Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

GIZI SEIMBANG UNTUK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


ANAK USIA DINI/PRASEKOLAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini
Dosen Pengampu: Ruli Hafidah, S.Pd., M.Hum.

Disusun Oleh :
1. Jeniffer Sukma (K8116036)
2. Khontri Aminatun (K8116037)
3. Novita Kusumawati (K8116045)
4. Riska Ayu Hapsari (K8116054)
5. Rizky Asih Wulandari (K8116055)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
penyelesaian makalah yang berjudul “Gizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak Usia Dini/Prasekolah”. Makalah ini dibuat untuk melengkapi
tugas Mata Kuliah Kesehatan dan Gizi AUD. Pada kesempatan yang berbahagia
ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ruli Hafidah, S.Pd., M.Hum., selaku Dosen Mata Kuliah Kesehatan dan Gizi
AUD yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
2. Orang tua kami atas segala dukungan dan doanya selama ini.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada kami,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca
makalah ini. Semoga makalah yang berjudul “Gizi Seimbang Untuk Pertumbuhan
dan Perkembangan Anak Usia Dini/Prasekolah” ini dapat bermanfaat bagi
pembaca semua dan bagi kami khususnya.

Surakarta, Desember 2018

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Gizi Anak Usia Dini/Prasekolah...................................................................3

B. Ciri Pertumbuhan Anak Usia Dini dan Capaian Perkembangan......................5

C. Prinsip Gizi Seimbang bagi AUD...............................................................16

D. Kebutuhan Gizi AUD..................................................................................18

E. Gangguan dan Penyakit terhadap Gizi AUD..............................................22

F. Upaya Perbaikan Gizi AUD........................................................................31

BAB III..................................................................................................................34

PENUTUP..............................................................................................................34

Kesimpulan.........................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi seimbang adalah pola makan yang seimbang pada zat gizi yang
diperoleh dari aneka ragam makanan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi
untuk hidup sehat, cerdas, dan produktif. Status gizi merupakan keadaan yang
dihasilkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan
jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi
biologis antara lain pertumbuhan fisik, perkembangan, dan aktivitas.
Pengertian lain, status gizi adalah ekspresi keadaan akibat dari keseimbangan
antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut
atau keadaan fisiologis akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.
Gizi seimbang menjadi kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia.
Bukan hanya untuk orang dewasa namun juga bagi pertumbuhan anak-anak.
Mereka semua membutuhkan tersedianya gizi seimbang dan memadai baik itu
protein, karbohidrat, maupun lemak. Untuk memenuhi tidak harus
mengkonsumsi makanan berharga mahal, yang penting adalah gizi seimbang
untuk hidup sehat.
Dapat disimpulkan, gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam  jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan,
aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. Jika seseorang
mengalami kekurangan gizi, yang terjadi akibat asupan gizi di bawah
kebutuhan, maka ia akan lebih rentan terkena penyakit dan kurang produktif.
Sebaliknya, jika memiliki kelebihan gizi akibat asupan gizi yang melebihi
kebutuhan, serta pola makan yang padat energi (kalori) maka ia akan beresiko
terkena berbagai penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi,  penyakit
jantung dsb. Karena itu, pedoman gizi seimbang disusun berdasarkan
kebutuhan yang  berbeda pada setiap golongan usia, status kesehatan dan
aktivitas fisik

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disampaikan dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan AUD?
2. Bagaimanakah gizi pada AUD?
3. Bagaimanakah prinsip gizi seimbang pada AUD?
4. Bagaimanakah kebutuhan gizi AUD?
5. Apakah masalah gizi pada AUD?
6. Bagaimana upaya perbaikan gizi AUD?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan AUD.
2. Mengetahui gizi pada AUD.
3. Mengetahui prinsip gizi seimbang pada AUD.
4. Mengetahui kebutuhan gizi AUD.
5. Mengetahui masalah gizi pada AUD.
6. Mengetahui upaya perbaikan gizi AUD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gizi Anak Usia Dini/Prasekolah

Usia Prasekolah merupakan usia anak dengan kebutuhan gizi yang


harus tercukupi karena perkembangannya yang amat pesat. Menurut Auliana
(2011), rentang usia 3- 5 tahun kerap terjadi anak menolak makanan yang tidak
disukai dan hanya memilih makanan yang disukai sehingga perlu
diperkenalkan kepada mereka beranekaragam makanan.
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014), gizi
seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik,
kebersihan, dan berat badan ideal. Gizi seimbang di Indonesia divisualisasikan
dalam bentuk tumpeng gizi seimbang (TGS) yang sesuai dengan budaya
Indonesia. TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan
dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut
usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan
kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit).

