Dosen Pengampu :
Ratna Yulinda, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 11
Fitriah 2110129320013
Nor Ahsana Nadiyya 2110129220033
Sabrina 2110129220008
0
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Masa pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan fase paling
kritis dalam membentuk landasan kesehatan jangka panjang. Nutrisi yang tepat
dan seimbang menjadi kunci utama dalam proses ini. Faktor pertumbuhan fisik
yang pesat memerlukan nutrisi seperti protein, kalsium dan vitamin D untuk
omega-3 dan zat besi untuk mendukung fungsi kognitif yang optimal. Daya
tahan tubuh yang kuat juga bergantung pada asupan nutrisi seperti vitamin A,
aktivitas fisik yang aktif, dan pencegahan masalah kesehatan jangka panjang
seperti obesitas juga berakar pada kebiasaan makan yang baik sejak dini. Oleh
karena itu, memastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup tidak hanya
mental dan pencegahan masalah kesehatan di masa depan. Orang tua dan
perkembangannya.
2
lemak omega-3 dan vitamin B kompleks yang mendukung fungsi kognitif.
Selain dampak fisik, pemenuhan kebutuhan nutrisi juga berkontribusi terhadap
kesehatan mental, membentuk kebiasaan makan yang baik, mencegah masalah
kesehatan jangka panjang, dan kinerja fisik yang optimal. Oleh karena itu,
pemenuhan dan pemenuhan kebutuhan gizi remaja merupakan tanggung jawab
bersama antara orang tua, pendidik dan masyarakat untuk membantu mereka
mencapai potensi terbaiknya bagi kesehatan dan perkembangan, serta
membentuk pola hidup sehat di masa depan.
Pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi bagi anak dan remaja tak dapat
diabaikan. Fase pertumbuhan dan perkembangan pada tahap ini memerlukan
asupan nutrisi yang cukup guna membentuk dasar fisik, mental, dan emosional
yang kokoh. Kekurangan gizi dapat menghambat pertumbuhan tinggi dan berat
badan, serta mempengaruhi perkembangan seksual terutama pada remaja.
Tidak hanya pada fisik, nutrisi juga berperan penting dalam perkembangan
otak dan mental. Selain itu, asupan nutrisi yang memadai juga memperkuat
sistem kekebalan tubuh, yang dapat melindungi mereka dari penyakit atau
masalah kesehatan. Gizi yang cukup mendukung keseimbangan suasana hati
dan pengelolaan emosi yang baik.
Meskipun kebutuhan energi anak dan remaja lebih tinggi karena
aktivitas fisik yang intens dan pertumbuhan pesat, tetap harus diimbangi
dengan asupan nutrisi yang tepat untuk mencegah gangguan pertumbuhan dan
masalah terkait berat badan. Masa ini juga penting dalam membentuk
kebiasaan makan sehat yang berkelanjutan, yang dapat membawa dampak
positif pada kesehatan mereka di masa dewasa. Dengan memahami pentingnya
kebutuhan gizi yang tepat, kita dapat memberikan perhatian lebih terhadap pola
makan yang seimbang dan kaya nutrisi, sehingga anak dan remaja dapat
tumbuh optimal dalam segala aspek kehidupan mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebutuhan gizi pada anak?
2. Bagaimana kebutuhan gizi pada remaja?
3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebutuhan gizi pada anak.
2. Untuk mengetahui kebutuhan gizi pada remaja.
BAB II ISI
4
A. Gizi Pada Anak
1. Pengertian Anak
Fase kanak-kanak berada di antara masa bayi dan remaja. Dalam
buku ini, yang disebut masa kanak disepakati sejak menginjak usia 1 tahun
sampai dengan 12 tahun. Pada anak usia 1-3 tahun akan mengalami
pertambahan berat badan sebanyak 2-2,5 kg dan tinggi rata rata sebesar 12
cm dalam setahun. Kemudian pada tahun kedua dan ketiga menjadi 12 cm,
dan 8-9 cm). Sehingga rentang masa itu, kebutuhan gizi pun lebih besar
dari masa bayi. Di mana aktivitas fisik sudah semakin banyak. Mengingat
gizi merupakan faktor penting dalam pola tumbuh kembang anak, maka
memperhatikan kebutuhan dan porsi pemberian menjadi wajib bagi orang
tua. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu
yang bisa diukur dan berdampak pada aspek fisik. Sedangkan
perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Sementara itu,
tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor biologik (genetik),
perilaku, dan lingkungan (Mardalena , 2021).Ppengaruh-pengaruh
tersebutlah yang mempengaruhi masa pertumbuhan anak (Mardalena ,
2021)
Masa pertumbuhan anak merupakan masa yang paling cepat setelah
masa balita. Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa dimana
asupan gizi pada anak harus diperhatikan agar anak dapat tumbuh secara
optimal. Dari sekian banyak masalah gizi yang dihadapi oleh usia anak-
anak yang banyak ditemui adalah ketidaksukaannya terhadap konsumsi
buah dan sayur. Konsumsi buah dan sayur di Indonesia sendiri merupakan
hal yang masih tergolong rendah dan asupannya masih berada dibawah
konsumsi yang di anjurkan. Anjuran pada pedoman gizi seimbang yaitu
300-400 gr/hari yang dibagi menjadi 150 gram buah dan 250 gram sayuran
atau jika dalam porsi makan untuk buah yaitu 2-3 porsi, dan untuk sayur
sebanyak 3-4 porsi setiap harinya. (Fitriyani & Safrina , 2022)
5
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan
tercapainya tingkat kesehatan, atau sering disebut status gizi. Apabila
konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan
tubuh maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). (Wigati &
Nisak, 2022) Kondisi gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup
zat gizi yang dikonsumsi sehingga memungkinkan terjadinya
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kemampuan kerja untuk
mencapai tingkat kesehatan optimal (Departemen Kesehatan RI, 2003).
