Anda di halaman 1dari 22

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA SITUASI KLINIS I

“ROY’S ADAPTATION MODEL OF NURSING”

OLEH :
KELOMPOK V (B13- B)

 NI KETUT SRI ASTUTI (203221170)


 NI KETUT TRISNA ANDYANI (203221171)
 RISCHA AVIVAH ZUHROH (203221172)
 NI MADE DWI ARTINI (203221173)
 NI LUH YOSIN SUPIAWATI (203221174)
 I GUSTI AYU PUTU ANGGRENI FEBRIANTI (203221175)
 SANG AYU RISKA DWI CAHYADI (203221176)
 NI PUTU YENI ARMAYANTI (203221177)
 KADEK RIDWAN SANGGRA WIGUNA (203221178)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Falsafah Keperawatan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

                                          

         
Denpasar, 05 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Riwayat Callista Roy.......................................................................................3

2.2 Konsep Dasar Keperawatan Callista Roy.......................................................4

2.3 Teori Model Keperawatan Callista Roy..........................................................6

2.4 Aplikasi Teori Model Keperawatan Callista Roy.........................................10

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy..............................................17

BAB III PENUTUP...............................................................................................18

3.1 Simpulan..........................................................................................................18

3.2 Saran.................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai salah satu profesi yang sampai saat ini masih
dianggaop profesi yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang
menjanjkan dalam hal finansial. Oleh karena itu keperawatan harus bekerja keras
untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa
keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi-profesi lain. Keperawatan sebagai
profesi memenuhi syarat sebagai profesi keilmuan karena mempunyai body of
knowledge yang jelas. Paradigma keperawatan dijadikan dasar pembentukkan
model konseptual akhirnya memunculkan teori-teori keperawatan (Alimul, 2002).
Teori keperawatan berkembang dan diterapkan dalam praktek klinik keperawatan,
penelitian, dan pendidikan. Salah satu konseptual model keperawatan yang
dimaksud adalah konseptual model dari Sister Callista Roy Model konseptual
mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi atau kejadian
tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik.

Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang


berfokus lebih khusus pasa suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu.
Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli
keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan.
Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk
menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam
memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi
dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan (Hidayat,
2004). Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam
adaptasi keperawatan, yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan.
Model ini menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena
menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang
selalu beradaptsi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan pada makalah ini yaitu
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah riwayat Callista Roy?
b. Bagaimanakah konsep dasar keperawatan Callista Roy?
c. Bagaimanakah teori model keperawatan Callista Roy?
d. Apa sajakah aplikasi teori model keperawatan Callista Roy?
e. Apa sajakah kelebihan dan kelemahan teori Callista Roy?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menjelaskan riwayat Callista Roy
b. Untuk menjelaskan konsep dasar keperawatan Callista Roy
c. Untuk menjelaskan teori model keperawatan Callista Roy
d. Untuk menjelaskan aplikasi teori model keperawatan Callista Roy
e. Untuk menjelaskan kelebihan dan kelemahan teori Callista Roy

1.4 Manfaat Penulisan


a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Roy’s Adaptation
Model Of Nursing.

b. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
suatu pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya ilmu
tersebut dapat dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Callista Roy

Callista Roy adalah seorang perawat dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy
menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys
College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of
California Los Angeles.

Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun


1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah
seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan
sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam
kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan
pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964),
seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian
konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya
stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu.
Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal
stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-
konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model
konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan
dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah
keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat
kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-
ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus
(1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini
berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan,
praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan

3
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di
Mount Saint Mary’s College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan
mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan
memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada
tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model
adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar
belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai
kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya
telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari
tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya
yang baru pada model adaptasi keperawatan.

2.2 Konsep Dasar Keperawatan Callista Roy

Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995): Roy
memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat
berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah
veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa
ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling
berbagi dengan sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau
untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki
holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan integritas agar
senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran, yang dimaksud adalah bahwa ada hal
yang bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
a. Tujuan eksistensi manusia
b. Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c. Aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d. Nilai dan arti kehidupan.

4
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa
definisi dari konsep mayor Callista Roy.
a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang
saling berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi
adanya input, control, proses, output dan umpan balik.
b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus
fokal, konsektual dan residual.
c. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
d. Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon
adaptif.
e. Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan
kontribusi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi
terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal dan proses endokrin.
h. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
melalui proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil
keputusan dan belajar.
i. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran,
interdependensi dan konsep diri.
j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia
dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan
l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya
di dalam hubungannya di lingkungan sosial.
n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai
support sistem.