TGS (Tumpeng Gizi Seimbang) terdiri dari beberapa potongan


tumpeng, yaitu:
1. 1 potongan besar: golongan makanan karbohidrat,
2. 2 potongan sedang dan 2 potongan kecil yang merupakan golongan sayuran
dan buah,

3
3. 2 potongan kecil diatasnya yang merupakan golongan protein hewani
dan nabati,
4. 1 potongan terkecil di puncak yaitu gula, garam, dan minyak yang
dikonsumsi seperlunya.
5. Potongan TGS juga dilapisi dengan air putih yang idealnya dikonsumsi 2
liter atau 8 gelas sehari.
6. Luasnya potongan TGS ini menunjukkan porsi konsumsi setiap orang
perhari. Karbohidrat dikonsumsi 3 - 8 porsi, sayuran 3 - 5 porsi sedikit lebih
besar dari buah, buah 2-3 porsi, serta protein hewani dan nabati 2 - 3 porsi.
7. Konsumsi ini dibagi untuk makan pagi, siang, dan malam. Kombinasi
makanan per harinya perlu dilakukan.
8. Dibagian bawah TGS terdapat prinsip gizi seimbang yang lain, yaitu:
pola hidup aktif dengan berolahraga, menjaga kebersihan dan pantau berat
badan.
Kebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih
berada pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya tinggi. Demikian juga
anak sudah mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk
makanan jajanan. Oleh karena itu jumlah dan variasi makanan harus
mendapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama
dalam “memenangkan” pilihan anak agar memilih makanan yang bergizi
seimbang. Disamping itu anak pada usia ini sering keluar rumah sehingga
mudah terkena penyakit infeksi dan kecacingan, sehingga perilaku hidup bersih
perlu dibiasakan untuk mencegahnya.
Adapun pesan gizi seimbang untuk anak usia 2-5 tahun:
1. Biasakan makan 3x sehari (pagi, siang, dan malam) bersama keluarga.
2. Perbanyak mengonsumsi kaya protein seperti ikan, telur, susu, tempe, dan
tahu.
3. Perbanyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.
4. Batasi mengonsumsi makanan selingan yang terlalu manis, asin, dan
berlemak.
5. Minumlah air putih sesuai kebutuhan.
6. Biasakan bermain bersama dan melakukan aktivitas fisik setiap hari.

4
B. Ciri Pertumbuhan Anak Usia Dini dan Capaian Perkembangan

Menurut Permendikbud No. 137 Tahun 2014, indikator pencapaian perkembangan anak usia 4-6 tahun adalah sebagai berikut:

5
6





7
8

9

10
11
12
13
14
C.

Prinsip Gizi Seimbang bagi AUD


Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014), prinsip
gizi seimbang AUD adalah sebagai berikut:
1. Empat Pilar Gizi Seimbang
Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di
Indonesia sejak tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi
Konferensi Pangan Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut
menggantikan slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak
tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan
tantangan yang dihadapi. Dengan mengimplementasikan pedoman tersebut
diyakini bahwa masalah gizi beban ganda dapat teratasi. Prinsip Gizi
Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya merupakan
rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat
gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur. Empat Pilar
tersebut adalah:
b. Mengonsumsi makanan beragam.
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis
zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan

16
mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi
baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama
kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada
umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskinkalori dan
protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori.
Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal
yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai
dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh.
c. Membiasakan perilaku hidup bersih
Perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi
Seimbang :
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-
anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami
penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk
ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan
metabolisme pada orang yang menderita infeksi terutama apabila disertai
panas. Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami
kehilangan zat gizi dan cairan secara langsung akan memperburuk
kondisinya. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang menderita kurang
gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena pada
keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga
kuman penyakit lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut
menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah
hubungan timbal balik.
Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan
menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi.
Contoh: 1) selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan
makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan

17
menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman
penyakit antara lain kuman penyakit typus dan disentri; 2) menutup
makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi lalat
dan binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai kuman
penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak
menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu menggunakan alas kaki agar
terhindar dari penyakit kecacingan.
d. Melakukan aktivitas fisik.
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh
termasuk olahraga merupakan salahsatu upaya untuk menyeimbangkan
antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanyasumber energi
dalam tubuh.
Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga
memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme
zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan
zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh.
e. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan
bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah
tercapainya Berat Badan yang normal, yaitu Berat Badan yang sesuai
untuk Tinggi Badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa
Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal
yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’,
sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan
apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah
pencegahan dan penanganannya. Bagi bayi dan balita indikator yang
digunakan adalah perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan
umur. Pemantauannya dilakukan dengan menggunakan KMS. Yang
dimaksud dengan Berat Badan Normal adalah : a. untuk orang dewasa
jika IMT 18,5 – 25,0; b. bagi anak Balita dengan menggunakan KMS dan
berada di dalam pita hijau.

