Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

“APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA SITUASI KLINIS II


(LEVINE’S THEORY OF CONSERVATION ENERGY)“

OLEH :

I WAYAN JEVA SANISA PUTRA


(203221134)
KELAS B13-B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia Beliaulah kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Levine’s Theory Of Conservation Energy” ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Falsafah dan Teori
Keperawatan.
Dalam kesempatan ini penulisingin mengucapkan terima kasih untuk semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena
keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun, demi tersusunnya makalah
yang lebih baik lagi.

Denpasar, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ...............................................................................................................iiii
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 3
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 3
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Konsep Levine’s Theory ................................................................................. 4
2.1.1 Biografi Myra Estrin Levine’s ............................................................... 4
2.1.2 Model Konservasi Teori Levine’s ......................................................... 5
2.1.3 Filosofi Teori Levine’s .......................................................................... 6
2.1.4 Konsep Utama Teori Levine’s ............................................................... 7
2.1.5 ParadigmaTeoriKonservasiLevine’s ................................................. 14
2.1.6 Kelemahan dan Kelebihan Dari Teori Levine’s .................................. 17
2.1.7 Aplikasi Teori Levine’s ....................................................................... 19
2.1.8 Proses Keperawatan Pada Teori Levine’s............................................ 20
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 22
3.2 Saran ............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Falsafah keperawatan merupakan pandangan dasar terhadap manusia secara utuh
yang menjadi kerangka dasar praktik keperawatan sehingga dibutuhkan pemahaman
mendalam tentang falsafah dan paradigma yang sangat dibutuhkan dalam
peningkatan profesionalisme dalam dunia keperawatan. Falsafah keperawatan
meliputi falsafah pendidikan dan pelayanan keperawatan serta falsafah pada institusi
pelayanan kesehatan berperan sebagai pedoman utama dalam pemberian asuhan
keperawatan.Implementasi peran perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan,
pendidik, pengelola atau peneliti, pada hakekatnya mencerminkan falsafah
keperawatan melalui pemahaman tentang nilai dan konsep keperawatan seperti
konsep sehat-sakit, kesehatan, penyakit, akontabilitas dan pemahaman terhadap etika
keperawatan (Creasia, 2007).
Dunia keperawatan saat ini sangat berkembang dengan pesatnya. Banyak teori-
teori keperawatan yang hingga saat ini masih digunakan dan diaplikasikan didalam
praktik keperawatan baik di lingkungan akademisi maupun lingkungan rumah
sakit.Keperawatan merupakan disiplin profesional yang dikenal melalui bidang
keilmuan spesifik dan nilai tentang komitmen sosial dan sifat
layanannya.Keperawatan muncul dengan perspektif unik yang didasarkan pada
perkembangan filosofi, riwayat masa lampau dan cakupan praktik keperawatan yang
terus meluas. Selain itu, pandangan global yang dianut oleh mayoritas kelompok ilmu
keperawatan membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan di antara beberapa
teori guna mengembangkan model konseptual dan teori – teori keperawatan sebagai
kerangka kerja pemberian layanan keperawatan secara komprehensif. Teori
keperawatan menunjukkan fenomena yang menarik yang di kemukakan, mengikuti
banyak pertimbangan, sehingga logis, konsisten dan disesuaikan dengan penemuan
empiris dan didefinisikan secara operasional (Artinian, 2011).

1
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi
yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal
finansial. Oleh karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada
dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan
profesi – profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila perawat-perawat Indonesia
tidak menyadari bahwa eksistensi keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan
kerja keras perawat itu sendiri untuk menunjukkan profesionalismenya dalam
memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan baik kepada
individu, keluarga maupun masyarakat dari berbagai tingkatan usia (Kalman, 2008).
Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Levine’s di Rumah Sakit telah
banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami
bahwa tindakan keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan
asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan pada
klien adalah penerapan konsep teori Levine’s. Oleh karena itu, kelompok memandang
perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan model
keperawatan yang sesuai dengan teori Levine’s diilapangan atau rumah sakit,
sehingga dapat diketahui apakah teori Levine’s dapat diaplikasikan dengan baik
dalam pelayanan keperawatan/ asuhan keperawatan.
Dalam teori Levine’s, klien dipandang dalam posisi ketergantungan, sehingga
kemampuan klien terbatas untuk berpartisipasi dalam pengumpulan data,
perencanaan, implementasi atau semua fase dari posisi ketergantungan.Klien
membutuhkan bantuan dari perawat untuk beradaptasi terhadap gangguan
kesehatannya.Perawat bertanggung jawab dalam menentukan besarnya kemampuan
partisipasi klien dalam perawatan.Levine’s juga menekankan kebutuhan dalam
memandang individu sebagai makhluk holistik yang termasuk individu sebagai
makhluk yang kompleks. Dia mendefinisikan perawatan berdasarkan pada
ketergantungan/ hubungan manusia dengan orang lain. Besarnya ketergantungan ini
membuatnya merencanakan empat prinsip konservasi yakni kebutuhan energi dan
pemakaiannya, integritas sosial, integritas struktur, integritas personal (Sitzman,
2009).

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
a. Bagaimanakah biografi Myra Estrin Levine’s?
b. Bagaimanakah model konservasi teori Levine’s ?
c. Bagaimanakah filosofi teori Levine’s ?
d. Apa sajakah konsep utama teori Levine’s ?
e. Bagaimanakah paradigma teori konservasi Levine’s ?
f. Apa sajakah kelemahan dan kelebihan dari teori Levine’s ?
g. Bagaimanakah aplikasi teori Levine’s ?
h. Bagaimanakah proses keperawatan pada teori Levine’s ?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui biografi Myra Estrin Levine’s
b. Untuk mengetahui model konservasi teori Levine’s
c. Untuk mengetahui filosofi teori Levine’s
d. Untuk mengetahui konsep utama teori Levine’s
e. Untuk mengetahui paradigma teori konservasi Levine’s
f. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari teori Levine’s
g. Untuk mengetahui aplikasi teori Levine’s
h. Untuk mengetahui proses keperawatan pada teori Levine’s

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
a. Dapat mengetahui biografi Myra Estrin Levine’s
b. Dapat mengetahuimodel konservasi teori Levine’s
c. Dapat mengetahui filosofi teori Levine’s
d. Dapat mengetahui konsep utama teori Levine’s
e. Dapat mengetahui paradigm teori konservasi Levine’s
f. Dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dari teori Levine’s
g. Dapat mengetahui proses keperawatan pada teori Levine’s

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Levine’s Theory


2.1.1 Biografi Myra Estrin Levine’s

Myra Estrin Levine lahir di Chicago pada tahun 1920. Beliau merupakan
anak pertama dari 3 bersaudara. Levine mengembangkan minat dalam
keperawatan karena ayahnya (yang memiliki masalah pencernaan) sering sakit
dan perawatan yang diperlukan pada banyak kesempatan. Latar belakang
pendidikannya adalah : tamat Diploma Keperawatan tahun 1944, SB di Chicago
University tahun 1949, kemudian menyandang Master Ilmu Keperawatan dari
Wayne State Unversity, menjadi Professor dalam Keperawatan Medical Bedah
tahun 1987. Dalam karirnya sebagai perawat, Levine menjalani pekerjaan
bervariasi antara lain, perawat pribadi (1944), perawat di ketentaraan Amerika
Serikat (1945), instruktur praklinik di physical sciences Cook Country (1947-
1950), direktur Keperawatan di Drexel Home Chicago (1950-1951), Surgical
Supervaisor pada 2 rumah sakit yaitu klinik Universitas Chicago (1951-1952)
dan Rumah Sakit Hendry Ford Detroit (1956-1962). Levine juga mendapat
banyak tanda jasa meliputi, Charter Fellow of American Academy of Nursing,
gelar kehormatan menjadi anggota bantuan kesehatan mental Amerika untuk

4
Israil (1976), penghargaan Elizabeth Russell Belford (1977), American Journal
of Nursing Book of the year, Levinepensiun pada tahun 1987. Dia meninggal
pada tanggal 20 Maret 1996, pada usia 75 tahun(Tomey & Alligood, 2006;
Alligood, 2010).
Levine pribadi menyatakan bahwa ia tidak bertujuan khusus untuk
mengembangkan “teori keperawatan”, tetapi ingin menemukan cara untuk
mengajarkan konsep-konsep utama dalam Keperawatan Medikal bedah dan
berusaha untuk mengajarkan siswa keperawatan sebuah pendekatan baru dalam
kegiatan keperawatan. Levine juga ingin berpindah dari praktek keperawatan
pendidikan yang menurutnya sangat prosedural dan kembali fokus pada
pemecahan masalah secara aktif dan perawatan pasien (Tomey & Alligood,
2006 ; Alligood, 2010).

