Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MASALAH GIZI PADA REMAJA PRIA DAN WANITA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi Perempuan


dan Perencanaan Keluarga

Dosen Pengampu :
Sri Hennyati A,S.ST.,M.kes

Disusun Oleh Kelompok 2:

Riri Restiyuni Mulanasari (4004170012)


Riska Rahmawati (40041700
Salsabilah Agustiana (4004170026)
Silvia Teresha (40041600
Siti Arisma (40041700
Siti Herdianti (40041600

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyeselaikan makalah tentang Masalah Gizi Remaja Pria dan Perempuan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan krtik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami harap semoga makalah Masalah Gizi Remaja Pria dan
Perempuan bisa memberikan manfaat bagi pembacanya.

Bandung, April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

2.1 Pengertian Gizi ............................................................................... 3

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi ................... 4

2.3 Keadaan Gizi Remaja Saat Ini ....................................................... 6

2.4 Kebutuhan Akan Zat Gizi Pada Usia Remaja ................................ 8

2.5 Gangguan Gizi Pada Remaja.......................................................... 11

2.6 Masalah Gizi Yang Biasa Dijumpai Pada Remaja ......................... 16

2.7 Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja ...................... 17

2.8 Peran Bidan Dalam Mengatai Masalah Giizi Pada Usia Remaja ... 18

BAB III PENUTUPAN .................................................................................. 19

3.1 Kesimpulan.................................................................................... 19

3.2 Saran .............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga
masa awal dewasa, jadi pada masa remaja ini manusia tidak dapat disebut
sudah dewasa tetapi tidak dapat juga disebut sebagai anak-anak. Usia remaja
biasanya dimulai saat laki-laki atau perempuan berusia 10-12 tahun dan
berakhir pada usia 18-22 tahun.

Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan


berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan
ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol dan lebih suka
menghabiskan waktu diluar waktu berkumpul bersama keluarga. Perubahan-
perubahan fisik ini akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya.
Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan
menimbulkan masalah gizi, baik masalah kekurangan gizi atau kelebihan gizi.

Pada masa ini terjadi perubahan fisik dan psikis yang sangat signifikant.
Perubahan fisik ditandai dengan pertumbuhan badan yang pesat (growth
spurt) dan matangnya organ reproduksi. Laju pertumbuhan badan berbeda
antara wanita dan pria. Wanita mengalami percepatan lebih dulu
dibandingkan pria. Karena tubuh wanita dipersiapkan untuk reproduksi.
Sementara pria baru dapat menyusul dua tahun kemudian. Pertumbuhan cepat
ini juga ditandai dengan pertambahan pesat berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB). Pada masa tersebut pertambahan BB wanita 16 gram dan pria 19
gram setiap harinya. Sedangkan pertambahan TB wanita dan pria masing-
masing dapat mencapai 15 cm per tahun. Puncak pertambahan pesat TB
terjadi di usia 11 tahun pada wanita dan usia 14 tahun pada pria.

1
Masalah gizi pada remaja akan menimbulkan dampak negatif pada
tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar,
penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah membuktikan banyak
sekali remaja yang mengalami masalah gizi, masalah tersebut antara lain
Anemia (berkisar 40%) dan IMT kurang dari batas normal atau kurus
(berkisar 30%). Banyak faktor yang bisa menyebabkan hal ini terjadi, tetapi
dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi hal ini dapat
membantu upaya penanggulangannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian gizi?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi nutrisi?
3. Bagaimana keadaan gizi remaja saat ini?
4. Kebutuhan zat gizi pada usia remaja?
5. Apa saja gangguan gizi pada remaja?
6. Masalah gizi apa saja yang sering terjadi pada remaja?
7. Bagaimana cara mengatasi masalah nutrisi pada remaja?

1.3 Tujuan

Agar mahasiswa dapat mengerti apa yang dimaksud dengan kesehatan


gizi pada remaja, terutama masalah gizi pada remaja pria dan perempuan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang


dikonsumsi secara normal melalui proses absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.

Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi


kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung
unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu,
makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur.

Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu
pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan
yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi
kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang
mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat
tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.

Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan


nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari
hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju.
Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan seseorang.