18
D. Kebutuhan Gizi AUD
Menurut Waryana (2010), kebutuhan gizi AUD adalah sebagai
berikut:
1. Karbohidrat
Karbohidrat sebagai gizi merupakan nama kelompok zat-zat
organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda meski
terdapat persamaan dari sudut kimia dan fungsinya
2. Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat pentng karena paling erat
hubungannya dengan proses –proses kehidupan. Protein mengandung 20-24
asam amino esensial yang tidak dapat disintesi oleh tubuh namun terdapat
darimakanan.
3. Lemak (essential fatty acid/EFAs)
Nutrisi ini berguna untuk membangun sel, mengatur sistem saraf,
memperkuat sistem kardiovaskular, meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
diperlukan untuk fungsi otak serta mata dan membantu tubuh menyerap
energi. Asupan untuk anak usia 1-3 tahun sebesar 0,7 gr per hari untuk
omega 3 dan 7 gram untuk omega 6, sedangkan usia 4-8 tahun sebesar 0,9
gram per hari untuk omega 3 dan 10 gram untuk omega 6
4. Vitamin A
Vitamin ini memainkan peran penting dalam penglihatan dan
pertumbuhan tulang, melindungi tubuh dari infeksi, meningkatkan
pertumbuhan sel dan jaringan. Asupan untuk anak usia 1-3 tahun sebanyak
1.000 IU (300 mikrogram RAE/ retinol activity equivalents ) per hari dan
untuk anak usia 4-8 tahun sebanyak 1.320 IU (400 mikrogram RAE).
Sumbernya jus wortel, ubi jalar, brokoli, bayam mentah, pepaya.
5. Vitamin D
Vitamin ini membantu tubuh menyerap mineral seperti kalsium dan
membangun gigi serta tulang yang kuat, berperan dalam pengaturan sel dan
produksi insulin. Asupan untuk vitamin D ini tidak memandang usia, rata-
rata kebutuhan vitamin D untuk anak sebanyak 400 IU (10 mikrogram) per
hari. Sumbernya kuning telur, salmon, mackerel.

19
6. Kalsium
Nutrisi ini berguna untuk membangun tulang dan gigi yang kuat,
mempromosikan saraf dan fungsi otot yang sehat, membantu proses
pembekuan darah dan membantu mengubah makanan menjadi energi.
Asupan untuk anak usia 1-3 tahun adalah 500 mg per hari dan usia 4-8
tahun sebanyak 800 mg per hari. Sumbernya dari tofu, tahu, yogurt, susu,
keju.
7. Magnesium
Nutrisi ini berfungsi untuk menjaga tulang tetap kuat, irama
jantung stabil, otot dan fungsi saraf serta mendukung sistem kekebalan
tubuh. Asupan untuk anak usia 1-3 tahun sebanyak 80 mg per hari dan anak
usia 4-8 tahun sebanyak 130 mg per hari. Sumbernya alpukat, pisang,
kismis, beras merah.
Selain itu nutrisi yang juga dibutuhkan anak umur 3-6 tahun adalah :
1. Kalium
Nutrisi ini bersama natrium akan berfungsi mengontrol
keseimbangan cairan di tubuh, menjaga tekanan darah, fungsi otot dan
mengurangi risiko batu ginjal serta osteoporosis. Asupan untuk anak usia 1-
3 tahun sebanyak 3.000 mg per hari dan untuk anak usia 4-8 tahun sebanyak
3.800 mg per hari. Sumbernya dari kentang, jus tomat, biji bunga matahari,
bayam, almond, semangka.
2. Zat Besi
Balita sangat membutuhkan zat besi terutama untuk membantu
perkembangan otaknya. Jika kebutuhan gizi balita akan zat besi tidak
terpenuhi, kemungkinan ia akan mengalami kelambanan dalam fungsi kerja
otak. Sumber makanan yang mengandung at besi antara lain daging, ikan,
brokoli, telur, bayam, kedelai serta alpukat.
Saatnya bagi para orang tua untuk lebih waspada dalam memenuhi
gizi balitanya agar tumbuh kembang si kecil bisa maksimal dan ia berhasil
mencapai masa depannya dengan gemilang karena terpenuhinya gizi balita
secara maksimal.
3. Zing (seng)

20
Nutrisi ini dibutuhkan oleh lebih dari 70 enzim yang membantu
proses pencernaan, metabolisme dan penting untuk pertumbuhan. Asupan
untuk anak usia 1-3 tahun sebanyak 3 mg per hari dan anak usia 4-8 tahun
sebanyak 5 mg per hari. Sumbernya dada ayam tanpa kulit, yogurt buah,
tofu, keju mozarella dan cheddar.
4. Vitamin C
Vitamin ini membantu memperbaiki dan membentuk sel-sel darah
merah, tulang dan jaringan, menjaga gusi anak dan memperkuat pembuluh
darah, serta membantu tubuh menyerap zat besi. Asupan untuk anak usia 1-3
tahun sebanyak 15 mg per hari dan untuk anak usia 4-8 tahun sebanyak 25
mg per hari. Sumbernya jambu biji merah, kiwi, mangga, strawberry,
kentang dengan kulitnya.
5. Vitamin D
Vitamin ini membantu tubuh menyerap mineral seperti kalsium dan
membangun gigi serta tulang yang kuat, berperan dalam pengaturan sel dan
produksi insulin. Asupan untuk vitamin D ini tidak memandang usia, rata-
rata kebutuhan vitamin D untuk anak sebanyak 400 IU (10 mikrogram) per
hari. Sumbernya kuning telur, salmon, mackerel.
6. Vitamin E
Vitamin ini membatasi produksi radikal bebas yang bisa merusak
sel, memperbaiki DNA dan proses metabolisme lainnya. Asupan untuk anak
usia 1-3 tahun sebanyak 6 miligram per hari dan anak usia 4-8 tahun
sebanyak 7 mg per hari. Sumbernya minyak jagung, minyak kedelai,
mangga, kiwi.
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita
sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
1. Zat tenaga
 Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat ,
lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan
aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu,

