Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ANALISIS TINGKATAN PENGETAHUAN KEPERAWATAN DAN


MEMBEDAKAN BERAGAM TEORI BERDASARKAN
TINGKATAN TEORI
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sains dalam Keperawatan)

Oleh:
KELOMPOK 4
Amin Suliah NIM 2310246713
Reni Savita NIM 2310246718

Dosen Pengampu:
Dr. Reni Zulfitri, Sp.Kom

PROGRAM STUDI PASCASARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah “analisis tingkatan pengetahuan keperawatan dan membedakan
beragam teori berdasarkan
tingkatan teori” dengan baik.
Shalawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing Ibu Dr. Reni Zulfitri, Sp.Kom yang telah memberikan
masukan dan sarannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 29 September 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1


1.2 Tujuan..................................................................................................................2
1.3 Manfaat................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3

2.1 Falsafah Keperawatan.........................................................................................3


2.2 Metaparadima......................................................................................................3
2.3 Teori Keperawatan……………………………………….………….. 6
2.4 Middle range Theory…………………………………………………………12
2.5 Grand Theory…………………………………………………………………14
BAB III PENUTUP....................................................................................................25

3.1 Kesimpulan........................................................................................................25
3.2 Saran..................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan
kesehatan yang dikenal dengan bidang keilmuan terapan yang spesifik dan
nilai sosial serta pelayanannya. Semakin berkembangnya zaman, diharapkan
juga mengikuti yaitu semakin meningkatnya pelayanan kesehatan dan
pelayanan perawat di Indonesia. Pelayanan keperawatan akan berkembang
apabila didukung oleh teori dan model keperawatan yang diimplementasikan
dalam praktik keperawatan.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi
dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat di tempat mereka bekerja dalam
batas kewenangan sebagai seorang perawat.
Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model
praktik keperawatan yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat
perawat tersebut bekerja. Mengingat dalam model keperawatan mengandung
komponen dasar seperti: adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah
model, adanya tujuan praktik yang ingin dicapai dalam memberikan
pelayanan ataupun asuhan keperawatan terhadap kebutuhan semua pasien,
serta adanya pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh perawat
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien.
Kita perlu mempelajari tentang teori keperawatan karena dapat membantu
dalam memutuskan apa yang kita ketahui dan apa yang ingin kita ketahui.
Teori keperawatan memberikan struktur/kerangka untuk berkomunikasi
antara satu perawat dengan perawat lainnya atau dengan tim kesehatan
lainnya. Karena dunia kesehatan selalu berubah, maka keperawatan perlu
mengembangkan dasar keilmuannya untuk merespon secara proaktif
perubahan yang terjadi. Ilmu keperawatan berkembang melalui riset
keperawatan, dimana peran riset ini adalah untuk menguji teori yang sudah

4
ada atau menciptakan teori yang baru. Perawat mengakui nilai dan kegunaan
dari teori keperawatan sebagai alat untuk praktik keperawatan yang efektif
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya mempelajari Teori dan
Model Keperawatan yang telah ada, sebagai salah satu kunci dalam
mengembangkan ilmu dan praktek serta profesi keperawatan di Indonesia.
I.2 Rumusan Masalah
Bagaiman analisis tingkatan pengetahuan berdasarkan tingkatan teori
dalam keperawatan.
I.3 Tujuan
1.2.1 Mengetahui dan memahami tentang metaparadigma
1.2.2 Mengetahui dan memahami tentang teori keperawatan
1.2.3 Mengetahui dan memeahami tentang middle range theory dan grand
theory
1.2.4 Mengetahui dan memahami tentang Macam-Macam Model Teori
Menurut Beberapa Ahli Keperawatan
I.4 Manfaat
Diharapkan dalam pembelajaran ini semua mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami tentang analisis tingkatan pengetahuan
berdasarkan tingkatan teori dalam keperawatan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Falsafah Keperawatan


Falsafah keperawatan adalah nilai-nilai, keyakinan, dan cara pandang
perawat terhadap fenomena yang menjadi fokus kajian utama, yaitu manusia
yang berada dalam rentang sehat-sakit yang memiliki kebutuhan dasar.
Keperawatan meyakini manusia dan kemanusiaan merupakan titik sentral
setiap upaya pelayanan kesehatan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan sesuai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bertolak dari
keyakinan tersebut, keperawatan memandang empat konsep dasar yang
dikenal sebagai metaparadigma keperawatan yaitu manusia,lingkungan, sehat
dan keperawatan (Kozier, 2010).
2.2 Metaparadigma
Fawcett (1984) menggambarkan metaparadigma sebagai cara untuk
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain, metaparadigma sangat
umum dan dimaksudkan untuk mencerminkan kesepakatan di antara anggota
disiplin ilmu tentang bidang keperawatan, yang merupakan tingkat
pengetahuan keperawatan yang paling abstrak dan sangat mencerminkan
keyakinan yang dimiliki tentang keperawatan. Namun, karena istilah ini
mungkin tidak familiar, istilah ini tidak memberikan panduan langsung untuk
penelitian dan praktik (Kim, 1997; Walker & Avant, 1995). Metaparadigma
terdiri dari empat konsep: manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan.
menurut Fawcett, keperawatan adalah studi tentang hubungan timbal balik di
antara keempat konsep ini
Paradigma diartikan sebagai cara pandang terhadap suatu fenomena
dalam suatu objek material. Sedangkan metaparadigma merupakan sebuah
pandangan yang umum dari suatu disiplin ilmu yang dijadikan sebagai
pedoman untuk mengidentifikasi fenomena dengan cara yang unik.
Metaparadigma dalam keperawatan terdiri dari manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan yang kemudian menjadi acuan dalam perumusan
suatu model konseptual. Istilah ini berasal dari dua kata Yunani, yakni meta