Kebutuhan gizi untuk anak pada awal masa kehidupannya merupakan hal
yang sangat penting. Kekurangan gizi dapat memberikan konsekuensi
buruk yang tak terelakan, dimana manifestasi terburuk dapat menyebabkan
berbagai masalah bahkan sampai kematian. (Yohansyah & Mira , 2019)
6
Masalah gizi pada anak usia sekolah yang umum ditemukan antara
lain adalah pendek, kurus, kegemukan, obesitas, dan anemia. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) 2018 menunjukkan status gizi
pada anak umur 5-12 tahun sebagai berikut:
7
proporsi kelompok umur 10-14 tahun yang memiliki perilaku benar
dalam cuci tangan sebesar 43 persen. Sedangakan proporsi kelompok
umur 10-14 tahun yang memiliki aktivitas fisik kurang sebesar 64,4
persen. (Ari Wiradyani, et al., 2019)
8
biji-bijian, kandungan proteinnya lebih rendah. Berikut penjelasan
seputar jenis protein yang bisa memenuhi kebutuhan gizi anak.
3. Lemak
Untuk meningkatkan asupan lemak anak, jangan lupa untuk
meningkatkan kualitas lemak dan sesuaikan dengan kebutuhan kalori si
kecil. Tetap perhatikan sumber lemak, apakah lemak sehat atau tidak.
American Heart Association merekomendasikan anak usia 2-3 tahun
mengonsumsi lemak total sekitar 30 sampai 35 persen dari kalorinya.
Sementara itu untuk anak usia 4-18 tahun, kadar lemak yang
dikonsumsi per hari sekitar 25-35 persen dari total kalori. Beberapa
sumber lemak tak jenuh bisa didapatkan dari kacang-kacangan, ikan,
dan minyak sayur.
4. Serat
Serat bisa ditemukan di beberapa jenis makanan. Namun, survei yang
diterbitkan dalam Journal of Human Nutrition and Dietetics
menyebutkan bahwa 95 persen anak dan orang dewasa tidak
mengonsumsi serat yang cukup. Bahkan, anak-anak dan balita sering
kali tidak memenuhi kebutuhan serat yang direkomendasikan setiap
harinya.Padahal menu makanan kaya serat bisa membantu
mengendalikan rasa lapar, menjaga kadar gula darah tetap stabil, dan
membantu menjaga berat badan anak agar tetap ideal. Sesuaikan menu
makanan yang kaya serat dengan porsi makan si kecil, seperti pisang,
apel, wortel, oatmeal, atau roti gandum. Tambahkan jenis makanan lain
dengan berbagai nutrisi lainnya agar lebih menggugah nafsu makan
anak Anda.
5. Cairan
Mengutip dari laman Kids health, jumlah kebutuhan cairan anak
tergantung pada usia, ukuran tubuh anak, kesehatan, tingkat aktivitas,
sampai cuaca (suhu udara dan tingkat kelembapan). Biasanya, anak
akan lebih banyak minum ketika ia sedang bergerak aktif, seperti
berolahraga atau bermain permainan fisik.
9
6. Makan pagi
Anak-anak dibiasakan makan pagi dengan tepat waktu dengan
ketentuan 3 kali sehari dan dengan porsi yang sesuai serta gizi yang
seimbang.
Ketika usia 10-12 tahun kebutuhan gizi anak laki-laki dan perempuan berbeda.
Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik, sehingga membutuhkan
energi lebih banyak. Sedangkan anak perempuan biasanya sudah mulai haid
sehingga memerlukan protein dan zat besi yang lebih banyak (RSCM dan Persagi,
1998). Adapun jumlah angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan oleh
Widya Karaya Nasional Pangan dan Gizi 2004 bagi anak umur 7-12 tahun terlihat
pada tabel berikut ini.
10
Berikut adalah tabel jumlah anjuran porsi makanan untuk anak usia 7-9 tahun dan
10-12 tahun yang dapat memenuhi kebutuhn gizi sehari :
11
membuatnya bisa tetap aktif. Karbohidrat akan menjadi sumber
bahan bakar bagi bakteri baik di dalam tubuh yang membantu
memproduksi vitamin B kompleks hingga pencernaan anak dapat
berfungsi dengan baik.
2. Protein
Manfaat protein bagi tubuh anak adalah untuk pembentukan
imunoglobulin atau yang sering disebut sebagai antibodi yang
berfungsi untuk menangkal infeksi yang disebabkan oleh virus atau
bakteri. Selain itu, protein juga berperan untuk membentuk sel
dalam jaringan tubuh serta memperkuat tulang dan otot.
