Disusun Oleh :
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala inayah dan
kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis berupa kesehatan,
kekuatan, serta kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai dengan
semestinya. Tidak lupa penulis kirimkan shalawat dan salam beriringan dengan
ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada Baginda Rasulullah SAW karena
atas segala pengorbanan yang telah dilakukannya beserta para sahabat, sehingga
kini kita mampu mengkaji alam ini lebih tinggi dari gunung tertinggi, lebih dalam
dari lautan terdalam, serta lebih jauh dari batas pandangan mata.
Adapun makalah ini berisikan tentang “Pemecahan Kasus Pemicu“ yang
bertujuan sebagai bahan bacaan, semoga dapat bermanfaat bagi yang
membacanya. Dalam makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan
dalam penulisannya. Oleh karena itu, mohon kiranya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan
pada pembuatan makalah penulis selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang1
B. Tujuan Penulisan2
F. Perhitungan BOR 23
G. Perhitungan ALOS 23
H. Perhitungan TOI 24
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan25
B. Saran25
DAFTAR PUSAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif
mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh
lapisan masyarakat, sering kali mengalami permasalahan yang
menyangkut tentang ketidakpuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan
rumah sakit yang dianggap kurang memadai atau memuaskan. Dalam
rangka menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan, maka salah satu aspek
yang perlu mendapat perhatian adalah kualitas pelayanan keperawatan.
(Depkes RI, 1994).
Salah satu bentuk pelayanan keperawatan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan adalah memberikan rasa tanggung jawab
perawat yang lebih tinggi sehingga terjadi peningkatan kinerja kerja dan
kepuasan pasien. Pelayanan keperawatan ini akan lebih memuaskan
tentunya dengan penerapan model asuhan keperawatan professional atau
MAKP karena kepuasan pasien ditentukan salah satunya dengan
pelayanan keperawatan yang optimal (Fisbach, 1991).
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan,
dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang
diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan
keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai
sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat
terwujud.
1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memimpin secara umum maupun dibidang
pelayanan keperawatan
2. Tujuan khusus
1) Mengetahui dan memahami metode Asuhan Keperawatan
2) Mengetahui bagan struktur ruangan
3) Menyebutkan dan memahami unsur struktur, proses dan nilai-
nilai profesional
4) Mengetahui 4 pilar yang menjadi pedoman dalam MPKP.
5) Mengetahui sarana dan prasarana standar di ruang perawatan
penyakit dalam sesuai dengan peraturan pemerintah
6) Mengetahui dan mengaplikasikan perhitan BOR, ALOS, TOI
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Perawat A tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital serta penyuapi pasien dan Perawat C
bertugas untuk merawat luka dan sebagainya.
4
masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini
merupakan tugas utama perawat primer yang
dibantuolehperawatasosiet. Keperawatan primer iniakan
menciptakan kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi
kepada pasien. Pengkajian dan menyusun rencana asuhan
keperawatan pasien dibawah tanggung jawab perawat primer dan
perawat assosiet yang akan melaksanakan rencana asuhan
keperawatan dalam tindakan keperawatan.
Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan
kualifikasi tertentu karena perawat primer harus tenaga perawat
profesional (Register Nurse) yang mengasuh pasien mulai
pengkajian, penentuan diagnosa, membuat rencana, melakukan
implementasi dan evaluasi. Dalam kegiatan implementasiperawat
primer dibantu oleh perawat assosiete. Jadi peran perawat associate
adalah membantu saat pelaksanaan tindakan. Perawat primer akan
mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam.
5
BAB III
GAMBARAN KASUS
6
2. PP 1. Melakukan asuhan keperawatan dalam tim nya
2. Melakukan supervisi PA
3. Kolaborasi dengan profesi lain
4. Membagi alokasi pasien
7
1 Air Conditioner dan satu kamar mandi di setiap kamar. Ruang dan peralatan lain
yang ada di ruang Y antara lain : Ruang pos perawat (nurse station), Ruang
konsultasi, Ruang tindakan, Ruang kepala rawat inap, Ruang linen bersih, Gudang
bersih, Gudang kotor, Toilet, Pantry, Ruang janitor ( Ruang petugas kebersihan ).
Fasilitas mesin yang ada diruang Y yaitu EKG, suction, tensimeter, syring
pump, infus pump.