2.1.2 Model Konservasi Teori Levine’s

Inti, atau konsep sentral, teori Levine adalah konservasi (Levine,


1989). Ketika seseorang dalam keadaan konservasi, itu berarti bahwa respon
adaptif individu sesuai perubahan secara produktif, dan dengan pengeluaran
sedikit usaha, sambil menjaga fungsi optimal dan identitas. Konservasi dicapai
melalui aktivasi jalur sukses adaptif dan perilaku yang sesuai untuk berbagai

5
tanggapan yang dibutuhkan oleh fungsi manusia. Levine menekankan kebutuhan
dalam memandang individu sebagai makhluk holistik yang termasuk individu
sebagai makhluk yang kompleks. Dia mendefinisikan perawatan berdasarkan
pada ketergantungan/ hubungan manusia dengan orang lain. Besarnya
ketergantungan ini membuatnya merencanakan empat prinsip konservasi yakni
:kebutuhan energi dan pemakaiannya, integritas sosial, integritas struktur,
integritas pribadi. Manusia tergantung pada yang lain pada semua aspek
kehidupan, makanan, keamanan, rekreasi dan penghargaan. Levine
mengharapkan seorang perawat mengetahui kekomplekan interaksi dan
mendukung dalam mempertahankan atau memulihkan hubungan saat klien
mengalami gangguan kesehatan.
Keseimbangan yang normal berubah saat sakit dan klien akan berusaha
mengatasi stress nya dan mungkin menunjukkan perubahan pola tingkah laku
dan fungsi. Seorang perawat harus mempersepsikan pertanggung jawaban dalam
membantu klien untuk mengadaptasi perubahan kearah cara pemeliharaan
kesehatan yang positif. Pengaruh masyarakat atau lingkungn dalam teori Levine
sangat penting. Inti dari definisi teori Levine bahwa perawatan adalah interaksi
antara manusia, ia menggunakan konsep adaptasi dan peningkatan respon tubuh
melalui pendekatan sistem.

2.1.3 Filosofi Teori Levine’s


Dalam mengembangkan teorinya Levine menggunakan dasar pemikiran
yaitu perjalanan penyakit dan pandangan individu terhadap perubahan penyakit.
Teori-teori yang dipakai sebagai sumber teori Levine adalah :
• Teori Beland (1971) ; theory of spesifik causation and multiple factors,
• Gibson’s (1966), definition of perceptual system,
• Erikson’s (1964); different between total and whole
• Selye’s (1956); stress theory
• Bate’s (1967); model of external environment
• Rogess (1970), dan nigtinggale

6
Disamping itu Levine dalam mengembangkan teorinya dipengaruhi oleh
teori Goldstein (1963), Hall (1966), Sherrington (1960), dan Dubos (1961-1965).
Teori Levine keperawatan dibangun atas dasar humaniora dan ilmu pengetahuan.
Dalam teori-teori tertentu mempengaruhi psikologis Kurt Goldstein dan
teori Erik Erikson Hans Selye dan pola lingkungan eksternal M. Bates. Teori
keperawatan Levine terdiri dari serangkaian intervensi mendukung dan terapi
berdasarkan pengetahuan ilmiah dan teknik kemampuan. Interaksi manusia
adalah esensi dari keperawatan, dimana keperawatan dikatakan sebagai
suatu individu disiplin yang didasarkan pada saling ketergantungan hubungan
antara orang lain. Levine memiliki pandangan holistik yang berasal dari
orang lain, yang tidak lain adalah pasien. Salah satu teorinya yang sangat penting
adalah konsep lingkungan.

2.1.4 Konsep Utama Teori Levine’s


Teori Myra Estrin Levine dikenal dengan Konservasi Model. Model
Konservasi Levine difokuskan dalam mempromosikan keseluruhan adaptasi dan
pemeliharaan dengan menggunakan prinsip-prinsip konservasi. Model ini
memandu perawat untuk berfokus pada pengaruh-pengaruh dan respon-respon di
tingkatan yang organismik. Model Levine didasari 3 konsep utama, yaitu
Keutuhan (wholeness), adaptasi (adaptation), dan konservasi (conservation)
(Levine dalam Parker, 2001).
1) Keutuhan (Wholeness)
Erikson dalam Levine (1973) menyatakan wholeness sebagai sebuah sistem
terbuka: “Wholeness emphasizes a sound, organic, progressive mutuality
between diversified functions and parts within an entirety, the boundaries of
which are open and fluent. (Keutuhan menekankan pada suara, organik,
mutualitas progresif antara fungsi yang beragam dan bagian-bagian dalam
keseluruhan, batas-batas yang terbuka)” Levine (1973, hal 11) menyatakan
bahwa “interaksi terus-menerus dari organisme individu dengan lingkungannya
merupakan sistem yang ‘terbuka dan cair’, dan kondisi kesehatan, keutuhan,
terwujud ketika interaksi atau adaptasi konstan lingkungan, memungkinkan

7
kemudahan (jaminan integritas) di semua dimensi kehidupan”. Kondisi dinamis
dalam interaksi terbuka antara lingkungan internal dan eksternal menyediakan
dasar untuk berpikir holistik, memandang individu secara keseluruhan.

2) Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi merupakan sebuah proses perubahan yang bertujuan
mempertahankan integritas individu dalam menghadapi realitas lingkungan
internal dan eksternal. Konservasi adalah hasil dari adaptasi. Beberapa adaptasi
dapat berhasil dan sebagian tidak berhasil. Levine mengemukakan 3 karakter
adaptasi yakni: historitas, spesificity, redundancy.
a. Historitas
Mengacu pada gagasan bahwa respon adaptif sebagian didasarkan pada
sejarah masa lalu pribadi dan genetik. Setiap individu terdiri dari
kombinasi sejarah pribadi dan genetik, tanggapan adaktif adalah hasil dari
keduanya.
b. Spesificity
Mengacu pada fakta bahwa setiap sistem yang membuat manusia
memiliki keunikan stimulus dan respon. Tanggapan dirangsang oleh stres
yang spesifik dan berorientasi pada tugas, tanggapan yang dirangsang
dibeberapa jalur cenderung akan disinkronkan dan terjadi kerugian dalam
beberapa kasus
c. Redundancy
Menggambarkan gagasan bahwa jika salah satu sistem atau jalur tidak
dapat memastikan adaptasi, maka jalur yang lain mungkin dapat
mengambil alih dan menyelesaikan pekerjaan. Ini mungkin membantu
ketika respon korektif (misalnya, penggunaan suntikan alergi selama
periode waktu yang panjang untuk mengurangi efek dari alergi parah
secara bertahap sistem kekebalan tubuh). Namun, redundansi dapat
merugikan seperti ketika tanggapan sebelumnya yang gagal dibangun
kembali (misalnya, ketika kondisi autoimun menyebabkan sistem

8
kekebalan seseorang menyerang jaringan yang sebelumnya sehat
dalamtubuh).

Levine menyatakan bahwa setiap individu mempunyai pola respon tertentu


untuk menjamin keberhasilan dalam aktivitas kehidupannya yang menunjukkan
adaptasi historis dan spesificity. Selanjutnya pola adaptasi dapat disembunyikan
dalam kode genetik individu. Redundancy menggambarkan pilihan kegagalan
yang terselamatkan dari individu untuk menjamin adaptasi. Kehilangan
redundancy memilih apakah melalui trauma, umur, penyakit, atau kondisi
lingkungan yang membuat individu sulit mempertahankan hidup.
1. Lingkungan
Levine memandang setiap individu memiliki lingkungannya sendiri baik
lingkungan internal maupun eksternal. Perawat dapat menghubungkan
lingkungan internal individu dengan aspek fisiologis dan patofisiologis, dan
lingkungan eksternal sebagai level persepsi, opersional dan konseptual.
2. Respon organisme
Respon organisme adalah kemampuan individu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya, yang bisa dibagi menjadi fight atau flight, respon inflamasi,
respon terhadap stress, dan kewaspadaan persepsi. (Levine dalam Tomey &
Alligood, 2006 dan Parker, 2001):
• Fight or Flight
Merupakan respon yang paling primitif dimana ancaman diterima individu
baik nyata maupun tidak, merupakan respon terhadap ketakunan melalui
menyerang atau menghindar dan merupakan reaksi yang tiba-tiba. Respon
yang disampaikan adalah kewaspadaan mencari informasi untuk rasa aman
dan sejahtera.
• Respon terhadap peradangan
Merupakan mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari lingkungan
yang merusak, merupakan cara untuk menyembuhkan diri. Respon

9
individu adalah menggunakan energy sistemik yang ada dalam dirinya
untuk membuang iritan yang merugikan.
• Respon terhadap stress
Merupakan respon defensive dalam bentuk perubahan yang tidak spesifik
pada manusia, perubahan structural dan kehilangan energy untuk
beradaptasi secara bertahap terjadi sampai rasa lelah terjadi atau sampai
dengan klien atau individu berespon terhadap pelayanan keperawatan
• Kewaspadaan perceptual
Informasi dan pengalaman hidup hanya bermanfaat ketika diterima secara
utuh oleh individu, semua pertukaran energy terjadi dari individu ke
lingkungan dan sebaliknya. Hasilnya adalah aktivitas fisiologi atau tingkah
laku. Respon ini sangat tergantung kepada kewaspadaan perceptual
individu, hanya terjadi saat individu menghadapi lingkungan baru di
sekitarnya dengan cara mencari dan mengumpulkan informasi dimana hal
ini bertujuan untuk mempertahankan keamanan dirinya.

