Agar makalah ini bermanfaat bagi penulis dan juga teman teman
mahasiswa – mahasiswi yang lain. Dan makin bertambah ilmu dan
pengetahuannya. Jangan lupa membaca teman – teman karna membaca
adalah jendela dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika diunduh pada tanggal 14 April
2020 pukul 09:00 WIB
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24
TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN DAN
PRASARANA RUMAH SAKIT diunduh pada tanggal 14 April 2020 pukul
09:00 WIB
Mugianti Sri. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Manajemen dan
Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.
diunduh pada tanggal 17 April 2020 pukul 10:00 WIB

26
27

Anda mungkin juga menyukai