Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

POLA MAKAN DAN KEBUTUHAN GIZI AUD

Dosen Pengampu:

Dr. Ratman , M.Si

Disusun Oleh :Kelompok 3/kelas C

RIRIN SAFITRI A41122089


AMALIA A41122103
RANI RAHMANIAH A41122070
NURFIDAH KAMBODA A41122099
IREN DUADO A41122098
NURUL AZIZAH A41122078
NURFAHIZAH A41122069
SITI SUM H. SANDAFAYA A41122100

PROGRAN STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah
memungkinkan kami menyelesaikan makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat
memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat bagi para pembaca. Bahkan, kami
berharap bahwa isi makalah ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari pembaca.

Sebagai penyusun, kami sadar bahwa makalah ini mungkin masih memiliki kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami sangat menghargai
setiap kritik dan saran yang membangun yang dapat diberikan oleh pembaca demi meningkatkan
kualitas makalah ini

Palu,21 february 2024

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I ......................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

BAB II .........................................................................................................................2

PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2

2.1 Prinsip Pemberian Makanan pada Anak ............................................. 3

2.2 Pola Makan AUD .................................................................................4

2.3 Masalah Gizi Pada Anak......................................................................5

2.4 Keamana Pangan .................................................................................6

BAB III........................................................................................................................ 7

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 9


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebiasaan makan pada manusia sangatlah penting karena dengan kebiasaan tersebut dapat
memenuhi kebutuhan hidup manusia seperti: sikap, serta kepercaya dalam memilih
makanan. Kebiasaan makan biasanya berupa apa, oleh siapa, untuk siapa, kapan dan
bagaimana makanan siap di atas meja untuk dimakan atau disantap. Pentingnya kebiasaan
makan yang sehat dapat dimulai dari awal pada usia dini (A., 2016). Menurut
Harlistyarintica & Fauziah, (2020) kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan sehat dan
bergizi pada usia dini sangat penting dilakukan dalam mengembangkan perkembangan
anak baik kognitif ataupun fisik yang mempunyai dampak kesehatan diusia selanjutnya.
Untuk itu, orang tua dan pendidik memiliki kontribusi yang luar biasa dalam mengatur
kebiasaan anak usia dini sehingga perlu diperhatikan dan diterapkan makanan sehat bergizi
untuk memenuhi pertumbuhan dan perkembangannya.

Tingginya kasus gizi di Indonesia menunjukkan anak usia dini dalam kebiasaan
mengkonsumsi makanan mengandung gizi yang seimbang masih membutuhkan dukungan
keluarga atau lingkungan. Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2018
menunjukkan bahwa status gizi buruk dan kurang pada balita dengan Indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U) dengan presentase 3,9 % dan 13,8%. Sedangkan status gizi sangat
pendek dan pendek pada balita dengan Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
mengalami sebesar 11,5% dan 19,3%. Status gizi sangat kurus dan kurus pada balita
dengan Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) yang mengalami sebesar
3,5% dan 6,7% (Depkes RI, 2011). Selain faktor kurangnya pemenuhan konsumsi gizi
seimbang pada anak usia dini terdapat faktor lain yaitu penurunan nafsu makan yang
disebabkan oleh suatu penyakit dan anak bosan dengan makanan yang dimakan (Amalia
& Nurfadilah, 2021; Smith et al., 2017).

Pendapat lain Anzman-Frasca et al., (2018) pada lingkungan modern saat ini makanan enak
seperti makanan siap saji dapat mendorong kebiasaan makan yang tidak sehat, bersamaan
dengan kecenderungan manusia untuk menerima rasa manis dan menolak rasa asam dan
pahit sehingga anak akan pilih-pilih makanan. Hal ini sejalan dengan Bandini et al., (2017)
adapun tingkat masalah yang terjadi pada pola makan anak usia dini yaitu selektivitas
makanan atau yang disebut dengan pilih-pilih makanan yang berdampak negatif terhadap
kecukupan nutrisi yang tidak memadai. Wiseman et al., (2016) berpendapat bahwa
perkembangan perilaku makan atau pola makan pada anak usia dini dipengaruhi dengan
berbagai faktor anak dan perilaku seseorang yang merupakan hasil interaksi antara pribadi
dan lingkungan. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa pola makan seorang anak dibentuk
oleh interaksi antara faktor individu dan berbagai sistem di
dalam lingkungan seperti pola asuh orang tua dan pendidikan anak usia dini (Chen et al.,
2018). Interaksi tersebut dapat menjadi peluang untuk intervensi dalam memberikan pola
makan yang sehat dan bergizi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Pemberian Makanan Pada Anak

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan
prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan
ideal. Gizi seimbang di Indonesia divisualisasikan dalam bentuk tumpeng gizi seimbang
(TGS) yang sesuai dengan budaya Indonesia. TGS dirancang untuk membantu setiap orang
memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan berbagai kebutuhan
menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan
(hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit).