21
kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang
dewasa.
2. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan
fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan
jaringan yang aus atau rusak.
3. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh
termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang
berperan sebagai zat pengatur.
a. Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C )
maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b. Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c. Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

Pemberian nutrisi pada anak harus tepat, artinya:


1. Tepat kombinasi zat gizinya, antara kebutuhan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral serta kebutuhan cairan tubuh anak, yaitu 1-1,5 liter/hari.
2. Tepat jumlah atau porsinya, sesuia yang diperlukan tubuh berdasarkan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian.
3. Tepat dengan tahap perkembangan anak, artinya kebutuhan aklori anak
berdasarkan berat badan dan usia anak.

E. Gangguan dan Penyakit terhadap Gizi AUD


Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat PP-PAUD
dan Dikmas Jawa Barat (2017), gangguan dan penyakit terhadap gizi AUD
adalah sebagai berikut:
1. Kurang Gizi / Malnutrisi
Banyak anak kekurangan gizi karena mereka tidak mendapatkan
cukup makanan atau jika mereka hanya mendapatkan makanan yang kurang

22
kandungan gizinya. Misalnya makanan dengan banyak air dan serat di
dalamnya, seperti ubi kayu, talas akar, atau bubur jagung. Makanan jenis ini
hanya membuat anak-anak menjadi kenyang dan tidak memenuhi kebutuhan
zat gizi untuk pertumbuhannya. Kadang-kadang pada anak ditemukan
kekurangan zat-zat gizi tertentu, seperti kekurangan vitamin A, yodium, dan
lain-lain.
Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai masalah pada anak,
termasuk:
Dalam kasus ringan:
a. pertumbuhan lambat
b. perut bengkak
c. tubuh kurus
d. kehilangan nafsu makan
e. kehilangan energi
f. pucat (anemia)
g. luka di sudut-sudut mulut
h. sering pilek dan infeksi lainnya
i. rabun ayam
Dalam kasus yang lebih serius:
a. berat badan tidak bertambah
b. pembengkakan kaki (terkadang juga terjadi di muka)
c. bintik hitam, memar, atau buka mengupas luka
d. rambut menipis atau bahkan rontok
e. kurangnya keinginan untuk tertawa atau bermain
f. luka dalam mulut
g. kecerdasan tidak berkembang
h. mata kering (xeroftalmia)
i. kebutaan
Mencegah dan mengobati masalah kekurangan gizi pada anak-anak
sebenarnya cukup mudah, yaitu dengan memberikan makanan bergizi secara
cukup, atau cobalah untuk memberinya lebih banyak / sering makan. Selain
itu penambahan (fortifikasi) zat-zat nutrisi esensial misalnya zat besi,

23
kalsium, vitamin, protein dll pada makanan juga sangat baik untuk
memenuhi kekurangan zat tersebut. Usahakan selalu berpedoman pada pola
4 sehat 5 sempurna dalam memenuhi makan anak-anak.
2. Penyakit metabolisme bawaan (Inborn Errors of Metabolism)
Penyakit metabolisme bawaan adalah penyakit yang diturunkan
dari orang tua kepada anaknya secara genetik melalui genes dan
bermanifestasi sebagai kelainan matabolisme zat gizi yang tertentu.
Metabolisme zat gizi diatur oleh sistem enzim dan enzim termasuk
kelompok protein yang disentesa di dalam sel tubuh. Mekanisme untuk
sintese protein dikuasai oleh genes yang mengandung kodon bagi jenis
protein enzim yang akan disentasenya. Kadang-kadang terjadi gangguan
pada aparat sintesa protein ini, sehingga terbentuk enzim yang berlainan
dengan yang biasa. Akibatnya terjadi proses metabolisme yang berbeda
pada zat gizi tertentu.
Perubahan metabolisme ini menyebabkan gejala-gejala biokimiawi
maupun klinis (fungsional). Penyakit-penyakit yang telah dikenal tergolong
dalam jenis ini ialah cicle cell anemia, lactose intolerance, phenylketonuria,
dan sebagainya. Meskipun telah dikenal dasar pathogenesis dari berbagai
penyakit ini, tidak selalu dapat diusahakan pengobatannya yang
memuaskan, karena pengobatan tidak causel memperbaiki kesalahan yang
dapat pada gene tersebut. Tetapi untuk beberapa di antaranya, pendekatan
pengobatan dietetik sudah memberikan hasil yang cukup memuaskan,
meskipun pengobatan ini harus dilakukan seumur hidupnya.
3. Penyakit gizi lebih (obesitas)
Biasanya penyakit ini bersangkutan dengan kelebihan energi
didalam hidangan yang dikomsumsi relatif terhadap kebutuhan atau
penggunaannya (energi expenditure). Ada tiga zat makanan penghasil energi
utama yaitu karbohidrat,lemak dan protein. Kelebihan energi di dalam
tubuh, diubah menjadi lemak yang ditimbun pada tempat-tempat tertentu.
Jaringan lemak ini merupakan jaringan yang relatif inaktif. Orang yang
kelebihan berat badan, biasanya karena kelebihan jaringan lemak yang tidak
aktif tersebut.