3) Konservasi
Konservasi berasal dari bahasa latin conservation yang berarti “menjaga
bersama-sama”. Konservasi adalah menggambarkan suatu system yang
kompleks agar mampu melanjutkan fungsi ketika terdapat beberapa ancaman.
Dengan konservasi, manusia mampu melawan rintangan dan beradaptasi yang
sesuai dengan pertahanan mereka yang unik. Tujuan dari konservasi adalah
sehat dan kuat melawan ketidakmampuan. Peran perawat adalah untuk
mempertahankan konservasi dan integritas pada smua situasi. Model interaksi
dan intervensi keperawatan ditujukan untuk peningkatan kemampuan adaptasi
dan mempertahankan kesehatan secara keseluruhan (wholism)
(Tomey&Alligood,2006;Alligood, 2010).
Levine menguraikan model Konservasi sebagai inti atau dasar teorinya.
Konservasi menjelaskan suatu system yang kompleks yang mampu melanjutkan
fungsi ketika terjadi tantangan yang buruk. Dalam pengertian Konservasi juga,

10
bahwa individu mampu untuk berkonfrontasi dan beradaptasi demi
mempertahankan keunikan mereka. Konservasi terdiri dari empat prinsip
konservasi yaitu : konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi
integritas personal dan konservasi integritas sosial. Intervensi ditujukan agar
klien mencapai keempat prinsip konservasi ini (Tomey & Alligood,
2006;Alligood,2010).
1) Konservasi Energy
Individu sangat membutuhkan keseimbangan energi agar dapat
mempertahankan aktivitas kehidupan. Sakit dan penuaan menyebabkan
perubahan energi. Kemampuan individu tergantung pada ketersediaan
perawatan yang dapat membantu menurunkan tingkat kebutuhan energi.
Disinilah peran dari intervensi keperawatan. Konservasi energi mengacu
pada masukan menyeimbangakan energi dan output untuk menghindari
kelelahan yang berlebihan ini mencakup istirahat yang cukup, nutrisi dan
olahraga (gambar 2.1, 2.2 dan 2.3)

Olahraga yang cukup (gambar2.1) Istirahat yang cukup (gambar 2.2)

11
Nutrisi yang cukup (gambar 2.3)

2) Konservasi Integritas Struktur


Penyembuhan adalah proses perbaikan struktur dan fungsi integritas
melalui konservasi untuk mempertahankankesehatan secara menyeluruh.
Ketidakmampuan merupakan pertanda perlunya peningkatan adaptasi
yang baru. Konservasi integritas struktur mengacu untuk memelihara atau
memulihkan struktur tubuh mencegah kerusakan fisik dan mempromosikan
penyembuhan. Contoh membantu pasien dalam latihan berjalan,
pemeliharaan kebersihan pribadi pasien (gambar 2.4 dan 2.5).

Kebersihan pasien (gambar2.4) Membantu pasien berjalan (gambar2.5)

12
3) Konservasi Integritas Personal
Harga diri dan identitas personal merupakan hal yang penting bagi
manusia. Menjadi klien akan menyebabkan perubahan pada nilai diri.
Hal ini diawali dengan kehilangan privasi dan perasaan cemas. Perawat
dapat memperlihatkan penghargaan terhadap diri klien dengan
memanggil namanya, peduli terhadap harapan dan keinginan klien,
memperhatikan nilai personal, menyediakan privasi selama prosedur
tindakan, mendukung pertahanan diri individu dan mengajarkan mereka
tentang mekanisme koping. Peran perawat adalah meningkatkan
kekuatan individu untuk dapat hidup mandiri, tidak lama menjadi pasien
dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk tergantung dengan
orang lain (Alligood,2010). Konservasi integritas personal mengakui
individu sebagai salah satu yang berusaha untuk penentuan, pengakuan,
penghormatan, kesadaran diri, kepribadian dan self, Contoh : melindungi
ruangan pasien dan memberi kenyamana kepada klien (gambar 2.6 dan 2.7)

Melindungi kamar pasien (gambar2.6) Memberi kenyamanan kepada klien (gambar2.7)

13
4) Konservasi Integritas Sosial
Hidup menjadi lebih berarti jika dapat diterima dalam komunitas sosial
dan kesehatan akan dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Perawat
memiliki peran untuk menghadirkan anggota keluarga, membantu
kebutuhan religius, dan menggunakan hubungan interpersonal untuk
konservasi integritas sosial (Alligood. 2010).Seorang individu diakui
sebagai beberapa orang yang tinggal bersama dalam sebuah keluarga,
komunitas, kelompok agama, kelompok etnis, sistem politik dan bangsa.
Contohnya membantu individu unutk mempertahankan tempatnya dalam
keluarga, komunitas dan masyarakat (gambar2.8)

Individu dalam mempertahankan tempatnya di dalam keluarga (gambar 2.8)

2.1.5 ParadigmaTeoriKonservasiLevine’s
Selama bertahun-tahun, perawat (seperti Myra Levine) telah
mengembangkan berbagai teori yang memberikan penjelasan yang berbeda dari
disiplin keperawatan. Seperti dia Konservasi Model, semua berbagi teori empat
konsep pusat : manusia, lingkungan, keperawatan dan kesehatan. Selain ini,
Levine Model juga dibahas orang dan lingkungan bergabung atau menjadi
kongruen dari waktu ke waktu, karena akan dibahas di bawah.

14
1. Manusia
Manusia digambarkan sebagai sesuatu yang holistik, wholism yang
terintegritas. Manusia yang terintegrasi berarti bebas dalam memilih dan
bergerak, memiliki rasa identitas diri dan memiliki harga diri. Levine juga
menggambarkan manusia sebagai system dari system yang secara
keseluruhan terorganisasi diantara semua bagian yang berkontribusi.
Pengalaman hidup manusia selalu berubah, kemudian manusia berusaha
untuk beradaptasi agar mampu konservasi. Sesuai dengan ungkapan
Levine bahwa proses hidup adalah proses berubah (Tomey&Alligood).
2. Lingkungan
Lingkungan melengkapi keutuhan individu. Lingkungan terbagi menjadi 2
bagian yaitu lingkungan internal dan eksternal :
a) Lingkungan internal
Lingkungan internal menggabungkan aspek fisiologi dan patofisiologi
dari individu dan konstan ditantang oleh lingkungan eksternal.
Lingkungan internal juga adalah integrasi dari fungsi tubuh yang
menyerupai homeorhesis daripada homeostasis dan tunduk terhadap
tantangan dari lingkungan eksternal, yang selalu merupakan bentuk
energi.
b) Lingkungan eksternal
Lingkungan eksternal dibagi menjadi lingkungan persepsi, operasional
dan konseptual, yaitu :
1) Lingkungan persepsi
Lingkungan persepsi adalah bagian dari lingkungan ekternal yang
individunya menanggapi dengan organ-organ indera, contohnya
cahaya, suara, sentuhan, suhu, perubahan iklim yang terasa dan
posisi keseimbangan.
2) Lingkungan operasional
Lingkungan operasional adalah lingkungan yang beriteraksi dengan
jaringan hidup meskipun individu tidak memiliki organ sensorik