6
yang berarti “dengan” dan paradigm, yang berarti “pola”. Banyak pihak yang
mempertimbangkan empat konsep berikut sebagai inti dari keperawatan.
a. Manusia
Manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa merupakan satu
kesatuan yang utuh dan unik dari bio-psiko-sosio-spiritual dan kultural.
Untuk dapat melangsungkan kehidupannya, kebutuhan manusia harus
terpenuhi secara seimbang yang mencakup bio-psiko-sosio-spiritual-
kultural. Manusia mempunyai siklus kehidupan meliputi: tumbuh kembang
dan memberi keturunan, kemampuan mengatasi perubahan dunia dengan
menggunakan berbagai mekanisme yang dibawa sejak lahir maupun
didapat pada dasarnya bersifat biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan
kultural, kapasitas berfikir, belajar, bernalar, berkomunikasi,
mengembangkan budaya dan nilai-nilai.
Manusia berorientasi kepada waktu, mampu berjuang untuk mencapai
tujuan dan mempunyai keinginan untuk mewujudkan diri, selalu berusaha
untuk mempertahankan keseimbangan melalui interaksi dengan
lingkungannya dan berespon secara positif terhadap perubahan lingkungan
melalui adaptasi dan memperbesar potensi untuk meningkatkan kapasitas
kemampuannya.
Manusia selalu mencoba mempertahankan kebutuhannya melalui
serangkaian peristiwa antara lain belajar, menggali serta menggunakan
sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan potensi, keterbatasannya,
untuk terlibat secara aktif dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya. Dengan
demikian manusia dalam keperawatan menjadi sasaran pelayanan
keperawatan yang disebut klien mencakup individu, keluarga, kelompok
dan komunitas yang selalu dapat berubah untuk mencapai keseimbangan
terhadap lingkungan di sekitarnya melalui proses adaptasi.
b. Lingkungan
Lingkungan dalam keperawatan adalah faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia yang mencakup lingkungan internal dan
eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan yang berasal dari dalam
manusia itu sendiri mencakup: faktor genetik, maturasi biologi, jenis

7
kelamin, emosi (psikologis), dan predisposisi terhadap penyakit serta
faktor perilaku. Adapun yang dimaksud lingkungan eksternal adalah
lingkungan disekitar manusia mencakup lingkungan fisik, biologis, sosial,
kultural, dan spiritual.
Lingkungan eksternal diartikan juga sebagai lingkungan masyarakat
yang berarti: kumpulan individu yang terbentuk karena interaksi antara
manusia, budaya dan aspek spiritual yang dinamis, mempunyai tujuan dan
sistem nilai serta berada dalam suatu hubungan yang bersifat saling
bergantung yang terorganisir. Masyarakat adalah sistem sosial dimana
semua orang berusaha untuk saling membantu dan saling melindungi agar
kepentingan bersama dalam hubungannya dengan lingkungan dapat
mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan dasar secara optimal. Manusia
sebagai makluk sosial selalu berinteraksi dengan lingkungan secara
dinamis dan mempunyai kemampuan berespon terhadap lingkungan yang
akan mempengaruhi derajat kesehatannya.
c. Sehat
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental, sosial dan tidak
hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan. Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi
sesuai Undang Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Sehat adalah tanggung jawab individu yang harus diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti dimaksudkan dalam pembukaan
UUD 1945. Oleh karena itu harus dipertahankan dan ditingkatkan melalui
upaya-upaya promotif,preventif,kuratif, dan rehabilitatif.
Sehat ditentukan oleh kemampuan individu, keluarga, kelompok atau
komunitas untuk membuat tujuan yang realistik serta kemampuan untuk
menggerakkan energi serta sumber-sumber yang tersedia dalam mencapai
tujuan tersebut secara efektif dan efisien. Sehat dilihat dari berbagai
tingkat yaitu tingkat individu, keluarga, kelompok, komunitas, dan
masyarakat.

8
d. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan, ditujukan kepada individu, keluarga,kelompok, dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia sejak fertilisasi sampai akhir hayat, yang diberikan
karena adanya ketidaktahuan, ketidakmauan, dan atau ketidakmampuan.
Lingkup praktik keperawatan meliputi promosi kesehatan, mencegah sakit,
memulihkan kesehatan dan mengurangi penderitaan termasuk
mendampingi klien saat sakaratul maut agar meninggal secara damai dan
bermartabat. Selain pemberi asuhan, perawat juga berperan melakukan
advokasi untuk kepentingan klien, memberikan lingkungan yang aman,
meningkatkan kemampuan profesional melalui pendidikan berkelanjutan,
penelitian dan menggunakan hasil penelitian didalam praktik, serta
berpartisipasi didalam pembuatan kebijakan pelayanan kesehatan dan
pendidikan keperawatan.
2.3 Teori Keperawatan
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau
definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala
atau fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara
konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan,
meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji,
diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian. Teori
keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori
keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu
lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan
mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu
keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang
ingin dicapai diantaranya :

9
1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan
tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan,
baik bentuk tindakan atau bentuk model praktik keperawatan sehingga
berbagai permasalahan dapat teratasi.
2. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk
memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan
kemudian dapat memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah
keperawatan.
3. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan
keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan
filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan
keperawatan dapat terus bertambah dan berkembang.
Torrest (1985) dan Chinn & Jacob (1983) menegaskan terdapat lima
karakteristik dasar teori keperawatan :
1. Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebagai
hubungan yang spesifik dari konsep-konsep keperawatan seperti hubungan
antara konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan dan
keperawatan
2. Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan digunakan
dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan
menggunakan cara berpikir yang logis
3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori keperawatan
dapat digunakan pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang
kompleks sesuai dengan situasi praktik keperawatan.
4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge
keperawatan yang dilakukan melalui penelitian.
5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki
kualitas praktik keperawatan.