3. Lemak
Berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
normal pada anak.
4. Vitamin & Mineral
Vitamin A dibutuhkan tubuh untuk penglihatan, pertumbuhan,
reproduksi, dan sistem pertahanan tubuh atau imunitas. Kemudian
vitamin C untuk percepatan pertumbuhan dan perkembangan
karena perannya dalam pembentukan kolagen. Sedangkan vitamin
E sebagai sumber antioksidan yang penting selama masa
pertumbuhan,dan Folat yang jika tubuh kekuranga kandungan
ini bisa menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik.
● Manfaat gizi bagi anak :
1. Tumbuh Sehat
2. Perkembangan Otak yang Sempurna
3. Daya Tahan Tubuh Kuat
4. Kesehatan Gigi dan Mulut Terjaga
5. Lebih Konsentrasi
6. Suasana Hati Lebih Stabil
7. Lebih Berenergi
12
Menu seimbang untuk anak melibatkan berbagai jenis makanan yang
memberikan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan mereka. Pastikan menu mencakup karbohidrat, protein,
lemak sehat, serat, vitamin, dan mineral. Buah-buahan, sayuran, sumber
protein seperti daging tanpa lemak, ikan, telur, dan susu rendah lemak
adalah pilihan yang baik. Hindari makanan tinggi gula tambahan dan
lemak jenuh yang berlebihan. Juga, penting untuk memastikan anak
mendapatkan cukup cairan dengan memberikan air putih sebagai pilihan
utama minuman (Yurni, 2017).
Penting untuk memastikan anak-anak mendapatkan makanan yang
seimbang dan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan
mereka. Apabila orang dewasa membutuhkan setidaknya sekitar 2.000
kalori/hari, kebutuhan kalori anak-anak di usia sekolah berkisar antara
1.400 hingga 2.200 kalori, tergantung pada tingkat kepadatan aktivitas
mereka. Jika berdasarkan AKG, jumlah kalori yang disarankan adalah
1800 kalori/hari untuk anak 7-9 tahun dan 2200 kalori/hari untuk usia 10-
12 tahun:
a. Makan pagi (Sarapan): Waktu sarapan bisa dilakukan mulai dari jam
7-9 pagi. Porsi menu sarapan disarankan tidak terlalu banyak, dengan
rekomendasi menunya adalah sebagai berikut:
● Karbohidrat, nasi putih atau nasi goreng (220 gram).
● Sumber protein, misalnya telur goreng (50-70 gram).
● Irisan sayur, buah seperti tomat atau apel (30 gram).
● Untuk mengawali harinya, berikan juga suplemen vitamin C
200mg yang berbentuk tablet kunyah untuk memudahkan anak
dalam mengkonsumsinya dan bisa memberikannya setelah
makan. Camilan: Bisa memberikan camilan sehat untuk anak
yang berperan sebagai pengganjal perut sebelum waktu makan
tiba): 1/2 buah jeruk atau apel.
13
b. Makan Siang: Biasanya berkisar di jam 12-2 siang penting untuk
mengembalikan energi anak yang hilang setelah beraktivitas sejak
pagi hari.
● 1 piring nasi putih (220-300 gram).
● Asupan protein seperti ayam goreng (60 gram).
● 1 mangkuk sayur ukuran sedang (60 gram), misalnya tumis
kangkung.
c. Makan Malam (3):
● 1 piring nasi putih (220-300 gram).
● 1-2 potong ikan (45-75 gram).
● 1 mangkuk sup sayur ukuran sedang (60 gram)
● 1 tablet suplemen yang mengandung vitamin C 200mg untuk anak
sehabis makan.
14
remaja yang aktif dalam olahraga dan aktivitas fisik lainnya (Hafiza,
2020).
Pada masa remaja terjadi growth spurt yaitu puncak pertumbuhan
tinggi badan (peak weight velocity). Kecepatan pertumbuhan tinggi
badan rata-rata mencapai 20 cm/tahun pada laki-laki dan 16 cm/tahun
pada perempuan. Demikian pula kecepatan berat badan rata-rata
mencapai 20 kg/tahun pada laki-laki dan 16 kg/tahun pada perempuan.
Selain itu pada masa ini juga terdapat puncak pertumbuhan massa
tulang (peak bone mass/PBM) yang menyebabkan kebutuhan gizi pada
masa ini sangat tinggi bahkan lebih tinggi fase kehidupan lainnya
(Yosephin, 2018).
Terdapat tiga tahapan dalam perkembangan remaja, yaitu:
a. Remaja Awal
Remaja pada tahap ini, berusia 10 hingga 12 tahun,
adalah seseorang yang masih terkagum-kagum dengan
perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan
yang menyertai perubahan tersebut. Mengembangkan
pemikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang. Hipersensitivitas ini sejalan dengan
berkurangnya kendali atas "ego". Hal ini menyulitkan orang
dewasa muda untuk memahaminya (Pratama, 2021).
b. Remaja Madya
Tahap ini terjadi pada usia 13-15 tahun. Pada tahap ini
remaja sangat membutuhkan teman. Ia senang karena
banyak temannya yang menyukai mereka. Ada
kecenderungan “narsis” untuk mencintai diri sendiri dengan
menyukai teman yang memiliki kualitas yang sama. Bingung
juga karena tidak tahu harus memilih yang mana: sensitif
atau cuek, sibuk atau pendiam, optimis atau pesimis, idealis
atau materialistis, dan sebagainya (Pratama, 2021).