TGS terdiri dari beberapa potongan tumpeng, yaitu:

- 1 potongan besar: golongan makanan karbohidrat,

- 2 potongan sedang dan 2 potongan kecil yang merupakan golongan sayuran dan buah,

- 2 potongan kecil diatasnya yang merupakan golongan protein hewani dan nabati, dan

- 1 potongan terkecil di puncak yaitu gula, garam, dan minyak yang dikonsumsi
seperlunya.

- Potongan TGS juga dilapisi dengan air putih yang idealnya dikonsumsi 2 liter atau
8 gelas sehari.

- Luasnya potongan TGS ini menunjukkan porsi konsumsi setiap orang per hari.
Karbohidrat dikonsumsi 3 - 8 porsi, sayuran 3 - 5 porsi sedikit lebih besar dari buah, buah
2-3 porsi, serta protein hewani dan nabati 2 - 3 porsi.

- Konsumsi ini dibagi untuk makan pagi, siang, dan malam. Kombinasi makanan per
harinya perlu dilakukan.

- Dibagian bawah TGS terdapat prinsip gizi seimbang yang lain, yaitu: pola hidup
aktif dengan berolahraga, menjaga kebersihan dan pantau berat badan.

Prinsip gizi seimbang harus diterapkan sejak anak usia dini hingga usia lanjut. Ibu
hamil, remaja perempuan serta bayi sampai usia 2 tahun merupakan kelompok usia yang
penting menerapkan prinsip gizi seimbang ini. Kelompok ini adalah kelompok kritis
tumbuh kembang manusia yang akan menentukan masa depan kualitas hidup manusia.
Khusus untuk ibu hamil, akan mengalami periode window of opportunity, kesempatan
singkat untuk melakukan sesuatu yang menguntungkan dan memanfaatkan zat gizi untuk
kesehatan ibu dan janin. Periode ini
berkisar dari sebelum kehamilan hingga anak berumur dua tahun. Prinsip gizi seimbang
dinilai efektif dilakukan dalam periode ini karena jika calon ibu kekurangan gizi dan berlanjut
hingga ibu hamil, maka janin akan kekurangan gizi dan dapat menimbulkan beban ganda
masalah gizi, yaitu: anak kurang gizi, berkembang, mudah sakit, kurang cerdas, serta ketika
dewasa kegemukan dan beresiko terkena penyakit degenerative.

2.2 Pola Makan AUD

Menurut Almatsier pola makan adalah suatu usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan gambaran informasi meliputi mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit serta Konsumsi zat gizi merupakan faktor
yang berpengaruh langsung terhadap status gizi. Menurut beberapa ahli keperawatan
diantaranya Paplau H mengatakan bahwa kesehatan adalah proses yang berlangsung
mengarah kepda kretifitas, konstruktif, dan produktif. Dengan demikian bahwa kesehatan
adalah suatu hal yang tidak dapat dianggap sepele keberadaannya dalam membentuk sumber
daya manusia yang unggul. Bidang kesehatan perlu mendapatkan perlakuan dan perhatian
khusus guna menunjang kepentingan pembangunan karakter bangsa. Tanda anak sehat
menurut Depkes (2009) memiliki kriteria : berat badan naik sesuai garis pertumbuhan
mengikuti pita hijau pada Kartu Manuju Sehat (KMS), atau naik ke pita warna di atasnya,
anak bertambah tinggi, kemampuan bertambah sesuai usia, jarang sakit, ceria, aktif, dan
lincah. Pembentukan kesehatan anak tidak berjalan secara tiba-tiba atau instan, melainkan
berproses sejak masa kehamilan sang ibu. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan anak,
antara lain pemberian asi saat bayi, imunisasi, status gizi, dan penyakit infeksi pada anak.
Faktorfaktor tersebut berkaitan erat dengan perilaku sehat anak itu sendiri dan perilaku sehat
orang-orang terdekat disekitar anak[5]. Menurut Atmojo unsur gizi merupakan salah satu
faktor penting dalam pembentukan SDM yang berkualitas yaitu manusia yang sehat, cerdas,
dan produktif. Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan
berikutnya. Gizi kurang pada balita tidak hanya menimbulkan gangguan pertumbuhan fisik,
tetapi juga mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas ketika dewasa.