10
Perkembangan pesat teori keperawatan terjadi pada tahun 1980, dimana
pada periode ini pengembangan teori keperawatan telah memasuki tahap
transisi dari pre-paradigma menjadi paradigma. Pada tahun ini pula lahirnya
konsep baru paradigma keperawatan yang mengklasifikasikan model
keperawatan sebagai paradigma dalam metaparadigma yang terdiri dari
manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan yang sistematis. Ilmu
keperawatan semakin berkembang pesat seiring dengan berkembangnya
jenjang karir pendidikan keperawatan. Hal ini berdampak positif terkait
perkembangan teori keperawatan yang semakin sering digunakan dalam
penelitian, panduan praktik keperawatan dan pembuatan kurikulum. Lahirnya
era teori keperawatan telah mengembalikan keseimbangan antara penelitian
dan praktik dalam keperawatan yang dimanfaatkan hingga saat ini. Teori baru
dan metodologi baru dari pendekatan kualitatif terus berkembang untuk
meningkatkan kualitas ilmu keperawatan (Alligood, 2014).
Parsons (1949), yang sering dikutip oleh para ahli teori keperawatan,
menulis bahwa teori membantu kita mengetahui apa yang kita ketahui dan
memutuskan apa yang perlu kita ketahui. Teori adalah pola mental atau
kerangka kerja yang dibuat untuk membantu memahami dan menciptakan
makna dari pengalaman kita, mengorganisir dan mengartikulasikan
pengetahuan kita, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
pada wawasan baru. Dengan demikian, teori tidak ditemukan secara alamiah,
tetapi merupakan penemuan manusia.
Banyak yang menggambarkan teori sebagai lensa karena teori mewarnai
dan membentuk apa yang dilihat. Fenomena yang sama akan dilihat secara
berbeda tergantung pada perspektif teori yang diasumsikan. Teori, sebagai
refleksi pemahaman, memandu tindakan kita, membantu kita menetapkan
hasil yang diinginkan, dan memberikan bukti tentang apa yang telah dicapai.
Sebuah teori, menurut definisi tradisional, adalah seperangkat konsep yang
terorganisir dan koheren dan hubungannya satu sama lain yang menawarkan
deskripsi, penjelasan, dan prakiraan tentang fenomena.
Para penulis awal teori keperawatan membawa definisi teori dari disiplin
ilmu lain untuk mengarahkan pekerjaan di masa depan dalam keperawatan.

11
Dickoff dan James (1968, p.198) mendefinisikan teori sebagai "sistem
konseptual atau kerangka kerja yang diciptakan untuk beberapa tujuan." Ellis
(1968, p.217) mendefinisikan teori sebagai "seperangkat hipotesis,
konseptual, dan prinsip-prinsip pragmatis yang koheren yang menjadi acuan
umum untuk bidang penyelidikan." McKay (1969, p.217) mendefinisikan
teori sebagai "seperangkat prinsip-prinsip hipotesis, konseptual, dan
pragmatis yang koheren yang membentuk kerangka acuan umum untuk suatu
bidang penyelidikan." McKay (1969, hal.394) menegaskan bahwa teori
adalah batu penjuru dari karya ilmiah, dan istilah tersebut mengacu pada
"seperangkat hipotesis yang telah terbukti secara logis." Barnum (1998, hal.1)
kemudian menawarkan definisi yang lebih luas tentang teori sebagai
"konstruk yang menjelaskan atau mengorganisasikan beberapa fenomena,"
dan secara sederhana menyatakan bahwa teori keperawatan menggambarkan
atau menjelaskan keperawatan." Definisi teori menekankan pada berbagai
aspeknya, yang dikembangkan pada tahun-tahun terakhir ini lebih terbuka
dan sesuai dengan konsep ilmu pengetahuan yang lebih luas. Definisi teori
berikut ini konsisten dengan gagasan umum teori dalam praktik keperawatan,
pendidikan, administrasi, atau penelitian: - Teori adalah seperangkat konsep,
definisi, dan proposisi yang memproyeksikan pandangan sistematis tentang
fenomena dengan menunjuk hubungan antar konsep yang spesifik untuk
tujuan menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan atau mengendalikan
fenomena (Chinn & Jacobs, 1987, p.71).
Semua disiplin ilmu profesional memiliki tubuh pengetahuan yang
terdiri dari teori, penelitian, dan metode penyelidikan dan praktik. Mereka
mengatur pengetahuan, memandu praktik, meningkatkan perawatan pasien,
dan memandu penyelidikan untuk memajukan ilmu pengetahuan. Teori
keperawatan membahas fenomena yang menarik bagi keperawatan, termasuk
fokus keperawatan, orang, kelompok, atau populasi yang dirawat, perawat,
hubungan perawat dan pasien, dan tujuan yang diharapkan dari keperawatan.
Berdasarkan nilai-nilai dan keyakinan yang dipegang teguh tentang
keperawatan, dan dengan konteks berbagai pandangan dunia, teori adalah
pola yang memandu pemikiran, keberadaan, dan pelaksanaan keperawatan.

