Disusun Oleh:
DEPOK
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
saya dapat menyelasaikan tugas makalah yang berjudul “Masalah gizi pada remaja dan
dewasa” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Merry Januarti Panjaitan, S.ST., M. Kes selaku
dosen Gizi dalam kesehatan reproduksi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelasaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
JUDUL ....................................................................................................................................
.1
KATA PENGANTAR
............................................................................................................ 2
DAFTAR
ISI ........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A....Pengertian
kloning ....................................................................................................... 4
B.....Permasalahan .............................................................................................................. 5
C.....Metode
penilitian......................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
B....Sejarah
Kloning............................................................................................................. 8
BAB II PENUTUP
A....Kesimpulan..................................................................................................................
10
B....Saran............................................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat
perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi
gizi bagi kehidupan manusia. Jika terjadi gangguan gizi, baik gizi kurang
zat gizi menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi dan jatuh sakit,
mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang
belum dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru yaitu berupa
gizi lebih. Salah satu Salah satu kelompok usia yang paling rentan mengalami
Remaja adalah sumber daya manusia yang paling potensial dalam sebuah
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas jika sejak dini terpenuhi
proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik
dan berkelanjutan. Gizi seimbang pada masa ini akan sangat menentukan
kematangan
mereka di masa depan. Pada periode ini merupakan saat yang tepat untuk
membangun tubuh dan menanam kebiasaan pola makan yang sehat, karena jika
sejak remaja pola makan seseorang sudah tidak sehat, maka hal tersebut akan
berdampak pada kesehatan di masa yang akan datang. Oleh karena itu,
membiasakan pola makan sehat pada remaja menjadi penting sebagai upaya
tua nanti
usia ini dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok umur 10-15 tahun dan
15-19 tahun. Usia 10-15 tahun, dikenal dengan masa pertumbuhan cepat
kematangan fisik dan seksual. Pertumbuhan tersebut dialami baik oleh anak
laki-laki maupun anak perempuan menjelang dan pada saat pubertas. Secara
alamiah anak perempuan ( usia 8-13 tahun) lebih cepat mengalami pubertas dari
pada anak laki-laki (usia 10-15 tahun). Di atas usia 15 tahun, derajat
remaja memasuki usia dewasa. Ciri khas remaja antara lain : pengungkapan
kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra
(Danone, 2010).
Usia remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi, selain perubahan fisik,
mental, maupun sosial karena bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh, juga
timbulnya masalah gizi yang akhirnya mempengaruhi status gizi. Status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan
makanan. Status gizi yang baik hanya dapat tercapai dengan pola makan yang
baik, yaitu pola makan yang didasarkan atas prinsip menu seimbang, alami dan
sehat. Ketidaktahuan akan gizi yang baik pada anak ataupun orang tua
Sediaoetama, 2000 ).
BAB II
PEMBAHASAN
Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi
agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena nutrisi dan pertumbuhan
merupakan hubungan integral. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada masa ini
Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang
terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,
Sebelum masa remaja, kebutuhan nutrisi anak lelaki dan anak perempuan tidak
dibedakan, tetapi pada masa remaja terjadi perubahan biologik dan fisiologik tubuh
yang spesifik sesuai gender (gender specific) sehingga kebutuhan nutrienpun menjadi
berlainan. Sebagai contoh, remaja perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak
psikologik dan sosial. Terdapat variasi waktu dan lamanya berlangsung masa transisi
dari anak menjadi manusia dewasa yang dipengaruhi oleh faktor sosio-kultural dan
ekonomi. Selain itu, remaja bukanlah kelompok yang homogen walaupun berada
dalam lingkungan sosio-kultural yang sama dengan variasi lebar dalam hal
perkembangan, maturitas dan gaya hidup. Penelitian Blum (1991) pada remaja 15-18
tahun, didapatkan bahwa remaja lelaki lebih percaya diri, merasa lebih bahagia dan
sehat serta lebih tidak rentan dibandingkan remaja perempuan yang cenderung merasa
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia
defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek
maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali
berkaitan dengan perilaku makan salah.
Kebutuhan nutrisi
Tingginya kebutuhan energi dan nutrien pada remaja dikarenakan perubahan dan
pertambahan berbagai dimensi tubuh (berat badan, tinggi badan), massa tubuh serta
Tinggi badan
Percepatan tumbuh anak lelaki terjadi lebih belakangan serta puncak ypercepatan lebih
tinggi dibanding anak perempuan. Pertumbuhan linear dapat melambat atau terhambat
bila kecukupan makanan / energi sangat kurang atau energy expenditure meningkat misal
pada atlet.
Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:
1. Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif
serta maturasi seksual.
2. Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil.
3. Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,
osteoporosis dan kanker.
4. Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.
Pada remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik pesat serta perkembangan dan
maturasi seksual, pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan hal yang mutlak dan hakiki.
