Anda di halaman 1dari 14

MASALAH GIZI

PADA REMAJA DAN DEWASA

Disusun Oleh:

Zulfa Latifatul ikhfa (12122130)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK TIARA BUNDA

DEPOK

2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
saya dapat menyelasaikan tugas makalah yang berjudul “Masalah gizi pada remaja dan
dewasa” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Merry Januarti Panjaitan, S.ST., M. Kes selaku
dosen Gizi dalam kesehatan reproduksi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelasaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 21 Juli 2022


DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................................
.1

KATA PENGANTAR
............................................................................................................ 2

DAFTAR
ISI ........................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A....Pengertian
kloning ....................................................................................................... 4

B.....Permasalahan .............................................................................................................. 5

C.....Metode
penilitian......................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

A.....Pengertian dan Fungsi


Kloning.................................................................................... 7

B....Sejarah
Kloning............................................................................................................. 8

C.....Pandangan Yuridis Kloning.........................................................................................


9

BAB II PENUTUP

A....Kesimpulan..................................................................................................................
10

B....Saran............................................................................................................................
11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat

perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

kesehatan masyarakat. Pengaruh masalah gizi terhadap pertumbuhan,

perkembangan, intelektual dan produktivitas menunjukkan besarnya peranan

gizi bagi kehidupan manusia. Jika terjadi gangguan gizi, baik gizi kurang

maupun gizi lebih, pertumbuhan tidak akan berlangsung optimal. Kekurangan

zat gizi menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi dan jatuh sakit,

sedangkan kelebihan zat gizi akan meningkatkan resiko penyakit degeneratif di

masa yang akan datang (Ramadani, 2005).

Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi mengungkapkan bahwa Indonesia

mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang

belum dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru yaitu berupa

gizi lebih. Salah satu Salah satu kelompok usia yang paling rentan mengalami

masalah gizi ganda yaitu remaja (Supariasa, 2002).

Remaja adalah sumber daya manusia yang paling potensial dalam sebuah

negara karena remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja akan

menjadi sumber daya manusia yang berkualitas jika sejak dini terpenuhi

kebutuhan gizinya. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan

proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik

dan berkelanjutan. Gizi seimbang pada masa ini akan sangat menentukan

kematangan
mereka di masa depan. Pada periode ini merupakan saat yang tepat untuk

membangun tubuh dan menanam kebiasaan pola makan yang sehat, karena jika

sejak remaja pola makan seseorang sudah tidak sehat, maka hal tersebut akan

berdampak pada kesehatan di masa yang akan datang. Oleh karena itu,

membiasakan pola makan sehat pada remaja menjadi penting sebagai upaya

untuk mencegah munculnya masalah-masalah kesehatan pada masa dewasa dan

tua nanti

. Menurut WHO/UNFPA, remaja adalah anak berumur 10-19 tahun. Anak

usia ini dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok umur 10-15 tahun dan

15-19 tahun. Usia 10-15 tahun, dikenal dengan masa pertumbuhan cepat

(growth spurt), merupakan tahap pertama dari serangkaian perubahan menuju

kematangan fisik dan seksual. Pertumbuhan tersebut dialami baik oleh anak

laki-laki maupun anak perempuan menjelang dan pada saat pubertas. Secara

alamiah anak perempuan ( usia 8-13 tahun) lebih cepat mengalami pubertas dari

pada anak laki-laki (usia 10-15 tahun). Di atas usia 15 tahun, derajat

pertumbuhan badan mulai berkurang, kemudian berhenti diusia 18 tahun, lalu

remaja memasuki usia dewasa. Ciri khas remaja antara lain : pengungkapan

kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra

jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta mampu berpikir abstrak

(Danone, 2010).

Usia remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa. Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi, selain perubahan fisik,

mental, maupun sosial karena bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh, juga

terjadi perubahan hormonal. Perubahan-perubahan itu mempengaruhi kebutuhan


gizi yang akan berdampak pada status gizi mereka. Kesalahan dalam memilih

makanan dan kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan

timbulnya masalah gizi yang akhirnya mempengaruhi status gizi. Status gizi

adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan

makanan. Status gizi yang baik hanya dapat tercapai dengan pola makan yang

baik, yaitu pola makan yang didasarkan atas prinsip menu seimbang, alami dan

sehat. Ketidaktahuan akan gizi yang baik pada anak ataupun orang tua

menyebabkan anak sering berperilaku salah dalam mengkonsumsi zat gizi (

Sediaoetama, 2000 ).
BAB II

PEMBAHASAN

Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi

agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena nutrisi dan pertumbuhan

merupakan hubungan integral. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada masa ini

dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan linear.

Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang

terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,

kanker dan osteoporosis.

Sebelum masa remaja, kebutuhan nutrisi anak lelaki dan anak perempuan tidak

dibedakan, tetapi pada masa remaja terjadi perubahan biologik dan fisiologik tubuh

yang spesifik sesuai gender (gender specific) sehingga kebutuhan nutrienpun menjadi

berlainan. Sebagai contoh, remaja perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak

karena mengalami menstruasi setiap bulan.

Selain perubahan biologik dan fisiologik, remaja juga mengalami perubahan

psikologik dan sosial. Terdapat variasi waktu dan lamanya berlangsung masa transisi

dari anak menjadi manusia dewasa yang dipengaruhi oleh faktor sosio-kultural dan

ekonomi. Selain itu, remaja bukanlah kelompok yang homogen walaupun berada

dalam lingkungan sosio-kultural yang sama dengan variasi lebar dalam hal

perkembangan, maturitas dan gaya hidup. Penelitian Blum (1991) pada remaja 15-18

tahun, didapatkan bahwa remaja lelaki lebih percaya diri, merasa lebih bahagia dan

sehat serta lebih tidak rentan dibandingkan remaja perempuan yang cenderung merasa

kurang puas akan keadaan tubuhnya, kepribadian serta kesehatannya.

Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia

defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek

maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali
berkaitan dengan perilaku makan salah.

Kebutuhan nutrisi

Tingginya kebutuhan energi dan nutrien pada remaja dikarenakan perubahan dan

pertambahan berbagai dimensi tubuh (berat badan, tinggi badan), massa tubuh serta

komposisi tubuh sebagai berikut:

Tinggi badan

 Sekitar 15 - 20% tinggi badan dewasa dicapai pada masa remaja.

 Percepatan tumbuh anak lelaki terjadi lebih belakangan serta puncak ypercepatan lebih

tinggi dibanding anak perempuan. Pertumbuhan linear dapat melambat atau terhambat

bila kecukupan makanan / energi sangat kurang atau energy expenditure meningkat misal

pada atlet.

Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:

1. Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif
serta maturasi seksual.
2. Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil.
3. Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,
osteoporosis dan kanker.
4. Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.

Pada remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik pesat serta perkembangan dan
maturasi seksual, pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan hal yang mutlak dan hakiki.
Defisiensi energi dan nutrien yang terjadi pada masa ini dapat berdampak negatif yang dapat
melanjut sampai dewasa. Kebutuhan nutrisi remaja dibahas berikut ini:

Energi

Kebutuhan energi remaja dipengaruhi oleh aktivitas, metabolisme basal dan peningkatan
kebutuhan untuk menunjang percepatan tumbuh-kembang masa remaja. Metabolisme basal
(MB) sangat berhubungan erat dengan jumlah massa tubuh tanpa lemak (lean body mass)
sehingga MB pada lelaki lebih tinggi daripada perempuan yang komposisi tubuhnya
mengandung lemak lebih banyak. Karena usia saat terjadinya percepatan tumbuh sangat
bervariasi, maka perhitungan kebutuhan energi berdasarkan tinggi badan (TB) akan lebih
sesuai.

Percepatan tumbuh pada remaja sangat rentan terhadap kekurangan energi dan nutrien
sehingga kekurangan energi dan nutrien kronik pada masa ini dapat berakibat terjadinya
keterlambatan pubertas dan atau hambatan pertumbuhan.

Protein
Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh jumlah protein untuk rumatan masa tubuh
tanpa lemak dan jumlah protein yang dibutuhkan untuk peningkatan massa tubuh tanpa lemak
selama percepatan tumbuh. Kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak percepatan tinggi
terjadi (perempuan 11-14 tahun, lelaki 15-18 tahun) dan kekurangan asupan protein secara
konsisten pada masa ini dapat berakibat pertumbuhan linear berkurang, keterlambatan
maturasi seksual serta berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa lemak.