Pola makan pada anak usia dini sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada anak
usia dini, karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Membentuk perilaku sehat anak
dimulai sejak usia dini. Hal ini dikarenakan usia dini merupakan masa Usia keemasan. Masa
Golden Age merupakan masa dimana tahap perkembangan otak pada anak usia dini
menempati posisi yang paling vital yakni mencapai 80% perkembangan otak. Kondisi sehat
dapat dicapai dengan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan
menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih

Menurut Rudjito, (1989: 7), berpendapat bahwa pola makan merupakan cara yang ditempuh
seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai
reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, dan sosial budaya. Kebutuhan energi
anak berbedabeda, pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi anak sesuai usianya agar
pertumbuhannya optimal. Anak usia 1-3 tahun membutuhkan energi 1.000 kkal sedangkan
usia 4-6 tahun kebutuhan energinya adalah 1.550 kkal. Untuk itu peranan Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) dapat membantu dalam menciptakan kualitas anak dimasa yang akan
datang. Dalam Permendiknas No.58 Tahun 2009 dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut.

2.3 Masalah Gizi Pada Anak

Menurut UNICEF ada tiga penyabab gizi buruk pada anak yaitu penyebab langsung,
penyabab tidak langsung dan penyebab mendasar. Ada dua penyebab langsung gizi buruk.
Yaitu asupan gizi yang kurang dan penyakit infeksi , kurangnya asupan gizi dapat di sebabkan
karena terbatasanya asupan makanan yang dikonsumsi atau makanan yang tifak memenuhi
unsue gizi yang dibutuhkan.

Sedangkan infeksi menyebabkan rusaknya beberapa fungsi organ tubuhsehinggatidak bisa


menyerap zat-zat makanan secara baik. Penyebab tidak langsung giziburukyaitu tidak cukup
pangan, pola asuh yang tidak memadai dan sanitasi, airbersih/ pelayanankesehatan dasar yang
tidak memadai. Penyebab utama masalahgizi buruk adalah karena krisisekonomi, politik dan
sosial termasukbencana alamyang mempengaruhi ketersediaan pangan, pola asuh dalam
keluarga danpelayanan kesehatan serta sanitasi yang memadai yang
padaakhirnyamempengaruhi status gizi balita (Septikasari, 2018). Keluarga merupakan unit
terkecil dalam suatu sistem masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktuserta
perkembangan jaman, keluarga selalu mengalami perubahan-perubahanbaik struktur maupun
bentuk. Tetapi, pada hakikatnyasubstansi keluarga tidak akan pernahhilang (Hasanah &
Nadiroh, 2018).Kebutuhan gizi merupakan tanggung jawab dari keluargajuga, jika
keluargamampu mencukupi kebutuhan gizi anak maka kondisi gizi buruk di Indonesiatidak
akan meningkat. Permasalahan gizi buruk tidak hanya mengganggu pertumbuhan fisiktetapi
juga mengancap kesehatan anak dan juga menyebabkankemiskinan. Pertumbuhan otakanak
yang kurang gizi tidak akan optimal sehinggadapat mempengaruhi kecerdasannya di
masadepan.Berikutiniadalahpermasalahgizianakusiadini:

1. Obesitas

Obesitas adalah penimbunan jaringan lemak secara berlebihanakibat ketidak seimbangan


antara asupan energi dengan pemakaian energi.Permasalahan obesitas tidak semata-mata
karena berat badan yangberlebihan, akan tetapi yang lebih berbahaya adalah terjadinya
prosesinfl amasi yang kronis. Hal ini disebabkan karena terjadinya infi ltrasimakrofag
kedalam jaringan lemak yang mengalami hiperplasia danhipertropi. Situasi ini akan
merangsang terbentuknya sitokin-
sitokin pro-inflamasi seperti interleukin-6 (IL-6), interleukin-1, dan TNF-a sehingga
kadarnya dalam plasma menjadi tinggi. Peningkatan kadar sitokin pro-infl amasi ini erat
kaitannya dengan terjadinya sindrom metabolik yangmeliputi hipertensi, resistensi insulin,
dan hipertrigliseridemia.

