Di susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah : Gizi dan Kesehatan AUD
DISUSUN OLEH :
Kelompok 6
1. Putri Indah Yana Zalianti (221550700)
2. Mela Zelina (221550658)
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Penyusun
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
2.1 Penilaian status gizi AUD dan Skrining tumbuh anak ............. 2
2.2 Dasar-dasar penilaian status gizi............................................... 8
2.3 Kebutuhan zat gizi AUD........................................................... 14
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
Status gizi balita merupakan salah satu cerminan keadaan gizi di masyarakat.
penilaian status gizi dapat dilakukan salah satunya dengan penilaian antropometri
yang membagi status gizi dikategorikan menjadi 4 (empat ) yaitu status gizi baik,
buruk, kurang dan lebih ( Supariasa, 2016) . Status gizi bayi atau balita merupakan
salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Penilaian status pada gizi bayi/balita dapat dilakukan dengan pengukuran
antropometri. 1Indikator yang diukur ada tiga macam, yaitu berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB). Indikator yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur
(BB/U). Berdasarkan standar baku nasional indeks BB/U terdiri dari gizi lebih, gizi
baik, gizi kurang dan gizi buruk.
2
orang dewasa, apabila dihitung per satuan berat badan maka terlihat bahwa kebutuhan
gizi anak di usia dini jauh lebih besar dibandingkan usia perkembangan lainnya.
Status gizi anak usia dini (balita) sangat penting, karena otak mereka sangat
membutuhkan gizi dalam jumlah besar selama masa pertumbuhannya.
Salah satu penyebab permasalahan status gizi anak usia dini adalah akibat
kurangnya pemahaman orang tua tentang status gizi anak serta pola asuh yang tidak
tepat . Status gizi juga menjadi indikator keberhasilan perkembangan daya tahan
tubuh. Gizi yang tidak memadai pada anak balita dapat menyebabkan terganggunya
perkembangan fisik dan gangguan mental. Status gizi juga merupakan ukuran
produktivitas kerja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dan juga merupakan
cerminan kualitas hidup.2
Menurut Global Nutrition Report 2020, masalah status gizi global meliputi:
49,5 juta balita (7,3%) gizi buruk (wasting), stunting 149 juta balita (21,9%) dan 40,1
juta (5,9%) kelebihan berat badan, dan tingkat kemajuannya jauh di bawah yang
dibutuhkan untuk mencapai target 2025 (nutrisi global) Menurut laporan hasil
penelitian UNICEF 2018, hampir tiga per sepuluh anak balita mengalami stunting
pertumbuhan, sepersepuluh anak kelebihan berat badan atau terlalu kurus, dan
seperlima anak mengalami kegemukan tubuh atau obesitas . Diharapkan dalam
rencana “Sustainable Development Goals 2030” mengenai gizi pada masyarakat bisa
memberantas segala bentuk gizi buruk, termasuk pencapaian target internasional
2025, guna mengurangi stunting serta wasting pada anak di bawah usia 5 (lima)
tahun.
Dari data Riskesdas nasional tahun 2018 didapatkan prevalensi balita berat
badan kurang adalah 17,7% terdiri dari 3,9% gizi buruk dan 13,8% gizi kurang dan
prevalensi balita yang mengalami gizi lebih adalah 3,1% di Indonesia sedangkan
dijambi prevalensi balita untuk berat badan kurang adalah 15,7% yang terdiri dari
3,8% gizi buruk dan 11,9% dan prevalensi balita yang mengalami gizi lebih adalah
2
Hasanah, Faizzatul, and Qurrotul Uyun. 2019. “Asesmen Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Islamic EduKids 1 (1), pp: 31–37.
3
4,24%6 . Dari data Dinas Kesehatan Kota Jambi didapatkan prevalensi kasus tahun
2018 untuk gizi kurang 1,1% gizi buruk 0,2% dan prevalensi balita gizi lebih 0,4%
dan meningkat pada tahun 2019 untuk gizi kurang 1,2%, tidak ada peningkatan untuk
prevalensi gizi buruk 0,2% sedangkan prevalensi balita gizi lebih turun menjadi
0,3%. Lalu didapatkan peningkatan kasus permasalahan gizi pada balita di Puskesmas
paal X, dari tahun 2018 dengan prevalensi 1,8% naik menjadi 2,0% ditahun 2019.