15
yang dapat merekam adanya faktor-faktor dan mencakup semua
bentuk radiasi, mikroorganisme dan polutan. Dengan kata lain,
elemen-elemen ini secara fisik dapat mempengaruhi individu tetapi
tidak dirasakan oleh kedua contohnya: misalnya gotong royong.
3) Lingkungan konseptual
Lingkungan konseptual adalah lingkungan yang terdiri dari bahasa,
ide, simbol dan konsep-konsep, penemuan mencakup pertukaran
bahasa, kemampuan untuk berpikir, pengalaman emosi, sistem nilai,
keyakinan agama, tradisi etnis dan budaya dan individu psikologis pola
yang berdasarkan pengalaman hidup.
3. Kesehatan
Sehat dipengaruhi secara sosial dengan kemampuan untuk berfungsi
secara normal dengan cara yang layak. Kelompok social adalah faktor
yang ikut menentukan (predeterminan) kesehatan manusia. Sehat tidak
hanya bebas dari kondisi patologis. Sehat berarti juga kembali pada diri
sendiri, individu bebas dan mampu untuk mengejar hal yang diinginkan
dalam konteks yang bersumber dari diri sendiri. Menurut Levine, hal
penting untuk diingat bahwa sehat juga dipengaruhi oleh kultural. Secara
individu, tingkat kesehatannya akan berubah sepanjang waktu
(Tomey&Alligood,2006).
4. Keperawatan
Praktik keperawatan didasarkan pada keilmuan yang unik dan keilmuan
yang berdasarkan pada pendekatan ilmiah dari disiplin ilmu lain sebagai
tambahan keilmuan dalam bidang keperawatan. Levine mengungkapkan
bahwa tugas perawat adalah mengupayakan agar dapat mengambil
keputusan pada situasi yang tepat dalam menghadapi klien berdasarkan
ilmu dan pendekatan ilmiah, bersifat selektif dalam mengobservasi dan
menyeleksi data yang relevan yang didapatkan dari hasil pengkajian.
Perawat berpartisipasi secara aktif pada setiap lingkungan klien dan
memberikan dukungan dalam penyesuaian diri klien terhadap kondisi

16
yang sulit akibat penyakit. Intervensi keperawatan adalah mendorong
adaptasi yang baik dari klien atau menjadi lebih baik secara sosial,
kemudian perawat beraksi melakukan tindakan terapeutik ketika respon
klien kurang baik, perawat menyediakan dukungan bagi klien (Tomey &
Alligood, 2006).

2.1.6 Kelemahan dan Kelebihan Dari Teori Levine’s


a. Kelemahan atau Keterbatasan Teori Levine’s
Meskipun kelengkapan dan aplikasi teori Levine luas, model ini bukan
tanpa batasan. Sebagai contoh model konservasi Levine berfokus pada
penyakit yang bertentangan dengan kesehatan; demikian, intervensi
keperawatan dibatasi hanya untuk mengatasi kondisi penyajian individu.
Oleh karena itu, intervensi keperawatan berdasarkan teori Levine adalah
berfokus pada saat ini dan jangka pendek, dan tidak mendukung prinsip-
prinsip promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, meskipun ini adalah
komponen penting dari praktek keperawatan saat ini.
Dengan demikian, keterbatasan utama adalah fokus pada individu
dalam keadaan sakit dan pada ketergantungan pasien. Selanjutnya,
perawat memiliki tanggung jawab untuk menentukan kemampuan pasien
untuk berpartisipasi dalam perawatan, dan jika persepsi perawat dan
pasien tentang kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan
tidak cocok, ketidakcocokan ini akan menjadi daerah konflik.
Selain itu, ada beberapa keterbatasan ketika ke empat
prinsip Conservational Model diterapkan:

1. Konservasi energi, Levine tujuan adalah untuk menghindari


penggunaan energy yang berlebihan atau kelelahan. Hal ini diatur
dalam perawatan sakit samping tempat tidur klien. Dalam kasus di
mana kebutuhan energi untuk digunakan dari pada seperti pada pasien
mania, ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder) pada anak-
anak atau mereka dengan gerakan terbatas seperti klien lumpuh, teori
Levine itu tidak berlaku.

17
2. Pada konservasi integritas struktural, fokusnya adalah untuk
melestarikan struktur anatomi tubuh serta untuk mencegah kerusakan
struktur anatomi. Ini, sekali lagi, memiliki keterbatasan. Dalam kasus-
kasus dimana struktur anatomis tidak begitu sempurna tapi tanpa
diidentifikasi cacat atau masalah seperti dalam operasi plastik,
prosedur seperti perangkat tambahan payudara dan liposuctions;
integritas struktural seseorang dikompromikan tetapi pilihan pasien
mencari kecantikan fisik dan kepuasan psikologis yang dibawa ke
pertimbangan. Jika tidak demikian, prosedur tidak boleh dipromosikan.
3. Pada konservasi integritas personal, perawat diharapkan memberikan
pengetahuan dan kebutuhan pasien harus dihormati, dilengkapi dengan
privasi, didorong dan psikologis didukung. Keterbatasan di sini akan
berpusat pada klien yang secara psikologis terganggu dan lumpuh dan
tidak bisa memahami dan menyerap pengetahuan, pasien koma yaitu,
individu atau klien bunuh diri.
4. Tujuan konservasi integritas sosial adalah untuk melestarikan dan
pengakuan dari interaksi manusia, terutama dengan klien, orang lain
yang signifikan yang terdiri dari sistem dukungannya. Keterbatasan
khusus untuk ini, adalah ketika klien tidak memiliki orang lain yang
signifikan seperti ditinggalkan anak-anak, pasien psikiatris yang tidak
mampu berinteraksi, klien tidak responsif seperti orang tak sadar,
fokus di sini adalah tidak lagi pasien sendiri namun orang-orang yang
terlibat dalam perawatan kesehatannya.

b. Kelebihan Teori Levine’s


Pada teori akan terlihat lebih menguntungkan saat dimana keadaan
klien mempunyai partner pengawas non perawat yang turut membantu
dalam penjadwalan keperawatan. Dan perawat yang dapat mengerti
keadaan dan integritas klien secara penuh. Dengan didukung dari klien
yang mampu beradaptasi dan melakukan persepsi dengan normal.

18
2.1.7 Aplikasi Teori Levine’s
Praktisi keperawatan dalam melaksanakan fungsinya perlu menerapkan
teori atau model yang sesuai dengan situasi tertentu. Teori Levine ini dapat
diaplikasikan sebagai berikut:

a. Perawatan penelitian
Prinsip-prinsip konservasi telah digunakan untuk pengumpulan data dalam
berbagai penelitian. Model Conservational digunakan oleh Hanson et al.in
studi mereka insidensi dan prevalensi ulkus tekanan pada pasien rumah sakit.
Newport (nd) digunakan prinsip konservasi energi dan integritas sosial untuk
membandingkan suhu tubuh bayi yang telah ditempatkan di dada ibu segera
setelah lahir dengan mereka yang ditempatkan di hangat.
b. Pendidikan keperawatan
Model Conservational digunakan sebagai pedoman untuk pengembangan
kurikulum. Itu digunakan untuk mengembangkan program sarjana di
Allentown keperawatan perguruan St Fransiskus de Sales, Pennsylvania,
Digunakan dalam program pendidikan keperawatan disponsori oleh Kapat
Holim di Israel.
c. Perawatan administrasi
Taylor (nd) dijelaskan panduan penilaian untuk pengumpulan data pasien
neurologis yang merupakan dasar untuk pengembangan rencana asuhan
keperawatan yang komprehensif dan dengan demikian mengevaluasi asuhan
keperawatan. McCall (nd) mengembangkan alat penilaian untuk pengumpulan
data atas dasar empat prinsip conservational untuk mengidentifikasi
kebutuhan perawatan pasien epilepsy. Keluarga alat penilaian dirancang oleh
Lynn-McHale dan Smith (nd) untuk keluarga pasien dalam pengaturan
perawatan kritis.
d. Praktik keperawatan
Model Conservational telah digunakan untuk praktik keperawatan dalam
pengaturan yang berbeda. Bayley (nd) membahas perawatan seorang remaja
parah dibakar di dasar empat prinsip conservational dan dibahas pasien

19
lingkungan persepsi, operasional dan konseptual. Kolam (nd) menggunakan
model konservasi untuk membimbing asuhan keperawatan tunawisma di
klinik, tempat penampungan atau jalan-jalan.