Dr. Damayanti Rusli Sjarif SpA (K) menjelaskan ada dua faktor yangmempengaruhi obesitas,
pertama adalah faktor genetik. Sedangkan yangkeduaadalah faktor lingkungan, hal ini
berkaitan dengan tingkatmetabolism tubuh anak, aktivitas fisik, budaya, dan asupan
makanannya.Obesitas pada anak dapat menyebabkan gangguan pada kelenjar pancreasyang
memproduksi insulin. Fungsi insulin adalah mengaturkadar gula darahdalam tubuh. Kadar
gula darah ini dapat menjadi sumber tenaga manusiadalam melakukan aktivitas atau dapat
disimpan sebagai cadangan energi.Selain itu, obesitas juga dapat mengganggu saluran
pernapasan, tulangpenopang tubuh, menimbun lemak di hati, dan dapat menyerang anak
secarapsikis karena kondisi tubuh yang tidak ideal.

Cara terbaik adalah mencegah obesitas pada anak dengan memberikanASI eksklusif selama
6 bulan, kemudian dilanjutkan sampai 2 tahun disertaipemberian makanan pendamping ASI
mulai usia 6 bulan dengan jumlahyang cukup dan seimbang, aman serta tekstur sesuai dengan
keterampilanmakan si anak.

2. Stunting

Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi diIndonesia. Dampak stunting
tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya, tetapi juga berdampak terhadap
roda perekonomian danpembangunan bangsa. Hal ini karena sumber daya manusia
stuntingmemiliki kualitas lebih rendah dibandingkan dengan sumber daya manusianormal.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang pada masa balitanya mengalami stunting
memiliki tingkat kognitif rendah, prestasibelajar dan psikososial buruk (Achadi 2012).

Indeks TB/U menyatakan status gizi terdahulu atau status gizi jangkapanjang (kronis). Status
gizi pendek dan sangat pendek menurut TB/Umenggambarkan kondisi anak gagal untuk
mencapai tinggi yang cukupberdasarkan usianya. Tinggi badan yang pendek atau sangat
pendek diasosiasikan dengan faktor jangka panjang seperti malnutrisikronisterutama
malnutrisi proteinenergi, keadaan kesehatan yang buruk seperti adanya penyakit yang
mendasari, dan juga diasosiasikan dengankonsumsi makanan yang tidak adekuat.

Anak yang mengalami severe stunting di dua tahun pertamakehidupannya memiliki hubungan
sangat kuat terhadap keterlambatankognitif di masa kanak-kanak nantinya dan berdampak
jangka panjang terhadap mutu sumberdaya (Brinkman et al. 2010; Martorell et
al.2010).Kejadian stunting yang berlangsung sejak masa kanak-kanak memilikihubungan
terhadap perkembangan motorik lambat dan tingkat intelegensilebih rendah (Martorell et al.
2010). Penelitian lain menunjukkan anak (9 — 24 bulan) yang stunting selain memiliki
tingkat intelegensi lebih rendah, juga memiliki penilaian lebih rendah pada lokomotor,
koordinasi tangan
danmata, pendengaran, berbicara, maupun kinerja jika dibandingkan dengananak normal
(Chang et al.2010).

Anak-anak yang mengalami stunting pada dua tahun kehidupanpertama dan mengalami
kenaikan berat badan yang cepat, berisiko tinggiterhadap penyakit kronis,seperti obesitas,
hipertensi, dan diabetes (Victoraet al.2008). Retardasi pertumbuhan postnatal memiliki
potensi hubunganterhadap berat badan sekarang dan tekanan darah. Menurut Barker
(2008)tekanan darah pada orang dewasa memiliki hubungan negatif terhadap beratlahir dan
tekanan darah pada masa kanak-kanak memiliki hubunganterhadap ukuran bayi pada saat
dilahirkan

Cara mencegah stunting sangatlah mudah, dengan berkonsultasi padaahli gizi pada masa
kehamilan dan pada masa menyusui agar asupan gizi yangbaik dapat diterima oleh
anak.Berikan ASI ekslusif selama 6 bulan setelah melahirkan agar anak mampu memiliki
daya tahan tubuh yang kuat dan tidak mudah terserang penyakit. Bagi perempuan dapat
mencegah stunting mulai dari usia muda mulai memperbaiki nutrisi yang kita makan untuk
menjadi bekal untuk masa kehamilan nanti dan menjaga kebersihan seperti mencuci tangan
dengan air sebelum menyiapkan makan dan memberi makan anak (Hanindita, 2018).