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan, selain juga sebagai sumber
serat makanan. Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau lebih dari energi total serta tidak
lebih dari 10-25% berasal dari karbohidrat sederhana seperti sukrosa atau fruktosa.

Di Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan (soft drinks) memasok lebih dari 12% kalori
yang berasal dari karbohidrat dan konsumsinya meningkat 3 kali lipat pada dua dekade
terakhir ini. Penelitian Josep di Jakarta (2010) pada remaja siswa SMP didapatkan bahwa
siswa yang mengonsumsi minuman bersoda 3-4 kali per minggu berisiko untuk terjadi gizi
lebih.

Lemak

Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal. Pedoman makanan di berbagai negara termasuk Indonesia (gizi
seimbang), menganjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 30% dari energi total dan tidak
lebih dari 10% berasal dari lemak jenuh.

Sumber utama lemak dan lemak jenuh adalah susu, daging (berlemak), keju, mentega /
margarin, dan makanan seperti cake, donat, kue sejenis dan es krim, dan lain-lain.

Mineral

Kalsium (Ca). Kebutuhan kalsium pada masa remaja merupakan yang tertinggi dalam kurun
waktu kehidupan karena remaja mengalami pertumbuhan skeletal yang dramatis. Sekitar 45%
dari puncak pembentukan massa tulang berlangsung pada masa remaja, sehingga kecukupan
asupan kalsium menjadi sangat penting untuk kepadatan masa tulang serta mencegah risiko
fraktur dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun, remaja telah mencapai hampir 90% dari masa
tulang dewasa, sehingga masa remaja merupakan peluang (window of opportunity) untuk
perkembangan optimal tulang dan kesehatan masa depan.

Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan untuk kelompok remaja adalah 1.300 mg
per hari. Susu merupakan sumber kalsium terbaik, disusul keju, es krim, yogurt. Kini banyak
makanan dan minuman yang difortifikasi dengan kalsium yang setara dengan kandungan
kalsium pada susu (300mg per saji). Terdapat pula kalsium dalam bentuk sediaan farmasi
(dalam bentuk karbonat, sitrat, laktat atau fosfat) dengan absorpsi sekitar 25-35%. Preparat
kalsium akan diabsorpsi lebih efisien bila dikonsumsi bersama makanan dengan dosis tidak
lebih dari 500 mg.

Zat besi (Fe). Seperti halnya kalsium, kebutuhan zat besi pada remaja baik perempuan
maupun lelaki meningkat sejalan dengan cepatnya pertumbuhan dan bertambahnya massa
otot dan volume darah. Pada remaja perempuan kebutuhan lebih banyak dengan adanya
menstruasi. Kebutuhan pada remaja lelaki 10-12 mg/hari dan perempuan 15 mg/hari. Besi
dalam bentuk neme yang
terdapat pada sumber hewani lebih mudah diserap dibanding besi non-heme yang terdapat
pada biji-bijian atau sayuran.
Seng (Zn).Seng berperan sebagai metalo-enzyme pada proses metabolisme serta penting pada
pembentukan protein dan ekspresi gen. Konsumsi seng yang adekuat penting untuk proses
percepatan tumbuh dan maturasi seksual. Seperti halnya dengan kekurangan energi dan
protein, kekurangan seng dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan dan kematangan
seksual. Daging merah, kerang dan biji-bijian utuh merupakan sumber seng yang baik.

Vitamin

Vitamin A. Selain penting untuk fungsi penglihatan, vitamin A juga diperlukan untuk
pertumbuhan, reproduksi dan fungsi imunologik. Kekurangan vitamin A awal ditandai
dengan adanya buta senja. Sumber vitamin A utama : serealia siap saji, susu, wortel, margarin
dan keju. Sumber β- karoten sebagai pro-vitamin A yang sering dikonsumsi remaja berupa
wortel, tomat, bayam dan sayuran hijau lain, ubi jalar merah dan susu.

Vitamin E. Vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang penting pada remaja karena pesatnya
pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin E merupakan
tantangan karena makanan sumber vitamin E umumnya mengandung lemak tinggi.

Vitamin C . Keterlibatannya dalam pembentukan kolagen dan jaringan ikat menyebabkan


vitamin ini menjadi penting pada masa percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Status
vitamin C pada remaja perokok lebih rendah walaupun telah mengonsumsinya dalam jumlah
cukup dikarenakan stres oksidatif sehingga mereka memerlukan tambahan vitamin C hingga
35 mg per hari.