5
2.3 Teori Model Keperawatan Callista Roy

Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi


dari Harry Helson (1964), seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif
sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang
dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus
yaitu :
a. Focal stimuli : Individu segera menghadap
b. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan
efek Dari focal stimuli.
c. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya
keadaan.
Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan
adalah : (1) manusia; (2) Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Dimana
antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena
merupakan suatu sistem.
a. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena
manusialah yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic
Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif Sistem, adalah suatu set dari
beberapa bagian yang berhubungan dengan keseluruhan fungsi untuk
beberapa tujuan dan demikian juga keterkaitan dari beberapa bagiannya.
Dengan kata lain bahwa untuk memeliki keseluruhan bagian-bagian yang
saling berhubungan, sistem juga memiliki input, out put, dan control, serta
proses feedback. Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem
yang dapat menyesuaikan diri (adaptive system). Sebagai sistem yang dapat
menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho,
Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Inputs (masukan), Control
dan Feedback Processes dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah
Mekanisme Koping yang dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian
diri. Lebih spesifik manusia didefinisikan sebagai sebuah sistim yang dapat

6
menyesuaikan diri dengan activifitas kognator dan Regulator untuk
mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara penyesuaian yaitu :
Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan Interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan
sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dapat menyesuaikan diri dari
perubahan suatu unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistim
yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan dalam
karakteristik sistem, manusia dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling
berhubungan antara unit unit fungsionil atau beberapa unit fungsionil yang
mempunyai tujuan yang sama. Sebagai suatu sistim manusia dapat juga
dijelaskan dalam istilah Input, Control, Proses Feedback, dan Output
(Tomey, 2006).
1) Input (Stimulus)
Pada manusia sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri:
yaitu dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan
dalam diri individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau
stimulus yang masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau
responnya yang berubah ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan
bahwa manusia mempunyai tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai
dari besarnya stimulus yang dapat ditoleransi oleh manusia.
2) Mekanisme Koping
Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (stuart, sundeen;
1995). Manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri
disebut mekanisme koping, yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
Mekanisme koping bawaan dan dipelajari. Mekanisme koping bawaan,
ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki, umumnya dipandang
sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa dipikirkan
sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang
dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melaui pembelajaran
atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani

7
kehidupan berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan
terhadap stimulus yang dihadapi. Respon adaptif, adalah keseluruhan
yang meningkatkan itegritas dalam batasan yang sesuai dengan tujuan
“human system”.
Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan
kontribusi yang sesuai dengan tujuan “human system. Dua Mekanisme
Coping yang telah diidentifikasikan yaitu: Susbsistim Regulator dan
Susbsistim Kognator. Regulator dan Kognator adalah digambarkan
sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat effektor atau cara
penyesuaian diri yaitu: Fungsi Phisiologis, konsep diri, fungsi peran,
dan Interdependensi
3)    Output
Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistim adaptive
adalah espon adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive
(tidak dapat menyesuaikan diri). Respon-respon yang adaptive itu
mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan respon
maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback,
respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali
pada manusia sebagai suatu sistim.
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang
berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif
atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (maladaptif). Jika
pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah
keperawatan adaptasi (Nursalam; 2003).
4)    Subsistem Regulator dan Kognator
Adalah mekanisme penyesuaian atau Koping yang berhubungan
dengan perubahan lingkungan, diperlihatkan melalui perubahan
Biologis, Psikhologis dan social. Subsistim Regulator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistim saraf, kimia
tubuh, dan organ endokrin. Subsistim regulator merupakan mekanisme
kerja utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus
lingkungan. Subsistim Kognator adalah gambaran respon yang

8
kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya
persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat alasan dan
emosional.
Dapat dijelaskan bahwa Semua input stimulus yang masuk diproses
oleh subsistim Regulator dan Cognator. Respon-respon susbsistem
tersebut semua diperlihatkan pada empat perubahan yang ada pada
manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan Interdependensi (Kozier, 2010). Berikut ini pengertian
empat perubahan dan contohnya:
a. Perubahan Fungsi Fisiologis yaitu Adanya perubahan fisik
akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk mempertahankan
keseimbangan.
b. Perubahan konsep diri adalah keyakinan perasaan akan diri
sendiri yang mencakup persepsi, perilaku dan respon danya
perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan persepsi
terhadap dirinya.
c. Perubahan fungsi peran yaitu ketidakseimbangan akan
mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.
d. Perubahan Interdependensi adalah ketidakmampuan seseorang
untuk mengintergrasikan masing-masing komponen menjadi
satu kesatuan yang utuh.
Cara penyesuaian diri diatas ditentukan dengan menganalisa dan
mengkatagorikan perilaku manusia, dimana perilaku tersebut merupakan
hasil dari aktivitas Kognator dan Regulator yang diobservasi. Kebutuhan
dasar untuk intergritas yang mencakup : Intergritas Fisik, Psikhologis dan
Sosial. Proses persepsi ditemukan baik dalam subsistim regulator
maupun dalam subsistem kognator dan digambarkan sebagai proses yang
menghubungkan dua subsistem tersebut. Input-input untuk regulator
diubah menjadi persepsi. Persepsi adalah proses dari kognator dan
respon-respon yang mengikuti sebuah persepsi adalah Feedback baik
untuk kognator maupun Regulator.