3. Kekurangan Vitamin A

Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak atau minyak dan merupakan
vitamin yang esensial untuk pemeliharaan kesehatandan kelangsungan hidup. Vitamin A
stabil terhadap panas, asam dan alkalitetapi sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan
rusak pada suhu tinggi.(Olson dan Mello,2011).Vitamin A merupakan komponen penting
dariretina (selaput jala), maka fungsi utama adalah untuk penglihatan.Disamping itu vitamin
A juga membantu pertumbuhan dan mempunyaiperanan penting dalam jaringan epitel.
(Marsetyo & Karta Sapoetra, 2003).Vitamin A adalah slah satu zat gizi dan golongan vitamin
yang sangatdiperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapatmelihat
dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahantubuh untuk melawan
penyakit, khususnya diare dan penyakit infeksi).Vitamin A atau berdasarkan struktur
kimianyadibagi menjadi dua bentuk,yaitu :

1) Retinol
Retinol dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnyasumber retinol diperoleh
dar makanan hewani seperti telur, hati, munyak ikan yang mudah dicerna dalam tubuh.
2) BetacaritineSering disebut pro-vitamin A,baru dapat dirasakan setelah
mengalamiproses pengolahan menjadi retinol. Sumber betacarotene berasal darimakanan
yang berwarna orange atau hijau tua, seperti wortel, bayam, ubi kuning, mangga dan pepaya.
Retinol atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai factor pencegahan
xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan
rangsang sinar pada saraf mata, Jumlah yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
yang dianjurkan (KGA-2004) per hari400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug
retinol.Tubuh menyimpan retinol dan betacarotene dalam hati dan mengambilnya jika tubuh
memerlukannya (Iskandar, 2012).Sumber vitamin A banyak terkandung dalam minyak ikan.
VitaminA1 (retinal) banyak terkandung dalam hati ikan laut. Vitamin A2 (retinol)atau 3-
dehidro retinol, terutama terkandung dalam hati ikan tawar. VitaminA yang berasal dari
minyak ikan, sebagian besar ada dalam bentuk ester.Vitamin A juga terkandung dalam bahan
pangan, sperti mentega, kuningtelur, keju, hati, daun hijau dan wortel. Warna hijau tubuh-
tumbuhan merupakan petunjuk yang baik tingginya kadar karoten (Rijal, 2012).Kekurangan
vitamin A terjadi ketika asupan vitamin A anak dari makanan harian tidak mampu mencukupi
kebutuhannya. Kondisi tersebut bisa semakin memburuk jika anak rentan terserang penyakit
infeksi, sepertidiare atau campak. Sulit melihat di malam hari juga termasuk salah satu gejala
khas karena kekurangan vitamin A. Dalam kondisi yang lebih parah, kekurangan vitamin A
bisa menyebabkan kebutaan karena rusaknya bagianretina dan kornea mata.
Jika tidak segera diatasi, anak yang kekurangan vitamin A berisikomengalami masalah
pernapasan dan penyakit infeksi. Di sisi lain, kondisi ini juga mengarah pada terhambatnya
lau pertumbuhan serta perkembangan anak.

4. Kekurangan Zat Besi

Zat besi adalah suatu zat dalam tubuh manusia yang erat dengan ketersediaan jumlah
darah yang diperlukan. Dalam tubuh manusia zat besi memiliki fungsi yang sangat penting,
yaitu untuk mengangkut oksigen dari paru-paruke jaringan dan mengangkut electron di
dalam proses pembentukan energi di dalam sel. Untuk mengangkut oksigen, zat besiharus
bergabung dengan protein membentuk hemoglobin di dalam sel darahmerah dan myoglobin
di dalam serabut otot. Bila bergabung denganproteindi dalam sel zat besi membentuk enzim
yang berperan di dalam pembentukan energi di dalam sel.