3
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-
buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang
berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi

Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati
makanan. Pola makan seimbang memenuhi kebutuhan tersebut. Susu
dikonsumsi sebagai penyempurna. Pada dasarnya masalah gizi pada remaja
timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidak seimbangan antara
konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Keadaan gizi atau
status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu
cukup lama.

Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal, maupun
gizi lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi
berupa penyakit defisiensi, dan bila kekurangan dalam batas marginal dapat
menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya
kemampuan fungsional. Misalnya, kekurangan vitamin B1 dapat
menyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat
menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan
tubuh terhadap penyakit infeksi.

Sedangkan kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terjadinya buta


senja dan turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terhadap keadaan nutrisi usia sekolah dan remaja:

1. Psikologis.
2. Lingkungan sekolah.
3. Konsumsi makanan tidak cukup.
4. Pilihan terhadap makanan.
5. Tidak ada nafsu makan.

4
Faktor pemicu permasalahan gizi remaja yaitu : Kebiasaan makan yang
buruk, promosi yang berlebihan di media massa tentang produk makanan,
pemahaman gizi yang salah, berlebihan terhadap suatu jenis kesukaan
makanan tertentu, dan maraknya produk makanan impor.

Beberapa masalah yang berkaitan dengan gizi yang ditemukan pada


remaja antara lain: kurus, anemia, obesitas, anoreksia dan bulimia.
Pengembangan perilaku makan sehat untuk remaja diantaranya : selalu
siapkan makanan dirumah, mencoba menu yang “baru” misalnya mencoba
menu dari daerah lain, saat ini sudah tersedia snack bergizi. Sesekali sediakan
snack ini, hindari menyediakan makanan yang tidak disukai remaja dirumah
anda, dan membuat waktu makan menjadi saat yang menyenangkan untuk
berbagi pengalaman diantara keluarga.
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) berupa 13 pesan dasar gizi
seimbang seperti yang diuraikan oleh Depkes berikut ini :
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai ¼ dari kecukupan energi
5. Gunakan garam beryodium
6. Makanlah makanan sumber zat besi
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahan MP-ASI
sesudahnya.
8. Biasakan makan pagi
9. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya
10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur
11. Hindari minum – minuman beralkohol
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas

5
2.3 Keadaan Gizi Remaja Saat Ini

Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan


dan gizi remaja. Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir,
penyalahgunaan obat, kecanduan alcohol dan rokok, serta hubungan seksual
terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam beberapa hal
masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi
pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekurangan berat
badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang tidak lazim, lupa
makan, dan hamil”. Yang sedikit berbeda adalah cara mengenai masalah
tersebut.

Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan,


membuktikan 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75%
menderita kekurangan. Penelitian lain terhadap masyarakat miskin di Kairo
menunjukan asupan besi sebagian besar remaja wanita tidak mencukupi
kebutuhan harian yang dianjurkan. Di Negara yag sedang berkembang,
sekitar 27% remaja laki-laki dan 26% remaja wanita menderita anemia;
sementara di Negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan
7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di Negara berkembang (10
negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia kekurangan
besi.

Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi
makanan olahan, seperti yang ditayangkan di iklan televisi, secara berlebihan.
Makanan ini, meski dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral,
sering terlalu banyak gula serta lemak, di samping zat adiktif. Konsumsi
makanan sejenis ini secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat gizi
lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini
menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini.

6
Ada 3 alasan mengapa remaja dikategorikan rentan:

1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energy


dan zat gizi yang lebih banyak.
2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian
masukan energy dan zat gizi.
3. Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol dan obat,
meningkatkan kebutuhan energy dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit
remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.

Hampir 50% remaja (Daniel, 1977) terutama remaja yang lebih tua,
tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang
meyakini jika sarapan memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara
teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan,
dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan hanya kalori,
tetapi sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu
(menghilangkan) nafsu makan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin
digemari oleh remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun “makan besar”.
Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama
sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C;
sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tinggi. Proporsi
lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori yang terkandung
dalam makanan itu.

Masalah lain yang mungkin dapat memengaruhi gizi ialah anoreksia.