2.1.8 Proses Keperawatan Pada Teori Levine’s


a. Pengkajian
Pada model teori konservasi Levine, pengkajian meliputi empat
konservasi yaitu konservasi energi, konservasi integritas struktur,
integritas personal dan integritas sosial (Tomey & Alligood, 2006;
Alligood, 2010).
b. Tropikognosis danJustifikasi
Penegakan diagnosa keperawatan dalam konsep teori konservasi
Levine dirumuskan dalam rumusan pernyataan atau justifikasi yang
disebut tropikognosis (Tomey & Alligood, 2006 ; Alligood, 2010).
Tropikognosis merupakan rumusan masalah keperawatan yang
dibuat berdasarkan kemampuan klien beradaptasi mempertahankan
integritas dan konservasi.
c. Hipotesis
Hipotesis keperawatan didasarkan pada rumusan masalah
yangsudah ditentukan sebelumnya, perawat berusaha mencari
validasi pada klien tentang masalah yang diasuh. Perawat
melakukan hipotesis terhadap masalah dan solusi untuk mengatasi
masalah tersebut (Alligood, 2010). Hipotesis merupakan inti dari
rencana keperawatan.
d. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Dalam teori Konservasi Levine rancangan intervensi dibuat
berdasarkan pada prinsip konservasi yaitu konservasi energi,
integritas struktur, integritas personal dan integritas sosial.
Tujuan dari intervensi adalah untuk mempertahankan
wholeness dan membantu memfasilitasi adaptasi (Alligood,
2010). Rencana tindakan kemudian diimplementasikan

20
berdasarkan konsep konservasi energi, integritas
struktur,integritas personal dan integritas social tersebut.
Istilah implementasi keperawatan tidak diungkapkan dengan
jelas pada teori Konservasi Levine. Implementasi keperawatan
sekaligus dibicarakan dalm konsep intervensi. Garis besar
rencana tindakan keperawatan tergambar dalam pernyataan
hipotesis keperawatan. Secara teknis hipotesis digunakan untuk
memandu perawat dalam membuat rincian rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan. Implementasi keperawatan
yang dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk menguji
hipotesis yang sudah dibuat oleh perawat (hypothesis testing)
(Alligood, 2010).
e. Evaluasi
Evaluasi berdasarkan teori Konservasi Levine adalah observasi
pada respon organismik klien terhadap intervensi dan
implementasi keperawatan yang telah dilakukan. Tes hipotesa
dievaluasi dengan mengkaji respon organismik yang dapat
mendukung atau tidak mendukung hipotesis keperawatan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dapat bersifat terapeutik
maupun suportif. Tindakan yang sifatnya terapeutik
meningkatkan derajat kesehatan klien, sedangkan yang bersifat
suportif dapat menimbulkan kenyamanan bagi klien. Jika
hipotesis yang dibuat tidak dapat mendukung penyembuhan
dan perbaikan kondisi klien maka rencana dapat direvisi
dengan membuat hipotesis yang baru(Alligood,2010).

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa terhadap teori Levine’s, maka kelompok menganalisa
bahwa Myra Estrin Levine adalah seorang ahli yang memberikan penjelasan berbeda
dari disiplin ilmu keperawatan. Dalam teori Levine’s ini terdapat empat konsep
konversi utama yaitu konversi energy, integritas struktur, integritas personal dan
integritas sosial. Semua teori yang beliau bagi menjadi empat bagian utama antara
lain orang, lingkungan , kesehatan, keperawatan. Selain itu, Levine’s juga membahas
orang dan lingkungan yang tergabung atau menjadi kongruen dari waktu ke waktu.
Menurutnya seorang perawat harus selalu mengobservasi, memberikan intervensi
yang tepat sesuai perencanaan dan mengevaluasi. Hal tersebut untuk membantu klien,
sehingga hubungan kerja sama antara perawat dengan klien harus baik agar
terwujudnya tujuan kedua belah pihak
Selain itu dalam teori Levine’s, klien juga sangat dipandang dalam posisi
ketergantungan, sehingga kemampuan klien terbatas untuk berpartisipasi dalam
pengumpulan data, perencanaan, implementasi atau semua fase dari posisi
ketergantungan. Klien membutuhkan bantuan dari perawat untuk beradaptasi
terhadap gangguan kesehatannya. Perawat bertanggungjawab dalam menentukan
besarnya kemampuan partisipasi klien dalam perawatan. Mutu menjadi sangat
penting diaplikasikan dalam teori Levine’s untuk mencapai tujuan klinis karena
dasar dari pendapat ini adalah posisi ketergantungan dari klien sebagai akibat dari
sakit atau bantuan kesehatan yang membutuhkan bantuan perawatan.

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat yang memiliki peran penting dalam pelayanan
kesehatan, pemahaman dan tujuan keperawatan seperti dalam teori dan model
keperawatan olehMyra Levine ini, dimana perawat harus mampu dalam memenuhi
tujuan dari asuhan keperawatan yang dilakukan, agar proses keperawatan benar-benar
mampu menunjang proses pemulihan klien dan memenuhi tujuan dari keperawatan

22
sesuai dengan teori Levine’s yaitu klien sebagai mahkluk hidup terintegrasi yang
saling berinteraksi dan beradaptasi terhadap lingkungannya. Lervine percaya bahwa
intervensi keperawatan merupakan aktivitas konservasi, dengan konservasi energy
sebagai pertimbangan utama.Dalam hal ini dituntut peranan perawat dalam
mewujudkan tindakan yang mencakup konversi-konversi tersebut dan mengobservasi
klien dan memberikan intervensi yang tepat sesuai dengan perencanaan dan
mengevaluasi.Semua tindakan ini bertujuan untuk membantu klien dalam mencapai
kesehatan yang seutuhnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha, R., Tomey, Ann, M. (2010). Nursing Theorist and Their
Works,Seventh Edition. St. Louis. Missouri: Mosby Elsivier.

Artinian, B.M., Katharine S. West, M.P.H.M.S.N.R.N.C.N.S., & Margaret Conger,


E.D. (2011).The Artinian Intersystem Model: Integrating Theory and Practice
for the Professional Nurse, Second Edition: Springer Publishing Company.

Creasia, J.L., & Parker, B.J. (2007). Conceptual Foundations The Bridge to
Professional Nursing Practice, Fourth Edition St. Louis. Missouri: Mosby
Elsivier.

Fawcett, J., & DeSanto-Madeya, S. (2012). Contemporary Nursing Knowledge:


Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theories: F. A.
DavisCompany.

Kalman, M. (2008).The Clinical Nurse Specialist Role : Could it be for you.American


Journal of Nursing, Vol 108.

Levine, M. E. (1973). Introduction to clinical nursing. F. A. Davis Company:


Philadelphia, PA.Online : http://www.google.com/.(diakses 27 September
2018

Parker, M. E. (2001).Nursing theories and nursing practice. F. A. Davis Company:


Philadelphia, PA.Online : http://www.google.com/.(diakses 27 September
2018

Tomey, A. M. & Alligood, M. R. (2006).Nursing theorists and their work. (6th ed.).
Elsevier Health Sciences.Online : http://www.google.com/.(diakses 27
September 2018

24
MAKALAH FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA SITUASI KLINIS II

MOORE’S THEORY PEACEFUL END OF LIFE

OLEH:

I WAYAN JEVA SANISA PUTRA

(203221134)

KELAS B13-B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang
Widhi Wasa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Aplikasi Teori Keperawatan Pada Situasi Klinis II, Moore’s Theory
Peaceful End Of Life” pada mata kuliah Falsafah Dan Teori Keperawatan ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini telah disusun berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Untuk
itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu selama penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, dibutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca, sehingga penulis dapat
menyempurnakan makalah ini, sehingga bisa lebih baik lagi.

Denpasar, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER JUDUL ........................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………...2
1.3. Tujuan Masalah……………………………………………………………...2
1.4. Manfaat Penulisan…………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 4
2.1. Peaceful End Of Life………………………………………………………..4
A. Riwayat Hidup Ahli Teori Peaceful End of life (EOL)……………………...4
B. Pengertian End Of Life………………………………………………………7
C. Sumber Teori…………………………………………………………………8
D. Penggunaan Bukti Empiris…………………………………………………...9
E. Konsep Utama Dan Kegunaan………………………………………………10
F. Asumsi Mayor End Of Life ..………………………………………………..11
G. Prinsip-Prinsip End Of Life………………………………………………….13
H. Frame Peaceful End Of Life…………………………………………………15
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 16
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………16
3.2. Saran………………………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori Peaceful End Of Life dikembangkan dari standar dengan tujuan dapat
hidup tenang sebelum kehidupan berakhir. Standar dari kekhawatiran
dikembangkan oleh satu group berpengalaman dari perawat yang berasal dari
Norwegia. Perawat tersebut berada pada satu unit gastroenterological dimana
setengah dari pasien didiagnose dengan cancer dan dihadapkan pada pasien
terminal dalam setiap harinya (Ruland dan Moore 1998). Dengan pasien
terminal dokter tidak memfokuskan pada mereka, sehingga perawat harus
memiliki pengetahuan untuk merawat pasien dalam kondisi terminal dan
management gejalanya. Menurut salah satu ahli teori keperawatan Shirley M.
Moore, teori Peaceful End Of Life, menyatakan bahwa perawat integral akhir
dari ketenangan hidup meliputi, kebebasan dari sakit, dukungan emosional,
kedekatan dan keikutsertaan pada kenyataan lain yang berpengaruh, dan
perlakuan dengan empati dan hormat (Alligood, 2014). Berdasarkan situasi
diatas menunjukkan bahwa seorang perawat perlu untuk mengetahui secara
kompleks perawatan pasien yang mengalami penyakit terminal dan bagaimana
perawat dapat berkontribusi dalam memberikan ketenangan akhir dari hidup
pasien. Kondisi ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan pasien
dan memberikan bimbingan klinis dalam perawatan dan memberikan mereka
pelayanan yang berkualitas. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penerapan
yang dilakukan oleh perawat tersebut merupakan hasil pengembangan dari teori
Peaceful End Of life (Ruland dan Moore 1998). Teori ini tidak hanya berfokus
pada kematian dari pasien, melainkan ketenangan dan arti dari kehidupan selama
akhir dari hidup yang bisa diingat oleh pasien, kenyataan lain dan anggota
keluarga. Teori dikembangkan dari satu standar kekhawatiran yang diciptakan
oleh pakar keperawatan untuk mengatur pasien dengan penyakit terminal