Beberapa jenis makanan sumber zat besi dibedakan menjadi 2 macam,yaitu makanan
sumber zat besi yang berasal dari hewan (hewani) danmakanan sumber zatbesi yang berasal
dari sayur dan buah-buahan (nabati).Untuk produk hewani, sumber zat besi yang baik yaitu
daging merah,daging unggas, hati (ayam/sapi), telur, ikan tuna, sarden serta jenis kerang-
kerangan. Sedangkan untuk sumber zat besi yang berasal dari sayuran danbuah-buahan
antara lain bayam, brokoli, tahu, kedelai, sereal, kentang seraberbagai buah-buahan yang
dikeringkan (kismis, apricot, prune).

Kurangnya asupan mineral zat besi berisiko membuat anak mudah terkena anemia.
Kurang darah atau anemia terjadi ketika simpanan zat besi yang ada di dalam darah habis,
serta persediaannya di dalam otot sangatsedikit. Jika sudah sampaimengalami anemia,
artinya kondisi
kekuranganzat besi yang dialami anak tergolong parah. Dengan kata lain,
kadarhemoglobin dan hematokrit yang ada di dalam sel darah merah telah beradadi
bawah nilai normal atau cut off.Selain karena kadar zat besi yang kurang, anemia juga
bisadisebabkan oleh kondisi peradangan dan perdarahan. Kekurangan mineralzat besi
pada anak berisiko menurunkan produktivitas hariannya, sertaperkembangan fisik dan
kognitifnya.

5. Malnutrisi

Malnutrisi adalah istilah yang digunakanuntuk menggambarkankeadaan kurang nutrisi,


terutama energi dan protein.Gizi buruk (malnutrisi)merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, khususnya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations
Children’s Fund (UNICEF) pada tanggal 12 September 2008, menyatakan malnutrisi
sebagai penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-anak dibawah usia5 tahun
di dunia.

Menurut klasifikasinya malnutrisi dibagi 3 yaitu :

1. marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.Marasmusmerupakan bentuk


malnutrisiprotein kalori, terutama akibatkekurangan kalori berat dan kronis, paling sering
terjadi selamatahun pertama kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan sertaatrofi lemak
subkutan dan otot.Ciri-cirinya (Marasmus):

1) Badannya kurus

2) Wajahnya yang berubah menjadi tua disebabkan karena daging daerah wajah yang
menyusut

3) Cenderung rewel dan mudah menangis

4) Kulit menjadi keriput, karena lapisan lemak yang semakinterkikis,

5) Jaringan lemak berkurang,

6) Perut anak menjadi buncit dan terlihat tulang iga yangmemprihatinkan,

7) Sering mengalami penyakit infeksi,

8) Mengalami diare yang akut

1. Kwashiorkor merupakan bentuk malnutrisi protein-energi yang disebabkan defisiesi protein


yang berat, asupan kalori biasanya juga mengalami defisiensi.Tubuh membengkak,
terutama didaerah kaki dan wajah

1) Pandangan mata berubah menjadi sayu


2) Rambut berubah menjadi kemerahan, mudah rontok tanpa menimbulkan rasa sakit pada
anak
3) Anak cenderung rewel dan bersikap apatis

4) Hati mereka membesar

5) Otot mengecil

6) Pada kulitnya terdapat bercak merah yang berubah menjadi hitam lalu mengelupas

7) Menderita anemia dan diare8)Sering menderita penyakit infeksi

2. SedangkanMarasmic – Kwashiorkor merupakan suatu keadaandefisiensi kalori dan


protein, disertai penyusutan jaringan yanghebat, hilangnya lemak subkutan, dan biasanya
dehidrasi.Ciri-ciridari gizi buruk marasmus-kwasiorkor adalah perpaduan dari ciri-ciri
diatas bahkan mungkin lebih buruk lagi.

Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah : Pemasukan kaloriyang tidak cukup,
kebiasaan makan yang tidak tepat, kelainan metabolik,malformasi kongenital. Kwashiorkor
penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlangsung
kronis SedangkanPenyebab marasmic – kwashiorkor dapat dibagi menjadi dua penyebab
yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder. Malnutrisiprimer adalah keadaan kurang
gizi yang disebabkan oleh asupan protein maupun energi yang tidak adekuat. Malnutrisi
sekunder adalah malnutrisi yang terjadikarena kebutuhan yang meningkat, menurunnya
absorbsi dan/ataupeningkatankehilangan protein maupun energi dari tubuh.