Kelainan ini pada umumnya diderita oleh remaja putri, terbanyak pada usia
14 dan 18, karena “kegilaan” mereka hendak melangsingkan badan. Penderita
kelainan ini meningkat terus dari tahun ke tahun. Gambaran khasnya ialah
kehilangan nafsu makan yang berat dan parah yang disertai oleh amenore
kronis. Anoreksia terkait dengan penyusutan berat badan serta gangguan
ovarium.

7
2.4 Kebutuhan Akan Zat Gizi Pada Usia Remaja

Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan


pada Recommended Daily Allowances (RDA). Untuk praktisnya, RDA
disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena
itu, jika konsumsi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti
kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus dinilai secara
perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis,
biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial.

Banyaknya energy yang dibutuhkan remaja dapat diacu pada table


RDA. Secara garis besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energy
ketimbang remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putera membutuhkan
sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19
tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12 tahun (2.550 kkal),
kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini
didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis.
Wait dkk. Menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai
penentu kebutuhan akan energy yang lebih baik. Perkiraan energy untuk
remaja putera berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm, sementara remaja
putri dengan usia yang sama yaitu 10-19 kkal/cm.

Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola


tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja putera, kisaran besarnya
kebutuhan ini ialah 0.29-0.32 g/cm tinggi badan. Sementara remaja putri
hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua jenis mineral juga meningkat.
Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok karena kedua
mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan
kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg
remaja.

8
Peningkatan kebutuhan energy dan zat gizi sekaligus memerlukan
tambahan vitamin di atas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin,
riboflavin, dan niacin harus ditambah sejajar dengan pertambahan energy.
Vitamin ini diketahui berperan dalam proses pelepasan energy dari
karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan mengisyaratkan pertambahan asupan
vitamin B6, B12 dan asam folat. Ketiga jenis vitamin ini berperan dalam
sintesis RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan jaringan baru tidak cepat
rusak, asupan vitamin A, C, dan E juga perlu ditingkatkan disamping vitamin
D karena perannya dalam proses pembentukan tulang. Kadar vitamin C dalam
serum remaja cukup rendah (Dep. Perranian AS, Guenter dkk, 1986),
terutama mereka yang mematangkan sayur dan buah serta perokok.

Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena masih mengalami


pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih
tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak.

1. Energi
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi
remaja adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam
kegiatan di sekolah maupun diluar sekolah. Widyakarya Nasional Pangan
Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi
untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk
laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar
60% berasal dari sumber karbohidrat yaitu: beras, terigu dan hasil olahannya
(mie, spagetti, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula
dan lain-lain.

2. Protein
Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses
pertumbuhannya yang sedang terjadi. Kecukupan protein bagi remaja adalah
1,5-2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr
per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki.

9
3. Kalsium
Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat.
Pada masa pertumbuhan, apalagi pada masa growth spurt. Kalsium adalah zat
gizi yang penting untuk diperhatikan. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa
muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700 mg untuk
laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya.
Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan lain-lain.

4. Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya
pertumbuhan cepat. Kebutuhan zat besi pada remaja laki-laki meningkat
karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi hemoglobin (Hb).
Setelah dewasa, kebutuhan zat besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan
yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama
menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia
besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi zat besi yang
kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkatkan, akan
mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan
faktor pembatas untuk pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan
tingginya kebutuhan mereka akan zat besi.

5. Seng (Zinc)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja,
terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk
remaja dan dewasa muda perempuan dan laki-laki.

10
2.5 Gangguan Gizi Pada Remaja

Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak


tumbuh kembang yang kedua kurang asupan zat gizi karena pola makan yang
salah, pengaruh dari lingkungan pergaulan (ingin langsing). Remaja putri
yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus,
pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat besi dan gizi

11
lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering sakit-sakitan. Dari
kedua masalah status gizi remaja putri tersebut, diperlukan upaya peningkatan
status gizinya, karena remaja putri membutuhkan zat gizi untuk tumbuh
kembang yang optimal dan remaja putri perlu suplementasi gizi guna
meningkatkan status gizi dan kesehatannya.

Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan


pada remaja perempuan. “Kurus itu indah”, kata mereka dan sering
merupakan moto bagi remaja perempuan. Body image kurus itu indah dan
cantik, merupakan salah satu penyebab anorexia nervosa dan bulimia
(keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga menolak
makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan), khususnya
remaja perempuan. Masa remaja merupakan masa yang sangat “rentan”.

Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada remaja serta


hormon testosteron pada remaja pria terjadi dengan pesat pada masa ini. Jika
tidak diimbangi dengan perawatan tubuh yang baik, terutama kebersihan
badan dan asupan nutrisi yang baik, peningkatan kadar hormon tersebut bisa
mengakibatkan munculnya jerawat yang sering kali mengganggu penampilan.
Hal ini terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan E yang
banyak terdapat pada bit, sayur-sayuran, buah-buahan.

Dan sering makan makanan gula dan makanan kaya akan asam lemak
seperti susu, mentega, minyak nabati. Disarankan untuk mengkonsumsi
makanan yang kaya serat. Remaja yang tak memperoleh cukup gizi yang
biasa didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan terhadap kondisi paru-
paru yang dibawah normal, sakit asma, batuk dan sesak nafas. Remaja dengan
asupan dan terutama vitamin C paling rendah memiliki paru-paru yang lebih
lemah dibandingkan dengan yang lain. Remaja yang kurang mengkonsumsi
vitamin E, yang terdapat pada minyak nabati dan kacang, lebih mungkin
untuk terserang asma. Remaja yang mengkonsumsi kurang banyak buah dan
lebih sedikit asam lemak omega-3 lebih mungkin untuk terserang asma dan
gangguan pernafasan seperti tersengal-sengal.

12
Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI
adalah anemia gizi. Anemia, dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi
makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi
sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula karena peningkatan kebutuhan pada
tubuh seseorang seperti pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan,
sementara zat besi yang masuk sedikit.

Berbagai bentuk gangguan gizi pada usia remaja sering terjadi. Selain
kekurangan energi dan protein anemia gizi dan defisiensi berbagai vitamin
juga sering terjadi. Sebaliknya juga masalah gizi lebih (overnutrition) yang
ditandai oleh tingginya jangka obesitas pada remaja terutama di kota-kota
besar.
Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja antara
lain adalah:

1. Kebiasaan makan yang buruk

Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan


keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi
pada usia remaja. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan
berbagai zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut
terhadap kesehatan mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Jeong A. Kim di Korea (2001)


menemukan bahwa pola makan pada remaja mempengaruhi status gizi
mereka. Penelitian ini mengelompokkan remaja pada tiga pola makan.
Pertama, yang disebut dengan pola makan tradisional Korea, merupakan pola
makan yang banyak mengkonsumsi Kimchi dan nasi, ikan dan rumput laut.
Kedua, yang disebut pola makan barat, merupakan pola makan yang banyak
mengkonsumsi tepung dan roti, hamburger, pizza, makanan ringan dan sereal,
gula dan makanan manis. Ketiga, yang disebut pola makan modifikasi,
merupakan pola makan yang banyak mengkonsumsi mie, tetapi diselingi
dengan kimchi dan nasi. Ditemukan kejadian obesitas sentral paling tinggi

13
pada pola makan barat (16,8%) dari pada pola makan tradisional Korea
(9,76%) dan pola makan modifikasi (9,75%).

Lena Hamstrong menemukan bahwa di Eropa sekitar 34% remaja


melewatkan sarapan di pagi hari. Dan kebiasaan sarapan pada remaja
dipengaruhi oleh kebiasaan orang tua mereka. Cara S. DeJong menemukan
bahwa faktor lingkungan dan kebiasaan kognitif berhubungan dengan
kebiasaan sarapan pada remaja. Michael J menemukan bahwa remaja yang
memiliki kebiasaan sarapan memiliki kecendrungan untuk tidak mengalami
obesitas.

2. Pemahaman gizi yang keliru

Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama
wanita remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk
memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan
makanan secara keliru. Sehingga kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi. Hanya
makan sekali sehari atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi
merupakan penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong
terjadinya gangguan gizi

Penelitian yang dilakukan oleh Ruka Sakamaki, dkk (2004)


menemukan bahwa pelajar wanita di China memiliki keinginan yang besar
untuk menjadi langsing (62,0%) dibandingkan dengan pelajar lelaki (47,4%).
Demikian pula dengan studi sebelumnya yang dilakukan di Jepang,
perubahan gaya hidup telah menyebabkan sebagian besar pelajar wanita
memiliki keinginan untuk menjadi langsing, meskipun jumlah responden
yang mengalami obesitas sangat sedikit pada studi tersebut. Di tahun 2005,
mereka menemukan bahwa sebagian besar responden yang memiliki IMT
normal, ternyata menginginkan ukuran tubuh dengan IMT yang tergolong
kurus (BMI : 18,4+ 3,4).