1
(Ruland dan Moore 1998). Suatu hal yang sangat menarik tentunya, ketika
seorang perawat mampu menterjemahkan bagaimana mengembangkan teori ini
menjadi lebih mudah untuk dapat diterapkan pada pasien. Untuk itu Penulis
sangat tertarik mengangkat teori ini agar dapat difahami bersama bagaimana
teori peaceful end of life ini bisa diterapkan dalam asuhan keperawatan
khususnya pada pasien terminal.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana riwayat hidup ahli teori Peaceful End of life (EOL)
1.2.2 Menjelaskan pengertian dari End of Life (EOL)
1.2.3 Bagaimana sumber teori dari End of Life (EOL)
1.2.4 Bagaimana penggunaan empiris dari teori End of Life (EOL)
1.2.5 Bagaimana konsep dan penggunaan dari teori End of Life (EOL)
1.2.6 Bagaimana asumsi mayor teori End of Life (EOL)
1.2.7 Apa saja prinsip prinsip dari teori End of Life (EOL)
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui riwayat hidup ahli teori End of Life (EOL)
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian dari teori End of Life (EOL)
1.3.3 Untuk mengetahui sumber dari teori End of Life (EOL)
1.3.4 Untuk mengetahui penggunaan empiris dari teori End of Life (EOL)
1.3.5 Untuk mengetahui konsep dan penggunaan dari teori End of Life (EOL)
1.3.6 Untuk mengetahui asumsi mayor dari teori End of Life (EOL)
1.3.7 Untuk mengetahui prinsip dari teori End of Life (EOL)
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan


manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai teori End of Life
(EOL)

2
1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan


sebagai suatu pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya
ilmu tersebut dapat dipahami dalam pembelajaran Falsafah keperawatan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peaceful End Of Life


A. Riwayat Hidup Ahli Teori Peaceful End of life (EOL)
1. Cornelia M. Ruland

Cornelia M. Ruland lahir di Norwegia tahun 1954. Lulus sarjana


keperawatan (B.Sn ) pada tahun 1974 dari Universitas Bergen, Norwegia.
Pada tahun 1979, Ruland mengambil Registered Nurse (RN) selanjutnya
bekerja menjadi perawat klinik spesialis anak di tahun 1983. Tahun 1994 ia
mengambil Master dan tahun 1998 mendapatkan gelar doktornya dari
Universitas Case Western Reserve, Cleveland, Ohio.

Karir keperawatannya dimulai sejak tahun 1979 sampai tahun 1980 dengan
menjadi staf keperawatan di unit anak di Rumah Sakit Bergen, Norwegia.
Dilanjutkan dengan menjadi staf perawat di unit anak dan onkologi di Oslo
tahun 1980-1983. Tahun 1983-1988, Ruland menjadi perawat klinik spesialis
anak di Oslo, dilanjutkan dengan menjadi kepala unit anak tahun 1988-1990.
Tahun 1990-1994, ia menjabat sebagai direktur keperawatan di Rumah Sakit
Aker University. Pada tahun 1994-1997, Ruland mendapat beasiswa untuk
mengambil doctor di USA dilanjutkan dengan menjadi asisten professor post
4
doctoral di Oslo tahun 1998-1999. Tahun 2000-2001 ia menjadi asisten
professor di Hanover dan tahun 2001-2002 menjadi asisten professor di New
York. Tahun 2006 mendapat gelar professor di department of clinical
medicine, University of Oslo. Ruland memulai karir penelitian mulai tahun
1994 sebagai asisten peneliti.Lalu menjabat sebagai direktur proyek riset
bersama Shirley Moore tahun 1995 sampai 1997. Saat ini (Juni 2002–
sekarang) Ruland menjabat sebagai Direktur Center for shared Decision
Making and Nursing Research di RS Universitas Rikshospitalet Oslo
Norwegia dan menjadi asisten professor di Dartmouth Medical School,
Hanover, New Hampshire juga di Nursing College Universitas Iowa,
Amerika Serikat.

Aktifitas professional dan akademik umum Cornelia M. Ruland meliputi:


a) Sebagai manuscript reviewer dari: JAMIA ( Journal of the American
Medical Informatics Association), AMIA ( American Medical Informatics
Association), Society for medical Decision Making, Medical Care, Patient
education and counseling, Computer in nursing, Health services research,
Expert review of pharmaco-economics and outcomes research, Vardi
Norden, dan Nursing informatics di tahun 2003.
b) Menerima hibah penelitian nasional dan internasional: pada presentasi
doctoral dari Konsil riset Norwegia tahun 1994-1997
c) Memperoleh penghargaan professional: dari AMIA, Sigma Theta Tau,
Paper nursing Informatics. Aktif di riset dan kongres internasional.
d) Melakukan publikasi: tesis, paper di jurnal,konferensi dan
menerbitkan buku tentang nursing informatics.
e) Menjadi pembicara di tingkat nasional dan internasional
f) Menjadi peneliti utama pada sejumlah penelitian
g) Mengajar

5
Ruland mengembangkan program riset untuk menerapkan
pengambilan keputusan dan hubungan pasien-pemberi pelayanan di institusi
kesehatan serta mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi system
informasi untuk mendukung program tersebut. Penelitiannya berfokus pada
aspek-aspek instrument/alat pengambilan keputusan bersama dalam situasi
klinik yang menantang, seperti:
a) Saat pasien dihadapkan dengan tindakan yang sulit atau keputusan skrining.
Situasi ini membuat pasien sangat membutuhkan bantuan untuk mengerti
keuntungan dan kerugian alternative pilihan dan memperoleh nilai-nilai
serta pilihan/preferensi mereka
b) Pilihan/preferensi disesuaikan dengan manajemen penyakit kronis atau
penyakit serius yang lama.

2. Shirley M. Moore

Shirley M. Moore lahir pada tahun 1948. Lulus diploma keperawatan


tahun 1969 di Youngtown Hospital Association School of nursing. Tahun
1974 mengambil Bachelor of Nursing di Kent State University, kemudian
mengambil gelar Master di bidang mental psikiatri (1990) dan Doktornya di
bidang Nursing Science pada tahun 1993 di Case Western Reverse
University. Moore tertarik di bidang epistemology dan teori-teori
keperawatan, model-model asuhan tim interdisiplin serta peningkatan kualitas
berkesinambungan (Continuous Quality Improvement). Ia menjadi peneliti
utama di beberapa riset dan melakukan riset dibidang:

a) Recovery following cardiac events

b) Health behavior change

c) Exercise following cardiac events

d) Obesity

e) Quality and safety


6
Proyek pelatihan yang dilakukan Moore adalah menjadi sponsor mentor
dan menjadi anggota dari komite kepemimpinan.Publikasi yang telah
dilakukan mencakup tesis, jurnal dan paper. Saat ini Moore menjabat sebagai
wakil dekan untuk penelitian di School of nursing, Case Western Reserve
University. Fokus pemikirannya adalah penerapan teori keperawatan dan
sains keperawatan di semua level mahasiswa keperawatan dan pusat
perhatiannya pada program pengembangan riset dan teori pada kondisi
pemulihan setelah cardio.