c. Remaja Akhir
15
Fase ini (16-19 tahun) merupakan fase pemantapan
menuju pertumbuhan dan ditandai dengan tercapainya lima
hal berikut: 1) Tumbuhnya minat terhadap fungsi-fungsi
akal; 2) Ego mencari peluang untuk terikat dengan orang lain
dan mendapatkan pengalaman baru; 3) Ia membentuk
identitas seksual yang tidak akan pernah berubah lagi; 4)
Keegoisan digantikan oleh keseimbangan antara
kepentingan diri sendiri dan orang lain. 5) Membangun
"tembok" yang memisahkan diri pribadi dan masyarakat
umum (Pratama, 2021).
2. Masalah Gizi Pada Remaja
Penilaian status gizi siswa bermasalah dapat disebabkan oleh
beberapa faktor tertentu. Faktor yang secara langsung menyebabkan
permasalahan gizi seperti makanan yang tidak sehat, pemahaman gizi
yang salah dan penyakit menular yang mungkin diderita. Faktor
penyebab tidak langsung terjadinya permasalahan gizi seperti pola asuh
orang tua, preferensi terhadap makanan yang berlebihan, produk dari
negara lain yang lebih menarik dan kebiasaan makan yang buruk.
Kebiasaan makan yang buruk sering kali terjadi pada remaja karena
mereka makan dengan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan nutrisi
untuk kesehatan. Masalah gizi remaja banyak terjadi karena perilaku
gizi yang salah seperti ketidak seimbangan antara gizi dengan
kecukupan gizi yang dianjurkan. Kekurangan energi dan protein
berdampak terhadap tubuh yang mengakibatkan obesitas, anemia, dan
kurang energi kronik (gizi buruk) (Hafiza, 2020).
a. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan atau kelebihan berat
kegemukan (Hafiza, 2020). Penyebab obesitas pada remaja bersifat
multifaktor, antara lain asupan zat gizi makro yang berlebihan,
seringnya konsumsi makanan cepat saji, aktivitas fisik yang
kurang, pola makan yang tidak seimbang, riwayat obesitas pada
16
orang tua, dan tidak sarapan pagi (Telisa, Hartati & Haripamilu,
2020). Asupan serat yang rendah juga merupakan salah satu
penyebab obesitas remaja. Beberapa penelitian menyimpulkan
bahwa rasa merupakan alasan utama sulitnya remaja untuk
meningkatkan asupan serat, khususnya sayuran. Sayuran dikaitkan
dengan rasa negatif dan tidak menyenangkan bagi remaja, seperti
pahit, asam, tidak memiliki rasa, lunak dan membosankan. Hasil
penelitian di Amerika menunjukkan prevalensi obesitas anak dan
remaja berkisar 16.9%. Riset Kesehatan Dasar di Indonesia tahun
2013 diperoleh prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun
sebesar 10.8% terdiri dari 8.3% gemuk dan 2.5% sangat gemuk.
Remaja umur 16-18 tahun ditemukan prevalensi gemuk 7.3 %
(Yosephin, 2018).
b. Anemia
Anemia merupakan keadaan kadar hemoglobin dan eritrosit
lebih rendah dari normal. Anemia sering terjadi pada remaja putri
disebabkan karena mengalami menstruasi setiap bulan. 23%
remaja perempuan mengalami anemia disebabkan kekurangan zat
besi yang berdampak buruk bagi konsentrasi, prestasi belajar dan
kebugaran remaja serta masalah gizi lain yaitu mikronutrien sekitar
12% remaja laki-laki (Hafiza, 2020).
Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali besar untuk
menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini
karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan
sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan
zat besi yang lebih banyak. Selain itu ketidakseimbangan asupan
zat gizi menjadi penyebab anemia pada remaja. Kebanyakan dari
remaja putri sangat memperhatikan bentuk tubuhnya dan berat
badan sehingga para remaja ini membatasi konsumsi makanan dan
membuat pantangan sendiri untuk menjaga tubuh mereka.
Akibatnya asupan mereka akan berkurang, sehingga cadangan zat
17
besi dibongkar untuk pemenuhan kebutuhan. Apabila keadaan ini
berlanjut akan mempercepat anemia (Yosephin, 2018).
c. Malnutrisi
Di Indonesia, remaja menghadapi tiga beban malnutrisi yakni
kekurangan gizi, kelebihan gizi dan defisiensi mikronutrien.