14
3. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja


menyebabkan kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya
terkait dengan “mode” yang tengah marak dikalangan remaja. Ditahun 1960
an misalnya remaja-remaja di Amerika Serikat sangat menggandrungi
makanan berupa hot dog dan minuman coca cola. Kebiasaan ini kemudian
menjalar ke remaja-remaja diberbagai negara lain termasuk di Indonesia.

4. Promosi yang berlebihan melalui media massa

Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal
baru. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk
mempromosikan produk mereka dengan cara yang sangat mempengaruhi
remaja. Padahal, produk makanan tersebut bukanlah makanan yang sehat bila
dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan

5. Masuknya produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain


secara bebas mempengaruhi kebiasaan makan para remaja.

Jenis-jenis makanan siap santap (fast food) yang berasal dari negara
barat seperti hot dog, pizza, hamburger, fried chicken dan french fries,
berbagai jenis makanan berupa kripik (junk food) sering dianggap sebagai
lambang kehidupan modern oleh para remaja. Padahal berbagai jenis fast food
itu mengandung kadar lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi disamping
kadar garam. Zat-zat gizi itu memicu terjadinya berbagai penyakit
kardiovaskuler pada usia muda.

Penelitian yang dilakukan oleh Kerry N. Boutelle, dkk (2005)


menemukan bahwa konsumsi fast food berhubungan dengan berat badan
orang dewasa namun tidak pada remaja. Hal tersebut disebabkan karena
remaja membutuhkan banyak kalori untuk aktivitasnya, sehingga fast food
tidak mempengaruhi status gizi mereka untuk menjadi obesitas. Namun,
konsumsi fast food bisa meningkatkan risiko bagi para remaja untuk menjadi
obes pada saat dewasa kelak.

15
2.6 Masalah gizi yang biasa dijumpai pada remaja

1. Obesitas

Obesitas adalah kegemukan atau kelebihan berat badan. Di kalangan


remaja, obesitas merupakan permasalahan yang merisaukan, karena dapat
menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan
psikologis yang serius. Belum lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan
sekitar. Dapat di bayangkan jika obesitas terjadi pada remaja, maka remaja
tersebut akan tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri. Berdasarkan
data dari Riskesdas 2007, prevalensi obesitas sentral pada usia 15-24 tahun
adalah 8,09%.
Penelitian yang dilakukan oleh Rollan Cahcera (2000) terhadap remaja
pada beberapa wilayah di Eropa Barat menemukan bahwa terjadi peningkatan
prevalensi obesitas pada remaja. Rata-rata asupan energi para remaja tersebut
terlihat adekuat, namun konsumsi lemak jenuh menunjukkan peningkatan dan
konsumsi serat justru menurun. Rata-rata asupan mikronutrient menunjukkan
angka yang sesuai dengan standar. Namun pada remaja putri asupan zat besi
dan kalsium masih rendah. Selain itu, ditemukan juga masalah-masalah
seperti merokok, mengkonsumsi makanan dengan kualitas gizi yang rendah
dan diet yang salah. Al sendi juga menemukan hal serupa di Bahrain. Terlihat
terjadi peningkatan prevalensi obesitas pada remaja. Lazeery di Italia justru
menemukan trend yang berbeda. Dimana dari tahun ke tahun, prevalensi
obesitas pada remaja di Tuscany Italia justru mengalami penurunan. Dan
penurunan tersebut berbanding lurus dengan peningkatan kelompok umur
pada remaja.

2. Kurang Energi Kronis (KEK)

Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis (KEK)
pada umumnya disebabkan karena makan terlalu sedikit. Penurunan berat
badan secara drastis pada remaja perempuan memiliki hubungan erat dengan
faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang kurang

16
seksi oleh lawan jenis. Makan makanan yang bervariasi dan cukup
mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi
dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti
daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu perlu dikonsumsi oleh para
remaja tersebut sekurang-kurangnya sehari sekali.