Di awal studi doktoralnya, Moore bersama beberapa ahli teori seperti


Joyce J. Fitzpatrick, Jean Johnson dan Elizabeth Lenz tidak hanya
menggunakan teori tetapi juga mengembangkannya. Selama beberapa tahun,
Moore diberi kesempatan untuk menjelaskan teori yang digunakan pada tools
praktik untuk para praktisi, peneliti dan dosen pada konferensi yang selalu
diadakan setiap tahun di Universitas Case Western Reserve. Dalam hal ini
Moore telah dibantu untuk mengembangkan dan mempublikasikan beberapa
teori (Good and Moore, 1996) dan telah menerapkan bentuk teori menjadi
sebuah keterampilan yang penting bagi mahasiswa doktoral.

B. Pengertian End Of Life


End of life merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan
kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup (Ichikyo, 2016). End of life
care adalah perawatan yang diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan
atau tahun terakhir kehidupan mereka (NHS Choice, 2015). End of life akan
membantu pasien meninggal dengan bermartabat. Pasien yang berada dalam fase
tersebut biasanya menginginkan perawatan yang maksimal dan dapat meningkatkan
kenyamanan pasien tersebut. End of life merupakan bagian penting dari
keperawatan paliatif yang diperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir
kehidupan.

7
End of life care bertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik-
baiknya dan meninggal dengan bermartabat (Curie, 2014). End of life care adalah
salah satu kegiatan membantu memberikan dukungan psikososial dan spiritual
(Putranto, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa End of life care merupakan salah
satu tindakan keperawatanyang difokuskan pada orang yang telah berada di akhir
hidupnya, tindakan ini bertujuan untuk membuat orang hidup dengan sebaik-
baiknya selama sisa hidupnya dan meninggal dengan bermartabat.

C. Sumber Teori
Peaceful End of life dikembangkan dari beberapa kerangka teori, secara primer
berdasarkan model klasik Donabedian baik struktur, proses dan outcomes (Ruland
dan Moore, 1998) yang sebagiannya berkembang dari teori system umum grand
teori. Pengaruh teori sistem umum dapat menembus semua teori keperawatan, dari
model konsep hingga teori middle dan microrange, sebagai indikator kegunaanya
dalam menjelaskan kompleksitas interaksi antara kesehatan dan organisasi (Higgins
dalam buku Tomey dan Alligood, 2002). Dalam teori EOL, setting struktur adalah
sistem keluarga (pasien penyakit terminal dan orang-orang terdekat) yang
menerima asuhan dari tenaga professional di unit akut rumah sakit, dan prosesnya
dijelaskan sebagai tindakan-tindakan (intervensi keperawatan) yang didesain untuk
meningkatkan hasil positif terkait dengan:
1) Bebas dari rasa nyeri
2) Mengalami rasa nyaman
3) Mengalami perhargaan dan bermartabat
4) Menjadi lebih tenang
5) Mengalami kedekatan dengan orang-orang terdekat dan pemberi asuhan.
Landasan teoritis kedua dari teori ini adalah teori preferensi atau pilihan
(Brandt, 1979), digunakan oleh para ahli filosofi untuk menjelaskan dan
mendefinisikan kualitas kehidupan (Sandoe, 1999). Ini merupakan suatu konsep
yang sangat penting dalam riset dan praktik EOL. Di dalam teori preferensi,
definisi kehidupan yang baik adalah mendapatkan apa yang diinginkan, pendekatan
8
ini terlihat sangat tepat pada asuhan EOL. Hal ini dapat diaplikasikan untuk orang
sadar maupun orang yang tak berdaya yang sudah ada dokumentasinya untuk
pengabilan keputusan EOL. Kualitas kehidupan dapat dievaluasi sebagai
manifestasi kepuasan melalui penilaian empiris seperti berkurangnya gejala dan
kepuasan dalam hubungan interpersonal. Pilihan pasien menggabungkan keputusan
asuhan dianggap baik dan sesuai dengan teori ini (Ruland & Bakken, 2001; Ruland,
Kresevic & Lorensen, 1997) dan penting untuk kesuksesan proses dan hasil
(Ruland & Moore, 2001).
Teori EOL diturunkan dalam berbagai cara pragmatis. Hal ini terjadi saat
Ruland mengambil doktoral dan Moore sebagai orang fakultas. Teori-teori middle
range saat ini baru muncul dan ada beberapa definisi dan contoh yang baik. Kelas
ditantang untuk memikirkan kegunaan dan pengembangan teori mid range dalam
ilmu keperawatan dan praktiknya di masa depan. Selanjutnya mahasiswa berdiskusi
tentang sumber-sumber ilmu teori mid range tersebut diperoleh seperti ilmu
empiris, ilmu praktik klinik dan ilmu sintesa. Setiap mahasiswa bertanya darimana
teori-teori middle range itu berasal. Ruland saat itu baru saja menyelesaikan proyek
utamanya yaitu mengembangkan standar praktik klinik untuk peaceful EOL dengan
sekelompok perawat kanker di Norwegia. Standar tersebut disintesa ke dalam teori
peaceful EOL oleh Ruland dan selanjutnya diperhalus dengan bantuan Moore.
Teori ini menjadi contoh awal penggunaan standar praktik sebagai sumber
pengembangan teori middle range.

D. Penggunaan Bukti Empiris


Teori ini berdasarkan bukti empiris yang berasal dari pengalaman langsung
perawat-perawat ahli dan tinjauan menyeluruh dari literature beberapa komponen
teori berasal. Kelompok praktisi ahli yang mengembangkan standar asuhan
peaceful EOL ini mempunyai pengalaman klinik sekurang-kurangnya 5 tahun
dalam merawat pasien penyakit terminal. Standar asuhan terdiri dari praktik-
praktik terbaik berdasarkan bukti penelitian dalam area manajemen nyeri, rasa
nyaman, nutrisi dan relaksasi. Di dalam teori preferensi terdapat usulan
9
pernyataan yang berhubungan dengan bukti empiris yang dibutuhkan dan dari
pernyataan ini hipotesis dapat diturunkan dengan mudah untuk dites kegunaannya.

E. Konsep utama dan kegunaannya


a) Tidak mengalami nyeri
Bebas dari penderitaaan ataupun distress adalah bagian utama dari
banyaknya pengalaman EOL pasien. Nyeri dianggap sebagai pegalaman
sensoris atau emosi yang tidak menyenangkan dikaitkan dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial (Lenz, Suppe, Gift, Pugh & Milligan, 1995;
Pain term, 1979)
b) Mengalami rasa nyaman
Rasa nyaman didefinisikan secara inklusif, menggunakan Kolcaba dan
Kolcaba’s work (1991) sebagai bebas dari rasa tidak nyaman, kondisi sentosa
dan damai/puas dan apapun yang membuat hidup lebih mudah dan
menyenangkan (Ruland & Moore, 1998, p.172)
c) Merasa bermartabat dan dihargai
Setiap pasien penyakit terminal dihargai dan dinilai sebagai seorang
manusia (Ruland & Moore, 1998. P.172). Konsep ini menyatukan pendapat
tentang nilai pribadi, yang diekspresikan oleh prinsip etik (otonomi) atau
menghargai orang lain yang menyatakan bahwa indivisu seharusnya
diperlakukan sebagai agen otonomi dan orang-orang yang otonominya
berkurang mempunyai hak atas perlindungan (United State, 1978). Munn, et
al 2008 mengatakan dalam penelitiannya bahwa merasa dihargai (contoh:
perhatian perawat terhadap inkontinen) merupakan hal yang penting dalam
EOL.
d) Menjadi damai
Damai adalah perasaan tenang, harmonis dan puas, bebas dari kecemasan,
kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan (Ruland & Moore, 1998,
p.172).keadaan penuh damai meliputi dimensi fisik, psikologis dan spiritual.

10
e) Kedekatan dengan orang-orang terdekat
Kedekatan adaah perasaan terhubung dengan manusia-manusia yang peduli
(Ruland & Moore, 1998, p.172). hal ini meliputi kedekatan fisik atau emosi
yang diekspresikan melalui kehangatan dan hubungan yang dekat/intim.
Munn etal, 2008 dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada peran yang
signifikan dalam hubungan kedekatan perawat-pasien saat memberikan
asuhan EOL.