Ruangan Y memiliki kapasitas 32 TT. Jumlah pasien yang dirawat pada
tanggal 1 April = 30 orang, tanggal 2 April = 32 orang, tanggal 3 April = 25 orang
dan tanggal 4 April = 28 orang.
Pada tanggal 4 April terdapat pasien yang pulang dengan rincian sebagai
berikut:
1. Pasien A pulang dengan lama dirawat 4 hari
2. Pasien B pulang dengan lama dirawat 2 hari
3. Pasien C meninggal dengan lama dirawat selama 10 hari
4. Pasein D pulang dengan lama dirawat 3 hari
5. Pasien E pulang dengan lama dirawat 6 hari
8
BAB IV
ANALISA KASUS
9
2. Buat bagan struktur organisasi di ruangan tersebut
Kepala
Ruangan
10
3. Jelaskan unsur struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang tergambar
dalam kasus tersebut.
Jawaban :
Dalam kasus tersebut unsur struktur sudah lengkap dan sesuai yaitu
perawat diruang Y berjumlah 26 orang, 1 Kepala Ruangan, 4 Perawat
Primer, 21 Perawat Pelaksana. Sesuai dengan Contoh (dikutip dari Sitorus,
2002)
Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan empat
orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang
kepala ruang rawat yang juga Ners. Perawat pelaksana (PA) 21 orang,
kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri atas lulusan D-3
Keperawatan (tiga orang) dan SPK (18 orang).
Penempatan standar rencana Asuhan Keperawatan, Kepala
ruangan, katim dan perawat pelaksana menyusun rencana kegiatan bulanan
dan harian, terdapat juga struktur organisasinya dan daftar dinas perawat
dan pasien
1. PP1 dan PA berjumlah 4 orang, mengelola pasien 7-8 orang
2. PP2 dan PA berjumlah 4 orang, mengelola pasien 7-8 orang
3. PP3 dan PA berjumlah 4 orang, mengelola pasien 7-8 orang
4. PP4 dan PA berjumlah 4 orang, mengelola pasien 7-8 orang
Daftar dinas tersedia di ruangan dengan pola shift yaitu kepala ruangan
selalu dinas pagi, sedangkan untuk PP dan PA jadwal dinas diatur dengan
pola PPSSMMLL.
Proses atau metode dalam asuhan keperawatan yang digunakan di
ruang Y menggunakan metode Moduler atau merupakan metode
modifikasi antara metode tim dan primer.
Nilai-nilai profesional = Seluruh perawat diruang Y melakukan
komunikasi terapeutik dengan pasien dan tidak membeda-bedakan
golongan, kelas, maupun ekonomi, serta perawat di ruang Y melakukan
asuhan keperawatan sesuai dengan standar operasional yang ada.
11
4. Sebutkan 4 pilar yang menjadi pedoman dalam MPKP
Jawaban:
Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar
diantaranya adalahda
a. Pilar I : Pendekatan Manajemen Keperawatan
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan
manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang
pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari
1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di
ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi,
kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan
tahunan)
2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi,
jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
3) Pengarahan
4) Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise,
menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi
efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik
5) Pengawasan.
6) Pengendalian.
b. Pilar II: Sistem Penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik
keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi
kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu
dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.
c. Pilar III: Hubungan Professional
12
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata
(tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan
keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara
interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan
kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan
professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan
penerima pelayanan kesehatan.
d. Pilar IV : Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan
keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di
MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di
MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan.
5. Jelaskan sarana dan prasarana standar di ruang perawatan penyakit dalam
sesuai dengan peraturan pemerintah
Sesuai dengan PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN
TEKNIS BANGUNAN DAN PRASARANA RUMAH SAKIT
Pada LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 24
TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN
DAN PRASARANA RUMAH SAKIT
13
1. Ruangan Perawatan 1. Ukuran ruangan Jumlah tempat
rawat inap tergantung tidur
kelas perawatan dan menyesuaikan
jumlah tempat tidur. dengan klasifikasi
2. Jarak antar tempat RS dan kajian
tidur 2,4 m atau antar kebutuhan
tepi tempat tidur pelayanan
minimal 1,5 m.
3. Bahan bangunan
yang digunakan tidak
boleh memiliki
tingkat porositas
yang tinggi.
4. Antar tempat tidur
yang dibatasi oleh
tirai maka rel harus
dibenamkan/
menempel di plafon,
dan sebaiknya bahan
tirai non porosif.