Folat. Folat berperan pada sintesis DNA, RNA dan protein sehingga kebutuhan folat
meningkat pada masa remaja. Kekurangan folat menyebabkan terjadinya anemia
megaloblastik dan kecukupan folat pada masa sebelum dan selama kehamilan dapat
mengurangi kejadian spina bifida pada bayi.

Lain-lain

Serat (fiber). Serat makanan penting untuk menjaga fungsi normal usus dan mungkin
berperan dalam pencegahan penyakit kronik seperti kanker, penyakit jantung koroner dan
diabetes mellitus tipe-2. Asupan serat yang cukup juga diduga dapat menurunkan kadar
kolesterol darah, menjaga kadar gula darah dan mengurangi risiko terjadinya obesitas.
Kebutuhan serat per hari dapat dihitung dengan rumus : ( umur + 5 ) gram dengan batas atas
sebesar ( umur + 10 ) gram.

Masalah nutrisi pada remaja

Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia
defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek maupun
gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan
dengan perilaku makan salah dan gaya hidup.

Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kebanyakan


remaja kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya antara lain folat, vitamin A dan
E, Fe, Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata pada perempuan dibanding lelaki, tetapi
sebaliknya tentang asupan makanan yang berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol,
garam dan gula) terjadi lebih banyak pada lelaki daripada perempuan.

Isu masalah nutrisi pada remaja


1. Defisiensi besi, anemia defisiensi besi dan defisiensi mikronutrien lain.
Anemia merupakan masalah nutrisi utama pada remaja dan umumnya pola makan salah
sebagai penyebabnya di samping infeksi dan menstruasi. Prevalensi anemia pada remaja
cukup tinggi. Sukarjo dkk di Jawa Timur (2001) mendapatkan prevalensi sebesar 25.8% pada
remaja perempuan dan 12.1% pada remaja lelaki usia 12-15 tahun, sedangkan laporan
Sunarno dan Untoro (2002) pada SKRT 1995 menunjukkan angka 45.8% dan 57.1% masing-
masing pada anak sekolah lelaki dan perempuan usia 10-14 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya hubungan defisiensi besi dengan gangguan proses kognitif yang
membaik setelah mendapat suplementasi zat besi.
2. Gizi kurang dan perawakan pendek
Perawakan pendek pada remaja seringkali ditemukan pada populasi dengan kejadian
malnutrisi tinggi, prevalensi berkisar antara 27 - 65% pada 11 studi oleh ICRW (International
Centre for Research on Women). Gizi kurang kronik yang mengakibatkan perawakan pendek
merupakan penyebab terjadinya hambatan pertumbuhan dan maturasi, memperbesar risiko
obstetrik, dan berkurangnya kapasitas kerja.
3. Obesitas
Obesitas pada masa remaja cenderung menetap hingga dewasa dan makin lama obesitas
berlangsung makin besar korelasinya dengan mortalitas dan morbiditas. Obesitas sentral
(rasio lingkar pinggang dengan panggul) terbukti berkorelasi terbalik dengan profil lipid padal
penelitian longitudinal Bogalusa. Obesitas juga menimbulkan masalah besar kesehatan dan
sosial, dan pengobatan tidak saja memerlukan biaya tinggi tetapi seringkali juga tidak efektif.
Karenanya pencegahan obesitas menjadi sangat penting dan remaja merupakan target utama.
4. Perilaku dan pola makan remaja.
Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan risiko terjadinya masalah
nutrisi. Bila tidak ada masalah ekonomi ataupun keterbatasan pangan, maka faktor psiko-
sosial merupakan penentu dalam memilih makanan. Gambaran khas pada remaja yaitu :
pencarian identitas, upaya untuk ketidaktergantungan dan diterima lingkungannya, kepedulian
akan penampilan, rentan terhadap masalah komersial dan tekanan dari teman sekelompok
(peer group) serta kurang peduli akan masalah kesehatan, akan mendorong remaja kepada
pola makan yang tidak menentu tersebut. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja
antara lain ngemil (biasanya makanan padat kalori), melewatkan waktu makan terutama
sarapan pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast foods, jarang mengonsumsi sayur
dan buah ataupun produk peternakan (dairy foods) serta diet yang salah pada remaja
perempuan. Hal tersebut dapt mengakibatkan asupan makanan tidak sesuai kebutuhan dan
gizi seimbang dengan akibatnya terjadi gizi kurang atau malahan sebaliknya asupan makanan
berlebihan menjadi obesitas. Remaja perempuan cenderung pada asupan makanan yang
kurang, terlebih bila terjadi kehamilan.
Di negara berkembang, sering terjadi gangguan perilaku makan seperti anoreksia nervosa dan
bulimia terutama pada perempuan yang berkorelasi dengan body image yang negatif.
Karenanya penting membangun body image dan self esteem yang positif pada remaja dalam
upaya promosi kesehatan dan gizi serta pencegahan obesitas.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar
tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada
masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan
linear.Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang
terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan
osteoporosis.Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya
anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek
maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali
berkaitan dengan perilaku makan salah dan gaya hidup.

