Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN GERONTIK

PEMENUHAN GIZI DAN MASALAH GIZI PADA LANSIA

OLEH:

Ni Kadek Megayatri (P07120017 167)


Sang Ayu Riska Dwi Cahyadi (P07120017 184)
L. Saelan Jayadi (P07120017 186)

TINGKAT 3.1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Izinkanlah penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Ida Sang
Hyang Widhi atas Waranugraha Beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktu.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang sudah
membantu baik bantuan fisik maupun batin.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari
kesempurnaan baik dalam cara penulisannya, pemilihan katanya atau dalam
penyusunannya. Maka dari itu, penulis sangat memohon pada para pembaca agar
memberikan masukan positif yang membangun.

Denpasar, Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peran Nutrisi pada Lansia......................................................... 3
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebutuhan Gizi Pada Lansia..................................................... 6
2.3 Masalah Gizi Pada Lansia......................................................... 6
2.4 Pemantauan Status Gizi Dan Nutrisi Pada Lansia ................... 7
2.5 Perencanaan Makanan Untuk Lansia........................................ 8
2.6 Pemenuhan Gizi Dan Nutrisi Pada Lansia................................ 9
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan................................................................................... 12
3.2 Saran.......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, jumlah populasi orang berusia lanjut ini akan mengalami
peningkatan yang luar biasa; terbesar di dunia (414%) pada tahun 2025. Hal
ini mendorong kita semua untuk siap menghadapinya, siap dalam menghadapi
konsekuensi logis akan adanya masalah-masalah yang muncul seiring dengan
ledakan populasi usia lanjut ini. Keluhan pasien usia lanjut yang datang ke RS
seringkali ternyata disebabkan karena mereka tidak mengkonsumsi nutrisi
dengan baik. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan perbaikan asupan
nutrisi agar orang tua dapat mengkonsumsi makanan yang berimbang dan
memenuhi kebutuhan tubuh. Namun demikian, konsumsi nutrisi yang baik
tidak hanya dilakukan pada saat masa tua. Dengan adanya kesadaran akan
pentingnya menjaga kebutuhan nutrisi sejak usia tengah baya diharapkan
dapat memiliki masa tua yang sehat baik secara fisik dan mental.
Perubahan status gizi pada lansia disebabkan  perubahan lingkungan
maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkunagn antara lain meliputi perubahan
kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan isolasi
sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan
yang  berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya
insidensi penyakit degenerasi maupun non-degenerasi yang berakibat dengan
perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-
zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasus dapat disebabkan oleh obat-
obat tertentu yang harus diminim para lansia oleh karena penyakit yang
sedang dideritanya.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat
membantu dalam  proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan
pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.

1
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana peran nutrisi pada lansia ?
1.2.2 Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia?
1.2.3 Apa sajakah masalah gizi pada lansia ?
1.2.4 Bagaimanakah cara pemantauan status gizi dan nutrisi pada lansia ?
1.2.5 Bagaimanakah cara melakukan perencanaan makanan untuk lansia ?
1.2.6 Bagaimanakah pemenuhan gizi nutrisi pada lansia ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui peran nutrisi pada lansia.
1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada
lansia.
1.3.3 Untuk mengetahui masalah-masalah gizi pada lansia.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pemantauan gizi dan nutrisi
pada lansia.
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan perencanaan makanan
untuk lansia.
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana pemenuhan gizi pada lansia .

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoretis
Tulisan ini diharapkan dapat menambah sumber pustaka dalam
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pemenuhan gizi dan
masalah gizi pada lansia.
1.4.2 Manfaat Praktis
Tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman
pendamping dalam penyusunan asuhan keperawatan gerontik.
Mahasiswa dapat melakukan tindakan keperawatan yang tepat sesuai
dengan prosedur yang berlaku dan bagi para lansia agar terpenuhinya
kebutuhan jasmani , rohani, sosial dan psikologis secara memadai serta
teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Nutrisi pada lansia

Peran nutrisi adalah memenuhi kebutuhan gizi tubuh untuk


menjalankan metabolisme, melawan radikal-radikal bebas dan
merangsang proses regenerasi sel-sel baru untuk memperbaiki fungsi
organ. Nutrisi dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dengan dosis
obat yang berkurang, menghambat perjalanan penyakit, memperbaiki
metabolisme dan sistem hormon, mempercepat proses penyembuhan dari
dalam tubuh itu sendiri. Hal itu telah di alami oleh ayah saya yang
menderita hipertensi (tekanan darah tinggi) dan rematik Nutrisi yang
adekuat merupakan suatu komponen esensial pada ksehatan lansia. Status
nutrisi seseorang akan berpengaruh terhadap setiap system tubuh.
Bimbingan yang membahas secara langsung tentang kebutuhan nutrisi
pada lansia masih sedikit.
Pada sebagian lansia, ketiadaan bimbingan ini terjadi karena lansia
lebih heterogen daripada orang muda dan kurang mampu dalam
menghitung kebutuhan nutrisi mereka melalui nomogram.
Kekurangakuratan dan kemudahan untuk memahami informasi dalam
membimbing lansia dan para praktisi telah mengarahkan penggunaan
statistic apa adanya yang berkaitan dengan status nutrisi lansia. Secara
fisiologis, kebutuhan energi lebih dikaitkan dengan tingkat aktivitas fisik
daripada usia kronologis. Kebutuhan asupan kalori sehari-hari yang
disarankan (Recommended Daily Allowance [RDA]) pada lansia yang
berusia 65 sampai 75 tahun 2300 kkal. RDA untuk lansia di atas usia 75
tahun diturunkan menjadi 2050 kkal, konsumsi kalori dari karbohidrat
kompleks yang diharuskan sebanyak 55 sampai 65% dan kurang dari
30% lemak, serta porsi sisanya adalah protein. Faktor-faktor fisiologis
lainnya yang dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia
adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan

3
peningkatan kolesistokininyang dapat memengaruhi keinginan untuk
makan dan peningkatan rasa kenyang.
Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu proses
penyerapan vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-
laporan terakhir mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi
vitamin B12, vitamin D dan asam folat. Perubahan-perubahan dan
kebutuhan mineral meliputi rendahnya kebutuhan akan zat besi pada
wanita lansia daripada wanita usia produktif. Asupan kalsium sebagai
salah satu mineral esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari
untuk wanita. Hal ini hanya menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat
kebutuhan yang disarankan. Panduan diet terbaru menyarankan
sedikitnya 1000 mg kalsium per hari untuk seluruh lansia dan 1500 mg
per hari untuk wanita lansia yang tidak menggunakan esterogen.
Suplemen kalsium tidak akan diabsorpsi secara merata. Karena
perbedaan derajat keasaman yang dibutuhkan untuk absorpsi yang sesuai,
kalsium sitrat malat merupakan bentuk yang lebih dipilih untuk diberikan
bagi lansia yang mengalami hipoklohidria atau aklorhidria.
Pada proses penuaan yang normal, peningkatan jaringan adipose
secara normal dapat menyertai penurunan massa tubuh dan cairan tubuh
total. Meskipun hasil studi memperlihatkan bahwa orang-orang Amerika
mengkonsumsi sedikit lemak, prevalensi obesitas telah meningkat 133%
dalam 10 tahun terakhir. Lemak tubuh yang berlebihan sebaiknya akan
merugikan lansia. Buku penuntun diet yang baru telah menekankan
tentang pentingnya mempertahankan berat badan yang stabil dan
mengikuti program diet dan olahraga yang tepat dalam seluruh rentang
waktu kehidupan.
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Pencegahan Primer
Proses penuaan mempengaruhi kebutuhan nutrisi dan status
nutrisi pada 30 juta lansia, 6 juta dari mereka berisiko tinggi
terhadap malnutrisi. Studi-studi mengindikasikan bahwa lansia yang
memiliki penghasilan kurang dari 6000 dolar per tahun atau kurang

4
dari 35 dolar per minggu untuk komsumsi makanan dan para lansia
yang mengunjungi rekan atau keluarganya kurang dari dua kali per
minggu, dan para lansia yang kelebihan berat badan sebesar 25 kg
atau yang kekurangan berat badan 10 kg adalah mereka yang
beresiko tinggi mengalami malnutrisi, selain dari jutaan orang yang
mengalami kekurangan nutrisi. Faktor-faktor sosioekonomi, juga
penderita penyakit kronis dan polifarmasi, turut berperan terhadap
masalah malnutrisi yang actual atau potensial bagi lansia. Instrument
pengkajian sebagaimana yang telah di kembangkan oleh program
Nutrition Screening Initiative untuk menentukan status nutrisi
direkomundasikan dapat di gunakan oleh seluruh pemberi pelayanan
kesehatan. Lembaran instrument ini tersedia melalui Nutrition
Screening Initiative, 1010 Wisconsin Avenue NW, Washington, DC
2007. Suatu upaya yang konsisten untuk mengidentifikasi lansia
dengan gangguan nutrisi demikian juga untuk resiko gangguan
nutrisi yang seharusnya menjadi prioritas jika tujuan nasional untuk
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit ingin di capai.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder di mulai dengan pengkajian yang seksama
terhadap klien dan upaya-upaya untuk mengidentifikasi sumber
masalah gisi. Kesalahan pengaturan metabolisme seharusnya di
perbaiki dan pemberian obat-obatan untuk kondisi-kondisi kronis
dapat di sesuaikan untuk mengurangi efek samping yang
mengganggu nutrisi yang normal. Depresi yang tidak terditeksi
asupan diet dan malnutrisi. Selain itu, suatu pengkajian nutrisi
adalah penting untuk menentukan tujuan yang realistis dan tepat
pada lansia dengan masalah nutrisi. Pelayanan ahli diet akan
menguntungkan bagi klien. Banyak lansia tidak mengetahui
bagaimana kebutuhan nutrisi mereka mengalami perubahan sebagai
akibat penuaan. Oleh karena itu, seluruh pemberi layanan kesehatan
perluh di siapkan untuk memberikan informasi yang akurat dan

5
terbaru tentang nutrisi normal, demikian juga tentang kebutuhan
nutrisi yang menyertai proses penyakit.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia

a) Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi


atau ompong.
b) Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan
terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c) Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
d) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e) Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya
menimbulkan konstipasi.
f) Penyerapan makanan di usus menurun.