Anak-anak biasanya tidak bisa mendapatkan asupan gizi yang baik dari orang
tua dikarenakan oleh banyak faktor. Termasuk tingkat pendidikan orang tua terutama
ibu, pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan, kondisi social Ekonomi keluarga,
persediaan makanan. Faktor-faktor inilah yang membuatnya perlu untuk memberikan
perhatian kepada anak karena perilaku dan sikap dalam memberikan asuhan serta
pola makan pada anak akan mempengaruhi asupan zat gizi untuk anak. Orang tua
berperan penting dalam melengkapi asupan gizi anak. Orang tua dengan pendidikan
tinggi diharapkan bisa lebih banyak meluangkan waktu untuk menata dan mengurus
keluarga sehingga makanan dan gizi keluarga yang baik dapat tercapai terutama
untuk balita. Akan tetapi hal ini juga tidak lepas dari pengetahuan gizi ibu.
Pengetahuan gizi, termasuk pengetahuan tentang gizi balita, bisa didapatkan oleh ibu
tidak hanya melalui pendidikan formal, tapi juga lewat Media massa dan media cetak,
seperti TV, majalah, tabloid, buku dan internet. Selain itu bisa juga dapatkan melalui
berbagai jurusan pendidikan kesehatan Pelayanan kesehatan, seperti posyandu atau
puskesmas.
Permasalahan gizi memiliki dampak yang cukup luas, tidak hanya pada
kesakitan, kecacatan, dan kematian, bahkan juga berpengaruh terhadap pembentukan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan produktifitas optimal. Kualitas
anak dibentuk dan ditentukan sejak terjadinya konsepsi hingga masa Balita 3.
Pemenuhan gizi ibu selama hamil sampai anak berusia di bawah 5 tahun serta pola
pengasuhan yang tepat akan memberikan kontribusi nyata dalam mencetak generasi
unggul. Itulah kenapa peranan ibu sangat berpengaruh dalam keadaan gizi balita. Pola
3
Irianwati, Nanik. 2013. “Modul Penilaian Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini” 1 (1), pp: 12–14.
4
asuh memegang peranan penting dalam terjadinya gangguan pertumbuhan pada
Balita.
Perananan orang tua sangat mempengaruhi keadaan gizi balita. Pola asuh
sangat berperanan penting dalam mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang
pada Balita. Engle dkk menekankan tiga komponen penting (makanan, stimulasi
psikososial-kesehatan), yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak secara optimal. Pola asuh ata biasa disebut parenting adalah interaksi
antara ibu dan anak dalam kegiatan mengasuh.4 Pengasuhan sama juga dengan
mendidik, membimbing dan merawat anak, memberi makanan, minuman, pakaian,
membersihkan, atau menangani segala sesuatu yang seharusnya diperlukan dalam
lingkup kebutuhan anak, seperti makan, minum, mandi dan berpakaian. Salah satu
faktor yang mempengaruhinya status gizi balita adalah orang tua, status gizi
dipengaruhi oleh kemampuan ibu dalam menyediakan makanan yang cukup bagi
anak, sedangkan membesarkan anak dipengaruhi oleh faktor seperti pendapatan
keluarga, pendidikan, perilaku, dan jumlah saudara kandung.
Pada masa ini anak membutuhkan asupan gizi yang cukup. Asupan gizi yang
kurang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada balita sehingga
4
Iswantiningtyas, Veny, and Widi Wulansari. 2018. “Pentingnya Penilaian Pendidikan Karakter Anak
Usia Dini.” Proceedings of the ICECRS 1 (3), pp: 197–204.
5
memberikan dampak negatif pada balita di masa yang akan datang ( soeparmanto
dalam putri.2008)
Masalah gizi usia dini selain meningkatkan angka kematian bayi dan anak,
juga menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak
maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif penderita juga berkurang, sehingga
mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia. Indonesia
menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih
dari sepertiga anak balita di indonesia tinggi badan nya dibawah rata-rata. Stunting
merupakan keadaan kurang gizi yang menjadi perhatian utama di negaranegara
berkembang pada masa kini.
Membiasakan pola hidup sehat sejak dini pada anak bertujuan untuk
mencegah tersebarnya penyakit, lingkungan yang kumuh, dan lain sebagainya. Pola
hidup sehat untuk anak usia dini meliputi gizi pada makanan yang dikonsumsi,
menjaga badannya agar selalu bersih, mandi 2 kali sehari, tidak makan jajan
sembarangan, mencuci ke dua tangan sebelum makan, tidak membuang sampah
disembarang tempat, dan lain sebagainya. lembaga pendidikan memiliki peran
penting dalam membiasakan peserta didik untuk berperilaku yang sesuai dengan
kapasitas norma-norma yang berlaku di Masyarakat (Rahayu, 2018) Status gizi
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia
(SDM) yang berkwalitas dimasa yang akan datang, semakin baik status gizinya maka
akan semakin baik pula sumber daya manusianya. Status gizi yang baik dapat
terwujud dengan memperhatikan dengan memperhatikan status gizi sejak anak usia
dini hingga masuk sekolah. Untuk itu tugas seorang guru harus selain mendidik juga
harus memperhatikan makanan yang dikonsusmsi anak. Penjelasan diatas dapat
6
disimpulkann bahwa makanan sehat dan bergizi penting sekali bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Untuk itu sejak usia dini anak harus dibiasakan makan makanan
sehat dan bergizi. Sayangnya masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan
asupan gizi seimbang, sehingga banyak yang mengalami kekurangan gizi atau
stunting.