12
Teori keperawatan menyediakan struktur untuk memahami kompleksitas
realitas baik untuk praktik maupun penelitian. Penelitian berbasis teori
diperlukan untuk menjelaskan dan memprediksi hasil keperawatan yang
penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang manusiawi dan hemat
biaya (Gioiella, 1996). Beberapa struktur konseptual baik secara implisit
maupun eksplisit mengarahkan semua cara keperawatan, termasuk
pendidikan keperawatan dan administrasi. Teori keperawatan memberikan
konsep dan desain yang mendefinisikan tempat keperawatan dalam perawatan
kesehatan, melalui teori, perawat ditawarkan perspektif untuk berhubungan
dengan para profesional dari disiplin ilmu lain yang bergabung dengan
perawat untuk memberikan pelayanan manusia, keperawatan memiliki
harapan besar terhadap teori-teorinya. Pada saat yang sama, teori-teori harus
menyediakan struktur dan substansi untuk membumikan praktik dan
keilmuan keperawatan. Alasan utama untuk menyusun dan memajukan
pengetahuan keperawatan adalah untuk kepentingan praktik keperawatan.
Tujuan utama dari teori keperawatan adalah untuk memajukan
pengembangan dan pemahaman praktik keperawatan, karena teori
keperawatan ada untuk meningkatkan praktik, maka ujian teori keperawatan
adalah ujian kegunaannya dalam praktik profesional (Colley, 2003;
Fitzpatrick, 1997), pekerjaan teori keperawatan bergerak dari dunia akademis
menuju dunia praktik keperawatan, teori keperawatan dalam praktik
keperawatan, praktik keperawatan merupakan sumber sekaligus tujuan teori
keperawatan. Dari sudut pandang praktik, Gray dan Forsstrom (1991)
mengemukakan bahwa teori memberikan perawat cara-cara yang berbeda
untuk melihat dan menilai fenomena, alasan untuk praktik mereka, dan
kriteria untuk mengevaluasi hasil. Banyak teori digunakan untuk memandu
praktik keperawatan, menstimulasi pemikiran kreatif, memfasilitasi
komunikasi, dan memperjelas tujuan dan proses dalam praktik.
Perawat yang berpraktik memiliki tanggung jawab etis untuk
menggunakan basis pengetahuan teoritis disiplin ilmu, seperti halnya
tanggung jawab etis para sarjana untuk mengembangkan basis pengetahuan
khusus untuk praktik keperawatan (Cody, 1997, 2003).

13
Pada tingkat teori empiris, konsep abstrak dioperasionalkan, atau dibuat
konkret, untuk praktik dan penelitian (Fawcett, 2000; Smith & Liehr, 2008).
Indikator empiris memberikan contoh spesifik tentang bagaimana teori
tersebut dialami dalam kenyataan, mereka penting untuk membawa
pengetahuan teoritis ke tingkat praktik. indikator ini termasuk prosedur, alat,
dan instrumen untuk menentukan dampak praktik keperawatan dan sangat
penting untuk penelitian dan manajemen hasil praktik (Jennings & Staggers,
1998). Data yang dihasilkan menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan dan mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan.
Indikator empiris, yang didasarkan pada konsep keperawatan, memberikan
gambaran yang jelas mengenai kegunaan teori keperawatan dalam praktik,
penelitian, administrasi, dan upaya keperawatan lainnya (Allison &
McLaughlin-Renpenning, 1999; Hart & Foster, 1998).
Memenuhi tantangan sistem pemberian asuhan dan pekerjaan
interdisipliner menuntut praktik dari perspektif teoritis. Fokus disiplin
keperawatan sangat penting dalam lingkungan interdisipliner (Allison &
McLaughlin-Renpenning, 1999), namun kontribusi uniknya terhadap tim
interdisipliner tidak jelas. Tindakan keperawatan mencerminkan konsep dan
pemikiran keperawatan. Pemikiran yang cermat, reflektif, dan kritis
merupakan ciri khas keperawatan ahli, dan teori keperawatan harus mendasari
proses-proses tersebut. Apresiasi dan penggunaan teori keperawatan
menawarkan kesempatan untuk kolaborasi yang sukses dengan rekan-rekan
dari disiplin ilmu lain, dan memberikan definisi untuk kontribusi keperawatan
secara keseluruhan terhadap perawatan kesehatan.
Perawat harus mengetahui apa yang mereka lakukan, mengapa mereka
melakukannya, apa saja hasil dari keperawatan, dan indikator untuk
mendokumentasikan dampak keperawatan. Kerangka kerja teori keperawatan
ini berfungsi sebagai panduan yang kuat untuk mengartikulasikan,
melaporkan, dan merekam pemikiran dan tindakan keperawatan. Salah satu
pernyataan yang paling sering dirujuk dalam literatur teori keperawatan
adalah bahwa teori dilahirkan dalam praktik keperawatan, dan setelah
diperiksa dan disempurnakan melalui penelitian, harus dikembalikan ke