5. Setiap tempat tidur
disediakan minimal 2
(dua) kotak kontak
dan tidak boleh ada
percabangan/
sambungan langsung
tanpa pengamanan
arus.
6. Harus disediakan
outlet oksigen.
7. Ruangan harus
14
dijamin terjadinya
pertukaran udara baik
alami maupun
mekanik. Untuk
ventilasi mekanik
minimal total
pertukaran udara 6
kali per jam, untuk
ventilasi alami harus
lebih dari nilai
tersebut.
8. Ruangan perawatan
pasien harus
memiliki bukaan
jendela yang aman
untuk kebutuhan
pencahayaan dan
ventilasi alami.
9. Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan
buatan dengan
intensitas cahaya 250
lux untuk
penerangan, dan 50
lux untuk tidur.
10. Ruang perawatan
harus menyediakan
nurse call untuk
masing-masing
15
tempat tidur yang
terhubung ke pos
perawat (nurse
station).
11. Di setiap ruangan
perawatan harus
disediakan kamar
mandi. Kamar mandi
ini mengikuti
persyaratan kamar
mandi aksesibilitas.
16
3. Disediakan instalasi
untuk alat
komunikasi.
4. Disediakan fasilitas
desinfeksi tangan
(handsrub).
5. Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan
buatan dengan
intensitas cahaya 200
lux untuk
penerangan.
17
(lima) kotak kontak
dan tidak boleh ada
percabangan/
sambungan langsung
tanpa pengamanan
arus.
4. Harus disediakan
outlet gas medik
yang terdiri dari
oksigen, udara tekan
medik dan vakum
medik.
5. Ruangan harus
dijamin terjadinya
pertukaran udara baik
alami maupun
mekanik dengan total
pertukaran udara
minimal 15 kali per
jam.
6. Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan
buatan dengan
intensitas cahaya 300
lux.
18
7. Ruangan Kepala Umum RS Kelas D
Rawat Inap ruangan ini dapat
terpusat.
8. Ruangan Linen Disediakan lemari atau rak. RS Kelas C dan
Bersih D ruangan ini
dapat digabung
9. Gudang Bersih Umum
10. Gudang Kotor 1. Dilengkapi dengan
(Spoolhoek/Dirty sloop sink dan
Utility) service sink
2. Letak ruang
spoolhoek berada di
area servis.
3. Persyaratan ventilasi
udara :
a. Tekanan
udara dalam
ruangan
negatif.
b. Total
pertukaran
volume udara
min. 10 kali
per jam.
19
perawatan.
3. Toilet di ruangan
rawat inap harus
aksesibel untuk
pasien (Persyaratan
tentang toilet akesibel
melihat poin di atas)
dan tersedia tombol
panggil bantuan
perawat
20
4. Setiap ruangan
disediakan minimal 2
(dua) kotak kontak
dan tidak boleh ada
percabangan/
sambungan langsung
tanpa pengamanan
arus.
5. Harus disediakan
outlet oksigen dan
vakum medik.
6. Disediakan toilet
pasien.
7. Dilengkapi wastafel
pada ruangan antara.
8. Persyaratan ventilasi
udara sebagai berikut
:
a. Ruangan
bertekanan
lebih negatif
dari ruangan
disebelahnya.
b. Ruangan
harus dijamin
terjadinya
pertukaran
udara baik
alami maupun
mekanik.
Untuk
21
ventilasi
mekanik
minimal total
pertukaran
udara 6
kali/jam.
c. Dilengkapi
ruangan
antara
(airlock) jenis
sink, dimana
airlock
bertekanan
lebih negatif
dibandingkan
ruangan-
ruangan
disebelahnya
9. Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan
buatan dengan
intensitas cahaya 200
lux untuk
penerangan, dan 50
lux untuk tidur.
10. Ruang perawatan
isolasi harus
menyediakan nurse
22
call yang terhubung
ke pos perawat
(nurse station).
= 115 Hari
X 100%
32 X 4
= 115
23
X 100% = 90 %
128
Dit : ALOS ?
= 25 Hari =5
5 Orang
24
5 5
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
25
Agar makalah ini bermanfaat bagi penulis dan juga teman teman
mahasiswa – mahasiswi yang lain. Dan makin bertambah ilmu dan
pengetahuannya. Jangan lupa membaca teman – teman karna membaca
adalah jendela dunia.
DAFTAR PUSTAKA
26
27