Dalam pembentukan pola makan sehat ada tiga factor pendukung yakni factor
orang tua, anak itu sendiri, dan factor lingkungan ( termasuk lingkungn sekolah)
tetapi sayangnya saat ini pola makan sehat sudah mulai tak dihiraukan,karena
kesibukan orang tua, akhirnya memilihkan makanan praktis, jajan diwarung, orang
tua tidak mau tahu kandungan gizi makanan tersebut apakah berbahaya atau tidak,
serta maraknya iklan di televisi yang dapat mempengaruhi pola makan sehat bagi
anak usia dini.
7
2.2 Dasar-Dasar Penilaian Status Gizi Anak Usia Dini
Dalam rentang usia anak-anak mulai dari usia 0-18 tahun, termasuk di masa
perkembangan anak 6—9 tahun, tubuh masih akan terus mengalami pertumbuhan dan
perkembangan.Sementara setelah menginjak usia dewasa, pertumbuhan tersebut
biasanya akan berhenti secara bertahap. Usia anak-anak merupakan masa-masa
penting di mana pertumbuhan tubuh berlangsung sangat pesat. Mulai dari berat badan
ideal anak 6—9 tahun, tinggi badan, hingga ukuran tubuh secara keseluruhan akan
terus mengalami perubahan.
Indeks massa tubuh (IMT) adalah penilaian status gizi untuk usia dewasa
dengan melakukan perbandingan berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan
dalam meter kuadrat. Perhitungan IMT dinilai kurang akurat dalam mengukur status
gizi anak. Lagi-lagi, ini karena berat badan dan tinggi badan di usia anak-anak
cenderung berubah dengan sangat cepat.
1. Jenis kelamin
Penilaian status gizi anak laki-laki tentu tidak sama dengan anak
perempuan. Hal ini disebabkan karena tumbuh kembangnya pun berbeda,
biasanya anak perempuan akan tumbuh jauh lebih cepat ketimbang laki-laki. Itu
5
Penelitian, Abstrak, and Kata Kunci. 2020. “PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 4 No
1, Oktober 2020” 4 (1), pp: 87–96.
8
sebabnya, dalam melakukan cara menghitung status gizi anak terhadap status gizi
anak, penting untuk memerhatikan jenis kelamin. Sebab pola pertumbuhan anak
laki-laki berbeda dengan perempuan.
2. Usia
Faktor usia sangat penting untuk menentukan dan melihat apakah status
gizi si Kecil, termasuk gizi anak sekolah, sudah baik atau belum.Hal ini
sebenarnya memudahkan Anda untuk tahu, apakah sang buah hati mengalami
pertumbuhan yang normal jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Meski
memang setiap anak akan mengalami tumbuh kembang yang berbeda walaupun
memiliki rentang usia yang sama.
3. Berat badan
Berat badan adalah salah satu indikator dari penilaian status gizi anak
yang paling sering dipakai.Ya, berat badan dianggap dapat memberikan
gambaran mengenai kecukupan jumlah zat gizi makro dan mikro yang ada di
dalam tubuh.Tak seperti tinggi badan yang perubahannya membutuhkan waktu
yang agak lama, berat badan bisa sangat cepat berubah.Perubahan berat badan
bisa menunjukkan perubahan status gizi pada anak. Itulah mengapa berat badan
kerap dipakai untuk menggambarkan status gizi anak saat ini, atau dikenal juga
sebagai pertumbuhan massa jaringan.
Berbeda dengan berat badan yang bisa berubah dengan sangat cepat,
tinggi badan justru bersifat linier. Arti linier di sini adalah perubahan tinggi
badan tak begitu cepat dan dipengaruhi oleh banyak hal dari masa lampau, tak
hanya saat ini saja. Mudahnya begini, jika si Kecil makan terlalu banyak
mungkin saja berat badannya bertambah meski hanya 500 gram atau satu
kilogram dalam beberapa hari. Namun, hal ini tidak berlaku pada tinggi badan.
Pertumbuhan tinggi badan sangat berkaitan dan tergantung dengan kualitas
9
makanan yang Anda berikan pada anak sejak kecil, bahkan mulai dari ia lahir.