F. Asumsi Mayor EOL (Keperawatan, Individu, Kesehatan,Dan Lingkungan)


Seperti halnya teori Middle-range lainnya focus teori EOL ini yaitu akhir
kehidupan klien dengan penuh damai (peaceful end of life) tidak begitu
membahas masing-masing konsep metaparadigma. Teori ini berasal dari standart
perawatan yang ditulis oleh perawat ahli yang berpengalaman di praktek. Oleh
karena itu, konsep paradigm yang secara eksplisit ditujukan kepada keperawatan
dan individu. Teori ini berfokus kepada fenomena keperawatan yang komplek,
perawatan secara holistic untuk mendukung individu dalam menghadapi kematian
secara damai.
Ada dua asumsi Roland and Moore (1998) identifikasi teori sebagai berikut:
1) Pengalaman kejadian dan perasaan pada masa akhir hidup merupakan bersifat
pribadi dan individual.
2) Asuhan Keperawatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menciptakan pengalaman untuk menghadapi kematian dengan damai
(peaceful end of life). Perawat melakukan pengkajian dan
menginterpretasikan isyarat yang mereflesikan pengalaman seseorang dalam
menghadapi kematian dan mengintervensi dengan tepat untuk memperoleh
atau mempertahankan pengalaman yang damai. Bahkan sekalipun pasien
yang akan menghadapi kematian dengan keadaan tidak dapat komunikasi
verbal.

11
Ada dua tambahan asumsi yang tersirat, yaitu:
a) Keluarga, sebuah istilah yang mencangkup orang lain yang berate bagi
pasien merupakan bagian penting dalam perawatan klien dengan keadaan
menjelang kematian.
b) Tujuan pelayanan end of life adalah bukan mengoptimalkan pelayanan
dengan cara teknologi terbaik melainkan untuk memaksimalkan
pelayanan demi mencapai kualitas hidup dan kematian yang penuh
kedamaian.
Ruland and Moore (1998) mengidentifikasi enam pernyataan hubungan
eksplisit dalam teori mereka yaitu :
1. Memantau dan memberikan obat penghilang nyeri dan intervensi
farmakoterapi – nonfarmakoterapi untuk memberikan pengalaman hidup
tanpa nyeri
2. Mencegah, memantau dan memberi kenyamanan fisik, membantu istirahat,
relaksasi dan mencegah komplikasi yang berkontribusi pada pengalaman
merasa nyaman
3. Mengikutsertakan pasien dan orang terdekat dalam proses pengambilan
keputusan terkait pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
memberlakukan pasien dengan martabat, empati dan hormat, dan bersikap
atentif terhadap kebutuhan pasien, harapan untuk membuat pasien merasa
bermartabat dan dihormati
4. Mendukung emosi, memantau dan memenuhi kebutuhan pasien akan obat-
obatan anti cemas, memenuhi keinginan percaya untuk membuat pasien
merasa damai
5. Memfasilitasi partisipasi orang-orang terdekat dalam pelayanan
keperawatan pasien, menerima rasa berduka keluarga, kekhawatiran,
pertanyaan-pertanyaan dan memberi kesempatan pada keluarga untuk
mengalami kedekatan pada orang yang dirawat
6. Kesemua lima point diatas dapat berkontribusi terhadap akhir kehidupan
yang penuh kedamaian
12
G. Prinsip-Prinsip End Of Life
Menurut NSW Health (2005) Prinsip End Of Life antara lain :
a. Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematian
Tujuan utama dari perawatan adalah menpertahankan kehidupan,
namun ketika hidup tidak dapat dipertahankan, tugas perawatan adalah untuk
memberikan kenyamanan dan martabat kepada pasien yang sekarat, dan
untuk mendukung orang lain dalam melakukannya.
b. Hak untuk mengetahui dan memilih
Semua orang yang menerima perawatan kesehatan memiliki hak untuk
diberitahu tentang kondisi mereka dan pilihan pengobatan mereka.Mereka
memiliki hak untuk menerima atau menolak pengobatan dalam
memperpanjang hidup.Pemberi perawatan memiliki kewajiban etika dan
hukum untuk mengakui dan menghormati pilihan-pilihan sesuai dengan
pedoman.
c. Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan hidup
Perawatan end of life yang tepat harus bertujuan untuk memberikan
pengobatan yang terbaik untuk individu. Ini berarti bahwa tujuan utama
perawatan untuk mengakomodasi kenyamanan dan martabat, maka menahan
atau menarik intervensi untuk mempertahankan hidup mungkin
diperbolehkan dalam kepentingan terbaik dari pasien yang sekarat.
d. Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan
Keluarga dan tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk bekerja sama
untuk membuat keputusan bagi pasien yang kurang bisa dalam pengambilan
keputusan, dengan mempertimbangkan keinginan pasien.
e. Transparansi dan akuntabilitas
Dalam rangka menjaga kepercayaan dari penerima perawatan, dan
untuk memastikan bahwa keputusan yang tepat dibuat, maka proses
pengambilan keputusan dan hasilnya harus dijelaskan kepada para pasien dan
akurat didokumentasikan.

13
f. Perawatan non diskriminatif
Keputusan pengobatan pada akhir hidup harus non-diskriminatif dan
harus bergantung hanya pada faktor-faktor yang relevan dengan kondisi
medis, nilai-nilai dan keinginan pasien.
g. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan tidak berkewajiban untuk memberikan perawatan
yang tidak rasional, khususnya, pengobatan yang tidak bermanfaat bagi
pasien.Pasien memiliki hak untuk menerima perawatan yang sesuai, dan
tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab untuk memberikan pengobatan
yang sesuai dengan norma-norma profesional dan standar hukum.
h. Perbaikan terus-menerus
Tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk berusaha dalam
memperbaiki intervensi yang diberikan pada standar perawatan end of life
baik kepada pasien maupun kepada keluarga.

14
H. Framework Peaceful End Of Life

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
End of life merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan
kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup. End of life care adalah
perawatan yang diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun
terakhir kehidupan mereka, untuk membantu orang hidup dengan sebaik-baiknya
dan meninggal dengan bermartabat. Peaceful End of life dikembangkan dari
beberapa kerangka teori, secara primer berdasarkan model klasik Donabedian baik
struktur, proses dan outcomes (Ruland dan Moore, 1998) yang sebagiannya
berkembang dari teori system umum grand teori. Teori ini berdasarkan bukti
empiris yang berasal dari pengalaman langsung perawat-perawat ahli dan tinjauan
menyeluruh dari literature beberapa komponen teori berasal. Menurut NSW Health
(2005) Prinsip End Of Life antara lain menghargai kehidupan dan perawatan dalam
kematian, hak untuk mengetahui dan memilih, hak untuk mengetahui dan memilih,
hak untuk mengetahui dan memilih, pendekatan kolaboratif dalam perawatan,
transparansi dan akuntabilitas, Perawatan non diskriminatif, hak dan kewajiban
tenaga kesehatan
3.2 Saran
Adapun saran yang penulis dapat berikan antara lain :
Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan diharapkan mampu mengetahui,
dan memahami mengenai teori End of Life (EOL) meliputi riwayat hidup ali teori
EOL, pengertian, sumber, penggunaan empiris, konsep dan penggunaan teori,
asumsi mayor dan prinsip dari teori EOL, sehingga dapat mengaplikasikan teori ini
dalam praktik keperawatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. 2014. Nursing theorists and their work eighth edition. USA: Mosby
Elseiver.701-709.
Brandt, R. B. 1979. A theory of the good and the right. Oxford: Clarendon Press
Curie. M. 2014. What are palliative care and end of life care ?. Marie Curie Support
Ichikyo, K. 2016. End Of Life : Helping With Comfort And Care. National institute
of aging
Lenz, E.R.., Suppe, F.,Gift, A.G.,Pugh,L., C., & Milligan, R.A. 1995. Collaborative
development of middle range nursing theories: toward a theory of
unpleasant symptoms. Advances in nursing science, 17(3), 1-13.
Munn, JC, Dobbs, D, et.al. 2008. The end of life experience in long term care:
five themes identified from focus groups with residents, family members, and
staff. The Gerontologist 48.4
NSW Health. 2015.Guidelines for end-of-life care.Sidney: NSW Departmentof
Health.
Pain terms: A list with defenitions and notes on usage. Recommended by the IASP
subcommitte on taxonomy. 1979. Pain 6(3), 249
Putranto, R. 2015.Modul Paliatif . Jakarta : Rumah Sakit DR Cipto Mangunkusumo

Ruland, C. M., & Moore, S. M. 1998. Theory construction based on standards of


care: A proposed theory of the peaceful end of life. Nursing Outlook. Vol 46
(4). 169-175
Rulland,C. M., & Bakhen,S. 2001. Representing patient preference related concepts
for inclution in electronic health records. Journal of biomedical Informatics,
34(6), 415-422
Rulland, C.M., Kreservic, D., & Lorensen, M. 1997. Including patient preferences
in nurses’ assesment of older

17
Ruland, C. M., & Moore, S. M. 2001. Eliciting exercise preferences in cardiac
rehabilitation : initial evaluation of a new strategy. Patient education and
counseling, 44 (3), 283-291
Sandoe, P. 1999. Quality of life-three competing views. Ethical theory and moral
Practice, 2(1), 11-23

18

Anda mungkin juga menyukai