24
4. Penyakit keracunan makanan
Keracunan karena konsumsi makanan masih sering terjadi. Harus
dibedakan antara keracunan makanan dan penyakit infeksi yang ditularkan
oleh makanan. Pada keracunan makanan, gejala-gejala timbul dengan
segera setelah mengkonsumsi makanan tersebut, atau tidak lama setelah itu
yaitu dalam waktu beberapa jam saja. Pada umumnya gejala-gejala yang
terjadi mengenai saluran pencernaan seperti mulas, rasa sakit di perut, mual
dan muntah, serta diarrahoea. Sering pula terjadi gejala-gejala yang
berhubungan dengan syaraf, karena banyak racun makanan berpengaruh
merangsang (kejang-kejang) atau melumpuhkan syaraf.
Pada infeksi melalui bahan makanan, terdapat pathogenesis yang
sesuai dengan penyakit yang bersangkutan. Biasanya terapat suatu perioda
inkubasi yang agak panjang, lebih dari 24 jam serta terdapat demam dan
gejala-gejala prodromal, diusul oleh gejala-gejala khas infeksi yang
bersangkutan. Terkadang agak sulit untuk membedakan dengan segera
penyakit keracunan makanan dari penyakit infeksi melalui makanan.
Keracunan makanan terjadi karena ada bahan beracun yang ikut
tertelan bersama dengan makanan tersebut. Racun yang terdapat didalam
makanan dapat berupa racun yang secara alamiah sudah terdapat di dalam
bahan makanan tersebut, seperti keracunan singkong, keracunan jengkol,
dan keracunan sejenis ikan laut. Racun dapat pula berupa pencemaran yang
datang dari luar makanan. Pencemaran ini dapat disengaja (kriminal) atau
tidak sengaja (keteledoran, kurang hygienes dalam membuat makanan).
Pada pencemaran yang tidak disengaja, yang mencemari itu dapat sudah
berbentuk racun, seperti racun tikus, DDT dan sebagainya, dapat pula yang
mencemari itu mikroba yang kemudian menghasilkan bahan beracun seperti
pada keracunan tempe bongkrek dan keracunan Aflatoksin.
5. Diare dan Disentri
Diare pada anak dapat ditandai dengan frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Bahaya terbesar
bagi anak-anak dengan diare adalah dehidrasi, atau kehilangan terlalu

25
banyak cairan dari tubuh. Hal ini akan bertambah bahaya jika disertai
muntah-muntah.
Bayi dan balita yang diare membutuhkan lebih banyak cairan untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang melalui tinja dan muntah. Pemberian
cairan yang tepat dengan jumlah memadai merupakan modal utama
mencegah dehidrasi. Cairan harus diberikan sedikit demi sedikit dengan
frekuensi sesering mungkin.
Jika anak dalam masa pemberian ASI, lanjutkan pemberian ASI,
tetapi juga perlu ditambahkan cairan / minum agar tidak mengalami
dehidrasi. Bahaya besar kedua untuk anak-anak yang terkena diare adalah
kekurangan gizi. Oleh karena itu, berikan anak makanan bergizi.
6. Demam
Anak dikatakan demam jika suhu tubuhnya melebihi dari 37,5°C.
Pada anak-anak kecil, demam tinggi (lebih dari 39°C) dapat dengan mudah
menyebabkan kejang atau kerusakan otak.
Untuk menurunkan demam, dapat dilakukan beberapa hal:
a. Kompres dengan air hangat
Anak dapat dikompres dengan handuk yang dibasahi dengan
dibasahi air hangat (30º C) kemudian dilapkan seluruh badan. Penurunan
suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena
itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap atau handuk basah atau
didiamkan dalam air karena penguapan akan terhambat. Tambah
kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi. Dengan demikian,
perbedaan antara air kompres dengan suhu tubuh tidak terlalu berbeda.
Jika air kompres terlalu dingin akan mengerutkan pembuluh darah anak.
Akibatnya, panas tubuh tidak mau keluar. Anak jadi semakin menggigil
untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuhnya.
b. Berikan obat pereda demam
Perawatan paling efektif untuk demam adalah menggunakan
obat penurun panas seperti parasetamol atau ibuprofen. Terdapat
berbagai macam sediaan di pasaran seperti: tablet, drops, sirup, dan
suppositoria. Pengobatan ini dapat mengurangi ketidaknyamanan anak