Saran

Gizi sangat penting untuk pertumbuhan orang dewasa, remaja, anak-anak dan balita. Oleh
karena itu para orangtua wajib untuk memberikan makanan bergizi untuk anaknya, dimulai
dari balita kita harus membiasakan memberi makanan bergizi mengingat pentingnya
makanan bergizi untuk pertumbuhan fisik dan otak
DAFTAR PUSTAKA

1. Stang J, Story M (eds) Guidelines for Adolescent Nutrition Service (2005) diunduh dari
http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.htm

2. Blum RW. Global trends in adolescent health. J Amer Med Assoc 1991;265:2711-9

3. Haider R. Adolescent Nutrition: A review of the Situation in Selected South-East Asian


Countries. WHO 2006.

4. Story M, Stang J. Nutrition needs of adolescents. In: Stang J, Story M (eds) Guidelines for
Adolescent Nutrition Service (2005) diunduh dari
http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.htm

5. Rome ES, Vazquez IM, Blazar NE. Adolescence: healthy and disordered eating. Dalam:
Walker WA, Watkins JB, Duggan C, penyunting. Nutrition in pediatrics: basic science and
applications. Edisi ke-3. London: Decker, 2003. h. 861-77

6. Kennedy E, Goldberg J. What are American children eating? Implication for public policy.
Nutr Rev 1995;53(5):111-26

7. Harrington S. The Role of Sugar-Sweetened Beverage Consumption in Adolescent Obesity:


A Review of the Literature. The Journal of School Nursing 2008;24(1):3-12

8. Josep R. Hubungan antara indeks massa tubuh dengan perilaku konsumsi minuman manis
pada siswa SMP : Sebuah survei di salah satu SMP swasta di Jakarta. Tugas penelitian di
Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Dept I.Kesehatan Anak, FKUI (2010)

9. Soekarjo DD, de Pee S, Bloem MW, et al. Socio-economic status and puberty are the main
factors detemining anaemia in adolescent girls and boys in East-Java, Indonesia. Eur J Clin
Nutr. 2001;55(11):932-9

10. Sunarno RW, Untoro R. Paper dipresentasikan di WHO Regional Meeting on Adolescent
Nutrition ln Chandigarh, India, 16-17 September 2002.

11. Nelson M. Anaemia in adolescent girls: effects on cognitive function and activity. Proc Nutr
Soc 1996;55:359-67

12. Kurz KM, Johnson-Welch C. The nutrition and lives of adolescents in developing countries:
Findings from the nutrition of adolescent girls research program. ICRW , 1994. Dikutip dari
Delisle H. Should adolescents be specifically targeted for nutrition in developing countries?
To addresswhich problem and how? Diunduh dari
http://www.idpas.org/pdf/1803ShouldAdolescentBeTargeted.pdf

13. Freedman DS, Dietz WH, Srinivasan SR, Berenson GS. The Relation of Overweight to
Cardiovascular Risk Factors Among Children and Adolescents: The Bogalusa Heart Study
Pediatrics 1999;103(6):1175-82

14. Delisle H. Should adolescents be specifically targeted for nutrition in developing countries?
To addresswhich problem and how? Diunduh dari
http://www.idpas.org/pdf/1803ShouldAdolescentBeTargeted.pdf

Anda mungkin juga menyukai