Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan
mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya
menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan
merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu
menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih
baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri
ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya
pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di
kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik
keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat
memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak
merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan
sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan
yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji,
memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak
otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki
kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan
tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan
penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi
profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi
dan tanggung jawab anggota profesi.
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya
terhadap klien.
2.2 Definisi issue
Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau
buktinya. Beberapa issue keperawatan pada saat ini :
RUANG Lingkup praktek keperawatan pada beberapa dekade mendatang akan menampakan perubahan
yang cukup bermakna. Selama ini peran perawat dalam bagian pelayanan kesehatan belum menemukan
ritmenya, posisi perawat tidak akan pernah jelas bila kebaradaannya dipaksakan dalam konteks Indek
Pembangunan Manusia, karena dalam hal tersebut peran tenaga kesehatan lain tertulis dengan nyata.
Upaya-upaya bidang kesehatan selama ini seperti preventif, promoti, kuratif dan rehabilitatif rupanya perlu
mendapatkan refleksi dari perawat. Kritisi tersebut bukan untuk menggugat cakupan pelayanan kesehatan,
melainkan perawat perlu menciptakan model praktik pelayanan perawatan yang khas dan berbeda,
sehingga meskipun perannya tidak langsung berdampak terhadap peningkatan indeks pembangunan
manusia, namun tetap berarti (mengisi sektor yang kosong/tidak tergarap) karena perannya tidak identik
dengan profesi lain atau sebagai sub sistem tenaga kesehatan lainnya.
Mengingat hal hal tersebut kita perlu mencermati beberapa peristiwa di belahan dunia lain, akan
perubahan perubahan konsep dan pengembangan kesehatan. Khususnya di negara maju seperti Amerika,
hasil riset yang dikemukakan oleh Bournet (dalam Jurnal Riset) tentang perkembangan Hospital At Home
atau perawatan pasien di rumah mereka sendiri, secara kuantitatif menunjukan peningkatan dari tahun ke
tahunnya. Pada tahun 1970an rasionya adalah 291 ; 1 , kemudian tahun 1990an perbandingannya sekitar
120 ; 1 dan terakhir penelitian pada tahun 2004 perbedaannya menjadi semakin tipis yaitu 12 ; 1. Masih
penelitian tentang Hospital At Home dan di Amerika menunjukan bahwa, tingkat kepuasan pasien yang di
rawat di rumahnya sendiri lebih memuaskan pasien dan keluarga dibandingkan dengan mereka yang
dirawat di rumah sakit. Bila kita melihat tren dan isu di negara lain tersebut kita dapat membuat satu
analisis bahwa, Hospital At Home akan menjadi salah satu model anyar yang perkembangannya akan
sangat pesat.
Implikasinya bagi perawat dan praktek keperawatan jelas hal ini merupakan angin surga, karena dengan
praktik dalam model Hospital At Home, perawat akan menunjukan eksistensinya.
Keuntungannya dalam meningkatkan peran perawat antara lain;
(1) Otonomi praktik keperawatan akan jelas dibutuhkan dan dibuktikan, mengingat kedatangan perawat ke
rumah pasien memikul tanggung jawab profesi,
(2) Perawat dimungkinkan menjadi manager/ leader dalam menentukan atau memberikan pandangan
kepada pasien tentang pilihan pilihan tindakan atau rujukan yang sebaiknya ditempuh pasien,
(3) Patnership, berdasarkan pengalaman di lapangan kebersamaan dan penghargaan dengan sesama rekan
sejawat serta profesi lain memperlihatkan ke-egaliterannya ,
(4) Riset dan Pengembangan Ilmu, hal ini yang paling penting, dengan adanya konsistensi terhadap
keperawatan nampak fenomena keunggulan dari Hospital At Home ini, ketika perawat mengasuh pasien
dengan jumlah paling ideal yaitu satu pasien dalam satu waktu, interaksi tersebut selain memberikan
tingkat kepuasan yang baik juga memberikan dorongan kepada perawat untuk memecahkan masalah
secara scientific approach.