26
dan menurunkan suhu 1 sampai 1,5 ºC. Sedangkan Aspirin tidak
direkomendasikan untuk anak di bawah 18 tahun karena dapat
menyebabkan efek samping penyakit serius yang disebut sindrom Reye,
meskipun angka kejadian penyakit ini jarang.
c. Berikan banyak cairan
Demam pada anak dapat meningkatkan risiko terkena dehidrasi
(kekurangan cairan). Tanda dehidrasi paling mudah adalah berkurangnya
kencing dan air kencing berwarna lebih gelap daripada biasanya. Maka
dari itu, orang tua sebaiknya mendorong anak untuk minum cairan dalam
jumlah yang memadai. Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar
dan sebaiknya tidak memaksa anak untuk makan. Cairan seperti susu
(ASI atau sapi atau formula) dan air harus tetap diberikan atau bahkan
lebih sering. Anak yang lebih tua dapat diberikan sup atau buah-buahan
yang banyak mengandung air. Bila anak tidak mampu atau tidak mau
minum dalam beberapa jam, orang tua sebaiknya diperiksakan ke dokter.
d. Istirahat yang cukup
Demam menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman. Orang tua
sebaiknya mendorong anaknya untuk cukup istirahat. Sebaiknya tidak
memaksa anak untuk tidur atau tidur bila anak sudah merasa baikan dan
anak dapat kembali ke sekolah atau aktivitas lainnya ketika suhu sudah
normal dalam 24 jam.

1. Kejang
Penyebab dari kejang pada anak-anak antara lain demam tinggi,
dehidrasi, epilepsi, dan meningitis. Jika anak mengalami demam tinggi,
segera redakan agar tidak kejang. Periksa tanda-tanda dehidrasi dan
meningitis. Kejang yang datang tiba-tiba tanpa demam atau tanda lainnya
mungkin epilepsi, terutama jika anak tampak biasa-biasa saja tanpa
menunjukkan ada gejala yang aneh. Kejang yang dimulai pada rahang dan
kemudian seluruh tubuh menjadi kaku mungkin akibat tetanus.
Tanda-tanda kejang pada anak, di antaranya:

27
a. kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan
kejang-kejang selama 5 menit
b. bola mata berbalik ke atas
c. gigi terkatup
d. muntah
e. tidak jarang anak berhenti napas sejenak
f. pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air
besar/kecil
g. pada kasus berat, anak kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu
kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.
8. Meningitis
Penyakit berbahaya ini bisa datang sebagai komplikasi dari
campak, gondok, atau yang lain yang serius penyakit. Anak-anak dari ibu
yang memiliki TB mungkin mendapatkan meningitis TBC. Seorang anak
yang sangat sakit yang terletak dengan cara kepala miring kembali, yang
leher terlalu kaku untuk membungkuk ke depan, dan yang tubuhnya
membuat gerakan aneh (kejang) mungkin memiliki meningitis.
Gejala yang khas dan umum ditampakkan oleh penderita
meningitis diatas umur 2 tahun adalah demam, sakit kepala dan kekakuan
otot leher yang berlangsung berjam-jam atau dirasakan sampai 2 hari. Tanda
dan gejala lainnya adalah photophobia (takut/menghindari sorotan cahaya
terang), phonophobia (takut/ terganggu dengan suara yang keras), mual,
muntah, sering tampak kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur,
bahkan tak sadarkan diri.
Pada bayi, gejala dan tanda penyakit meningitis mungkin sangatlah
sulit diketahui, namun umumnya bayi akan tampak lemah dan pendiam
(tidak aktif), gemetaran, muntah dan enggan menyusui. Meningitis yang
disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman,
sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok
bergantian dalam satu batangnya. Mencuci tangan yang bersih sebelum
makan dan setelah ke toilet umum, memegang hewan peliharaan.

28
Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan bergizi dan
berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari berbagai macam
penyakit. Pemberian imunisasi vaksin meningitis merupakan tindakan yang
tepat terutama di daerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis.
9. Anemia
Tanda-tanda umum pada anak-anak, antara lain:
a. pucat, terutama di dalam kelopak mata, gusi, dan kuku
b. lemah dan cepat lelah
c. tampak seperti malnutrisi
d. glositis berat (radang lidah disertai rasa sakit)
e. diare dan kehilangan nafsu makan
Penyebabnya antara lain:
a. kurang zat besi
b. infeksi usus kronis
c. cacing tambang
d. malaria
Pencegahan dan Pengobatan:
a. Makanlah makanan yang kaya zat besi seperti daging dan telur. Kacang,
lentil, kacang tanah (kacang tanah), dan gelap hijau sayuran juga
memiliki beberapa besi.
b. Seringkali dijumpai adanya cacing tambang pada anak anemia.
c. Jika anda mencurigai adanya cacing tambang, periksakan feses anak di
laboratorium. Jika ditemukan telur cacing tambang, segera lakukan
pengobatan untuk mengusir cacing tambang ini.
d. Jika perlu, berikan garam besi dengan mulut (ferro sulfat).
Perhatian: Jangan memberikan zat besi dalam bentuk tablet untuk bayi
atau anak kecil karena bisa menyebabkan keracunan. Sebaiknya
berikanlah zat besi berupa cairan. Atau menghancurkan tablet tersebut
menjadi bubuk dan mencampurnya dengan makanan.
10. Cacing dan Parasit lain