Defisiensi energi dan nutrien yang terjadi pada masa ini dapat berdampak negatif yang dapat
melanjut sampai dewasa. Kebutuhan nutrisi remaja dibahas berikut ini:
Energi
Kebutuhan energi remaja dipengaruhi oleh aktivitas, metabolisme basal dan peningkatan
kebutuhan untuk menunjang percepatan tumbuh-kembang masa remaja. Metabolisme basal
(MB) sangat berhubungan erat dengan jumlah massa tubuh tanpa lemak (lean body mass)
sehingga MB pada lelaki lebih tinggi daripada perempuan yang komposisi tubuhnya
mengandung lemak lebih banyak. Karena usia saat terjadinya percepatan tumbuh sangat
bervariasi, maka perhitungan kebutuhan energi berdasarkan tinggi badan (TB) akan lebih
sesuai.
Percepatan tumbuh pada remaja sangat rentan terhadap kekurangan energi dan nutrien
sehingga kekurangan energi dan nutrien kronik pada masa ini dapat berakibat terjadinya
keterlambatan pubertas dan atau hambatan pertumbuhan.
Protein
Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh jumlah protein untuk rumatan masa tubuh
tanpa lemak dan jumlah protein yang dibutuhkan untuk peningkatan massa tubuh tanpa lemak
selama percepatan tumbuh. Kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak percepatan tinggi
terjadi (perempuan 11-14 tahun, lelaki 15-18 tahun) dan kekurangan asupan protein secara
konsisten pada masa ini dapat berakibat pertumbuhan linear berkurang, keterlambatan
maturasi seksual serta berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa lemak.
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan, selain juga sebagai sumber
serat makanan. Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau lebih dari energi total serta tidak
lebih dari 10-25% berasal dari karbohidrat sederhana seperti sukrosa atau fruktosa.
Di Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan (soft drinks) memasok lebih dari 12% kalori
yang berasal dari karbohidrat dan konsumsinya meningkat 3 kali lipat pada dua dekade
terakhir ini. Penelitian Josep di Jakarta (2010) pada remaja siswa SMP didapatkan bahwa
siswa yang mengonsumsi minuman bersoda 3-4 kali per minggu berisiko untuk terjadi gizi
lebih.
Lemak
Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal. Pedoman makanan di berbagai negara termasuk Indonesia (gizi
seimbang), menganjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 30% dari energi total dan tidak
lebih dari 10% berasal dari lemak jenuh.
Sumber utama lemak dan lemak jenuh adalah susu, daging (berlemak), keju, mentega /
margarin, dan makanan seperti cake, donat, kue sejenis dan es krim, dan lain-lain.
Mineral
Kalsium (Ca). Kebutuhan kalsium pada masa remaja merupakan yang tertinggi dalam kurun
waktu kehidupan karena remaja mengalami pertumbuhan skeletal yang dramatis. Sekitar 45%
dari puncak pembentukan massa tulang berlangsung pada masa remaja, sehingga kecukupan
asupan kalsium menjadi sangat penting untuk kepadatan masa tulang serta mencegah risiko
fraktur dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun, remaja telah mencapai hampir 90% dari masa
tulang dewasa, sehingga masa remaja merupakan peluang (window of opportunity) untuk
perkembangan optimal tulang dan kesehatan masa depan.
Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan untuk kelompok remaja adalah 1.300 mg
per hari. Susu merupakan sumber kalsium terbaik, disusul keju, es krim, yogurt. Kini banyak
makanan dan minuman yang difortifikasi dengan kalsium yang setara dengan kandungan
kalsium pada susu (300mg per saji). Terdapat pula kalsium dalam bentuk sediaan farmasi
(dalam bentuk karbonat, sitrat, laktat atau fosfat) dengan absorpsi sekitar 25-35%. Preparat
kalsium akan diabsorpsi lebih efisien bila dikonsumsi bersama makanan dengan dosis tidak
lebih dari 500 mg.
Zat besi (Fe). Seperti halnya kalsium, kebutuhan zat besi pada remaja baik perempuan
maupun lelaki meningkat sejalan dengan cepatnya pertumbuhan dan bertambahnya massa
otot dan volume darah. Pada remaja perempuan kebutuhan lebih banyak dengan adanya
menstruasi. Kebutuhan pada remaja lelaki 10-12 mg/hari dan perempuan 15 mg/hari. Besi
dalam bentuk neme yang
terdapat pada sumber hewani lebih mudah diserap dibanding besi non-heme yang terdapat
pada biji-bijian atau sayuran.
Seng (Zn).Seng berperan sebagai metalo-enzyme pada proses metabolisme serta penting pada
pembentukan protein dan ekspresi gen. Konsumsi seng yang adekuat penting untuk proses
percepatan tumbuh dan maturasi seksual. Seperti halnya dengan kekurangan energi dan
protein, kekurangan seng dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan dan kematangan
seksual. Daging merah, kerang dan biji-bijian utuh merupakan sumber seng yang baik.