Pemberian ASI eksklusif atau tidak saat bayi hingga kualitas makanan
pendamping yang Anda berikan kepada si Kecil berpengaruh ke
pertumbuhannya. Maka itu, tinggi badan cenderung dipakai sebagai indikator
untuk mengetahui masalah gizi kronis pada anak alias masalah nutrisi yang sudah
berlangsung sejak lama. Dahulu, saat anak berusia 0—2 tahun panjang badan
diukur dengan menggunakan papan kayu (length board). Sementara untuk anak
yang berusia lebih dari 2 tahun, pengukuran tinggi badan menggunakan alat
bernama mikrotoise yang disandarkan ke dinding.
5. Lingkar kepala
10
Mengukur status gizi anak usia 0—5 tahun
Grafik yang digunakan untuk mengukur status gizi anak usia kurang dari 5 tahun
yaitu grafik WHO 2006 (cut off z score). Penggunaan grafik WHO 2006 dibedakan
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan:
Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk mengukur
berat badan sesuai dengan usia anak. Penilaian BB/U dipakai untuk mencari tahu
kemungkinan seorang anak mengalami berat badan kurang, sangat kurang, atau lebih.
Namun, indikator ini biasanya tidak bisa dipakai jika umur anak tidak diketahui
secara pasti.
Anak yang tergolong ke dalam risiko berat badan lebih bisa saja punya masalah
pertumbuhan. Usahakan untuk memeriksa ulang menggunakan indikator BB/TB atau
IMT/U.
Indikator ini digunakan oleh anak usia 0—60 bulan dengan tujuan untuk
mengukur tinggi badan sesuai dengan usia anak. Penilaian TB/U dipakai untuk
megindentifikasi penyebab jika anak memiliki tubuh pendek. Akan tetapi, indikator
TB/U hanya bisa digunakan bagi anak usia 2—18 tahun dengan posisi berdiri.
Sementara jika usianya masih di bawah 2 tahun, pengukurannya menggunakan
indikator panjang badan atau PB/U dengan posisi berbaring.
11
Bila anak berusia di atas 2 tahun diukur tinggi badannya dengan cara
berbaring, nilai TB harus dikurangi dengan 0,7 sentimeter (cm).
Tinggi: >+3 SD
Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk
mengukur berat badan sesuai dengan tinggi badan anak. Pengukuran ini yang
umumnya digunakan untuk mengelompokkan status gizi anak.
Obesitas: >+3 SD
12
13
2.3 Kebutuhan Zat Gizi AUD
Memasuki usia pra sekolah tentunya aktivitas Si Kecil juga akan semakin
bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian, bisa menggunakan data tabel
AKG dari Kementerian Kesehatan RI untuk anak usia 4-5 tahun. Kebutuhan gizi
tersebut meliputi 220 gram karbohidrat, 22 gram serat, 35 gram protein, 62 gram
lema, serta 1,5 L air. Sedangkan energi total yang dibutuhkan anak adalah 1600 kkal.
Untuk kebutuhan zat gizi mikro harian anak, Bunda perlu mencukupi asupan
vitamin dan mineral sebagai berikut ini:
Selain mengacu pada data AKG di atas, sebaiknya juga melakukan konsultasi
ke dokter secara langsung agar mendapatkan informasi yang sesuai dengan kondisi
kebutuhan zat gizi Si Kecil.
14
Kebutuhan nutrisi anak usia sekolah (6-9 tahun) sangat berbeda jika
dibandingkan dengan kelompok anak usia lain. Pada tahap ini Si Kecil memerlukan
asupan gizi yang seimbang agar tumbuh kembang fisik dan kognitif bisa berjalan
secara optimal.
Berdasarkan data AKG, rata-rata anak usia sekolah (6-9 Tahun) memerlukan
asupan gizi makro harian yang terdiri dari 220 gram karbohidrat, 25-40 gram protein,
20-23 gram serat, 1,45-1,65 L air, lemak 50-55 gram, serta energi total sebesar 1400-
1650 kkal.
Vitamin
Vitamin C: 45 milligram
Mineral
15
Besi: 10 milligram
Seng: 5 milligram
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada usia ini, anak akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan fisik dan
juga mental yang cukup pesat. Oleh karena itu, di usia ini anak harus mendapatkan
layanan kesehatan dan gizi seimbang supaya dapat tumbuh dan berkembang dengan
maksimal. Balita adalah anak dengan usia di bawah lima tahun dengan masa
pertumbuhan tubuh dan otak sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan
fungsinya,Pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi serta menentukan
perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan
intelegensi
17
DAFTAR PUSTAKA
18