Malnutrisi pada anak-anak akan sangat mengganggu proses pertumbuhan dan


perkembangannya, karena pada usia inilah zat-zat gizi sangat diperlukan untuk membangun
tubuh yang sehat dan mental yang kuat. Anak yang kekurangan gizi akan tumbuh lebih kurus
atau lebih pendek dari kebanyakan anak lainnya. Anak juga biasanya rewel dan lebih rentan
menjadi sakit di banding anak lain yang cukup gizi.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah malnutrisi adalah dengan memberikan
asi eksklusif sampai anak berumur 6 tahun, anak diberikan makanan yang bervariasi dan
seimbang antara kandungan protein,lemak, vitamin, dan mineral, serta rajin menimbang dan
mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu.

2. Kurangnya Yodium

Yodium adalah jenis mineral yang penting untuk mendukung produksi hormone
tiroid, tiroksin, dan triiodotytonine.Sumber yodium bukan hanya berasal dari garam saja,
yodium juga dapat ditemukan pada makanan laut seperti kerang, ikan,cumi-cumi, dan
rumput laut. Selain itu, yodium juga dapat diperoleh dari susu, telur dan daging.

Masalah gizi pada anak usia dini juga bisa terjadi karena kurangnyamendapatkan
masukan zat yodium. Akibatnya adalah terjadinyapembengkakan pada kelenjar gondok,
gangguan perkembangan fisik dan fungsi mental. Kurang yodium bisa membahayakan
kesehatan
tubuh dan gizi anak, bahkan pada kelangsungan hidupnya. Selain itu, prestasi anak yang
kurang yodium akan lebih rendah dari pada anak yang mendapatkan asupan yodium yang
cukup.

Penyakit dan gangguan kesehatan yang disebabkan akibat kekuranganyodium


diistilahkan dengan Gaky (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium)dan merupakan salah
satu penyakit yang menyebabkan retardasi mental,namun sebelumnnya sangat mudah
dicegah. Penyakit ini biasa disebutdengan defisiensi yodium atau kekurangan yodium.

2.4 Keamanan Pangan

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang selalu dibutuhkan dan memerlukan
penanganan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pangan (food) berasal dari
sumber hayati atau air baik olahan maupun mentah, dan ditujukan untuk konsumsi manusia
sebagai makanan atau minuman(Saparinto & Hidayati, 2010). Makanan dapat disebut
―aman‖jika tidak mengandung bahan berbahaya. Yang pertama adalah bahaya biologis:
makanan yang terkontaminasi mikroorganisme, virus, parasit, bakteri, jamur, tikus, serangga,
lalat kelapa, dll, dan yang kedua adalah bahaya kimia. Akibat masuknya bahan pencemar kimia
1) bahan yang tidak diinginkan seperti larutan pembersih, pestisida, cat, komponen kimia yang
terlepas dari peralatan/kemasan dan terkandung dalam makanan, 2) bahan yang dimaksudkan,
yaitu bahan tambahan makanan, secara berlebihan atau ketidaksesuaian yang telah ditetapkan
Pemerintah regulasi seperti penambahan pewarna, pemanis, pengawet parfum, dan zat
berbahaya (formalin, volax, pewarna/pengawet bukan makanan). Yang terakhir atau ketiga
adalah bahaya fisik yang disebabkan oleh pencemaran oleh zat asing seperti tanah, rambut,
bulu, paku, kerikil dan isi pokok (Kepmenks RI, 2006).

Makanan dapat terkontaminasi kuman patogen dan polutan lainnya, dimana hal tersebut
dapat membuat konsumen menjadi terserang penyakit atau bahkan meninggal. Bahkan ketika
eksekusi tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, negara berkembang seringkali memiliki
standar minimal untuk memasak makanan, tidak seperti banyak negara maju (Shiklomanov,
2000).

Keamanan pangan dapat mempengaruhi, merugikan, dan membahayakan kesehatan


manusia dari tiga pencemar: biologis, kimia, dan tidak bertentangan dengan agama,
kepercayaan, dan budaya lokal, aman dikonsumsi karena merupakan kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk melindungi pangan. Makanan olahan harus diproduksi menggunakan
metode pemrosesan yang tepat untuk memastikan kualitas dan keamanan. Selain itu, makanan
harus layak untuk dikonsumsi. Artinya, harus tidak busuk, bebas dari rasa jijik, berkualitas
tinggi, dan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan fisik. Keamanan pangan adalah yang
terpenting dan juga merupakan hak utama yang harus dimiliki oleh setiap produsen (produksi)
pangan di pasar. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 menyatakan bahwa keamanan pangan
memiliki arti yaitu
suatu kondisi dan upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan.