Vitamin
Vitamin A. Selain penting untuk fungsi penglihatan, vitamin A juga diperlukan untuk
pertumbuhan, reproduksi dan fungsi imunologik. Kekurangan vitamin A awal ditandai
dengan adanya buta senja. Sumber vitamin A utama : serealia siap saji, susu, wortel, margarin
dan keju. Sumber β- karoten sebagai pro-vitamin A yang sering dikonsumsi remaja berupa
wortel, tomat, bayam dan sayuran hijau lain, ubi jalar merah dan susu.
Vitamin E. Vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang penting pada remaja karena pesatnya
pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin E merupakan
tantangan karena makanan sumber vitamin E umumnya mengandung lemak tinggi.
Folat. Folat berperan pada sintesis DNA, RNA dan protein sehingga kebutuhan folat
meningkat pada masa remaja. Kekurangan folat menyebabkan terjadinya anemia
megaloblastik dan kecukupan folat pada masa sebelum dan selama kehamilan dapat
mengurangi kejadian spina bifida pada bayi.
Lain-lain
Serat (fiber). Serat makanan penting untuk menjaga fungsi normal usus dan mungkin
berperan dalam pencegahan penyakit kronik seperti kanker, penyakit jantung koroner dan
diabetes mellitus tipe-2. Asupan serat yang cukup juga diduga dapat menurunkan kadar
kolesterol darah, menjaga kadar gula darah dan mengurangi risiko terjadinya obesitas.
Kebutuhan serat per hari dapat dihitung dengan rumus : ( umur + 5 ) gram dengan batas atas
sebesar ( umur + 10 ) gram.
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia
defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek maupun
gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan
dengan perilaku makan salah dan gaya hidup.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar
tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada
masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan
linear.Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang
terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan
osteoporosis.Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya
anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek
maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali
berkaitan dengan perilaku makan salah dan gaya hidup.
Saran
Gizi sangat penting untuk pertumbuhan orang dewasa, remaja, anak-anak dan balita. Oleh
karena itu para orangtua wajib untuk memberikan makanan bergizi untuk anaknya, dimulai
dari balita kita harus membiasakan memberi makanan bergizi mengingat pentingnya
makanan bergizi untuk pertumbuhan fisik dan otak
DAFTAR PUSTAKA
1. Stang J, Story M (eds) Guidelines for Adolescent Nutrition Service (2005) diunduh dari
http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.htm
2. Blum RW. Global trends in adolescent health. J Amer Med Assoc 1991;265:2711-9
4. Story M, Stang J. Nutrition needs of adolescents. In: Stang J, Story M (eds) Guidelines for
Adolescent Nutrition Service (2005) diunduh dari
http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.htm
5. Rome ES, Vazquez IM, Blazar NE. Adolescence: healthy and disordered eating. Dalam:
Walker WA, Watkins JB, Duggan C, penyunting. Nutrition in pediatrics: basic science and
applications. Edisi ke-3. London: Decker, 2003. h. 861-77
6. Kennedy E, Goldberg J. What are American children eating? Implication for public policy.
Nutr Rev 1995;53(5):111-26
8. Josep R. Hubungan antara indeks massa tubuh dengan perilaku konsumsi minuman manis
pada siswa SMP : Sebuah survei di salah satu SMP swasta di Jakarta. Tugas penelitian di
Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Dept I.Kesehatan Anak, FKUI (2010)
9. Soekarjo DD, de Pee S, Bloem MW, et al. Socio-economic status and puberty are the main
factors detemining anaemia in adolescent girls and boys in East-Java, Indonesia. Eur J Clin
Nutr. 2001;55(11):932-9
10. Sunarno RW, Untoro R. Paper dipresentasikan di WHO Regional Meeting on Adolescent
Nutrition ln Chandigarh, India, 16-17 September 2002.
11. Nelson M. Anaemia in adolescent girls: effects on cognitive function and activity. Proc Nutr
Soc 1996;55:359-67
12. Kurz KM, Johnson-Welch C. The nutrition and lives of adolescents in developing countries:
Findings from the nutrition of adolescent girls research program. ICRW , 1994. Dikutip dari
Delisle H. Should adolescents be specifically targeted for nutrition in developing countries?
To addresswhich problem and how? Diunduh dari
http://www.idpas.org/pdf/1803ShouldAdolescentBeTargeted.pdf
13. Freedman DS, Dietz WH, Srinivasan SR, Berenson GS. The Relation of Overweight to
Cardiovascular Risk Factors Among Children and Adolescents: The Bogalusa Heart Study
Pediatrics 1999;103(6):1175-82
14. Delisle H. Should adolescents be specifically targeted for nutrition in developing countries?
To addresswhich problem and how? Diunduh dari
http://www.idpas.org/pdf/1803ShouldAdolescentBeTargeted.pdf