Berdasarkan uraian tersebut jelaslah bahwa ruang kosong praktek Hospital At Home ini menjadi peluang
bidang garap yang akan menambah tegas betapa perawat memiliki peran yang tidak identik dan tidak
tergantikan. Pengalaman di lapangan membuktikan tentang betapa tingginya animo masyarakat akan
kehadiran Hospital At Home (Nursing At Home), hanya saja ada beberapa tantangan yang menuntut
keseriusan untuk segera mengembangkan model ini. Tantanga tersebut diantaranya adalah Infrastruktur
Hospital At Home yang sangat mahal, salahsatunya adalah keberadaan alat kesehatan, dengan konsep one
tools one patien/home, maka bisa dibayangkan kebutuhan alat kesehatan ini akan semakin membengkak,
baik kebutuhan secara jumlah ataupun mahalnya alat tersebut. Kedua adalah sosialisasi, perlu adanya
perumusan metoda sosialisasi yang efektif, ethic dan legal dalam mengenalkan model pelayanan Hospital At
Home tersebut agar tidak terjadi misinterpretasi dan miskomunikasi.
Kancil Jogja
No comments
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan
berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan sehat
untuk semua pada tahun 2010 , maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1.
"Ini sejalan tuntutan dan kebutuhan akan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang kesehatan yang sangat pesat," kata Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UI Dewi Irawaty
dalam Peluncuran Program Doktor Keperawatan UI di Jakarta, Menurut dia, program doktor
keperawatan di Indonesia sudah termasuk tertinggal karena Program Doktor Keperawatan
pertama sudah dibuka di University of Columbia sejak 1923. Indonesia, ujarnya, baru memulai
sistem pendidikan tinggi keperawatan pada 1985, dalam program studi Ilmu Keperawatan di
Fakultas Kedokteran (FK) UI yang baru berkembang menjadi fakultas mandiri pada 1995
sebagai fakultas ke-12 di UI. Fakultas ini, ujarnya, baru membuka program magister pada 1999
yang dengan semakin meningkatnya jumlah perawat terdidik maka diharapkan dapat
meningkatkan kualitas layanan kesehatan kepada pasien dan masyarakat. Namun demikian ia
mengingatkan, bahwa program doktor keperawatan seharusnya dibedakan dengan keperawatan
sebagai profesi penunjang dalam praktek kedokteran. Program S2 dan S3 itu lebih bersifat
akademik yang berbeda dengan praktek. Jalur akademik ini lebih berkaitan dengan keilmuwan
dan mengisi kebutuhan di level manajemen, pendidikan, dan klinikal," kata Kepala RSCM
Akmal Taher yang juga hadir. Program ini, lanjut Dewi, diharapkan mampu menghasilkan
lulusan berkualitas unggul baik sebagai peneliti, ilmuwan, pendidik, dan pemimpin di tengah
masyarakat dengan kompetensi internasional dan mampu bersaing secara global.
Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari :
a.
Body of Knowledge
a.
Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak
merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b.
Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan
sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan
keunikan yang dimiliki.
c.
Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati
janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan
spiritual klien.
mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu perubahan pada
dinamika kependudukan, temuan substansial IPTEK kesehatan/kedokteran, tantangan global,
perubahan lingkungan dan demokrasi disegala bidang.
Berdasarkan pemahaman terhadap situasi dan adanya perubahan pemahaman terhadap
konsep sehat sakit, serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi tentang
determinan kesehatan bersifat multifaktoral, telah mendorong pembangunan kesehatan nasional
kearah paradigma baru, yaitu paradigma sehat.
Paradigma sehat yang diartikan disini adalah pemikiran dasar sehat, berorientasi pada
peningkatan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada orang sakit,
sehingga kebijakan akan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif dengan maksud
melindungi dan meningkatkan orang sehat menjadi lebih sehat dan roduktif serta tidak jatuh
sakit. Disisi lain, dipandang dari segi ekonomi, melakukan investasi dan intervensi pada orang
sehat atau pada orang yang tidak sakit akan lebih cost effective dari pada intervensi terhadap
orang sakit. Pada masa mendatang, perlu diupayakan agar semua policy pemerintah selalu
berwawasan kesehatan, motto-nya akan menjadi "Pembangunan Berwawasan Kesehatan".
membentuk hasil yang diinginkan (Rogge, 1987). Dahulu, perawat merasa tidak nyaman dengan
politik karena mayoritas perawat adalah wanita dan politik merupakan dominasi laki-laki.