14
dalam praktik (Dickoff, James, & Wiedenbach, 1968). Teori keperawatan
dirangsang oleh pertanyaan dan keingintahuan yang muncul dari praktik
keperawatan, pengembangan pengetahuan keperawatan merupakan hasil dari
penyelidikan keperawatan berbasis teori, lingkaran ini terus berlanjut ketika
data, kesimpulan, dan rekomendasi penelitian keperawatan dievaluasi dan
dikembangkan untuk digunakan dalam praktik keperawatan, teori
keperawatan harus dilihat sebagai praktik dan berguna untuk praktik, dan
pada gilirannya, wawasan praktik harus terus memperkaya teori keperawatan.
2.4 Middle-Range Theory
Middle-Range Theory terdiri dari tingkatan dalam struktur disiplin ilmu.
Robert Merton (1968) menggambarkan tingkat teori ini dalam bidang
sosiologi yang menyatakan bahwa teori-teori ini cukup luas untuk digunakan
dalam situasi yang kompleks dan sesuai untuk pengujian empiris. Para ahli
keperawatan mengusulkan untuk menggunakan tingkat teori ini karena
kesulitan untuk menginterpretasikan teori besar/grand theory (Jacox, 1974).
Teori-teori tingkat menengah/Middle-Range Theory lebih sempit cakupannya
dibandingkan dengan teori-teori besar dan menawarkan jembatan yang efektif
antara teori-teori besar dan deskripsi serta penjelasan fenomena-fenomena
keperawatan yang spesifik. Teori-teori tersebut menyajikan konsep dan
proposisi atau tingkat abstraksi yang lebih rendah dan memiliki janji besar
untuk meningkatkan penelitian berbasis teori dan strategi praktik keperawatan
(Smith dan Liehr, 2008).
Tingkat teori ini berkembang paling cepat dalam disiplin ilmu, dan
mewakili beberapa karya yang paling menarik yang diterbitkan dalam
keperawatan saat ini. Beberapa teori baru ini disintesis dari pengetahuan dari
disiplin ilmu yang terkait dan ditransformasikan melalui lensa keperawatan
(Eakes, Burke, & Hainsworth, 1998; Lenz, Suppe, Gift, Pugh, & Milligan,
1995; Polk, 1997). Literatur juga menawarkan teori keperawatan tingkat
menengah yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori besar
keperawatan (Ducharme, Ricard, Duquette, Levesque, & Lachance, 1998;
Dunn, 2004; Olson & Hanchett, 1997). Laporan teori keperawatan yang
dikembangkan pada tingkat ini mencakup implikasi untuk pengembangan

15
instrumen, pengujian teori melalui penelitian, dan strategi praktik
keperawatan.
Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian
ide/gagasan yang saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi
terbatas yaitu pada realitas keperawatan (Smith dan Liehr, 2008).
Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan
dapat digambarkan dalam suatu model. Middle Range Theories dapat
dikembangakan pada tatanan praktik dan riset untuk menyediakan
pedoman dalam praktik dan riset/penelitian yang berbasis pada disiplin
ilmu keperawatan.
Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup
spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik. Sebagai petunjuk riset
dan praktik,middle range theory lebih banyak digunakan daripada grand
theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris. Middle range theory
memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan
antara penelitian dan praktik, menujukkan bahwa middle range theory amat
penting dalam disiplin praktik, selain itu middle range theory
menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep secara normal yang
nampak dalam grand theory.
Middle range theory memberi manfaat bagi perawat, mudah
diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak secara ilmiah. Middle
range theory, tingkat keabstrakannya pada level pertengahan, inklusif,
memiliki sejumlah variable terbatas, dapat diuji secara langsung. Bila
dibandingkan dengan grand theory, middle range theory ini lebih
konkrit. Merton(1968) yang berperan dalam pengembangan middle
range theory mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu yang minor tetapi
penting dalam penelitian dan pengembangan suatu teori.
Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, Middle Range Theory cukup
spesifik untukmemberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada
populasi klinik danmencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset
dan praktek, middle rangetheory lebih banyak digunakan dari pada Grand
Theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris. Teori Middle Range

16
memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik.
Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton
(1968),menunjukkan bahwa Teori Middle Range amat penting dalam
disiplin praktik, selain itu Walker and Avant (1995) mempertahankan
bahwa Middle Range Theories menyeimbangkan kespesifikannya dengan
konsep secara normal yang nampak dalam Grand Theory
Teori Middle Range memberikan manfaat bagi perawat, mudah
diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak secara ilmiah. Teori Middle
Range, tingkat keabstrakannya pada level pertengahan, inklusif,
diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah variabel terbatas,
dapat diuji secara langsung. Kramer (1995) mengatakan bahwa Middle Range
Theory sesuai dengan lingkup fenomena yang relatif luas tetapi tidak
mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan masalah pada
disiplin ilmu. Bila dibandingkan dengan Grand Theory, Middle Range
Theory ini lebih konkrit. Merton (1968) yang berberperan dalam
pengembangan Middle Range Theory, mendefinisikan teori ini sebagai
sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan suatu
teori.
Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan
mengemukakan Middle Range Theory jika dibandingkan dengan Grand
Theory:
a. Ruang lingkupnya lebih sempit
b. Lebih konkrit, fenomena yang disajikan lebih spesifik
c. Terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit
d. Merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik/ terbatas
e. Lebih dapat diuji secara empiris
f. Lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik
2.5 Grand theory/ dan Model Konseptual
Teori-teori besar dan model-model konseptual berada di tingkat
selanjutnya dalam struktur disiplin ilmu, teori dan konsep ini kurang abstrak
dibandingkan dengan fokus disiplin ilmu dan paradigma, tetapi lebih abstrak
dibandingkan dengan teori-teori tingkat menengah. Model-model konseptual