Sekitar seperempat remaja usia 13–18 tahun mengalami stunting,
9% remaja berusia 13–15 tahun kurus atau memiliki indeks massa
tubuh rendah, sementara 16% remaja lainnya kelebihan berat badan
atau obesitas. Pada kekurangan gizi yang lama pada remaja bisa
berkembang menjadi kekurangan energi kronis (Aisyaroh,
Kusumaningsih & Rahman, 2023). Kurang energi kronis
(malnutrisi) disebabkan oleh makan terlalu sedikit akibat kurang
nafsu makan atau minder dengan bentuk tubuh teman sehingga
melakukan diet (Hafiza, 2020). Remaja yang mengalami
kekurangan energi kronis tidak hanya dipengaruhi oleh asupan zat
gizi makro tapi zat gizi mikro terutama zat besi. Kelebihan gizi atau
obesitas pada remaja memiliki hubungan dengan kejadian anemia,
pada proses penyerapan zat besi yang terganggu hingga hepcidin
yang tinggi pada remaja dengan obesitas sehingga menjadikan
remaja dengan obesitas mungkin untuk terjadi anemia. Sedangkan
defisiensi mikronutrien terutama zat besi dapat menyebabkan
terjadinya anemia karena tidak terpenuhinya zat gizi yang
diperlukan untuk pembentukan dan produksi eritrosit (Aisyaroh,
Kusumaningsih & Rahman, 2023).
d. Masalah Pencernaan
Masalah pencernaan yang paling umum terjadi pada remaja dan
seringkali diabaikan adalah gastritis atau maag. Maag adalah
peradangan pada lapisan lambung sehingga menyebabkan
meningkatnya asam lambung atau gastro-esophageal reflux.
Terdapat 2 jenis maag, yaitu akut dan kronis. Maag akut adalah
peradangan berat yang terjadi pada lapisan lambung secara tiba
18
tiba, sedangkan maag kronis adalah peradangan yang berlangsung
lama, bahkan seumur hidup apabila dibiarkan dan tidak diobati.
Dengan mengetahui penyebab maag, untuk mencegah penyakit ini
terjadi kita dapat melakukan beberapa upaya diantaranya yaitu
menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung,
seperti makanan yang digoreng dan berlemak, cokelat, kafein yang
terdapat dalam teh, kopi, dan soda. Remaja yang memiliki aktivitas
yang cukup banyak seringkali menunda makan atau makan terlalu
cepat. Hal ini perlu dipantau oleh orangtua dan guru agar para
remaja memperoleh waktu makan yang cukup dan kualitas
makanan yang baik ( Februhartanty, dkk, 2016).
e. Susah Buang Air Besar/Sembelit
Sembelit adalah gangguan pada pergerakan saluran cerna bawah
sehingga menimbulkan kesulitan dalam buang air besar atau
frekuensi buang air besar yang berkurang. Karena frekuensi buang
air besar pada setiap individu bervariasi maka sembelit hanya dapat
dinilai oleh penderita berdasarkan frekuensi BAB biasanya.
Sembelit pada umumnya dapat sembuh seiring dengan adanya
perubahan jenis makanan yang dimakan atau perubahan pola
konsumsi dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
Berdasarkan panduan gizi seimbang remaja direkomendasikan
untuk mengonsumsi sayuran sebanyak 3-4 kali sehari, buah 2-3
kali sehari, atau setara 400-600 gr per hari dengan komposisi sayur
2/3 bagian dan buah 1/3 bagian (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang). Sayur dan buah merupakan sumber utama serat yang
dapat memperlancar proses pencernaan. Sayur dan buah selain
sebagai sumber serat juga merupakan sumber vitamin dan mineral
serta antioksidan yang dibutuhkan untuk proses pengaturan
metabolisme tubuh (Februhartanty, dkk, 2016).
19
Sembelit biasanya disertai dengan gejala kembung dan sakit perut
pada bagian bawah. Jika sembelit telah berlangsung lama dan tidak
diobati dengan benar maka dapat menimbulkan sakit kepala, nafsu
makan menurun, rasa tidak nyaman pada perut dan dapat
mempengaruhi keseharian penderita. Gangguan ini dapat muncul
secara primer yang berarti karena memang ada penyakit atau
kelainan pada saluran cerna bawah atau secara sekunder karena
kebiasaan yang salah dan stress atau adanya penyakit sistemik yang
diderita ( Februhartanty, dkk, 2016).
20
Protein 60 65 57 50
Mineral
Besi (mg) 19 15 26 26
Selenium 30 30 30 30
Vitamin
Vitamin D 5 5 5 5
Vitamin C 75 90 65 75
Niacin 14 16 13 14
21
vitamin, dan mineral dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak
juga kekurangan. Di samping itu, manusia memerlukan air dan serat
untuk memperlancar berbagai proses metabolisme dalam tubuh. Bahan
makanan dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi
didalamnya, yang dalam ilmu gizi dipopulerkan dengan 'Tri Guna
Makanan'. Sejak tahun 2014, Kementerian Kesehatan melalui Peraturan
Menteri Kesehatan No. 41 memperkenalkan Tumpeng Gizi Seimbang'
sebagai pedoman masyarakat dalam mengatur pola konsumsi per hari.
Tumpeng Gizi disusun berdasarkan peranan masing-masing jenis
makanan, dalam menyeimbangkan asupan zat gizi sehari-hari (
Februhartanty, dkk, 2016).