Perawat juga tidak menyadari preseden historis yang ditetapkan oleh perawat dalam area politik,
dan karena mereka tidak pada secara politik, perawat kurang mendapatkan pendidikan politik
untuk memenangkan kompetisi dalam politik (Mason dan Talbott, 1985: Mason, 1990)
Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam
kurikulum keperawatan, organisasi professional dan tempat perawatan kesehatan (Stanhope dan
Belcher, 1993). Organisasi keperawatan telah memperkerjakan seseorang yang mampu melobi
untuk mendorong terbentuknya legislasi Negara bagian dan U.S. Congress untuk meningkatkan
kualitas perawatan kesehatan. Kalisch dan Kalisch (1982) menuliskan bahwa ANA
bekerja untuk meningkatkan standar kesehatan dan ketersediaan pelayanan perawatan kesehatan
bagi semua orang; mendorong standar peperawatan yang tinggi, menstimulasi dan meningkatkan
pengembangan perawat professional dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan umum.
Tujuan ini dibatasi oleh pertimbangan kenegaraan, ras, keturunan, gaya hidup, warna kulit, seks
dan jenis usia.
ANA memperkerjakan seseorang perawat terdaftar dalam melakukan lobi setingkat
federal, dan organisasi keperawatan Negara bagian juga memperkerjakan seorang yang mampu
melakukan lobi dan spesialis legislasi untuk bekerja pada isu-isu keperawatan di Negara bagian
dan membantu upaya federal. Akhirnya, ahli melobi yang bekerja atas nama perawat
diperkerjakan di Washington oleh kelompok minat professional seperti American federation of
theacher, NLN,American college of nurse-midwives, American public healt Assosiation,AACN.
Kelompok ini bertujuan untuk menghilangkan kendala financial dari perawatan kesehatan,
meningkatkan asuhan keperawatan yang tersedia, meningkatkan penghargaan ekonomi untuk
perawtan untuk memperluas peran perawat professional.(Aiken, 1982).
Selain itu perawat, secara individu dapat mempengaruhi keputusan politik pada semua
tingkat pemerintahan dan organisasi keperawatan menggabungkan semua upaya seperti
pada Nursings Agenda For Healt Care Reform (Tri-Council, 1991) akan secara kritis
menerapkan pengaruh perawat dalam proses politik sedini mungkin (Hall- Long, 1995). Strategi
spesifik mencakup pengintegrasian peraturan publik ke dalam kurikulum keperawatan,
sosialisasi dini dan berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan tempat
praktik klinik dan menjalankan tempat pelayanan kesehatan di masyarakat.
Jika perawat menjadi mahasiswa yang serius dalam memperhatikan kebutuhan social,
menjadi aktifis dalam mempengaruhi peraturan untuk memenuhi kebutuhan dan menjadi
contributor waktu dan uang yang terbuka bagi keperawatan dan organisasi mereka dapat menjadi
kandidat untuk bekerja bagi asuhan kesehatan yang baik secara universal, maka masa depan akan
menjadi cemerlang.
kondisi riil di Indonesia (berdasarkan audiensi ppni pusat dan wilayah saat aksi nasional 12
mei 2008 - 8 juni 2009 dan berbagai proses loby dan negosiasi)
a. tidak ada kepastian hukum bagi profesi keperawatan
b. hilangnya peluang untuk bersaing dengan perawat asing karena tidak adanya sertifikat yang
diakui internasional
c. perbandingan perawat dan pasien tidak seimbang sehingga sangat susah untuk memberikan
pelayanan prima
saatnya kita introspeksi diri, mengapa Undang-undang keperawatan sampai sekarang belum
disahkan? mengapa undang-undang yang mengatur dan bisa melindungi perawat sampai sekarang
sudah tidak terdengar? apakah Drafnya di parlemen sudah usang dan tidak terbaca lagi oleh
anggota dewan? atau kita akan puas kalau undang-undang itu hanya menjadi draf saja?
jawabannya tidak lain karena kita tidak punya wakil yang bisa memperjuangkan undang-undang
tersebut.