Keamanan produk adalah aspek penting dari kehidupan kita baik di industri makanan
maupun non-makanan. Kurangnya perhatian terhadap keamanan produk dapat
mengakibatkan segala hal mulai dari keracunan makanan dari penyimpanan dan prosedur
servis yang tidak tepat hingga kemungkinan tertular kanker dari penggunaan bahan
tambahan makanan. sering mempengaruhi dengan cara yang memperburuk konsumen yang
bersifat bahaya (Syah, 2005). Pemerintah menuntut agar makanan yang dijual di pasar dapat
memiliki sifat sehat, aman, dan berkualitas tinggi. Karena gizi sangat penting untuk
pengembangan, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan dan kecerdasan masyarakat.
Masyarakat harus dilindungi dari makanan yang berbahaya dan/atau tidak sehat. Upaya
untuk mencapai persyaratan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang
apa saja yang diperlukan untuk menghasilkan pangan yang aman, bermutu, dan padat gizi
setelah melalui proses yang tidak singkatdantelah melibatkan banyak pihak.
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Hasil evaluasi dari Context program pemberian makanan sehat menunjukkan


bahwa program memiliki tujuan dan perencanaan yang jelas. Evaluasi input program
pemberian makanan sehat diketahui bahwa sekolah dan pemerintah memiliki peran yang
baik dalam berjalannya program makanan sehat. Evaluasi process program pemberian
makanan sehat menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pemberian makanan berjalan
sesuai dengan proser yang telah disediakan oleh puskesmas dan yang menjadi kendala
adalah kurangnya kerja sama orang tua dalam memberikan makanan sehat kepada anak
pada saat anak dirumah. Evaluasi product program pemberian makanan sehat menunjukan
bahwa pencapaian target berat badan anak sesuai dengan usianya dan anak tidak ada yang
mengalami gizi buruk atau stunting di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Auliana, Rizqie. "Gizi seimbang dan makanan sehat untuk anak usia dini." J. Nutr. food Res
2.1 (2011): 1-12.

Auliana, R. (2011). Gizi seimbang dan makanan sehat untuk anak usia dini. J. Nutr. food Res,
2(1), 1-12.

AULIANA, Rizqie. Gizi seimbang dan makanan sehat untuk anak usia dini. J. Nutr. food Res,
2011, 2.1: 1-12.

Yeni, Dea Ismi, Heny Wulandari, and Eti Hadiati. "Pelaksanaan Program Pemberian Makanan
Sehat Anak Usia Dini: Studi Evaluasi Program CIPP." MURHUM: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini 1.2 (2020): 1-15.

Yeni, D. I., Wulandari, H., & Hadiati, E. (2020). Pelaksanaan Program Pemberian Makanan
Sehat Anak Usia Dini: Studi Evaluasi Program CIPP. MURHUM: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 1(2), 1-15.

YENI, Dea Ismi; WULANDARI, Heny; HADIATI, Eti. Pelaksanaan Program Pemberian
Makanan Sehat Anak Usia Dini: Studi Evaluasi Program CIPP. MURHUM: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 2020, 1.2: 1-15.

Helentina,SilviaRope.Masalah Gizi Buruk Mengakibatkan Stunting diIndonesia.Universitas


Negeri
Jakarta.https://www.researchgate.net/publication/333756499_Masalah_Gizi_Buruk
_Mengakibatkan_Stunting_di_Indonesia(Diaksespada10April2020)

Lestari, Yulianita Pratiwi Indah, et al. "EDUKASI KEAMANAN PRODUK PANGAN &
NON PANGAN." RAMBATE 2.1 (2022): 1-9.

Lestari, Y. P. I., Inayati, N., Rahmah, N., & Lathifah, N. (2022). EDUKASI KEAMANAN
PRODUK PANGAN & NON PANGAN. RAMBATE, 2(1), 1-9.

LESTARI, Yulianita Pratiwi Indah, et al. EDUKASI KEAMANAN PRODUK PANGAN &
NON PANGAN. RAMBATE, 2022, 2.1: 1-9

Anda mungkin juga menyukai