9
b. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan
elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy
adalah“Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan
kelompok”. Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan dapat didesign
untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan
resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.
c. Kesehatan
Roy mengidentifikasikan sebagai status dan proses keadaan yang
digabungkan dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk
menentukan tujuan, hidup, berkembang, tumbuh, memproduksi dan
memimpin.
d. Keperawatan
Roy mengidentifikasikan tujuan dari keperawatan sebagai
peningkatan dari proses adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh
besarnya rangsang baik fokal, konstektual maupun residual. Aktivitas
perawatan direncanakan model sebagai peningkatan respon adaptasi atas
situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah pendekatan yang
merupakan aksi perawat untuk memanipulasi stimuli fokal, konstektual
dan residual yang menyimpang pada manusia. Rangsang fokal dapat
diubah dan perawat dapat meningkatkan respon adaptasi dengan
memanipulasi rangsangan konstektual dan residual. Perawat dapat
mengantisipasi kemungkinan respon sekunder yang tidak efektif pada
rangsang yang sama pada keadaan tertentu. Perawat juga dapat
menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan memperkuat regulator
kognator dan mekanisme koping.

2.4 Aplikasi Teori Model Keperawatan Callista Roy

Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses


keperawatan. Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian

10
Perilaku, Pengkajian stimulus, Diagnosa keperawatan, Rumusan Tujuan,
Intervensi dan Evaluasi.
a. Pengkajian Perilaku
Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan bagi
perawat untuk mengatahui respon pada manusia sebagai sistim adaptive.
Data spesifik dikumpulkan oleh perawat melalui proses Observasi,
pemeriksaan dan keahlian wawancara. “Faktor yang yang mempengaruhi
respon adaptif meliputi: genetik, jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-
obatan, alkohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola
interaksi sosial, mekanisme koping dan gaya hidup, stress fisik dan emosi,
budaya, lingkungan fisik” (Martinez yang dikutip oleh Nursalam, 2003).
Sistem adaptasi memiliki 4 mode adaptasi:
1. Pengkajian fisiologis
Pengkajian fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan
fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis
yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi
menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri
dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks
terdiri dari 4 bagian yaitu :

a. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,


yaitu      ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984
dalam Roy 1991).
b. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).
c. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal
dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
d. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik
dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi
fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua
komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).

11
e. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk
proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan
kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari
infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy
1991).
f. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa
dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
g. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,
ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem
fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
(Parly, 1984, dalam Roy 1991).
h. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis
merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme
seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh
(Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman
sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan
mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai
peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari
regulator koping mekanisme (Howard & Valentine dalam
Roy,1991).
2. Pengkajian Konsep diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan
penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.
Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis
antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri

12
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the
personal self.
 The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan
seksualitas.
 The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral-etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam
area ini.
3.   Pengkajian Fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang
dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran
primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat
memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya.
4.  Pengkajian Interdependent
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi
dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
a. Pengkajian Stimulus
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data
yang muncul ke dalam pola perilaku pasien (empat model respon
perilaku) untuk mengidentifikasi respon-respon inefektif atau
respon-respon adaptif yang perlu didukung oleh perawat untuk
dipertahankan. Ketika perilaku inefektif atau perilaku adaptif yang
memerlukan dukungan perawat, perawat membuat pengkajian
tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin
mempengaruhi perilaku. Dalam fase pengkajian ini perawat
mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontektual dan residual
yang dimiliki pasien. Proses ini mengklarifikasi penyebab dari
masalah dan mengidentifikasi factor-faktor kontektual (faktor

13
presipitasi) dan residual (factor Predisposisi) yang berhubungan
erat dengan penyebab.
 Identifikasi stimulus fokal
Stimuli fokal merupakan perubahan perilaku yang dapat
diobservasi. Perawat dapat melakukan pengkajian dengan
menggunakan pengkajian perilaku, yaitu: keterampilan
melakukan observasi, pengukuran dan wawancara.
 Identifikasi stimulus kontekstual
Stimulus kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab
terjadinya perilaku atau presipitasi oleh stimulus fokal.
Stimulus kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalui
observasi, pengukuran, wawancara dan validasi. Faktor
kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah genetik,
seks, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep
diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial,
koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi dan
lingkungan fisik.
 Identifikasi stimulus residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa
lalu. Beberapa faktor dalam pengalaman masa lalu relevan
dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya,
karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan
memberikan efek pada situasi sekarang.
b. Diagnosa Keperawatan
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P), Etiologi
(E), Sinthom/karakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga
metode merumuskan diagnosa keperawatan.
1. Metode Pertama
Menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan
dengan 4 (empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan
metode ini ialah dengan cara mengidentifikasi perilaku empat
model adaptasi, perilaku adaptasi yang ditemukan