Mari kita lirik profesi guru dan dosen, dengan diterbitkannya Undang-undang guru dan dosen
tentu saja mengangkat kesejahteraan mereka, terutama dengan adanya sertifikasi guru dan dosen.
mengapa mereka bisa? tentu saja karena mereka memiliki organisasi profesi yang kuat dan mereka
banyak memiliki wakil di parlemen. Banyak guru dan dosen, bahkan rektor yang turun gunung
masuk dunia politik dan menjadi anggota dewan, tentu saja nantinya mereka akan menjadi pejuang
pendidikan dalam dunia politik, dan mereka mendapat dukungan dari teman-teman seprofesinya.
Sehingga kita sebagai profesi perawat harus mengembangkan pengetahuan tidak hanya terbatas
pada ilmu keperawatan. Tetapi juga menguasai ilmu politik, ilmu sosial, ilmu hukum, dan ilmu
lainnya. Niscaya kita akan menjadi profesi yang kuat.
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era
dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada
masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan
masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai
macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah
urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola
nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang
berkaitan
dengan
kelompok
lanjut
usia
serta
penyakit
degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan
pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan
dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang
profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat
memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki
kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya,
memiliki
wawasan
yang
luas
dan
menguasi
perkembangan
Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum
menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional,
diantaranya
pertama
kali
Keterlambatan
dibuka
di
UI,
sedangkan
pengembangan
di
negara
pendidikan
barat
pada
perawat
tahun
1869.
professional.
maka
1.
solusi
yang
harus
Pengembangan
ditempuh
adalah
pendidikan
keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional,
pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Akademi
Keperawatan
merupakan
pendidikan
keperawatan
yang
menghasilkan
tenaga
perawatan
professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar,
lahan
praktik
dan
2.
Memantapkan
sarana
system
serta
prasarana
pelayanan
penunjang
perawatan
pendidikan.
professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik
keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam memberikan
asuhan
keperawatan
harus
3.
segera
di
lakukan
untuk
Penyempurnaan
menjamin
kepuasan
konsumen/klien.
organisasi
keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan
mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya
menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan
merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi
anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta
meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun
melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan
keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan
dalam
1.
Nilai
Nilai
intelektual
dalam
a.
prtaktik
keperawatan
Body
b.
c.
intelektual
of
Pendidikan
Menggunakan
dalam
Nilai
berpikir
dari
Knowledge
spesialisasi
pengetahuan
2.
terdiri
secara
(berkelanjutan)
kritis
dan
kreatif.
komitmen
moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan.
Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas,
komitmen
Aspek
moral
moral
yang
dan
harus
menjadi
tanggung
landasan
perilaku
jawab
perawat
a.
etik.
adalah
Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak
merugikan
klien.
(Johnstone,
1994)
b.
Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya,
tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c.
Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji,
memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3.
Otonomi,
kendali
dan
tanggung
gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak otonomi
merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap
fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta
tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi
keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan
tanggung
jawab
anggota
profesi.
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap
klien.
secara individu maupun kelompok untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengaruh pada
kebijakan asuhan kesehatan yang mempengaruhi praktik keperawatan.
Seputar RUU Keperawatan, Achir menuturkan bahwa tahun 2005 RUU sudah diterima
DPR. Tetapi sampai tahun 2007, RUU tersebut belum juga dikerjakan. Melihat tidak seriusnya
para legislator, maka PPNI melalui Gerakan Nasional 12 Mei 2008 mendorong RUU ini
diundangkan paling lambat 2009. Akhirnya, melalui keputusan tanggal 16 Desember 2008 RUU
Keperawatan
masuk
dalam
Proglegnas
tahun
2009
urutan
ke-26.