3. Anemia

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita


anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit
lebih rendah dari normal. Pada laki-laki hemoglobin normal adalah 14 – 18 gr
% dan eritrosit 4,5 -5,5 jt/mm. Sedangkan pada perempuan hemoglobin
normal adalah 12 – 16 gr % dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm. Remaja putri
lebih mudah terserang anemia karena :

a. Pada umumnya lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan


zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga
kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
b. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan
makanan.
c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya
melalui feses.
d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ± 1,3
mg perhari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.

2.7 Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja

Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan


penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:

a. Program Edukasi Gizi

Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di


sekolah, khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah

17
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami
pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah pertumbuhan pada masa balita.

b. Program Suplementasi Gizi

Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan


yang biasa terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang
ditambahkan ke konsumsi makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi
kebutuhan gizinya.

Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil
besi dan vitamin A.

c. Program Fortifikasi Bahan Makanan

Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan


makanan dengan tujuan agar masyarakat terhindar dari defisiensi
(kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat gizi yang ditambahkan adalah
zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara bersangkutan atau
berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada bahan
makanan tersebut.

Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang


biasa dikonsumsi oleh masyarakat dan iodium pada garam ataupun fortifikasi
besi pada tepung.

2.8 Peran Bidan Dalam Mengatasi Masalah Gizi Pada Remaja


Peran bidan dalam melakukan asuhan kebidanan pada remaja adalah
sebagai pendidik dimana bidan mempromosikan ‘wellness’ kepada remaja
putri sehingga terlepas dari kenakalan remaja serta dapat mengurangi resiko
terjadinya penyakit dan sebagai suppoter mengidentifikasi faktor resiko yang
mungkin terjadi akibat kenakalan remaja; seperti hamil pada usia muda,
screening untuk deteksi awal penyakit akibat kenakalan remaja.

18
Bidan juga sebagai konselor bagi orangtua sehingga orangtua memberi
kasih sayang kepada remaja putrinya. Kasih sayang dan perhatian dari
orangtua sangat perlu dalam hal apapun. Dengan adanya rasa kasih sayang
dari orangtua maka anak merasa diperhatikan dan dibimbing. Dengan kasih
sayang itu pula akan mudah mengontrol remaja jika ia mulai melakukan
kenakalan, dan juga sebagai pemberi asuhan kebidanan serta sebagai peneliti.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan
dan gizi remaja. Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir,
penyalahgunaan obat, kecanduan alcohol dan rokok, serta hubungan seksual
terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam beberapa hal
masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi
pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekurangan berat
badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang tidak lazim, lupa
makan, dan hamil”. Yang sedikit berbeda adalah cara mengenai masalah
tersebut.
Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena masih mengalami
pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih
tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak.
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan
penanggulangan masalah gizi yaitu: Program Edukasi Gizi, Program
Suplementasi Gizi dan Program Fortifikasi Bahan Makanan

3.2 Saran

Dalam makalah ini, penyusun menyadari bahwa ada begitu banyak hal
yang harus dilengkapi demi perkembangan kemampuan penyusun dan para
pembaca. Oleh karena itu, Segala bentuk masukan atau saran dan usulan yang
sifatnya mendukung penyusunan ini, amat sangat diharapkan bukan semata-
mata demi sempurnanya tulisan ini sendiri melainkan juga demi penghayatan
akan dalam kehidupan sehari.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier, Sunita. Pinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka


Utama .2009
2. Depkes, Poltekes. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta : PT
Salemba Medik. 2010
3. Francin Paath,Erna dkk.2004.Gizi dalam Kesehatan Reproduksi.Jakarta;EGC
4. Lailatul badriah, Dewi. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung;
Refika Aditama
5. Purwitasari, Desi dkk.2009.Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta;
Nuha Medika
6. Sayogo, Savitri. Gizi Remaja Putri. Jakarta : Universitas Indonesia. 2004
7. Wiwik sartika, Mitayani.2010.Buku Saku Ilmu Gizi.Jakarta;Trans Info Media

21

Anda mungkin juga menyukai