22
● diperlukan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan
sumber zat tenaga (3-4 porsi sayuran, 2-3 porsi buah-buahan per
hari)
Ketiga, sumber zat pembangun yaitu:
● berupa kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahan,
termasuk telur dan susu
● utamanya mengandung protein selain juga kaya akan zat gizi
lainnya (misalnya daging merah dan hati juga merupakan sumber
pangan yang kaya zat besi, susu kaya kalsium, telur kaya vitamin
A)
● digambarkan pada bagian atas tumpeng
● diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan sumber zat pengatur
(2-4 porsi per hari)
Selain itu diatur juga bahan tambahan seperti:
● minyak, gula dan garam
● ditempatkan pada puncak tumpeng
● jumlah kebutuhannya seperlunya saja
23
a. Karbohidrat
Dua remaja mungkin memiliki usia yang sama, namun
tumbuh kembangnya akan berbeda karena asupan nutrisi yang
24
diterimanya. Rekomendasi kecukupan energi Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi VI (WKNPG VI) untuk remaja dan
dewasa muda perempuan adalah 2000-2200 kkal, sedangkan untuk
laki-laki antara 2400-2800 kkal per hari. Disarankan sekitar 60%
AKG energi berasal dari sumber karbohidrat yaitu: beras, tepung
terigu dan hasil olahannya (mie, spageti, makaroni), umbi-umbian
(ubi jalar, singkong), jagung, gula pasir dan lain-lain (Mardalena,
2021).
b. Protein
kebutuhan protein tidak bisa dihitung melalui kronologi usia,
tetapi harus disandarkan pada perkembangan fisiologi remaja. Oleh
sebab itu, kebutuhan remaja satu dengan lainnya memiliki
kebutuhan yang protein yang berbeda. Maka perhitungannya
adalah berapa gram protein yang dibutuhkan dikalikan tinggi
badan. Untuk remaja putra di Indonesia, kebutuhan protein per
sentimeter rata-rata 0,29 – 0,32 gram. Kebutuhan ini dikalikan
dengan tinggi badan, maka akan ketemu kebutuhan sesungguhnya
yang harus diterima tubuh seorang remaja. Sementara untuk remaja
putri, di bawah remaja putra dengan kisaran 0,27 – 0,29 gram/cm.
Sumber protein terdapat dalam daging, jeroan, ikan, keju, kerang
dan udang (hewani). Sedangkan protein nabati pada kacang-
kacangan, tempe dan tahu (Mardalena, 2021).
c. Vitamin dan Mineral
Jumlah kebutuhan akan terus meningkat berbanding lurus
pertumbuhan fisik remaja. Demikian pula dengan kebutuhan pada
semua jenis mineral, khususnya kebutuhan pada besi dan kalsium.
Hal ini jelas terkait dengan pertumbuhan fisik remaja. Jika kalsium
tidak terpenuhi maka pertumbuhan juga akan melambat atau
tumbuh menjadi remaja yang rapuh. Kedua jenis mineral ini selain
mendukung tulang, juga sangat dibutuhkan oleh otot. Kebutuhan
kalsium pada remaja sebesar 1.200 mg, naik 400 mg dari masa
25
sebelumnya yang hanya membutuhkan 800 mg, masa pra remaja
(Mardalena, 2021).
Untuk kebutuhan vitamin juga harus ditambahkan untuk
mendapatkan pertumbuhan yang ideal. Golongan vitamin B, yaitu
vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin
diperlukan dalam metabolisme energi. Zat gizi yang berperan
dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin B12.
Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/tulang.
Selain itu, agar sel dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka
kebutuhan vitamin A, C dan E juga diperlukan (Mardalena, 2021).
d. Zat Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja mengalami peningkatan sehingga
sangat penting untuk memenuhi kebutuhan zat besi pada remaja.
Zat besi (Fe) berperan dalam sintesis monoamina, metabolisme
energi, mielinisasi, sistem neurotransmitter, dan metabolisme
dopamin. Hubungan terbalik antara IMT yang tinggi dikaitkan
dengan penyerapan Fe fraksional yang lebih rendah pada wanita
usia subur, terlepas dari status Fe. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Ernyasih (2019) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara kebiasaan konsumsi sumber zat heme dengan status gizi
(p=0.016). Zat besi heme dapat memengaruhi status gizi, karena
zat besi heme berasal dari bahan makanan hewani sehingga
mempunyai tingkat absorpsi 20-30% dan besi heme lebih mudah
diserap oleh tubuh serta penyerapannya tidak tergantung dengan
zat makanan lainnya (Putri, Dary & Mangalik, 2022).
4. Peranan Gizi Pada Remaja
Pemberian nutrisi dari sumber makanan serta gizi pada masa remaja
bertujuan untuk:
1. Memaksimalkan pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif,
serta organ reproduksi remaja.
26
2. Memberikan cukup cadangan zat gizi dalam tubuh agar tak
mudah sakit.
3. Mencegah serangan berbagai penyakit yang bisa disebabkan
oleh makanan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,
osteoporosis dan kanker.
4. Mendorong agar anak mau menerapkan kebiasaan makan
dan gaya hidup sehat.
27
pembentukan kolagen.Sedangkan vitamin E sebagai
sumber antioksidan yang penting selama masa
pertumbuhan, dan Folat yang jika tubuh kekurangan
kandungan ini bisa menyebabkan terjadinya anemia
megaloblastik.
28
kebutuhan vitamin dan mineral tersebut diperlukan setiap hari. Oleh
sebab itu, penting untuk mengonsumsi berbagai macam buah dan
sayuran secara bergantian untuk mendapatkan vitamin dan mineral
yang bermanfaat bagi tubuh. Dilansir dari John Muir Health, jumlah
buah dan sayuran yang harus dikonsumsi remaja setiap hari adalah
masing-masing sebanyak 2 mangkuk. Ini relatif cukup untuk
memenuhi kebutuhan berbagai vitamin dan mineral sehari-hari.