2.3 Masalah Gizi Pada Lansia

a) Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan
kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda
menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan
kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan
makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi
makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit,
misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
b) Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social
ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori
terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang
dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein
menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki,

6
akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
c) Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan
ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu
makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan
menjadi lesu dan tidak bersemangat.

2.4 Pemantauan Status Nutrisi

a. Penimbangan Berat Badan


Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu
sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5
Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu
beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan
lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria
dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari
ideal artinya gizi kurang

b. Kekurangan kalori protein


Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang
bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman,
kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit
untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang
mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang
ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat
menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi
lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.

7
c. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan
sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang
mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati,
susu dan produk olahannya.

2.5 Perencanaan Makanan Untuk Lansia

Perencanaan makan secara umum :


a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka
ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
b. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi
makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan
lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu : Pagi : Bubur
ayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, papaya Jam
16.00 : Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes
ikan, dan pisang.
c. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan
yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah
kemungkinan terjadinya darah tinggi.
d. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan
yang berlemak seperti santan, mentega dll.
e. Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Makanlah makanan yang mudah dicerna
2. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
3. Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang
baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang
4. Makan dalam porsi kecil tetapi sering
5. Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya
diberikan

8
f. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan
sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah
nafsu makan.
g. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur,
daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
h. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus,
direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng

2.6 Pemenuhan gizi yang tepat untuk lansia

a. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu


kebutuhan energi memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda
(turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB,
kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar
50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa
muda. Atau dengan cara praktis melihat di DKGA (Daftar Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan)
b. Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang
seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber zat
pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu
pada makanan empat sehat lima sempurna.
c. Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka
konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan harus disesuaikan.
Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka
bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk
dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling)
d. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak
tinggi seperti  seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak
hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll),
goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang
disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada
lansia mengalami perubahan proporsi jaringan lemak.  Hal ini bukan
berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus

9
mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan
kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya
sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak
bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini
sayurnya bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau
ditim.
e. Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa
menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi.
Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi
adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan
yang banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin,
ikan pindang. Mengapa lansia harus menghindari makanan yang
mengandung garam natrium yang tinggi ? Hal ini dikarenakan pada
lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yang dijelaskan
tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi
penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya
terkena hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai
berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-
pun terasa masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam
yang banyak, hal ini akan meningkatkan tekanan darah pada lansia. 
Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia bahwa panduan rasa
asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila dengan
panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin
sekali.
f. Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur
dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia
sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah
dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka
akan melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang
bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan
mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi
mengkonsumsi suplemen makanan.

10
g. Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih.
Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini
sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah
timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal
dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan
engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan
dan kelenturan tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk
mencegah sembelit, karena untuk penyerapan makanan dalam usus
memerlukan air.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Manula memiliki kebutuhan nutrisi secara khusus karena sistem jaringan
dan organ mereka mengalami penuaan. Kesehatan nutrisi membantu manula
menjaga hidup yang lebih aktif dan menyenangkan, melindungi mereka dari
penyakit, mengurangi keparahan penyakit, dan mempercepat pemulihan
penyakit. Banyak faktor yang mempengauhi gizi pada lansia akibatnya dapat
terjadi masalah gizi seperti gizi lebih, gizi kurang dan kekurangan vitamin.
Pemantauan nutrisi pada lansia sangat penting dilakukan untuk mengetahui
status nutrisi dengan cara penimbangan berat badan, kekurangan kalori protein
dan kekurangan vitamin D. Perencanaan makan sangat penting bagi lansia
terutama dalam pemenuhan gizi yang tepat.

3.2 Saran
a. Saran bagi lansia
Sebaiknya lansia tidak mengabaikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari
dan tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat atau memaksakan diri.
b. Saran bagi keluarga lansia
Sebaiknya keluarga lansia lebih memperhatikan asupan nutrisi, kesehatan,
dan mengontrol aktivitas lansia.
c. Saran bagi pemerintah
Sebaiknya pemerintah ikut serta memberikan bantuan tambahan asupan
makanan yang bergizi kepada masyarakat kurang mampu khususnya lansia
yang sangat rentan terhadap penyakit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Gallo, Joseph. 1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Potter & Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta :EGC

Anisa. 2014. Kebutuhan Nutrisi pada Lansia (http/www.Kebutuhannutrisipada


lansia.com). di akses pada tanggal 10 oktober 2018

Mardalena, Ida. 2017. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Ilmu Gizi. Di akses
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Ilmu-Gizi-Keperawatan-Komprehensif.pdf (10
oktober 2018)

13

Anda mungkin juga menyukai