17
dan grand teori berfokus pada fenomena-fenomena yang menjadi perhatian
disiplin ilmu, misalnya manusia sebagai sistem adaptasi, perawatan diri,
kesatuan manusia, manusia menjadi manusia, atau kesehatan sebagai
perluasan kesadaran. Grand teori atau model konseptual, terdiri dari konsep-
konsep dan pernyataan-pernyataan relasional. Pernyataan relasional yang
menjadi dasar teori-teori tersebut disebut asumsi dan sering kali
mencerminkan filosofi-filosofi dasar model konseptual/grand teori.
Filosofi ini merupakan pernyataan dari nilai-nilai dan keyakinan yang
bertahan lama, mereka dapat menjadi panduan praktis untuk perilaku perawat
yang menerapkan teori dan dapat digunakan untuk menentukan kecocokan
model/teori dengan keyakinan dan nilai-nilai pribadi, profesional, organisasi,
dan masyarakat. Fawcett (2000) membedakan antara model konseptual dan
grand theory. Baginya, model konseptual, juga disebut kerangka konseptual
atau sistem konseptual, adalah seperangkat konsep dan proposisi umum yang
memberikan perspektif tentang konsep utama dari tema paradigma: manusia,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Fawcett (1993, 2000) menunjukkan
bahwa arah penelitian harus digambarkan sebagai bagian dari model
konseptual dalam rangka memandu pengembangan dan pengujian teori-teori
keperawatan.
Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu objek,
benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi
seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan. Kumpulan beberapa konsep
ke dalam suatu kerangka yang dapat dipahami membentuk suatu model atau
kerangka konsep. Konsep dapat dianalogikan sebagai batu bata dan papan
untuk membangun sebuah rumah dimana rumah yang dibangundiibaratkan
sebagai kerangka konsep.
a. Model Konsep dan Teori Keperawatan Florence
Nigtingale Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-
dasar teori keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan
mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar
manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam
perawatan orang sakit yang dikenal teori lingkungannya. Model konsep

18
Florence Nigtingale memposisikan lingkungan adalah sebagai focus
asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses
penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi
keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan
keperawatan/tindakan keperawatan lebih di orientasikan pada yang
adequate, dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan
tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat
mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung
dengan profesi lain.
b. Model Konsep dan Teori Keperawatan Marta E. Rogers
Model konsep dan teori keperawatan menurut Martha E. Rogers
dikenal dengan nama konsep manusia sebagai unit. Dalam memahami
konsep model dan teori ini, Martha berasumsi bahwa manusia merupakan
satu kesatuan yang utuh, yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-
beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia selalu
berinteraksi dengan lingkungan yang saling mempengaruhi dan
dipengaruhi, serta dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan
berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan
karakteristik dan keunikan tersendiri.
Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara
alamiah yaitu keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian system
ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta proses kehidupan
manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari :
1. Integritas : Individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang
tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lain.
2. Resonansi : Proses kehidupan antara individu dengan lingkungan
berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi.
3. Helicy : terjadinya proses interaksi antara manusia dengan lingkungan
akan terjadi perubahan baik perlahan-lahan maupun berlangsung
dengan cepat.

19
c. Model Konsep dan Teori Keperawatan Myra Levine
Model konsep Myra Levine memandang klien sebagai makhluk hidup
terintegrasi yang saling berinteraksi dan beradaptasi terhadap
lingkungannya. Dan intervensi keperawatan adalah suatu aktivitas
konservasi dan konservasi energi adalah bagian yang menjadi
pertimbangan. Kemudian sehat menurut Levine itu dilihat dari sudut
pandang konservasi energi, sedangkan dalam keperawatan terdapat empat
konservasi di antaranya energi klien, struktur integritas, integritas
personal dan integritas social, sehingga pendekatan asuhan keperawatan
ditunjukkan pada pengguanaan sumber-sumber kekuatan klien secara
optimal.
d. Virginia Henderson (Teori Henderson)
Virginia henderson memperkenalkan defenition of nursing (defenisi
keperawatan). Defenisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikannya.Ia menyatakan bahwa defenisi keperawatan
harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis.
Henderson sendiri kemudian mengemukakan sebuah defenisi
keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya, tugas unik
perawat adalah membantu individu, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna
mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal
dengan damai, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia
memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untk itu. Di
samping itu, Henderson juga mengembangkan sebuah model keperawatan
yang dikenal dengan “The Activities of Living”.Model tersebut
menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu dalam
meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan
tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter.Akan tetapi
perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu
mengunjungi pasien

20
e. Konsep Utama Teori Henderson
Konsep utama teori Henderson mencakup manusia, keperawatan,
kesehatan, dan lingkungan. Henderson melihat manusia sebagai individu
yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau
kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut
Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang
merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat belas kebutuhan
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Bernapas secara normal
2) Makan dan minum dengan cukup
3) Membuang kotoran tubuh
4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan
5) Tidur dan istirahat
6) Memilih pakaian yang sesuai
7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan
pakaian dan mengubah lingkungan
8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen
9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai
10)Berkomunikasi dengan orang lain dalam menungkapkan emosi,
kebutuhan, rasa takut, atau pendapat
11) Beribadah sesuai dengan keyakinan
12) Bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi
13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi
14) Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang
menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak
dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien
dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit). Dalam pemberian
layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dengan klien.

21
Menurut henderson, hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga tingkatan,
mulai dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
1. Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien
2. Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien
3. Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.
Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti di
dalam memenuhi kebutuhan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan, atau
kemampuan pasien yang berkurang sini perawat berfungsi untuk
“melengkapinya”.Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada fase
pemulihan, perawat berperan sebagai penolong untuk menolong atau
membantu pasien mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirin ini
sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia yang tidak bergantung
pada orang lain. Meskipun demikian, perawat berusaha keras saling
bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien mitra, perawat dan pasien
bersama-sama merumuskan rencana perawatan bagi pasien diagnosisnya
berbeda, setiap pasien tetap memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi
patologis dan faktor lainnya, seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status
sosial atau budaya, serta kekuatan fisik dan intelektual.
Kaitannya dengan hubungan perawat-dokter, Henderson berpendapat
bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter.
Henderson sendiri mempertanyakan filosofi yang membolehkan seorang
dokter memberi perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya.
f. Imogene King (Teori King)
King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan
menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang
konstan dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan dalam model
konsep interaksi.Dalam mencapai hubungan interaksi, King
mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi adanya system personal,
system interpersonal dan system social yang saling berhubungan satu
dengan yang lain.