4. Lemak
Selama tidak dikonsumsi secara berlebihan, lemak boleh masuk
dalam menu makanan sehari-hari untuk menyediakan energi dalam
jangka panjang.Lemak juga penting untuk membentuk bagian otak
dan sistem saraf remaja yang sedang berkembang dengan pesat.
Remaja disarankan untuk membatasi asupan lemak harian sebanyak
25 sampai 35 persen dari total kalori yang diperlukan. Pilih sumber
lemak tidak jenuh yang banyak terdapat pada minyak zaitun, ikan
salmon, kacang, dan sejenisnya.
Anjuran isi piring per sekali makan secara umum, dalam sekali
makan dianjurkan:
● 1/3 isi piring untuk makanan pokok
● 1/3 isi piring untuk sayuran
● 1/3 isi piring untuk lauk-pauk dan buah
29
BAB III PEMBAHASAN
A. Hasil Wawancara
1. Narasumber 1
Usia : 9 tahun
Asal : Banjarmasin
Berat badan : 24 kg
Riwayat penyakit : -
Dokumentasi Pribadi
30
dadar, nasi goreng, teh es
putih dan nasi putih 591 kkal
teh hangat teh es
370 kkal 484 kkal
2. Narasumber 2
Nama : Nur Halimah
Usia : 11 tahun
Asal : Banjarmasin
Berat badan : 35 kg
Tinggi badan :137 cm
Riwayat penyakit :-
31
Tanggal Pengambilan Data : 27 Agustus 2023
Dokumentasi pribadi
32
goreng dan ayam telur
air putih goreng dan dadar, air
267 kkal air putih putih
267 kkal 281 kkal
3. Narasumber 3
Nama : Nur Asyifa
Usia : 10 tahun
Asal : Banjarmasin
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 140 cm
Riwayat Penyakit : -
Tanggal Pengambilan Data : 30 Agustus 2023
Dokumentasi Pribadi
33
Hari Waktu Kalori
Senin Nasi Goreng Nasi dengan Bakso dan air 860 kkal
dan air putih ayam dan air putih
putih 202 kkal
267 kkal 391 kkal
Jum’at Mie telor Nasi dengan Bakso dan air 916,8 kkal
dengan nasi ayam dan air putih
dan air putih putih 202 kkal
268 kkal 391 kkal
34
B. Analisis
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di dapatkan data
makanan apa saja yang dimakan oleh narasumber selama satu minggu
penuh. Narasumber yang diwawancarai merupakan seorang anak usia
sembilan tahun. Untuk makanan yang dikonsumsi cukup bervariasi, akan
tetapi masih belum terlihat ada konsumsi buah-buahan maupun sayuran,
makanan yang dikonsumsi lebih dominan berupa karbohidrat dan protein.
Jumlah kalori yang dikonsumsi per harinya cukup beragam mulai dari 815
kkal - 1468 kkal. Namun dari hasil konsumsi per harinya masih belum
memenuhi standar kalori yang dianjurkan atau makanan yang dikonsumsi
masih di bawah angka yang disarankan.
Pada narasumber kedua dengan sorangan perempuan yang berusia 11 tahun
dengan berat badan 35 kg dan tinggi badan 137, saat wawancara mengenai
apa saja yang dikonsumsi selama 1 minggu, terdapat beraneka ragam kalori
yang dikonsumsi anal tersebut, tetapi masih kurang dalam mengkonsumsi
buah dan sayuran. Jumlah kalori per harinya beragam mulai dari 815 kkal-
1468 kkal, hal ini masih belum memenuhi standar kalori yang dianjurkan.
Pemenuhan gizi pada anak dipengaruhi oleh sikap anak dan pemahaman
orang tua tentang gizi. Pemahaman orang tua tentang gizi ini sangat penting
dalam pemenuhan nutrisi yang seimbang bagi anak sehingga anak tidak
mengalami berbagai masalah tentang gizi seperti kurus, obesitas, karies gigi
dan lain-lain.