29
Jika salah satu anak dalam keluarga diketahui menderita cacingan,
semua anak dalam keluarga harus dirawat atau diobati untuk memastikan
hilangnya cacing.
Untuk mencegah infeksi cacing, anak-anak harus:
a. Jagalah kebersihan
b. Gunakan jamban.
c. Jangan bertelanjang kaki.
d. Jangan makan daging mentah atau ikan mentah atau yang setengah
matang.
e. Minum hanya air rebus atau murni.
11. Masalah Kulit
Masalah kulit yang paling umum dijumpai pada anak-anak yaitu
kudis, terinfeksi luka dan impetigo, kurap dan infeksi jamur lainnya.
Untuk mencegah masalah kulit dapat dilakukan cara-cara berikut:
a. Yang paling utama: jagalah kebersihan
b. Mandikan anak sesering mungkin yang bersih
c. Pengendalian kutu busuk, kutu, dan kudis.
d. Jangan biarkan anak-anak yang menderita kudis, kutu, kurap, atau luka
yang terinfeksi bermain atau tidur bersama dengan anak-anak sehat.
12. Pink Eye (Conjunctivitis)
Pinkeye atau disebut juga konjungtivitis adalah selaput membran
jernih yang radang dan kemerahan yang meliputi bagian putih pada mata
dan membran pada bagian dalam kelopak mata. Pinkeye paling umumnya
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, meskipun alergi, bahan beracun
dan penyakit yang mendasarinya mungkin juga berperan. Bersihkan kelopak
mata dengan kain basah yang bersih beberapa kali sehari.
Gunakan salep mata antibiotik di dalam kelopak mata 4 kali sehari.
Jangan biarkan anak dengan mata merah muda bermain atau tidur dengan
orang lain. Jika dia tidak tidak sembuh dalam beberapa hari, hubungi dokter
atau petugas kesehatan.
Hindari menyentuh daerah mata, dan cucilah tangan anda sesering
mungkin, terutama setelah menggunakan obat-obatan untuk area tersebut.

30
Jangan pernah berbagi handuk atau saputangan, dan buanglah tisu-tisu
segera setelah digunakan. Ganti seprai dan handuk setiap hari. Gunakan
pembasmi hama pada semua permukaan, bak cuci dan tombol pintu.
13. Pilek dan Flu
Flu biasa, dengan hidung meler, demam ringan, batuk, sering sakit
tenggorokan, dan kadang-kadang diare adalah sering tapi bukan masalah
serius pada anak. Berikan banyak cairan pada anak. Biarkan anak banyak
istirahat atau tidur. Berikan makanan bergizi dan buah-buahan agar anak-
anak terhindar pilek dan cepat sembuh.
Jika seorang anak yang menderita flu menjadi sangat sakit, demam
tinggi, pernapasan cepat, mungkin si anak menderita pneumonia, maka dari
itu jika diperlukan segera hubungi dokter.
14. Sakit Telinga dan Infeksi Telinga
Infeksi telinga adalah umum pada anak-anak. Demam akan
meningkat, dan anak sering menangis atau menggosok bagian samping
kepalanya. Kadang-kadang nanah bisa dilihat di telinga. Pada anak-anak
infeksi telinga kadang-kadang dapat menyebabkan muntah atau diare. Jadi,
ketika seorang anak mengalami diare dan demam pastikan untuk memeriksa
telinganya.
Pengobatan:
a. Obati infeksi telinga segera mungkin. Berikan antibiotik penisilin seperti
atau kotrimoksazol. Pada anak-anak di bawah 3 tahun, ampisilin sering
bekerja lebih baik. Berikan acetaminophen untuk meredakan rasa sakit.
Aspirin juga bekerja tetapi tidak aman bagi anak-anak.
b. Bersihkan nanah yang keluar dari telinga dengan kapas secara hati-hati.
c. Anak-anak yang menderita telinga bernanah harus mandi secara teratur,
hindarkan berenang atau menyelam minimal 2 minggu setelah
kesembuhannya.
d. Untuk mencegah infeksi pada telinga, bersihkan telinga anak secara rutin
dan hati-hati.

F. Upaya Perbaikan Gizi AUD


a. Penanggulangan Kurang Energi dan Protein (KEP)

31
Kurang Energi dan Protein (KEP) merupakan suatu bentuk masalah
gizi yang termasuk dalam kategori kurang gizi yang disebabkan oleh berbagai
faktor, terutama faktor makanan yang tidak memenuhi kebutuhan anak akan
energi dan protein serta karena infeksi, yang berdampak pada penurunan status
gizi anak dari bergizi baik atau normal menjadi bergizi kurang atau buruk.
Untuk mengetahui ada tidaknya KEP pada anak perlu dilakukan pengukuran
keadaan atau status gizi anak (Minarto, 2011).
Upaya-upaya yang dilakukan berkaitan dengan penanggulangan
masalah gizi kurang antara lain penyelenggaraan posyandu dengan pemantauan
pertumbuhan, pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan
termasuk MP-ASI serta tatalaksana gizi buruk yang akan dibahas sebagai
berikut:
1. Program Pemantauan Pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan melalui
penimbangan berat badan dan tinggi badan atau panjang badan yang dapat
dilakukan baik di posyandu maupun diluar posyandu.
Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap bulan. Tujuan dari
pemantauan pertumbuhan adalah untuk menentukan apakah anak tumbuh
secara normal atau mempunyai masalah pertumbuhan atau ada
kecenderungan masalah gangguan pertumbuhan yang perlu ditangani.
2. Program ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak
dilahirkan selama 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman lain,
kecuali obat, vitamin dan mineral.
Upaya perbaikan gizi melalui penerapan pemberian ASI Eksklusif
telah diamanatkan melalui Undang-undang No. 36 tahun 2009 bahwa bayi
berhak mendapatkan ASI Eksklusif dan Peraturan Pemerintah RI No.
33/2012 menyebutkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggungjawab dalam pemberian ASI
Eksklusif. Selain itu, untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan program
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM) dan melatih