22
Menurut King system personal merupakan system terbuka dimana
didalamnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh kembang, gambaran
tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan, kemudian hubungan
interpersonal merupakan suatu hubungan antara perawat dan pasien serta
hubungan social yang mengandung arti bahwa suatu interaksi perawat dan
pasien dalam menegakkan system social, sesuai dengan situasi yang ada.
Melalui dasar sistem tersebut, maka King memandang manusia merupakan
individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan objek.
Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas dari
masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yang akan datang
dan sebagai makhluk social manusia akan hidup bersama orang lain yang
akan berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka manusia memiliki tiga kebutuhan dasar
yaitu:
1. Informasi kesehatan
2. Pencegah penyakit
3. Kebutuhan terhadap perawat ketika sakit
g. Dorothe E. Orem (Teori Orem)
Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan
kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperewatan
mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep keperawatan
Orem mengembangkan tiga bentuk teori self care diantaranya :
1. Perawatan Diri Sendiri (self care)
Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi :
pertama, self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari
individu serta dilaksanakan oleh individu itun sendiri dalam memenuhi
serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan kedua,
self care agency, merupakan suatu kemampuan inidividu dalam
melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia,
perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain. ketiga, adanya
tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan
tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatn

23
diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang
tepat ; keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang
ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat
universal dan berhubungan dengan prises kehidupan manusia serta dalam
upaya mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu
adalah aktivitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan
kedalamkebutuhan dasar manusianya.
2. Self Care Defisit
Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala
perencanaan kepereawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan
yang dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan
yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan
kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care,
baik secara kualitas maupun kuantitas.
3. Teori Sistem Keperawatan
Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan
perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang
didasari pada Orem yang mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan
diri sendiri,kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan
perawatan mandiri.
h. Jean Watson (Teori Watson)
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia ukur pandangan Watson ini
didasari pada unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini
memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia
yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal
(kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan,
kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal
(kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat,
kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi)
yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan

24
kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu
kebutuhan aktualisasi diri.
i. Teori human caring
Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah
“human science and humancare”. Watson percaya bahwa focus utama
dalam keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari
perspektif himanistik yang dikombinasikan dengan dasar poengetahuan
ilmiah. Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan filososfi
humanistic dan system nilai serta seni yang kuat humanistic dan system
nilai ini member fondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan, sedangkan
dasar seni dapat membantu perawat menbgembangkan vidsi mereka serta
nilai-nilai dunia dan keterampilan berpikir kritis keterampilan berpikir
kritis keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan keperawatan,
namun fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan
penyakit.
Asumsi dasar tentang ilmu keperawatan Watson. Beberapa asumsi dasar
tentang teori Watson adalah sebagai berikut :
1. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan diperaktikkan secara
interpersonal.
2. Asuhan keperawatterlaksana oleh adanya factor carative yang
menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia.
3. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan
perkembangan individu dan keluarga.
4. Respons asuhan keperawatan tidak ahanya menerima seseorang
sebagaimana mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi
padanya nantinya.
5. Asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan
perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi seseorang untuk
memilih kegiatan yang tebaik bagi dirinya dalam waktu yang telah
ditentukan.

25
j. Sister Calista Roy (Teori Roy) / Model Adaptasi Roy
ROY berpendapat bahwa ada empat elemen penting dalam model adaptasi
keperawatan, yakni keperawatan, tenaga kesehatan, lingkungan, dan sehat.
1. Elemen keperawatan
Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut menjadi
landasan dalam melaksanakan praktik keperawatan (Roy, 1983). Lebih
spesifik Roy (1986) berpendapat bahwa keperawatan sebagai ilmu dan
praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi individu dan kelompok
terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif.
Keperawatan memberi perbaikan pada manusia sebagai sutu kesatuan
yang utuh untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada
lingkungan dan berespons terhadap stimulus internal yang
mempengaruhi adaptasi stressor terjadi dan individu tidak dapat
menggunakan “koping” secara efektif maka individu tersebut
memerlukan perawatan.
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan interaksi individu dengan
lingkungan, sehingga adaptasi dalam setiap aspek semakin meningkat-
komponen adaptasi mencakup fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran, dan saling ketergantungan.
2. Elemen manusia
Manusia merupakan bagian dari sistem adaptasi, yaitu suatu
kumpulan unit yang saling berhubungan mempunyai masukan, proses
kontrol, keluaran dan umpan balik (Roy, 1986). Proses kontrol adalah
mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan adaptasi secara
spesifik. Manusia dalam sistem ini berperan sebagai kognator dan
regulator (pengaturan) untuk mempertahankan adaptasi.
Terdapat empat cara adaptasi, mencakup adaptasi terhadap fungsi
fisologis, konsep diri, fungsi peran dan terhadap kebutuhan saling
ketergantungan. Pada model adaptasi keperawatan, manusia dilihat dari
sistem kehidupan yang terbuka, adaptif, melakukan pertukaran energi
dengan zat/benda dan lingkungan.