Selanjutnya pada wawancara dengan narasumber terakhir yaitu yang ketiga
dengan seorang anak Perempuan yang berumur 10 tahun dengan BB 50 kg
dan tinggi badan 140, ketika dilakukan wawancara perihal asupan selama
seminggu yang telah dilalui dapat terlihat bahwa beraneka ragam jumlah
kalori yang dimakan anak tersebut dalam perharinya mulai dari 202 kkal
sampai dengan 525 kkal,dengan perhitungan perharinya yaitu Senin sebesar
860 kkal, Selasa 1.039,8 kkal, Rabu 1.101 kkal, Kamis 1.184 kkal, Jum'at
916,8 kkal, Sabtu 915,8, Minggu 1.212 kkal. Berdasarkan jumlah Kalori
35
yang di makan oleh narasumber ketiga ini masih belum terlihat kecukupan
kalorinya sesuai dengan tabel yang telah di sampaikan pada Bab 2 yang
mana disitu dinyatakan bahwa anak perempuan usia 10-12 tahun itu kalori
yang standar yaitu 2050 kkal. Tetapi, pada data ini dapat kita lihat bahwa
kalori yang dimakan oleh anak tersebut masih belum tercukupi, serta
berdasarkan hasil wawancara kemarin anak tersebut lebih sering memakan
Mie dibandingkan Nasi dan juga lauk lainnya, hal tersebut tentunya sudah
bisa kita pahami bahwa pada kondisi ini narasumber lebih kebanyakan
memakan karbohidrat yang terkandung baik dari Nasi dan Mie, sementara
untuk Kebutuhan lain baik seperti Vitamin, Lemak, serat dan lainnya kurang
tercukupi sehingga, dominan lebih mengarah ke gemuk kala diukur dari
Jumlah umurnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan 3 narasumber
tersebut dapat dilihat bahwa yang anak-anak yang menjadi narasumber
tersebut masih kurang dalam mengkonsumsi makanannya sehingga
memerlukan asupan nutrisi lebih agar mendapatkan gizi yang seimbang,
agar bisa terhindar dari yang mana kegemukan maupun terlalu kurus. Selain
itu perlunya Sikap prihatin orang tua dalam memantau pola makan anaknya
apakah sudah mencukupi, tetapi tidak menutup kemungkinan hal ini dapat
terjadi oleh banyak kemungkinan atau faktor, seperti perekonomian yang
tidak mencukupi untuk memperoleh makanan yang cukup dan sehat,
pemahaman orang tua tentang gizi anak yang masih kurang atau terbatas,
atau kebiasaan makan anak yang buruk.
Selain itu berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat terlihat pula bahwa
gizi pada anak tersebut tidak terpenuhi akibat pola makan yang sembarang
tanpa memperhatikan vitamin, mineral, karbohidrat,serat dan lainnya yang
menyebabkan anak lebih sering memakan apa yang mereka inginkan
bahkan terkadang lebih mementingkan memakan cemilan dalam bentuk
gorengan yang tentunya belum sepenuhnya terdapat Vitamin,
Karbohidrat,mineral,serat dan lainnya yang dapat menyeimbangkan gizi
pada anak-anak tersebut.
36
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gizi pada anak dan remaja membutuhkan asupan gizi seimbang dan beragam
untuk mendukung proses pertumbuhannya. Kebutuhan gizi pada setiap anak
berbeda, hal ini karena pola makan dan gaya hidup mereka. Dari hasil
observasi dan wawancara dari 3 narasumber, yang pertama terdapat anak
yang berumur 11 tahun yang memiliki tubuh kecil dengan tinggi standar,
kemudian terdapat pula anak yang memiliki tubuh yang kurus dan tinggi yang
lebih rendah dari anak satunya lagi dengan umur yang sama, tetapi anak
satunya memiliki tubuh yang gemuk dan lebih tinggi dari sebelumnya hal
tersebut lah yang dapat di pahami dan dilihat secara nampak bahwa asupan
gizi seimbang pada anak itu akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik itu dalam bentuk berat badan maupun tinggi badan.
B. SARAN
Makalah ini tentunya masih belum sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan dan juga kekurangan dalam penulisan dan juga penyusunan
makalah ini oleh karena itu penulis sangat mengharapkan pesan ataupun saran
dari pembaca untuk bisa membangun dalam pembuatan makalah selanjutnya,
selain itu penulis juga menyarankan kepada pembaca unutk mencari sumber
referensi selanjutnya yang lebih lengkap untuk menambah wawasan
pembaca.
37
DAFTAR PUSTAKA
Aisyaroh, N., Kusumaningsih, M. R., & Rahman, R. N. (2023). Malnutrisi Menjadi
Indikasi Anemia pada Remaja Putri: Literature Review. Media Publikasi
Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 6(6), 1057-1064.
Februhartanty, J., dkk. (2016). Gizi dan Kesehatan Remaja. Jakarta: SEAMEO
REFCON.
Hafiza, D. (2020). Hubungan kebiasaan makan dengan status gizi pada remaja SMP
YLPI Pekanbaru. Jurnal Medika Hutama, 2(01 Oktober), 332-342.
Juliana, E., Nataliningsih, N., & Aisyah, I. (2022). Pemenuhan Kebutuhan Gizi Dan
Perkembangan Anak. Sadeli: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 2(1),
11-19.
Mardalena, Ida. (2021). Dasar-dasar Ilmu Gizi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Pratama, D. (2021). Karakteristik Perkembangan Remaja. Jurnal Edukasimu, 1(3).
Putri, M. P., Dary, D., & Mangalik, G. (2022). Asupan protein, ZAT besi dan status
gizi pada remaja PUTRI. Journal of Nutrition College, 11(1), 6-17.
Telisa, I., Hartati, Y., & Haripamilu, A. D. (2020). Faktor risiko terjadinya obesitas
pada remaja SMA. Faletehan Health Journal, 7(03), 124-131.
Yosephin, Betty. (2018). Tuntunan Praktis Menghitung Kebutuhan Gizi.
Yogyakarta : ANDI OFFSET
Yurni, A. F., & Sinaga, T. (2017). Pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan
dan praktik membawa bekal menu seimbang anak sekolah dasar. Media gizi
indonesia, 11(2), 183-190.
38