Lebih lanjut, ia menjelaskan situasi konkret yang kerap terjadi antara masyarakat atau pasien
dengan perawat. Di saat tertentu, ada pasien yang hendak diperiksa tetapi tidak ada dokter, yang
ada hanya perawat. Dalam situasi dilematis ini, jika perawat menolak memeriksa maka ia akan
"diadili" oleh pasien atau masyarakat. Tapi jika perawat memeriksa, maka ia akan dikenai sanksi
hukum. "Itu bisa terjadi karena kita belum ada UU Keperawatan. Yang ada hanya Kepmenkes.
Itu kalah dengan UU Kedokteran," jelas Achir .
Menurutnya, sudah banyak kasus "diciduknya" perawat oleh kepolisian terkait persoalan di
atas. Diantaranya di Pati, Wonogiri, Kaltim, Banten, dan tempat lain. Supaya hal tersebut tidak
terjadi, maka harus ada batasan yang jelas, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
seorang perawat. Ini merupakan kebijakan pemerintah untuk segera mengesahkan UU
keperawatan.
Bapak Zuber Safawi, SHI.( anggota DPR RI periode 2004-2009) menyampaikan cara
paling efektif agar UU keperawatan bisa disahkan adalah kesadaran anggota DPR RI tentang
urgensi UU keperawatan perlu ditumbuhkan sehingga menjadi kesadaran kolektif seluruh
anggota DPR RI, pendekatan dan loby kepada pimpinan DPR RI dan seluruh anggota fraksi agar
terbentuk fungsi representatif dari seluruh anggota fraksi (seluruh anggota fraksi anggota DPR
RI yang berjumlah 45 orang sepakat RUU keperawatan disahkan), jika hal ini bisa terlaksana
maka RUU keperawatan akan dengan mudah disahkan. Tidak hanya loby saja, aksi besarbesaran untuk mendongkrak opini publik sangat diperlukan baik di tingkat wilayah dan nasional
(PPNI, perawat, mahasiswa dan stakeholder terkait) dengan begitu RUU yang sekarang
posisinya masih di baleg bisa dengan mudah masuk ke pimpinan DPR dan mendapat persetujuan
semua fraksi, dan proses seterusnya bisa berlajalan lancar sampai UU keperawatan bisa
disahkan.
Aksi massa turun ke jalan sangat perlu dilakukan guna penguatan dari proses loby dan bisa
mendongkrak opini publik, aksi massa sebaiknya dilakukan tepat saat sidang paripurna, sidang
paripurna dilakukan setiap hari selasa dan jika memang perlu dilaksanakan sidang paripurna
istimewa akan dilakukan secara terus menerus dalam waktu 1 minggu.
Kesimpulan
Makalah ini memperlihatkan bahwa keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak
berubah tetapi profesi yang secara terus menerus berkembang dan terlihat dalam masyarakat
yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan kesehatan berubah, karena gaya
hidup berubah dan perawat sendiri juga berubah. Berbicara tentang keperawatan berarti berbicara
tentang keperawatan pada suatu waktu tertentu.
Filosofi dan defenisi terkini dari keperawatan memperlihhatkan trend holistic dalam
keperawatan ditujukan pada manusia secara keseluruhan dalam segala dimensi, dalam sehat dan
sakit, dan dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Keperawatan menetapkan diri
dalam ilmu social dan bidang lain karena focus asuhan keperawatan meluas.
Satu trend dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta didik
keperawatan yang menerima pendidikan dasar di sekolah dan universitas. Organisasi
keperawatan professional terus menerus menekankan pentingnya pendidikan bagi perawat dalam
mendapatkan dan memperluas peran baru.
Trend praktik meliputi perkembangannya berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi
dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan. Peran perawat meningkat dengan
meluasnya focus asuhan keperawatan.
Trend dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari
keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi, meliputi pendidikan, teori,
pelayanan, otonomi dan kode etik. Aktivitas dari organisasi professional keperawatan
menggambarkan seluruh trend dalam pendidikan dalam praktek keperawatan. Akhirnya, seluruh
hal yang mempengaruhi keperawatan juga menggambarkan trend dalam keperawatan
kontemporer.