26
Manusia sebagai masukan dalam sistem adaptif, terdiri dari
lingkungan eksternal dan internal. Proses kontrol manusia adalah
mekanisme koping yakni sistem regulator dan kognator. Keluaran dari
sistem ini dapat berupa respons adaptif atau respons tidak efektif.
3. Elemen lingkungan
Lingkungan didefenisikan sebagai semua kondisi, keadaan, dan faktor
lain yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau
kelompok.
4. Elemen sehat
Kesehatan didefenisikan sebagai keadaan yang muncul atau proses yang
terjadi pada mahluk hidup dan terintegrasi dalam individu seutuhnya
(Roy, 1984).
Proses adaptasi melibatkan seluruh fungsi secara holistik, mencakup
semua interaksi individu dengan lingkungannya dan dibagi menjadi dua
proses, seperti yang berikut.
1. Proses yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan internal dan
eksternal. Perubahan ini merupakan stresor atau stimulus fokal.
Apabila stresor atau stimulus tersebut mendapat dukungan dari faktor-
faktor konseptual dan resitual maka akanmuncul interaksi yang biasa
disebut stres. Dengan demikian adaptasi sangat diperlukan untuk
mengatasi stres.
2. Proses mekanisme koping yang dirangsang untuk menghasilkan
respons adaptif atau tidak efektif. Hasil dari proses adaptasi adalah
suatu kondisi yang dapat meningkatkan pencapaian tujuan individu
mencakup kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi, dan
integritas

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metaparadigma sebagai cara untuk membedakan keperawatan dengan
disiplin ilmu lain, metaparadigma sangat umum dan dimaksudkan untuk
mencerminkan kesepakatan di antara anggota disiplin ilmu tentang bidang
keperawatan, yang merupakan tingkat pengetahuan keperawatan yang
paling abstrak dan sangat mencerminkan keyakinan yang dimiliki tentang
keperawatan. Namun, karena istilah ini mungkin tidak familiar, istilah ini
tidak memberikan panduan langsung untuk penelitian dan praktik.
Metaparadigma terdiri dari empat konsep: manusia, lingkungan, kesehatan,
dan keperawatan.
Ilmu keperawatan semakin berkembang pesat seiring dengan
berkembangnya jenjang karir pendidikan keperawatan. Hal ini berdampak
positif terkait perkembangan teori keperawatan yang semakin sering
digunakan dalam penelitian, panduan praktik keperawatan dan pembuatan
kurikulum. Lahirnya era teori keperawatan telah mengembalikan
keseimbangan antara penelitian dan praktik dalam keperawatan yang
dimanfaatkan hingga saat ini. Teori baru dan metodologi baru dari
pendekatan kualitatif terus berkembang untuk meningkatkan kualitas ilmu
keperawatan.
Middle range theory memberi manfaat bagi perawat, mudah
diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak secara ilmiah.
Middle range theory, tingkat keabstrakannya pada level
pertengahan, inklusif, memiliki sejumlah variable terbatas, dapat
diuji secara langsung. Bila dibandingkan dengan grand theory,
middle range theory ini lebih konkrit. Merton (1968) yang
berperan dalam pengembangan middle range theory mendefinisikan teori
ini sebagai sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan
pengembangan suatu teori.

28
Teori-teori besar dan model-model konseptual berada di tingkat
selanjutnya dalam struktur disiplin ilmu, teori dan konsep ini kurang abstrak
dibandingkan dengan fokus disiplin ilmu dan paradigma, tetapi lebih
abstrak dibandingkan dengan teori-teori tingkat menengah. Model-model
konseptual dan grand teori berfokus pada fenomena-fenomena yang
menjadi perhatian disiplin ilmu, misalnya manusia sebagai sistem adaptasi,
perawatan diri, kesatuan manusia, manusia menjadi manusia, atau
kesehatan sebagai perluasan kesadaran. Grand teori atau model konseptual,
terdiri dari konsep-konsep dan pernyataan-pernyataan relasional.
Pernyataan relasional yang menjadi dasar teori-teori tersebut disebut asumsi
dan sering kali mencerminkan filosofi-filosofi dasar model
konseptual/grand teori.
3.2 Saran
Sebagai saran untuk prembaca yaitu sebagai praktisi kesehatan
diharapkan kita bisa mengaplikasikan teori dan konsep yang telah kita
pelajari di dalam pengembangan praktik keperawatan sehari-hari.

29
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. (2014). Nursing theorists and their works. 8th Ed. Mosby
Elsevier, Inc.
Evelyne Ivoryanto, dkk. 2017. Hubungan pendidikan formal masyarakat
terhadap pengetahuan dalam penggunaan antibiotika oral di apotek
kecamatan Klojen. https://pji.ub.ac.id/index.php/pji/article/view/45
Lilis Lestari, S.Kep., Ners. M.Kep (2018) Falsafah Dan Teori Keperawatan.
Cetakan, 1 Penerbit Pustaka Pelajar Celeban Timur Uh Iii/546 Yogyakarta
55167
Lutfiani D.L. Achmadi Lutfiani D.L. ,Linnie Pondaag ,Abram
Babakal .2015.Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam Penerapan
Standar Asuahan Keperawatan Diruangan Rawat Inap Interna Rsud Datoe
Bhinangkang. Vol 3 No 3 .DOI: https://doi.org/10.35790/jkp.v3i3.10375
Kozier, E. B. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran:EGC.
Risnah S.Km., Dr. S.Kep., Ns., M.Kes.(2021)Ebook : Falsafah Dan Teori
Keperawatan Dalam Integrasi Keilmuan. Alauddin Universty Press :
Makassar. Isbn/Issn 978-602-328-308-8
Smith, M. C., & Parker, M. E. (2015). Nursing theories and nursing practice.
Philadelphia: F. A.Davis Company
Yunike. 2022. Konsep Dasar Keperawatan. Anggota Ikapi No. 033/Sba/2022
Penerbit: Pt Global Eksekutif Teknologi

30

Anda mungkin juga menyukai