14
disimpulkan menjadi respon adaptasi. Respon tersebut
digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan.
Misalnya: inadekuat pertukuran gas.(masalah fisiologis)
datanya ialah; sesak kalau beraktivitas, bingung/agitasi,
bernafas dengan bibir dimoncongkan, sianosis. Konstipasi
(masalah fisiplogis eliminasi) datanya: sakit perut, nyeri
waktu defikasi, perubahan pola BAB, Kehilangan (masalah
konsep diri) datanya: diam, kadang-kadang menangis,
kegagalan peran (masalah fungsi peran).
2. Metode Kedua
Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil
observasi respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan
memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh. Metode
ini caranya ialah menilai perilaku respon dari satu cara
penyesuaian diri, respon perilaku tersebut dinyatakan sebagai
statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil
pengkajian tentang stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan
sebagai penyebab masalah. Misalnya: Nyeri dada yang
disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke otot jantung.
3. Metode Ketiga
Merupakan kumpulan respon-respon dari satu atau lebih
cara (mode Adaptive) berhubungan dengan beberapa
stimulus yang sama. Misalnya pasien mengeluh nyeri dada
saat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah atlit
senam. Sebagai pesenam pasien tidak mampu melakukan
senam. Keadaan ini disimpulkan diagnosa keperawatan yang
sesuai adalah Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan
fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja melaksanakan
perannya.
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan
untuk mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan

15
residual, Pelaksanaan juga difokus pada besarnya ketidakmampuan
koping manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya
seluruh stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk
beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan keperawatan spesifik
terhadap gangguan atau stimulus yang dialami. Tujuan intervensi
keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan
menggunakan koping yang konstruktif. Intervensi ditujukan pada
peningkatan kemampuan koping secara luas. Tindakan diarahkan
pada subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator
(proses pikir. Misalnya: persepesi, pengetahuan, pembelajaran).

d. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien
dalam menggunakan koping secara luas, supaya stimulasi secara
keseluruhan dapat terjadi pada klien. Tujuan adalah harapan
perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu dicatat merupakan
indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien.
Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi:
perilaku, perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka
panjang menggambarkan perkembangan individu, dan proses
adaptasi terhadap masalah danm tersedianya energi untuk tujuan
lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan jangka
pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah manajemen
stimulus fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu
indikasi koping dari sub sistim regulator dan kognator.

e. Evaluasi
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase
evaluasi. Perilaku tujuan dibandingkan dengan respon-respon
perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan
didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang
ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah
hasil evaluasi ditetapkan.

16
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy

a. Kelebihan
Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori
praktek. Dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa
mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi
fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain
itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu
stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan
oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat (Potter & Perry, 2010).
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu,
tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme
koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress (Potter &
Perry, 2010).
b. Kelemahan
Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada
sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi
pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan
proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku
cara merawat (caring) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak
mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
a. Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun
1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam
Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk
mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem.
b. Roy memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu
empat berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya
berdasarkan falsafah veritivity.
c. Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi
keperawatan adalah : manusia, lingkungan, kesehatan, keperawatan.
Dimana antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu
sama lain karena merupakan suatu sistem.
d. Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses
keperawatan. Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi:
Pengkajian Perilaku, Pengkajian stimulus, Diagnosa keperawatan,
Rumusan Tujuan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.
e. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori
praktek. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah
terletak pada sasarannya.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama mahasiswa


keperawatan diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk
menambah pengetahuan tentang falsafah keperawatan dan diharapkan para
pembaca bisa memberikan kritik dan saran untuk dapat menjadikan kami lebih
baik lagi dalam penulisan makalah kami selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2002) . Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: CV Sagung


Seto

Hidayat, AA.2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakart : Salemba Medika

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., J. (2010). Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Nursalam (2003), Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Potter, P, A,. Perry, A., G. (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses


dan Praktik. Jakarta:EGC

Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement,
California: Appleton & Large. 1991.

Tomey Ann Marriner and Alligood M.R. (2006). Nursing Theorists and Their
work. 6 Ed. USA : Mosby Inc.

19

Anda mungkin juga menyukai