32
tenaga konselor untuk memberikan konseling dan penyuluhan kepada ibu
menyusui. Dengan adanya tenaga konselor ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan ibu dalam pemberian ASI karena ASI
merupakan makanan terbaik bayi.
Cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa hal,
terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum adanya
Peraturan Pemerintah tentang Pemberian ASI serta belum maksimalnya
kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian
ASI, masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan
belum optimalnya membina kelompok pendukung ASI.
3. Program Tatalaksana Gizi Buruk
Perawatan gizi buruk dilaksanakan dengan pendekatan tatalaksana
anak gizi buruk rawat inap di Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit dan Pusat
Pemulihan Gizi (Terapheutic Feeding Center) sedangkan Gizi buruk tanpa
komplikasi di lakukan perawatan rawat jalan di Puskesmas, Poskesdes dan
Pos Pemulihan Gizi berbasis masyarakat (Community Feeding
Centre/CFC).
b. Penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA)
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Ada 3
fungsi vitamin A dalam tubuh yaitu fungsi dalam proses melihat, fungsi dalam
metabolisme umum, dan fungsi dalam proses reproduksi Pada defesiensi
vitamin A terjadi hambatan pertumbuhan. Dasar hambatan pertumbuhan ini
karena hambatan sintesa protein. Sintesa protein memerlukan vitamin A
sehingga pada defisiensi vitamin ini terjadi hambatan sintesa protein yang pada
gilirannya menghambat pertumbuhan (Sediaoetama, 2000). Salah satu program
pemerintah untuk menanggulangi masalah kurang vitamin A adalah dengan
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.
Kapsul vitamin A yang digunakan dalam kegiatan suplementasi
vitamin A adalah kapsul yang mengandung vitamin A dosis tinggi. Sasarannya
adalah bayi (6-11 bulan), anak balita (12-59 bulan) dan ibu nifas (0-42 hari).
Suplementasi kapsul vitamin A pada balita dan ibu nifas bertujuan tidak hanya
untuk pencegahan kebutaan tetapi juga untuk penanggulangan Kurang Vitamin

33
A (KVA). Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa pemberian
suplementasi kapsul vitamin A sebanyak 2 kali setahun pada balita merupakan
salah satu intervensi kesehatan yang berdaya ungkit tinggi bagi pencegahan
kekurangan vitamin A dan kebutaan serta penurunan kejadian kesakitan dan
kematian pada balita (Depkes RI, 2009)..

34
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang


mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal. Gizi
seimbang di Indonesia divisualisasikan dalam bentuk tumpeng gizi
seimbang (TGS) yang sesuai dengan budaya Indonesia. Kebutuhan zat gizi
anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih berada pada masa
pertumbuhan cepat dan aktivitasnya tinggi. Adapun ciri pertumbuhan anak
usia dini dan capaian perkembangan pada enam bidang aspek
pengembambangan tercantum pada Permendikbud No. 137 Tahun 2014.
Gizi seimbang pada anak usia dini menggunakan prinsip Empat
Pilar dan kebutuhan gizi pada anak usia dini yaitu meliputi karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, kalsium, dan magnesium. Oleh karena itu,
pemberian nutrisi pada anak harus tepat. Apabila gizi yang diberikan
kepada anak kurang atau tidak mencukupi maka akan timbul gangguan
bahkan penyakit. Upaya yang dapat dilakukan dalam perbaikan gizi antara
lain penyelenggaraan posyandu dengan pemantauan pertumbuhan,
pemberian ASI ekslusif dan pemberian makanan tambahan termasuk
MPASI.

35
DAFTAR PUSTAKA

Auliana, Rizqie. (2011). Gizi Seimbang dan Makanan Sehat untuk Anak Usia
Dini. Disampaikan pada pertemuan parenting class di Islamic Baby
School Playgroup and Child Care “Rumah Ibu”.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Riskesdas Indonesia. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pedoman Gizi Seimbang.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137
Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Modul Diklat Dasar dalam
Jaringan (Daring) bagi Pendidik PAUD. Jawa Barat: Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat PP-PAUD dan
Dikmas.
Waryana. (2010). Gizi Reproduksi. Bantul: Pustaka Rihama

36

Anda mungkin juga menyukai